Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Diuretik adalah sifat meluruhkan air seni atau pengertian lainnya yaitu sifat
mengurangi jumlah air dan senyawa lainnya dalam plasma darah dengan cara dibuang
sebagai urin. Urin adalah hasil pembuangan metabolisme tubuh melalui ginjal,
komposisi urin terdiri dari air, amonia, urea, natrium klorida, asam urat, kreatinin,
kalium sulfat dan fosfat (Permadi, 2006).
Obat diuretik adalah obat yang berfungsi untuk meluruhkan air seni atau obat
yang berfungsi meningkatkan pembuangan air seni oleh ginjal. Tanaman obat diuretik
adalah tanaman obat yang salah satu sifatnya dapat meluruhkan air seni (Permadi,
2006).
Batu ginjal merupakan gangguan pada ginjal akibat penimbunan atau
pembentukan garam kalsium dalam urin. Gumpalan batu ginjal yang terbentuk ini
sering menyumbat aliran urin yang akan keluar dari tubuh. Lama kelamaan batu ginjal
akan membesar dan menggumpal sehingga menimbulkan rasa nyeri yang dapat
menyebabkan infeksi atau peradangan (Furqonita, 2008). Obat herbal batu ginjal yang
sering digunakan adalah Batugin Elixir. Praktikum kali ini, praktikan menguji obat
herbal yaitu Batugin Elixir yang memiliki komposisi dalam 30 mL mengandung ekstrak
daun Strobilanthes crispus setara dengan serbuk daun kering 0,3 gram dan ekstrak daun
Sonchus arvensis yang setara dengan serbuk daun kering 3 gram pada 5 hewan uji,
hewan uji yang digunakan kali ini adalah mencit (Mus musculus).
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung berupa ion-ion mineral,
seperti silika, kalium, magnesium, natriu, dan senyawa organik, seperti flavonoid
(kaempferol, luteolin-7-O-Glukosida, dan apigenin-7-O-Glukosida), kumarin
(skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat).
Kandungan flavonoid dalam daun tempuyung yang terkandung adalah sebesar 0,1044%.
Selain flavonoid, tempuyung juga mengandung alkaloida, saponin, glikosida jantung,
glikosida sianogen, antrakinon, tanin, dan polefnol (minyak atsiri). Tanaman yang
berfungsi sebagai diuretik seperti tempuyung mengandung asam fenolat, asam fenolat
ini akan terikat sebagai glikosida dan ester. Kandungan kalium dalam daun tempuyung
cukup tinggi. Kalium inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium karbonat tercerai
berai. Kalium menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbnat,
oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal itu
akhrinya larut dan keluar bersama urin (Winarto dan Karyasari, 2004). Berdasarkan
penelitian dari Andriani, 2007 juga menyebutkan bahwa daun tempuyung berkhasiar
sebagai diuretika.
Daun kejibeling mengandung saponin, flavonoid, glikosida, sterol, golongan
terpen, lemak, dan mineral (kalium dengan kadar tinggi, asam silikat, natium, kalsium).
Kalsium bersifat diuretik kuat serta dapat melarutkan batu yang terbentuk dari garam
kalsium okslat dan kalsium karbonat pada kandungan empedu, kandung kencing, dan
gijal. Daun keji beling berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan pencahar
( Dalimarta, 2006). Berdasarkan penelitian Wahyuni, 2007 menyebutkan bahwa daun
keji beling menunjukkan adanya flavonoid bebas dan terpenoid bebas dan memiliki
khasiat sebagai diuretika.
Pada etiket dijelaskan bahwa penggunaan Batugin Elixir untuk manusia adalah
30 mL-40 mL untuk sekali pemakaian. Dan jika dikonversikan dosisnya untuk mencit
maka digunakan rumus :

