TUGAS 4
Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur dan Keseragaman Bobot
1
sebagainya. Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau
getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak
enak dan dapat meningkatkan akseptabilitas pasien terhadap sediaan yang telah
diformulasi Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka pada praktikum ini
dilakukan pembuatan kapsul dari ekstrak kencur (Kaempferia galanga L)
disertai dengan melakukan uji keseragaman bobot.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui pembuatan kapsul ekstrak kencur
- Untuk mengetahui keseragaman bobot dari sediaan kapsul ekstrak kencur
yang dihasilkan
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
- Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur
- Mahasiswa mampu mengetahui keseragaman bobot dari sediaan kapsul
ekstrak kencur yang dihasilkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(a) (b)
Gambar 2.1 Tanaman Kencur (a), Rimpang Kencur (b) (Plantamor, 2018)
Kingdom : Plantae
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
3
lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subuh
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak
terlalu banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim penghujan
dan dapat ditanam dalam pot atau kebun yang cukup sinar matahari
(Hardiman, 2015).
Kencur termasuk dalam susunan terna kecil yang siklus hidupnya
semusim atau beberapa musim. Susunan tubuh tanaman kencur terdiri atas
a. Akar dan Rimpang
- Merupakan akar tunggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi
akar yang disebut “rimpang”.
- Rimpang kencur sebagian lagi terletak diatas tanah. Bentuk rimpang
umumnya bulat, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya coklat-
kekuningan dan berbau harum.
b. Batang dan Daun
- Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek, terbentuk dari
pelepah-pelepah daun yang saling menutupi.
- Daun-daun kencur tumbuh tunggal, melebar dan mendatar hampir rata
dengan pemukaan tanah. Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan
tumbuh secara berlawanan satu sama lain. Bentuk daun elip melebar
sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12 cm dan lebarnya 3-6 cm, serta
berdaging agak tebal.
c. Bunga dan Buah
- Bunga kencur keluar dalam bentuk buliran setengah duduk dari ujung
tanaman di sela-sela daun. Warna bunganya putih, ungu hingga
lembayung, dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga.
- Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang
letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Rukmana, 2006).
4
atsiri kencur memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis), bakteri gram negatif (Salmonella thypi, Eschericia
coli) dan khamir (Candida albicans). Efek vasorelaksan dari etil sinamat
dapat mengurangi hipertensi. Efek terapeutik lainnya sebagai vasorelaksan
yaitu diantaranya digunakan pada pengobatan angina, asma dan kejang otot.
Ekstrak etanol dari Kaempferia galanga mempunyai aktivitas sebagai
analgesik dan antiinflamasi sedangkan ekstrak heksan dari Kaempferia
galanga mempunyai aktivitas sebagai sedatif (Huang, 2008).
Etil sinamat dan etil-p-metoksi sinamat (EPMS) dari minyak atsiri
kencur banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan
dalam bidang farmasi sebagai obat asma dan anti jamur. Etil p-metoksi
sinamat merupakan golongan fenol yang merupakan salah satu golongan
senyawa yang diduga mampu menstimulasi estrogen (Handayani, 2015).
Selain itu, kandungan etil p-metoksisinama didalam rimpang kencur menjadi
bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai
bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita, 2007).
Selain sebagai tabir surya, minyak kencur juga memiliki aktivitas
antioksidan. Minyak kencur yang diperoleh dari kultur rimpang kencur secara
in vitro memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH 0,1 mM.
Ekstrak kental rimpang kencur terbukti memiliki efek antiinflamasi,
analgesik, nematicidal, pengusir nyamuk, larvasida, vasorelaksan, obat
penenang, antineoplastik, antimikroba, antioksidan, anti alergi dan
mempercepat penyembuhan luka (Umar, et al., 2011).
5
(3,3%), boneol (2,7%) dan terpenoid (16,4%) (Hardiman, 2015). Rimpang
mengandung minyak atsiri yang tersusun α-pinene (1,28%), kampen (2,47%),
benzene (1,33%), eucalyptol (9,59%), karvon (11,13%), metilsinamat
(23,23%) dan etil-p-metoksisinamat (31,77%) (Tewtrakul et al., 2005).
Kandungan etil p- metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur
menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat
sebagai bahan pemutih dan juga anti aging atau penuaan jaringan kulit.
2.2 Kapsul
2.2.1 Definisi Kapsul
Kapsul didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam
bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Jenis kapsul ada dua yaitu kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak.
Kebanyakan kapsul-kapsul yang diedarkan di pasaran adalah kapsul yang
semuanya dapat ditelan oleh pasien untuk keuntungan dalam pengobatan
(Ansel, 1989).
Menurut Farmakope Edisi III, kapsul adalah bentuk sediaan obat yang
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari
gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Macam-macam kapsul yaitu
kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) contohnya kapsul
tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul sianokobalamin. Kapsul cangkang
lunak (capsulae molles, soft capsule) contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul
vitamin. Komponen kapsul zat aktif obat, cangkang kapsul, zat tambahan. Zat
tambahan terdiri dari bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat
yang cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau
magnesium oksida atau silikon dioksida, bahan pelicin (magnesium stearat),
surfaktan/zat pembasah.
