Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM FITOFAKIMIA

TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN,
TRITERPENOID DAN STEROID
(Ekstrak Sapindus rarak)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK: 4

KELAS: G

1. Dicky Wahyudi (201810410311313)


2. Atina Setianingsih (201810410311314)
3. Alfi Nurma Cahyani (201810410311315)
4. Indah (201810410311316)
5. Faiz Nur Rendra Safira (201810410311317)

DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara terbesar kedua dengan sumber daya hayati yang
tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Di Indonesia terdapat lebih kurang 30.000 jenis
tumbuh-tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis diantaranya termasuk tanaman berkhasiat obat
(Kotranas, 2006).

Buah lerak (Sapindus rarak DC) adalah buah yang sering dimanfaatkan untuk
mencuci pakaian, sehingga sering disebut sebagai buah sabun (Wulandari, 2016). Kulit
batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut, buahnya yang bulat dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci berbagai macam kain (Laba, 2009).
Lerak mengandung senyawa saponin yang dapat menghasilkan busa (Wulandari, 2016).

Buah lerak dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam /
pewarna alami. Selain itu dipergunakan untuk mencuci kain batik, supaya awet dan
warnanya tetap baik/tidak luntur. Daging buahnya mengandung zat saponin (beracun),
sedangkan bijinya mengandung minyak. Lerak sangat baik sebagai obat pembunuh
serangga, dan sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Biasa juga dipergunakan sebagai
sabun wajah untuk mengurangi jerawat. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam buah
larak adalah tannin, flavonoid, polifenol dan saponin (Udarno, 2009).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Sedangkan
ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Depkes,2004).

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan identifiasi senyawa golongan glikosida saponin,


triterpenoid dan steroid dalam tanaman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lerak

Tanaman lerak atau Sapindus rarak merupakan tanaman industri yang cukup baik
untuk dikembangkan, termasuk dalam famili Sapindaceae yang tumbuh dengan baik pada
ketinggian 450 sampai 1.500 mdpl. Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada
setiap daerah,seperti di Palembang disebut lamuran,di Jawa lerak dan di Jawa Barat sering
disebut rerek. Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor, batang korek
api dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut,
buahnya yang bulat dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci berbagai
macam kain, biasa digunakan dalam industri batik karena tanaman ini buahnya
mengandung saponin (Miftakhurohmah and Suhirman, 2009).

2.2 Lerak (Sapindus rarak)

Adapun klasifikasi tanaman lerak sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi: Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Sapindales

Suku : Sapindaceae

Marga : Sapindus

Jenis : Sapindus rarak DC

(Miftakhurohmah and Suhirman, 2009)

2.3 Morfologi

Lerak biasa tumbuh liar di hutan dengan tinggi 15 -42 m dengan diameter batang 1
m dan tumbuh rindang, bentukTanaman ini mempunyai bunga majemuk tidak terbatas
(inflorescentia centri-petala) dimana bunga mekar dari bawah ke atas sehingga berbentuk
tandan dengan tangkai bunga tumbuh dari ujung batang. Buah lerak merupakan buah
tunggal berbentuk bulat dengan diameter 2 cm, biji dilindungi oleh kulit biji dengan warna
kulit biji berwarna hijau, bila telah masak berwarna cokelat bila dikeringkan berwarna
hitam.

Tanaman lerak mempunyai bentuk daun majemuk, menyirip ganjil anak daun bentuk
lanset (lanceolatus), bentuk ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi rata, dengan
panjang 5 -18 cm,lebar 2,5 -3,0 cm, bertangkai pendek dan berwarnahijau. Lerak
menghasilkan bunga dan buah yang tumbuh langsung dari kuncup dorman pada batang
utama atau cabang utama. Bunga lerak berbentuk tandan (racemes), bunga majemuk,
mahkota bentuk periuk (hypanthodium), warna kuning keputihan, mahkota empat dan
kelopak lima (Miftakhurohmah and Suhirman, 2009).

2.4 Kandungan

Pada kulit buah, biji, kulit batang dan daun mengandung saponin dan flavonoid, kulit
buah juga mengandung alkaloid dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman mengandung
tanin. Senyawa aktif yang telah dikethui dari buah lerak adalah senyawa-senyawa dari
golongan saponin dan sesquiterpene (Wina et al, 2005). Menurut Nevi Yanti, 2009
kandungan bahan kimia saponin sebanyak 12%, alkaloid 1%, steroid 0,036%, triterpene
0,029%.

Klasifikasi senyawa saponin dibagi beberapa kelompok yaitu :

1. Saponin Steroid

Tersusun oleh inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidroisis
menghasikan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek
anti jamur. Saponin steroid diekresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan
digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintesi obat kortikosteroid. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang diperoleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.
Jembatan ini disebut glikosida jantung.