Dosis yang dicari = dosis diketahui x faktor konversi

Faktor konversi untuk mencit dari dosis manusi untuk dosis mencit adalah 0,0026
(Harmita dan Radji, 2008)
Berdasarkan rumus diatas didapatkan dosis sekali pemakaian untuk hewan uji
coba mencit adalah 0,078-0,104 mL. Rentang dosis maksimum untuk hewan uji adalah
(0,234 0,312) mL (0,312 0,416) mL. Praktikum kali ini, praktikan menggunakan
rentang dosis maksimum untuk hewan uji yaitu dengan jumlah Batugin Elixir yang
diberikan adalah 0.1mL, 0.2 mL, 0.25 mL, 0.3 mL, dan 0.4 mL. Hewan uji ke-1
diberikan dengan dosis 0.1 mL, hewan uji ke-2 dengan dosis 0.2 mL, hewan uji ke-3
dengan dosis 0.25 mL, hewan uji ke-4 dengan dosis 0.3 mL, hewan uji ke-6 dengan
dosis 0.4 mL serta hewan uji ke-5 sebagai kontrol yaitu akan diberika akuades nantinya
sebanyak 0.25 mL. Pengamatan awal pada hewan uji sebelum diberikan Batugin Elixir
adalah tidak ditemukannya urin. Setelah diberikan Batugin Elixir kepada hewan uji
dengan dosisnya masing-masing didapatkan hasil bahwa untuk hewan uji ke-1, ke-2,
dan ke-5 tidak didapatkan urin, sedangkan untuk hewan uji ke-3 dan ke-4 didapatkan
urin kurang dari 1 mL dengan warna urin kuning jernih (pH 8), dan untuk hewan uji ke-
6 didapatkan urin sebanyak 1,3 mL dengan warna urin kuning jernih (pH 8).
Berdasarkan hasil yang didapat untuk hewan uji coba ke-1 dan ke-2 tidak sesuai dengan
pustaka seharusnya, disebutkan diatas bahwa Batugin Elixir dengan kandungan ekstrak
daun tempuyung dan ekstrak daun kejibeling mampu memberikan efek diuretika, hal ini
mungkin disebabkan kesalahan praktikan dalam memberikan Batugin Elixir sehingga
dosis Batugin Elixir menjadi underdose dan tidak memberikan efek. Untuk hewan uji
ke-3 (waktu : 15 menit), ke-4 (waktu : 5 menit), dan ke-6 (waktu: 6 menit) sudah
memberikan efek diuretika dimana semakin besar dosis yang diberikan semakin banyak
urin yang dihasilkan, tetapi untuk hewan uji ke-6 keesokan harinya meninggal, hal ini
mungkin disebabkan karena terjadinya kesalahan yang praktikan yang memberikan
dosis berlebih secara tidak sengaja sehingga hewan uji coba mengalami overdose.
Untuk hewan uji ke-4 meninggal 2 hari kemudian, hal ini mungkin dipicu karena hewan
uji coba kurang makan yang mana itu merupakan kesalahan praktikan sendiri. pH untuk
maisng-masing hewan uji yang menghasilkan urin sendiri adalah 8, dimana pH urin
tersebut lebih condong ke basa, sehingga kemungkinan yang tertarik pada urin adalah
kalsium, yang mana kalsium merupakan salah satu komponen dalam pembentukan batu
ginjal (Dharma dkk, 2014).

DAFTAR PUSTAKA :
Dharma, S., dkk. 2014. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kejibeling (Strobilanthes Crispa
(L) Blume ) Terhadap Kelarutan Kalsium dan Oksalat sebagai Komponen Batu Ginjal
pada Urin Tikus Putih Jantan. SCIENTIA. Vol. 4(1): 34-37.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Puspa Swara.

Wahyuni, C. A. D. 2007. Uji Diuretik Ekstrak Air Daun Kejibeling (Strobilanthes


crispus, B1) dan Ekstrak Air Jamu Y Menggunakan Tikus Putih Jantan. Skripsi.
Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Andriani, H. 2007. Efek Diuretika Ekstrak Air Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
dan Jamu Y Pada Tikus Putih Jantan Serta Identifikasi Daun Tempuyung pada
JamuY. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Winarto, W. P., dan Karyasari. 2004. Tempuyung Tanaman Penghancur Ginjal. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Permadi, A. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya.

Furqonita, D. 2008. Seri IPA: Biologi 3. Jakarta: Penerbit Yudhistira.

Harmita dan M. Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai