Anda di halaman 1dari 7

I.

LATAR BELAKANG
Kimia analisis adalah ilmu teoritis dan suatu ilmu terapan, dimana pada dewasa ini, telah
banyak metode analisis yang dikembangkan kemudian dikaji secara bersama-sama dan
diaplikasikan. Pengembangan suatu metode analisis ini bertujuan untuk mendapat hasil yang
baik dalam sebuah metode analisis, dimana metode yang telah dikembangkan ini akan diuji
validasinya dengan suatu metode yang disebut dengan “validation method”. Metode validasi
merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah nyata, antara lain seperti validasi
perangkat lunak, validasi perangkat keras atau instrumen, validasi metode dan kesesuaian
sistem. Masing-masing tahapan dalam suatu metode validasi ini merupakan suatu proses yang
secara keseluruhan memiliki tujuan untuk mencapai kesuksesan dalam validasi. Salah satu
pengembangan metode analisis yaitu pengembangan metode titrasi, dimana pengembangan
suatu metode analisis berdasarkan pada sebuah literatur yang sudah ada menggunakan
instrumen yang sama atau hampir sama. Salah satu pengembangan metode yang sering
dilakukan yaitu metode titrasi, dimana hal ini bertujuan agar peneliti mendapatkan hasil yang
baik dalam sebuah analisis. Metode analisis yang dikembangkan oleh seorang peneliti untuk
mengidentifikasi suatu senyawa harus memenuhi syarat dalam validasi metode. Dalam
penelitian ini, metode titrimetri sederhana telah dikembangkan dalam menentukan kadar
flurbiprofen untuk mendapatkan hasil analisis yang baik terhadap senyawa tersebut.
Flurbiprofen adalah obat non-steroid, obat anti-inflamasi yang penting (NSAID),
efektif digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis. Flurbiprofen menunjukkan efikasi
sebanding dengan NSAID lainnya, misalnya aspirin, indometasin, ibuprofen dan naproxen
dalam pengobatan rheumatoid arthritis. Flurbiprofen diindikasikan untuk pengelolaan vernal
kerato konjungtivitis pasca operasi peradangan mata. Penggunaan Flurbiprofen yang semakin
meningkat dan selalu dibutuhkan di pasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode titrimetri sederhana, cepat dan
sensitif, akurat dan ekonomis untuk penentuan flurbiprofen dalam bentuk murni. Jumlah
masing-masing Flurbiprofen diambil dalam metanol berair dititrasi terhadap asam 0,1 N
natrium hidroksida menggunakan fenolftalein sebagai indikator untuk titrasi asam basa.
Metode ini sensitif, murah, tidak memerlukan langkah-langkah pengolahan sampel, dapat
digunakan untuk estimasi flurbiprofen dalam jumlah besar dan dalam proses formulasinya.
Maka dari itu, peneliti tertarik melakukan pengembangan metode analisis titrimetri yang
sederhana, cepat, akurat dan sensitif dalam penentuan flurbiprofen.

1
II. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode titrimetri
sederhana, cepat, sensitif, akurat dan ekonomis untuk penentuan flurbiprofen dalam bentuk
murni dan dalam sediaan farmasi menggunakan 0,1 N natrium hidroksida dimana metode ini
tidak memerlukan pengolahan sampel dan langkah ekstraksi sehingga dapat dapat digunakan
untuk prosedur quality control obat dalam industri.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Titrasi adalah metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asambasa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi komlpeksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks
dan sebagainya (Underwood, 1999).

Metode titrimetri masih banyak digunakan secara luas karena merupakan metode yang
tahan, murah, dan mampu memberikan presisi yang tinggi. Dalam analisis titrimetri atau
analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang
diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasinya) telah
diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif (Gandjar dan Rohman,
2010).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi, yakni reaksi antara ion
hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif
terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa asam
dengan menggunakan larutan baku basa (Gandjar dan Rohman, 2010).
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga
konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan baku
(standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas atau bobot per
volume. Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku
tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dan volueme larutan
diukur secara tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan
baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku

2
sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku
sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi (Gandjar
dan Rohman, 2010).
Dalam proses titrasi, diperlukan suatu indikator. Suatu indikator merupakan asam atau
basa lemah yang berubah warna diantara bentuk ionisasinya dan bentuk tidak teriionisasinya.
Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa-nya. Salah satu indicator
yang sering digunakan adalah fenolftalein (PP) mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara
pH 8,4-10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini
karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat dan akan
terjadi perubahan warna (Gandjar dan Rohman, 2010).