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak:
Kapsul keras Kapsul lunak
- terdiri atas tubuh dan tutup - satu kesatuan
- tersedia dalam bentuk kosong - selalu sudah terisi
6
- isi biasanya padat, dapat juga cair - isi biasanya cair, dapat juga padat
- cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal
- bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam - macam
7
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin.
1) Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep
dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan
untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan
terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan
cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap
bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
2) Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat
dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya:
- Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian
alat yang tidak bergerak.
- Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan/ditaburkan
pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
- Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
3) Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besarbesaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan
jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih
terjamin.
8
2.2.3 Keseragaman Bobot
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua
kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan
tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh
kolom B (Farmakope Indonesia III, 1979).
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata kapsul
A B
<120 mg 10% 20%
≥ 120 mg 7,5% 15%
9
2.3 Bahan Tambahan
1) Cab – O sil
a. Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica;
fumed silica; fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS;
silica colloidalis anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide
colloidal; silicon dioxide fumed; synthetic amorphous silica.
b. Pemerian : Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic
dengan ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan,
terang, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
c. Rumus Kimia : SiO2 (BM = 60.08)
d. Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant;
suspending agent; tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-
increasing agent.
Cab-O-Sil digunakan secara luas dalam farmasi, kosmetik dan produk
makanan. Cab-O-Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area
permukaan spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang
diinginkan yang dieskplorasi untuk memperbaiki aliran serbuk kering
pada proses pembuatan tablet. Penggunaan Cab-O-Sil sebagai :
Aerosol = 0,5 – 2,0 %
Emulsion = 1,0 – 5,0 %
Glidant = 0,1 – 1,0 %
Suspending dan thickening agent = 2,0 – 10,0 %
e. Sifat fisika kimia : pH : 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion), distribusi
partikel: 7-16 nm
f. Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan
asam, kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida
panas. Membentuk dispersi koloidal dalam air.
g. Stabilitas dan kondisi penyimpanan : Cab-O-Sil higroskopis tetapi
mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair. Ketika digunakan dalam
sistem aqueous pada pH 0-7.5, Cab-O-Sil dapat meningkatkan viskositas
dari sistem. Tapi pada pH lebih dari 7.5 peningkatan viskositas Cab-O-
10
Sil akan berkurang dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan Cab-O-Sil
menghilang karena Cab-O-Sil terlarut membentuk silikat.
2) Avicel
a. Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum
microcristallinum; Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460;
Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel; Tabulose;
Vivapur.
b. Rumus Kimia : (C6H10O5)
c. Fungsi : Adsorbent; suspending agent; capsule diluent; tablet
disintegrant.Avicel digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya
sebagai binder/diluent pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini
digunakan baik dalam granulasi basah dan proses kempa langsung. Pada
penambahannya sebagai binder/diluent, avicel juga memiliki fungsi
sebagai lubrikan dan disintegran yang berguna dalam tabletasi.
d. pH : 5,0-7,5
e. Densitas : 1,512-1,668 g/cm3
f. Titik lebur : 260-270oC
g. Distribusi partikel : 20-200 μm
h. Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut
dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.
i. Kompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.
11
BAB III
PROSEDUR KERJA
Bahan:
Ekstrak kencur
Kapsul kosong
12
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata isi kapsul
A B
4.1 Hasil
4.1.1 Perhitungan
1) Bobot untuk 100 kapsul
- Bobot tiap kapsul : 200mg
- Bobot untuk 100 kapsul : 200mg x 100 = 20.000 mg ~ 20 g
2) Perhitungan EPMS
- Bobot EPMS untuk tiap kapsul : 15mg
- Bobot EPMS untuk 100 kapsul : 15mg x 100 = 1500 mg ~ 1,5g
3) Perhitungan kebutuhan ekstrak
100%
Ekstrak yang ditimbang : 𝑥 1,5 𝑔 = 5,18 𝑔
28,94%
20 𝑔 − 19,92 𝑔
𝑥 100% = 0,4%
20 𝑔
14
6) Keseragaman Bobot
Cangkang+isi Cangkang kosong Bobot %
NO
(g) (g) ekstrak (g) penyimpangan
1 0,318 0,125 0,193 0%
2 0,319 0,123 0,196 1,55%
3 0,320 0,129 0,191 1,04%
4 0,320 0,127 0,193 0%
5 0,318 0,129 0,189 2,07%
6 0,322 0,128 0,194 0,52%
7 0,318 0,124 0,194 0,52%
8 0,318 0,127 0,191 1,04%
9 0,320 0,130 0,190 1,55%
10 0,321 0,127 0,194 0,52%
11 0,320 0,131 0,189 2,07%
12 0,320 0,128 0,192 0,52%
13 0,320 0,127 0,193 0%
14 0,319 0,124 0,195 1,04%
15 0,322 0,128 0,194 0,52%
16 0,321 0,131 0,190 1,55%
17 0,319 0,125 0,194 0,52%
18 0,318 0,125 0,193 0%
19 0,321 0,125 0,196 1,55%
20 0,317 0,124 0,193 0%
Rata – rata bobot ekstrak 0,193
% Penyimpangan :
:(Bobot yang direncanakan tiap kapsul ) – (bobot rata –rata) x 100%
Bobot yang direncanakan tiap kapsul
0.2 𝑔 − 0.193 𝑔
: 0.2 𝑔
× 100% = 3,5%
15
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, kapsul yang diuji
keseragaman bobot berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, tidak ada
satupun kapsul yang melebihi kolom A ( 7,5% ) dan tidak ada kapsul yang
melebihi kolom B ( 15% ) sehingga kapsul yang diujikan memenuhi
persyaratan uji keseragaman bobot.
