Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga
DenganMaserasi Ultrasonik)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 9

KELAS: E

Rizki Lisya Nugrha (201610410311194)

DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar elakang


Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman
herbal. Potensi obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan di
Indonesia sangat besar, di mana jumlahnya ada sekitar 7500 jenis (Anonim,
2012). Salah satu jenis tanaman yang cukup banyak ditemui adalah tanaman
golongan temu-temuan atau empon-empon (Zingiberaceae). Salah satunya
adalah kencur (Kaempferia galanga). Kencur (Kaempferia galanga) merupakan
tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai
tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat
tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak
yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar
yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus 2009).
Rimpang kencur sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu
makanan atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul
dan jamur. Selain itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya
tahan tubuh, menghilangkan masuk angin, dan kelelahan, dengan dicampur
minyak kelapa atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo atau
mengencangkan urat kaki. Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain
saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas
monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan, marga
Kaempferia (Winarto 2007).
Ekstrak merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
Mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani dapat
menggunakan beberapa metode ekstraksi. Pada praktikum kali ini kita
menggunakan metode ekstraksi menggunakan pelarut cara dingin dengan
metode maserasi.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi dengan menggunakan metode
maserasi
2. Mengetahui metode – metode ekstraksi dari pembuatan rimpang kencur
3. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi maserasi ultrasonik untuk
mendapatkan senyawa marker pada ekstrak rimpang kencur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kencur (Kaempferiagalanga)

A. Klasifikasi Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L)


Kempferia merupakan genus herbal yang memiliki anggota lebih dari
50 spesies asli dari Asia Timur tropis yang masuk dalam famili
Zingiberaceae. Kaempferia merupakan rizoma herbal yang berukuran kecil
yang biasanya berbentuk akar tuberous aromatik yang tebal dan rizoma yang
pendek (Tang et al., 2014).

Klasifikasi :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : K. Galanga
Kaempferia galanga
(www.itis.gov)

B. Morfologi dan Karakteristik Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L)


Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan tanaman tropis yang
banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang
dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional
dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang
membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur
yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang
disebut dengan rimpang kencur atau rizoma (Soeprapto,1986).
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran
rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak
air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5)
dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah.
Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah
antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung
dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim
penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar
matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi (Rosita,2007.).

C. Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L)

Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan


yang banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun
makanan serta minuman. Etil sinamat dan etil p-metoksi sinamat (EPMS)
dari minyak atsiri kencur banyak digunakan didalam industri kosmetika dan
dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai obat asma dan anti jamur
(Assaat, 2011).

Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,


1990 yaitu Etil sinamat, Etil p-metoksisinamat, p-Metoksisitiren, Karen,
Borneol, dan Parafin.Diantara kandungan kimia ini, Etil p-metoksisinamat
merupakan komponen utama dari kencur (Afriastini, 1990). Tidak hanya itu,
rimpang mengandung juga minyak atsiri yang tersusun α-pinene (1,28%),
kampen (2,47%), benzene (1,33%), borneol (2,87%), pentadecane (6,41%),
eucalyptol (9,59%), karvon (11,13%), metilsinamat (23,23%) dan etil-p-
metoksisinamat (31,77%) (Tewtrakul et al., 2005). Ekstrak rimpang kencur
berpotensi aktif terhadap infeksi bakteri (Tewtrakul et al., 1983). Rimpang
kencur ditemukan memiliki aktivitas antikanker, antihipertensi dan aktivitas
larvacidal dan untuk berbagai penyakit kulit, rematik dan diabetes mellitus.
2.2. Ekstrak
Simplisia banyak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yangtidak dapat larut, seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain.
Untuk memisahkansenyawa aktif tersebutmaka perlu dilakukan proses ekstraksi.
Ekstraksi merupakankegiatan atau proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut(Agoes., 2007). Ekstrak adalah sediaan kering,
kental atau cair dibuat dengan penyarisimplisia menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrakkering harus mudah digerus
menjadi serbuk (BPOM RI, 2010). Berikut ini macam-macam ekstrak menurut
konsistensinya :
1) Ekstrak kering (Extracta sicca) adalah ekstrak yang telah mengalami
proses penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi serta mempunyai
konsistensi yang padat (kering). Farmakope menghendaki agar ekstrak
kering mudah digerus menjadi serbuk dan pada umumnya higroskopis,
maka harus disimpan dalam botol dengan tutup kapur tohor (CaO).
Ekstrak kering dibagi menjadi dua macam :
a) Ekstrak kering yang dibuat dengan etanol, karena bahan tidak
larut sepenuhnya dengan air, contoh : Extractum Calumba,
Extractum Chinae, Exractum Colocyathidis, Extractum
Granati, Extractum Rhei, dll.
b) Ekstrak kering yang dibuat air, contoh : Extractum Aloes,
Extractum Opii, Extractum Ratanhie, Extractum Dhamni
frangulae (Van duin, 1947).
2) Ekstrak kental (Extracta spissa) adalah ekstrak dengan kadar air 20-
25%, namun hanya pada ekstrak Liquiritiae diizinkan kadar air
mencapai 35% (Van Duin, 1947). Ekstrak kental juga mengalamai
proses penguapan namun konsistensi tetap kental pada suhu kamar,
contoh : Extractum Belladone dan Extractum Hycoscyami.
3) Ekstrak cair (Extracta liquidaa) adalah sediaan cair simplisia nabati
yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika
tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif 1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak
cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring atau bagian yang bening dituangkan, beningan yang diperoleh
memenuhi persyaratan farmakope (Farmakope Indonesia IV).