IV. BAHAN
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengembangan metode titrimetri ini
sebagai berikut:
 Flurbiprofen
 Natrium hidroksida
 Fenolftalein
 Kalium hidrogen ftalat
 Air suling tiga
 Pati
 Magnesium stearat
 Selulosa mikrokristalin
 Talkum

V. METODE ANALISIS
 Penyiapan Larutan NaOH 0.1N
Ditimbang 4 mg NaOH dan dilarutkan dalam 1000 ml akuades menggunakan labu
ukur.
 Standarisasi 0,1 N Natrium Hidroksida
Sebanyak 20.4 gram kalium hydrogen ftalat dan dilarutkan dalam 1.000 ml air
3
suling. Dipipet sebanyak 5 ml ke dalam erlenmayer dan ditambahkan indikator
fenolftalein. Kemudian dititrasi terhadap menggunakan dengan larutan standar
natrium hidroksida 0,1 N. Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi berwarna pink pucat. Standarisasi dilakukan sebanyak 3
kali pengulangan.
 Faktor Ekuivalen
1 ml larutan natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 0,024426 gram flurbiprofen.
 Penetapan Kadar Flurbiprofen
Alikuot flurbiprofen disiapkan dengan melarutkan obat dengan jumlah yang
berbeda (100-500mg) dengan 25 ml metanol dan ditambahkan 25 ml triple distilled
water. Aliquots dititrasi menggunakan larutan standar natrium hidroksida 0,1 N
menggunakan phenophthalein sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan
adanya perubahan warna menjadi warna muda pucat. Dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali.
 Linearitas
Untuk menentukan linearitas dari metode yang diusulkan, lima seri dari larutan obat
dengan rentang 100mg-500mg dilarutkan dalam 25 ml metanol dan tambahkan
25ml air suling. Kemudian larutan yang dihasilkan dititrasi menggunakan larutan
natrium hidroksida 0,1 N dengan fenolftalein digunakan sebagai indikator, titik
akhir titrasi ditandai dengan warna pink pucat.
 Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan dan
mengukur analit dengan adanya komponen lain dalam sampel. Spesifitas dari
metode ini ditentukan dengan menambahkan bahan pengisi inert seperti pati,
selulosa mikrokristalin, magnesium stearat dan talk secara terpisah dengan
konsentrasi obat yang diketahui obat dan dititrasi dengan menggunakan larutan
standar NaOH 0.1 N.
 Estimasi dari eksipien campuran
Formulasi tablet campuran disiapkan, karena tidak ada formulasi dipasarkan yang
tersedia. Campuran tablet dibuat dengan menambahkan bahan pengisi immediate
release seperti pati, selulosa mikrokristalin, magnesium stearat dan talk. Campuran
100 mg dan 250 mg dipindahkan ke tabung dalam labu erlenmeyer dan pelarut
masing-masing ditambahkan. Selanjutnya larutan disaring menggunakan kertas

