TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN,
TRITERPENOID DAN STEROID
(Ekstrak Sapindus rarak)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia
KELOMPOK: 4
KELAS: G
DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara terbesar kedua dengan sumber daya hayati yang
tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Di Indonesia terdapat lebih kurang 30.000 jenis
tumbuh-tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis diantaranya termasuk tanaman berkhasiat obat
(Kotranas, 2006).
Buah lerak (Sapindus rarak DC) adalah buah yang sering dimanfaatkan untuk
mencuci pakaian, sehingga sering disebut sebagai buah sabun (Wulandari, 2016). Kulit
batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut, buahnya yang bulat dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci berbagai macam kain (Laba, 2009).
Lerak mengandung senyawa saponin yang dapat menghasilkan busa (Wulandari, 2016).
Buah lerak dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam /
pewarna alami. Selain itu dipergunakan untuk mencuci kain batik, supaya awet dan
warnanya tetap baik/tidak luntur. Daging buahnya mengandung zat saponin (beracun),
sedangkan bijinya mengandung minyak. Lerak sangat baik sebagai obat pembunuh
serangga, dan sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Biasa juga dipergunakan sebagai
sabun wajah untuk mengurangi jerawat. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam buah
larak adalah tannin, flavonoid, polifenol dan saponin (Udarno, 2009).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Sedangkan
ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Depkes,2004).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lerak
Tanaman lerak atau Sapindus rarak merupakan tanaman industri yang cukup baik
untuk dikembangkan, termasuk dalam famili Sapindaceae yang tumbuh dengan baik pada
ketinggian 450 sampai 1.500 mdpl. Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada
setiap daerah,seperti di Palembang disebut lamuran,di Jawa lerak dan di Jawa Barat sering
disebut rerek. Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor, batang korek
api dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut,
buahnya yang bulat dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci berbagai
macam kain, biasa digunakan dalam industri batik karena tanaman ini buahnya
mengandung saponin (Miftakhurohmah and Suhirman, 2009).
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
2.3 Morfologi
Lerak biasa tumbuh liar di hutan dengan tinggi 15 -42 m dengan diameter batang 1
m dan tumbuh rindang, bentukTanaman ini mempunyai bunga majemuk tidak terbatas
(inflorescentia centri-petala) dimana bunga mekar dari bawah ke atas sehingga berbentuk
tandan dengan tangkai bunga tumbuh dari ujung batang. Buah lerak merupakan buah
tunggal berbentuk bulat dengan diameter 2 cm, biji dilindungi oleh kulit biji dengan warna
kulit biji berwarna hijau, bila telah masak berwarna cokelat bila dikeringkan berwarna
hitam.
Tanaman lerak mempunyai bentuk daun majemuk, menyirip ganjil anak daun bentuk
lanset (lanceolatus), bentuk ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi rata, dengan
panjang 5 -18 cm,lebar 2,5 -3,0 cm, bertangkai pendek dan berwarnahijau. Lerak
menghasilkan bunga dan buah yang tumbuh langsung dari kuncup dorman pada batang
utama atau cabang utama. Bunga lerak berbentuk tandan (racemes), bunga majemuk,
mahkota bentuk periuk (hypanthodium), warna kuning keputihan, mahkota empat dan
kelopak lima (Miftakhurohmah and Suhirman, 2009).
2.4 Kandungan
Pada kulit buah, biji, kulit batang dan daun mengandung saponin dan flavonoid, kulit
buah juga mengandung alkaloid dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman mengandung
tanin. Senyawa aktif yang telah dikethui dari buah lerak adalah senyawa-senyawa dari
golongan saponin dan sesquiterpene (Wina et al, 2005). Menurut Nevi Yanti, 2009
kandungan bahan kimia saponin sebanyak 12%, alkaloid 1%, steroid 0,036%, triterpene
0,029%.
1. Saponin Steroid
Tersusun oleh inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidroisis
menghasikan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek
anti jamur. Saponin steroid diekresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan
digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintesi obat kortikosteroid. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang diperoleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.
Jembatan ini disebut glikosida jantung.
2. Saponin Triterpenoid
Tersusun dari inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang disebut sapogenin. Senyawa ini mudah dikristalkan lewat asetilisasi sehingga
dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan-amyrine.
2.5 Manfaat
Secara tradisional, buah Sapindus rarak DC.digunakan sebagai sabun wajah untuk
mengurangi jerawat, obat kulit, pembersih luka, dan pembasmi bakteri. Manfaat lain buah
Sapindus rarak DC.dapat digunakan sebagai insektisida, nematisida, pembersih kamar mandi
hingga pembersih jamur (Fajriaty et al., 2017).
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana teknik
pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua pelarut atau lebih yang
saling bercampur. Pada umumnya, zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau sedikit
larut dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain (Harbone, 1987)
Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI
Dirjen POM, 2000).
Secara garis besar ada 2 macam proses ekstraksi yaitu cara dingin dan cara panas :
A. Cara Dingin
Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin macerace yang berarti mengairi atau melunakkan.