2. Saponin Triterpenoid

Tersusun dari inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang disebut sapogenin. Senyawa ini mudah dikristalkan lewat asetilisasi sehingga
dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan-amyrine.

3. Saponin Steroid Alkaloid

Tersusun dari inti steroida (siklopentano perhidrofenantren) dalam struktur kimianya.


Contohnya solanidin

2.5 Manfaat

Secara tradisional, buah Sapindus rarak DC.digunakan sebagai sabun wajah untuk
mengurangi jerawat, obat kulit, pembersih luka, dan pembasmi bakteri. Manfaat lain buah
Sapindus rarak DC.dapat digunakan sebagai insektisida, nematisida, pembersih kamar mandi
hingga pembersih jamur (Fajriaty et al., 2017).

Saponin diketahui mempunyai efek sebagai antimikroba, menghambat jamur dan


melindungi tanaman dari serangga. Saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat
sebagai antioksidan, antivirus, anti karsinogenik dan manipulator fermentasi rumen
(Suparjo, 2008).

2.6 tentang ekstrak dan Ekstrakssi

Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana teknik
pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua pelarut atau lebih yang
saling bercampur. Pada umumnya, zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau sedikit
larut dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain (Harbone, 1987)

Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI
Dirjen POM, 2000).

Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2005) :


1) Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat
dituang.
2) Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang.
Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan ainya menyebabkan
ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.
3) Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi dan mudah dituang. sebaiknya
memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
4) Ekstrak cair, ektrak yang dibuat sedemikian sehingga 1 bagian simplisa sesuai dengan 2
bagian ekstrak cair.

2.7 Metode Ekstraksi

Secara garis besar ada 2 macam proses ekstraksi yaitu cara dingin dan cara panas :

A. Cara Dingin

Ekstraksi dengan metode ini memiliki keuntungan yaitu meminimalkan kerusakan


kandungan yang bersifat termolabil (Istiqomah, 2013).

Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin macerace yang berarti mengairi atau melunakkan.
Maserasi adalah proses ekstrksi simplisia menggunkan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada temperatur ruangan. (Depkes RI Dirjen POM, 2000). Maserai merupakan
ekstraksi yang paling sederhana. Secara teroritis tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi
absolut. Semakain banyak perbandingan simplisa terhadap cairan pengekstraksi, akan makin
banyak hasil yang di peroleh (Voight, 2005).

Prinsip dari metode ini adalah diperolehnya kesetimbangan antara konsentrasi di


dalam dan luar sel tanaman sehingga mampu melarutkan atau mengeluarkan konstituen
aktif dari dalam sel tanaman melalui mekanisme difusi (Istiqomah, 2013).

Kelebihan dari metode ini adalah pengerjaan yang sedikit mudah serta dengan alat
yang sederhana dan murah, namun untuk metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu
pengerjaannya cukup lama dan membutuhkan banyak pelarut (Istiqomah, 2013).

Perkolasi

Perkolasi berasal dari kata percolare yang berarti penetesan. Perkolasi merupakan
proses penyarian dengan menggunakan prinsip mengalirkan pelarut di dalam benjana
percolator yang telah berisi serbuk simplisia secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak
yang beratnya 1-5 kali bahan (Istiqomah, 2013)

Sonikasi (Ultrasonik)

Ultrasonik merupakan energi yang dihasilkan gelombang suara dengan frekuensi di


atas deteksi telinga manusia, yaitu 20 kHz sampai 500 MHz (Teddy, 2011). Ultrasonik pada
intensitas rendah dan frekuensi tinggi biasanya diaplikasikan untuk evaluasi non-destruktif,
sebaliknya pada intensitas tinggi dan frekuensi rendah merupakan jenis ultrasonik untuk
aplikasi sonokimia (Thompson & Doraiswamy, 1999). Ekstraksi dengan menggunakan
gelombang ultrasonik dapat menyebabkan gangguan fisik pada dinding maupun membran
sel biologis serta penurunan ukuran partikel. Efek tersebut menyebabkan penetrasi pelarut
lebih baik ke dalam sel dan meningkatkan laju perpindahan massa pada jaringan serta
memfasilitasi perpindaan senyawa aktif ke pelarut (Novak et al., 2008).

B. Cara Panas

Refluks

Refluks merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada titik


didihnya selama beberapa waktu tertentu dan berulang-ulang tanpa mengganti atau
menambah pelarut, hal ini bisa dilakukan karena terdapat mekanisme pendinginan balik
sehingga pelarut yang menguap akan kembali mengembun dan masuk ke dalam wadah
untuk diuapkan lagi (Istiqomah, 2013).

Digesti

Merupakan jenis maserasi kinetik (menggunakan pengadukan) namun tidak


dilakukan pada suhu ruangan melainkan pada suhu 40-50o C (Istiqomah, 2013).