4
saring whatman dan filtrat dititrasi dengan larutan standar dengan menggunakan
indikator pp.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang digunakan
akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Linieritas
merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara
langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu
metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon
(y) dengan konsentrasi (x) (Gandjar dan Rohman, 2007). Untuk menentukan linearitas dari
metode yang diusulkan pada jurnal acuan yang kami peroleh, digunakan sebanyak lima seri
dari larutan obat dengan rentang 100 mg-500 mg yang dilarutkan dalam 25 mL metanol dan
tambahkan 25 mL air suling. Sebelum dilakukannya penetapan kadar flurbiprofen, larutan
NaOH 0,1 N harus distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan kalium hydrogen ftalat
(20,4 gram dilarutkan ke dalam 1000 ml air) dipipet sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan
beberapa tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N hingga
larutan berubah warna dari tidak berwarna menjadi berwarna pink pucat. Tujuan dari
standarisasi NaOH yaitu untuk memastikan ketepatan konsentrasi NaOH yang dibuat, karena
sifat NaOH yang tidak stabil.
Standarisasi larutan baku sekunder NaOH yaitu dengan metode titrasi menggunakan
indikator yang berfungsi sebagai penentu titik akhir titrasi. Indikator merupakan asam atau
basa lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya
(Gandjar dan Rohman, 2007). Standarisasi larutan NaOH (basa kuat) dengan larutan kalium
hydrogen ftalat menggunakan indikator pp (fenolftalein). Perubahan warna yang terjadi yaitu
dari larutan yang tidak berwarna menjadi larutan berwarna pink pucat saat titik akhir titrasi
tercapai. Perubahan warna yang terjadi dikarenakan adanya penataan ulang dari struktur
fenolftalein yang terjadi pada kisaran pH 8,4-10,4 karena proton dipindahkan dari struktur
fenol pada indikator fenolftalein sehingga pH-nya akan meningkat dan terjadilah perubahan
warna (Gandjar dan Rohman, 2007). Standarisasi NaOH dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali, bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan maksimal.
Setelah proses standarisasi larutan NaOH 0,1 N, dilakukan proses penetapan kadar
flurbiprofen dengan menggunakan larutan obat dengan rentang 100 mg-500 mg yang
dilarutkan dalam 25 mL metanol dan tambahkan 25 mL air suling dititrasi dengn NaOH 0,1 N
dan ditambahkan beberapa indikator fenolftalein kemudian dititrasi hingga mencapai titik
akhir titrasi dimana larutan tersebut akan berubah warna dari tidak berwarna menjadi warna
5
pink pucat, dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pengulangan agar mendapat hasil yang
akurat dan maksimal.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya diproses, untuk selanjutnya dapat
ditentukan kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Berikut ini adalah kurva kalibrasi dari uji Flurbiprofen dengan NaOH 0.1 N.

Berdasarkan kurva kalibrasi tersebut didapat koefisien korelasi yaitu 0.996 yang
menunjukkan bahwa hubungan tersebut telah linier. Nilai rata-rata lima nilai normalitas
dihitung dan nilai-nilai perkiraan yang diperoleh, yang ekivalen dengan normalitas dari 0.125
ml metanol yang digunakan untuk melarutkan flurbiprofen. Selama proses titrasi, jumlah
larutan standar yang digunakan dihitung. Larutan standar yang digunakan yaitu sebanyak 13,9
± 0,04 ml dengan RSD 1,27 yang setara dengan 303,84 mg Flurbiprofen. Koefisien
korelasinya yaitu 0,9996 untuk 0,1 N natrium hidroksida. Persentase perolehan kembali
Flubiprofen dengan standar NaOH 0.1N dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa persen recovery yang diperoleh sangatlah
tinggi ± 100%). Hal ini menunjukkan akurasi dari metode yang digunakan, dimana akurasi
merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai
sebenarnya yang diukur berdasarkan persentase perolehan kembali (Gandjar dan Rohman,
2007).
Validasi metode lain yang diuji yaitu spesifisitas yang menunjukkan kemampuan
suatu metode untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya
komponen-komponen lain dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian, produk degradasi,
6
dan komponen matriks (Gandjar dan Rohman, 2007). Spesifitas dari metode ini ditentukan
dengan menambahkan bahan pengisi inert seperti pati, selulosa mikrokristalin, magnesium
stearat dan talk secara terpisah dengan konsentrasi obat yang diketahui obat dan dititrasi
dengan menggunakan larutan standar NaOH 0.1 N. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada
tabel berikut :

Nilai RSD yang rendah (≤ 2 %) menunjukkan ketepatan dari metode yang digunakan
(Gandjar dan Rohman, 2007). Pengujian ini menunjukkan bahwa tidak adanya gangguan dari
eksipien farmasi yang digunakan dalam campuran formulasi yang dipilih, dengan kata lain
metode yang digunakan telah spesifik.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa metode validasi yang digunakan untuk menguji metode tersebut,
dapat disimpulkan bahwa metode ini telah terbukti cepat, linier, sensitif, akurat dan ekonomis
untuk penentuan flurbiprofen baik dalam bentuk murni maupun dalam sediaan farmasi.
Sehingga metode ini direkomendasikan untuk quality control obat dalam farmasi.

Anda mungkin juga menyukai