2.3. Metode Ekstraksi


Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat aktif yang
terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak
atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering
digunakan antara lain yaitu:
1. Cara dingin
A. Maserasi
Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur
kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus
disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan panambahan
ulang pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat
pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
Modifikasi Maserasi dibagi menjadi, diantaranya:
1) Konvensional
Salah satu contoh ekstraksi maserasi konvensional
adalah soxhlet. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pElarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Metode konvensional pada umumnya menggunakan pelarut
organik dalam jumlah besar, selain itu membutuhkan waktu
yang relatif lama seperti maserasi pada umunya yaitu selama
2x24 jam, waktu yang lama dianggap tidak efektif, karena
menggunakan energi dalam jumlah besar dengan kandungan
dalam bahan yang rusak karena pemanasan yang lama
(Depkes RI., 2000).
2) Kinetika
Berdasarkan penelitian Fauzana (2010), maserasi
sederhana didefinisikan sebagai metode ekstraksi dimana
sampel direndam menggunakan pelarut dalam kurun waktu
tertentu dengan atau tanpa pengadukan pada suhu ruang.
Kinetika maserasi dan maserasi dengan tekanan tidak jauh
berbeda dengan maserasi sederhana. Titik perbedaan kinetika
maserasi terletak pada dilakukannya pengadukan
berkecepatan konstan. Metode maserasi yang digunakan
dalam penelitian sebelumnya cenderung mengarah pada
kinetika maserasi karena menggunakan pengadukan yang
konstan, yakni 200 rpm dan waktu selama 4 jam.
3) Ultrasonik
Maserasi ultrasonik merupakan metode maserasi yang
dimodifikasi dengan menggunakan bantuan sinyal dengan
frekuensi tinggi. Wadah yang berisi serbuk sampel
ditempatkan dalam wadah ultrasonik. Hal ini dilakukan untuk
memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan
rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi (Mukhriani, 2014).
Getaran uktrasonik (> 20.000 Hertz) memberikan efek
pada proses ekstrak dengan prinsip meningkatkan
permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan
sebagai stress dinamik serta menimbulkan fraksi interfase.
Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas
alat dan lama proses ultrasonik (Depkes RI., 2000).

B. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat
perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/
penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat.

2. Cara panas
A. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air
pada temperatur 90°C selama 15 menit. Universitas Sumatera Utara 8
Refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik
didihnya menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu
dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.
B. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur tititk
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
C. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
D. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C.
E. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-500 C.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1.Kerangka Operasional

Timbang 50g Masukkan ke Ulangi sebanyak 7


serbuk rimpang bejana maserasi kali
kencur

Hasil, tutup mulut bejana dengan Ditambah 200ml etanol 96% pada
alumunium, masukkan ke bejana masing – masing bejana , aduk
ultrasonik

Masing – masing
Getarkan selama Hasil disaring dan residu ditambah 200ml
15menit tampung filtrat etanol 96%

Masing – masing
residu ditambah 200ml Hasil disaring dan Getarkan selama
etanol 96% tampung filtrat 15menit

Hasil disaring dan Filtrat yang


Getarkan selama
kumpulkan semua terkumpul di
15menit
filtrat rotavapor ad ±400ml

Diamkan selama Taburkan cab-o-sil


semalam. Homogenkan sebanyak 5% dari Ratakan ekstrak
dan simpan dalam ekstrak ( 20g ) ad kedalam loyang
wadah serta beri label rata
identitas

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Meserasi Ultrasonik


3.2.Prosedur Operasional
a. Ditimbang 50g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana
maserasi ( erlemeyer 250ml )
b. Ulangi perlakuan no. 1 sebanyak 7 kali.
c. Ditambahkan 200ml etanol 96% pada masing – masing bejana maserasi
( 8 erlemeyer), aduk sampai serbuk terbasahi
d. Hasil no. 3 tutup bagian mulut bejana dengan alumunium, masukkan
dalam bejana ultrasonik, dan getarkan selama 15 menit (catat getaran
ultrasonik yang digunakan).
e. Hasil maserasi pada no. 4 disaring ( 8 erlemeyer ). Tampung filtrat dan
lakukan kembali maserasi dengan getaran ultrasonik dengan 200ml etanol
96% pada masing – masing residu (8 erlemeyer) selama 15 menit
(perlakuan no. 4 ).
f. Hasil maserasi pada no. 5 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan getaran ultrasonik dengan 200ml etanol 96% pada
masing– masing residu ( 8 erlemeyer ) selama 15 menit ( perlakuan no.
4).
g. Disaring kemabali maserasi no. 6. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
h. Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada
volume 400ml.
i. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu
penguapan dengan penurunan tekanan hingga volume tersisa ±400ml
(tanda kaliberasi ) dan pindahkan hasilnya kedalam loyang. Ratakan
ekstrak pada loyang.
j. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20g) dengan
ditaburkan sedikit demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama
semalam ( sampai kering ).
k. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup ( botol selai ).
l. Berikan label identitas pada wadah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat”. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Barus R,2009. Amidasi p-metoksisinnamat yang Diisolasi dari kencur (Kaempferia


galangal. L). Sumatra Utara: Program Pascasarjana USU.

Winarto, W. P., 2007, Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153,
Jakarta, Karyasari Herba Media.

Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001.Menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. 2002:20
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan : Jakarta

.Departemen Kesehatan RI. 1981. Pemanfaatan Tanaman Obat Edisi-2. Jakarta:


Depkes RI

Depkes RI, 1989, Materia Medika Jilid V, Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Ditjen POM, Depkes RI , 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-11,16.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700,
Jakarta, UI Press.

Lenny, S., 2006, Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya Ilmiah
Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Ditjen POM, Depkes RI , 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-11,16.
Fauzana D.L., 2010, Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi, dan
Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma 35
xanthorrhiza Roxb.), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai