Deskripsi
Jeruk nipis ditanam di perkarangan ataua di kebun, dapat tumbuh
pada tanah yang kurang subur, asalkan mudah meneruskan air dan mendapat
sinar matahari penuh. Jeruk nipis berasal dari kepulauan Hindia Timur. Di
Indonesia tanaman ini dapat ditemukan pada ketinggian 1-1000m dpl
(Dalimartha, 2000).
Pohon kecil bercabang lebat, tetapi tidak beraturan, tinggi 1,5-3,5
meter, batang bulat, berduri pendek, kaku, dan tajam. Daun tunggal, tangkai
daun bersayap sempit. Helaian daun berbentuk jorong sampai bundar telur
lonjong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas
berwarna hijau tua mengilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau
muda, panjang 2,5-9 cm, lebar 2-5 cm. Bunga majemuk, tersusun dalam
malai yang keluar dari ketiak daun, bunga berbentung bintang, diameter 1,5-
2,5 cm, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, berbentuk bulat
sampai bulat telur, diameter 2,5-5 cm, berkulit tipis tanpa benjolan,
berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya asam.
Bijinya banyak, kecil-kecil, licin, bulat telur sungsang (Dalimartha, 2000).
Air buahnya digunakan sebagai penyedap masakan, minuman,
penyegar, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam, atau
kulit yang kotor. Selain itu dapat digunakan sebagai obat tradisional maupun
campuran jamu (Dalimartha, 2000).
Bagian tanaman yang digunakan : Air perasan dari buah jeruk nipis
Kandungan Kimia
Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool.
Selain itu, juga mengandung flavonoid, seperti poncirin, hesperidine,
rhoifolin, dan naringin. Buah masak mengandung synephrine dan N-
methyltyramine. Disamping itu, juga mengandung asam sitrat, kalsium,
fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C (Dalimartha, 2000).
Efek Farmakologi
a. Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah yang Sesuai
dengan Khasiat pada Usada Netra
1. Antibakteri
Efek air perasan buah keruk nipis sebagai antibakteri dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia colli, Streptococcus
haemolyticus, dan Staphyplococcus aureus. Salah satu bakteri
Staphyplococcus aureus, merupakan balteri jenis gram positif yang
diperkirakan 20-75% ditemukan pada saluran pernapasan atas, muka,
tangan, rambut dan vagina. Infeksi bakteri ini dapat menimbulkan penyakit
dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, tampak sebagai
jerawat, infeksi folikel rambut dan pembentukan abses. Diantara organ yang
sering diserang oleh bakteri Staphyplococcus aureus adalah kulit yang
mengalami luka dan dapat menyebar ke orang lain yang juga mengalami
luka (Razak dkk., 2013).
Penelitian uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap
pertumbuhan baketri Staphyplococcus aureus menunjukan bahwa air
perasan buah jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan baketri
Staphyplococcus aureus. Hal ini menunjukkan adanya senyawa aktif
antibakteri dalam air perasan buah jeruk nipis yang diduga diperoleh dari
kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, seperti mintak atsir,
diantaranya fenol yang bersifat sebagai bakterisidal, yang mungkin mampu
menghabat pertumbuhan dari bakteri Staphyplococcus aureus (Razak dkk.,
2013).
Kemampuan bakterisidal dari fenol dengan mendenaturasikan protein
dan merusak membran sitoplasma sel. Ketidakstabilan pada dinding sel dan
membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif,
fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein sel bakteri
terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya
makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga
lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung
dari konsentrasinya (Razak dkk., 2013).
Air perasan buah jeruk nipis memiliki daya antibakteri yang sangat kuat
sehingga dalam waktu yang singkat air perasan jeruk nipis dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara optimal. Semakin besar
konsentrasi air perasan jeruk nipis dan semakin lama kontaknua dengan
kuman, maka daya hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap bakteri
Staphylococcus aureus semakin baik (Razak dkk., 2013).
Efek Samping
Belum ditemukan adanya efek samping pada penggunaan jeruk nipis
Toksisitas
Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki daya toksisitas
terhadap larva instar-III nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan
rancangan percobaan Nested yang mana nilai LC 90 dari esktrak kulit Citrus
aurantifolia sebesar 910, 98 ppm sedangkan nilai LT 50 dari esktrak kulit
jeruk nipis adalah 11,67 jam (Munisa, 2011).
Daftar Pustaka
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta:
Trubus Agriwidya.
Enda, A. 2012. Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Khasanah, I., M. Ulfah, dan Sumantri. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanolik Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Metode
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Jurnal Ilmu Farmasi dan
Farmasi Klinik. Vol. 11(2): 9-17.
Munisa. 2011. Uji Toksisitas Larvasida Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia), Jeruk Siam (Citrus nobilis), dan Jeruk Purut (Citrus
hystrix) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.x
Razak, A., A. Djamal, dan G. Revilla. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan
Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol. 2(1) : 5-8.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Widowati, A. K. 2011. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantiifolium L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.