Infusa
Merupakan jenis ekstraksi yang cocok digunakan untuk bahan tanaman yang lunak.
Metodenya adalah dengan memanaskan benjana infusa yang berisi air dan simplisia di atas
penangas air yang mendidih selama 15 menit (Istiqomah, 2013).

Dekokta

Secara prinsip mirip dengan infusa hanya saja waktu yang digunakan untuk menyari
lebih lama yaitu 30 menit. Metode ini cocok digunakan untuk simplisia tanaman yang keras
seperti akar atau batang tanaman (Istiqomah, 2013).

Soxhletasi

Soxhletasi merupakan suatu metode penyarian cara panas dengan prinsip


menyerupai refluks hanya saja dengan menggunakan suatu alat khusus yaitu ekstraktor
soxhlet. Metode ini menggunakan suhu yang lebih rendah dibandingkan refluks dan
memungkinkan penggunaan pelarut yang lebih sedikit (Istiqomah, 2013).

Metode Maserasi Sonikasi

Ekstraksi sonikasi merupakan metode non thermal yang digunakan dalam proses
peningkatan rendemen ekstraksi dan pengurangan waktu ekstraksi senyawa- senyawa
polifenol, antosianin, aromatik, polisakarida, dan senyawa fungsional lainnya (Vilkhu et al.,
2006). Metode ini menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan
frekuensi lebih besar dari 20 kHz (Suslick et al.,1986). Alat yang digunakan pada metode ini
disebut dengan sonikator.

2.8 Identifikasi Saponin

1. Uji Buih

Saponin bersifat seperti sabun sehingga dapat diketahui melalui pembentukan


larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok akan berbuih (Gunawan dan Mulyadi,
2004).

2. Uji Lieberman-Burchard

Senyawa saponin dapat diidentifikasi dari warna yang ditimbulkan Ketika di


rekasikan dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin
steroida dan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida
(Fransworth, 1996).

3. Uji Salkowski

Uji Salkowski digunkan untuk mengidentifikasi senyawa steroid tak jenuh pada
ekstrak. Dilakukan dengan cara menambahkan asam sulfat pekat dan apabila ada gugus
steroid tak jenuh pada larutan maka akan terbentuk cicncin berwarna merah terang yang
lama kelamaan akan menjadi merah ungu (Fransworth, 1996).

4. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Merupakan metode pemisahan fisikokimia yang terdiri dari bahan berbutir-butir


(fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang
cocok. Campuran yang akan dipisah yaitu berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau
pita. Setelah pelat atau lapisan diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengenbang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan
(Stahl,1985).

KLT digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti


lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tidak bereaksi seperti
silika gel atau alumina. Silika gel diberi pengikat untuk memberikan kekuatan pada lapisan
dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah Kalsium
Sulfat (Sastrohaidjojo, 2002). Metode dalam KLT dapat dihitung Retention factor (Rf) dengan
persamaan :

jarak yg ditempuh senyawa


Rf =
Jarak yg ditempuh pelarut

Faktor yang mempengaruhi harga Rf :

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.

2. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

4. Jumlah campuran yang digunakan

5. Sifat dan penyerap, derajat aktifitasnya

6. Pelarut fase gerak

7. Teknik percobaan

8. Kesetimbangan

9. Suhu

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran partikel fase diam maka semakin
baik kinerja KLT. (Gandjar & Rohman, 2007)
Penjerap Mekanisme Penggunaan

Silika gel adsorpsi Asam amino hidrokarbon,


vitamin, alkaloid

Silika yang dimodifikasi Partisi termodifikasi Senyawa-senyawa non


dengan hidrokarbon polar

Alumina Partisi Asam amino, nukleotida,


pewarna makanan,
alkaloida

Kieselguhr Adsorpsi Hidrokarbon ion logam,


pewarna makanan, alkaloid

Gel sephadex Eksklusi Polimer, protein, kompleks


logam

Selulosa penukar ion Penukar ion Asam nukleat, nukleotida,


halide dan ion-ion logam

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari Pustaka, sistem yang paling sederhana adalah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.

Berikut beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:

1. Fase gerak harus mempunyai keurnian yang sangat tinggi karena teknik KLT sangat
sensitive.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan
nilai Rf.Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
4. Solut ionic dan polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya,
seperti campuran air dan mentol dengan perbandingan tertentu. Penambahan
sedikit etanoat dan atau ammonia masing-masing akan meningkatkan solute yang
bersifat basa dan asam.