Maserasi adalah proses ekstrksi simplisia menggunkan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada temperatur ruangan. (Depkes RI Dirjen POM, 2000). Maserai merupakan
ekstraksi yang paling sederhana. Secara teroritis tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi
absolut. Semakain banyak perbandingan simplisa terhadap cairan pengekstraksi, akan makin
banyak hasil yang di peroleh (Voight, 2005).
Kelebihan dari metode ini adalah pengerjaan yang sedikit mudah serta dengan alat
yang sederhana dan murah, namun untuk metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu
pengerjaannya cukup lama dan membutuhkan banyak pelarut (Istiqomah, 2013).
Perkolasi
Perkolasi berasal dari kata percolare yang berarti penetesan. Perkolasi merupakan
proses penyarian dengan menggunakan prinsip mengalirkan pelarut di dalam benjana
percolator yang telah berisi serbuk simplisia secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak
yang beratnya 1-5 kali bahan (Istiqomah, 2013)
Sonikasi (Ultrasonik)
B. Cara Panas
Refluks
Digesti
Infusa
Merupakan jenis ekstraksi yang cocok digunakan untuk bahan tanaman yang lunak.
Metodenya adalah dengan memanaskan benjana infusa yang berisi air dan simplisia di atas
penangas air yang mendidih selama 15 menit (Istiqomah, 2013).
Dekokta
Secara prinsip mirip dengan infusa hanya saja waktu yang digunakan untuk menyari
lebih lama yaitu 30 menit. Metode ini cocok digunakan untuk simplisia tanaman yang keras
seperti akar atau batang tanaman (Istiqomah, 2013).
Soxhletasi
Ekstraksi sonikasi merupakan metode non thermal yang digunakan dalam proses
peningkatan rendemen ekstraksi dan pengurangan waktu ekstraksi senyawa- senyawa
polifenol, antosianin, aromatik, polisakarida, dan senyawa fungsional lainnya (Vilkhu et al.,
2006). Metode ini menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan
frekuensi lebih besar dari 20 kHz (Suslick et al.,1986). Alat yang digunakan pada metode ini
disebut dengan sonikator.
1. Uji Buih
2. Uji Lieberman-Burchard
3. Uji Salkowski
Uji Salkowski digunkan untuk mengidentifikasi senyawa steroid tak jenuh pada
ekstrak. Dilakukan dengan cara menambahkan asam sulfat pekat dan apabila ada gugus
steroid tak jenuh pada larutan maka akan terbentuk cicncin berwarna merah terang yang
lama kelamaan akan menjadi merah ungu (Fransworth, 1996).
7. Teknik percobaan
8. Kesetimbangan
9. Suhu
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran partikel fase diam maka semakin
baik kinerja KLT. (Gandjar & Rohman, 2007)
Penjerap Mekanisme Penggunaan
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari Pustaka, sistem yang paling sederhana adalah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
1. Fase gerak harus mempunyai keurnian yang sangat tinggi karena teknik KLT sangat
sensitive.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan
nilai Rf.Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
4. Solut ionic dan polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya,
seperti campuran air dan mentol dengan perbandingan tertentu. Penambahan
sedikit etanoat dan atau ammonia masing-masing akan meningkatkan solute yang
bersifat basa dan asam.
Berapa sistem pemisahan dengan KLT dari bahan alam (Gibbons, 2006)
PROSEDUR KERJA
1. Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air suling
10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik.
2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari
30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.
1. Preparasi sampel :
0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masingmasing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC.
2. Uji Liebermann-Burchard
a). Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes
asam asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat, amati perubahan warna yang
terjadi. Kemudian kocok perlahan dan diamati terjadinya perubahan warna.
b) Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna merah
ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan warna kuning muda
menunjukkan adanya saponin triterpenoid/ steroid jenuh.
3. Uji Salkowski
a) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1-2 ml
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
b) Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cicin warna merah.
Fajriaty, I. et al. (2017) ‘Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari
Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak)’, Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains.
Fasya, A. G., dkk. 2016. Ekstraksi, Hidrolisis dan Partisi Metabolit Sekunder dari Mikroalga
Chlorella sp. ALCHEMY: Journal of Chemistry. 5(1): 5-9.
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I ,Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gibbons, S., 2006, An Intoduction to Planar Chromatography, Human Press, Totowa New
Jersey.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ektraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar
Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Miftakhurohmah and Suhirman, S. (2009) ‘Potensi andaliman sebagai sumber antioksidan
dan antimikroba alami’, Warta Littri, 15, pp. 1–32.
Oktaviani,Y, 2009, Isolasi dan Identifikasi Aglikon Saponin Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus radiates L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Darma,
Yogyakarta.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Udarno, Laba. 2009. Lerak (Sapindus rarak) Tanaman Industri Pengganti Sabun. Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 (2)
[USDA] United State Departement of Agriculture. 2010. USDA National Nutrient Database
for Standart Reference.
Wulandari, Lstyo. 2011.Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman Kampus Presindo.