16
4.1.2 Gambar Hasil Proses Praktikum
Penimbangan bahan
17
Uji Keseragaman Bobot
18
Kapsul 7 Kapsul 7 Kapsul 8 Kapsul 8
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong
19
Kapsul 13 Kapsul 13 Kapsul 14 Kapsul 14
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong
20
Kapsul 19 Kapsul 19 Kapsul 20 Kapsul 20
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong
21
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan pembuatan sediaan kapsul
ekstrak kencur dan melakukan uji keseragaman bobot dari kapsul-kapsul esktrak
kencur yang telah dibuat. Jumlah kapsul ekstrak kencur yang dibuat adalah 100
buah dengan kadar EPMS yang dibuat untuk tiap kapsul yaitu 15mg/kapsul dan
bobot masing-masing kapsul yaitu 200mg/kapsul. Selain menggunakan ekstrak
kencur sebagai bahan utama, digunakan juga cab-o-sil dan avicel sebagai bahan
tambahannya dengan perbandingan (1:3) sehingga dilakukan penimbangan avicel
sebanyak 11,11 g dan cab-o-sil sebanyak 3,71 g. Adapun ekstrak yang ditimbang
sebanyak 5,18 g sehingga diperoleh keseluruhan bahan yang digunakan yaitu 20 g.
Awalnya, semua bahan tersebut harus dihomogenkan terlebih dahulu dengan
menggunakan mortir. Kemudian dilakukan penimbangan kembali untuk
mengetahui bobot yang hilang setelah proses pencampuran bahan bila
dibandingkan dengan bobot penimbangan awal. Hasil penimbangan bahan
campuran yang kami peroleh adalah 19,92 g dengan %kesalahan yaitu 0,4%.
Kemudian, serbuk dibagi menjadi dua sama banyak yaitu masing-masing 9,96 g
lalu tiap bagian dimasukkan ke dalam 50 cangkang kapsul yang telah disiapkan
sebelumnya, begitupun untuk bagian yang satunya. Digunakan metode manual
menggunakan tangan untuk memasukkan semua serbuk ke dalam kapsul.
Kekurangan menggunakan metode manual yaitu membutuhkan waktu yang lama
dan ketelitian dan keterampilan yang tinggi dalam memasukkan serbuk ke dalam
kapsul. Setelah selesai, dilakukan uji keseragaman bobot kapsul untuk mengetahui
bobot dari kapsul kapsul tersebut dimana keseragaman berbanding lurus dengan
kadar ataupun dosis, sehingga uji keseragaman bobot penting untuk dilakukan. Uji
keseragaman bobot menggunakan 20 kapsul yang dipilih secara random. Diperoleh
bobot rata-rata yaitu 0,193 g. Menurut Farmakope Indonesia III, uji keseragaman
bobot kapsul yang baik untuk kapsul yang lebih dari 120 mg yaitu tidak boleh
melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari 2 kapsul yang
lebih dari yang ditetapkan pada kolom B. Bila dibandingkan dengan hasil uji
keseragaman bobot yang dilakukan maka dapat dikatakan memenuhi persyaratan
uji keseragaman bobot dikarenakan tidak ada satu pun kapsul yang melebihi kolom
A dan tidak ada kapsul yang melebihi kolom B (15%).
22
Selain itu, bila dibandingkan dengan berat kapsul yang direncanakan (200
mg/kapsul) maka %penyimpangan atau kesalahan yang diperoleh yaitu 3,5%. Hal
ini masih dikatakan baik. Penyimpangan yang terlalu besar akan berdampak pada
kadar EPMS pada masing-masing kapsul yang semakin berkurang juga. Ketika
kadar EPMS dalam kapsul rendah, maka dosisnya juga menjadi berkurang sehingga
efek terapi yang diharapkan juga menjadi berkurang. Besarnya % penyimpangan
yang terjadi bisa dikarenakan kurang kuantitatif dalam proses pembuatan kapsul
23
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2011. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat Asli
Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Li Songlin et al. 2008. Chemical markers for the Quality Control of Herbal
Medicines. Chinese Medicine Laboratory : China
Rahayu, Sri Endarti. 2014. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS.
24
Rosita, S. M. 2007. Respon Kencur (Kaempferia galanga) Terhadap Pemupukan.
Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII.
25