Berapa sistem pemisahan dengan KLT dari bahan alam (Gibbons, 2006)

Eluen Fase diam Keteranga


Heksan : Etil asetat Silika Gel Sistem umum yang
digunakan

Petrol : Dietileter Silika Gel Sistem umum yang


digunakan untuk senyawa
non polar seperti terpen
dan asam lemak

Petrol : Kloroform Silika Gel Berguna untuk pemisahan


derivate asam sinamat dan
kumarin

Toluen : Etil asetat : Asam Silika Gel Komposisi 80 : 18 : 2 v/v


asetat (TEA) atau 60 : 38 : 2 v/v baik
untuk pemisahan matabolit
asam

Kloroform Aseton Silika Gel Sitem umum untuk produk


dengan polaritas sedang

n-Butanol Asam Asetat : Air Silika Gel Sistem polar untuk


flavonoid dan glikosida

Metanol : Air C18 Dimulai dengan methanol


100 % dilanjutkan dengan
penambahan konsentrasi air

Asetonitril : Air C18 Sistem umum reverse phase

Metanol : Air Selulosa Memisahkan senyawa


dengan kepolaran tinggi
seperti gula dan glikosida
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Uji Buih

1. Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air suling
10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik.
2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari
30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.

3.2 Reaksi Warna

1. Preparasi sampel :
0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masingmasing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC.
2. Uji Liebermann-Burchard
a). Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes
asam asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat, amati perubahan warna yang
terjadi. Kemudian kocok perlahan dan diamati terjadinya perubahan warna.
b) Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna merah
ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan warna kuning muda
menunjukkan adanya saponin triterpenoid/ steroid jenuh.
3. Uji Salkowski
a) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1-2 ml
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
b) Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cicin warna merah.

3.3 Kromatografi Lapis Tipis


1. Identifikasi sapogenin steroid/ triterpenoid
a) Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2N, didihkan dan tutup dengan
corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk menghidrolisis saponin.
b) Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa, kemudian ekstraksi dengan 4-5
ml n-heksana sebanyak 2x, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml, totolkan pada plat
KLT (cek pada lampu UV 254).
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampak noda : - Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)

c) Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinnya warna merah ungu (ungu)


untuk anesaldehida asam sulfat.

2. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT


a) Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, totolkan
pada fase diam.
b) Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel Gel 254


Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
c) Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu atau
ungu.
BAB IV
BAGAN ALIR
4.1 Uji Buih

Sebanyak 0,2 gram ekstrak,


dimasukkan tabung reaksi

Tambahkan air suling 10 ml

Kocok secara kuat selama ±


30 detik

Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih


yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm
di atas permukaan cairan

4.2 Reaksi Warna


1. Preparasi Sampel

Timbang 0,5 ekstrak


Larutkan dalam 15 ml etanol

Bagi menjadi 3 bagian masing-


masing 5 ml

Larutan IIA, IIB, IIC

4.3 Uji Liebermann-Bhurchard

Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml


ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat,
amati perubahan warna yang terjadi

Kocok perlahan dan diamati terjadinya


perubahan warna

Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna


merah ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan warna kuning
muda menunjukkan adanya saponin triterpenoid/ steroid jenuh

4.4 Uji Solkowski

Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml


ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.

Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cicin


warna merah.

4.5 Kromatografi Lapis Tipis

1. Identifikasi sapogenin steroid/ triterpenoid

Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2N

didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama


50 menit untuk menghidrolisis saponin.

Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa

ekstraksi dengan 4-5 ml n-heksana


Dibuat fase diam dan fase geraknya

Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinnya warna


merah ungu (ungu) untuk anesaldehida asam sulfat

2. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT

Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk


sampai larut

Totolkan pada fase diam

Dibuat fase diam dan fase geraknya

Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan


terjadinya warna merah ungu atau ungu
DAFTA PUSTAKA

Fajriaty, I. et al. (2017) ‘Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari
Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak)’, Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains.
Fasya, A. G., dkk. 2016. Ekstraksi, Hidrolisis dan Partisi Metabolit Sekunder dari Mikroalga
Chlorella sp. ALCHEMY: Journal of Chemistry. 5(1): 5-9.
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I ,Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gibbons, S., 2006, An Intoduction to Planar Chromatography, Human Press, Totowa New
Jersey.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ektraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar
Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Miftakhurohmah and Suhirman, S. (2009) ‘Potensi andaliman sebagai sumber antioksidan
dan antimikroba alami’, Warta Littri, 15, pp. 1–32.
Oktaviani,Y, 2009, Isolasi dan Identifikasi Aglikon Saponin Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus radiates L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Darma,
Yogyakarta.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB, Bandung.
Udarno, Laba. 2009. Lerak (Sapindus rarak) Tanaman Industri Pengganti Sabun. Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 15 (2)
[USDA] United State Departement of Agriculture. 2010. USDA National Nutrient Database
for Standart Reference.
Wulandari, Lstyo. 2011.Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman Kampus Presindo.

Anda mungkin juga menyukai