Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 4
Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur dan Keseragaman Bobot

Nama : Citra Dwi Lestari


NIM : 201510410311055
Kelas :B
Kelompok :2
Dosen : Siti Rofida, S.Si.,M.Farm.,Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah, di samping


itu juga kaya akan tanaman biofarmaka. Biofarmaka merupakan tanaman yang
bermanfaat sebagai obat-obatan, biasanya dikonsumsi dari bagian tanaman
berupa daun, buah, umbi (rimpang) atau pun akarnya. Obat herbal atau obat-
obatan yang berasal dari tumbuhan di Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar, namun potensi ini masih kurang dimaksimalkan karena penelitian ilmiah
di bidang tumbuhan herbal masih terbatas. Saat ini, orang mulai beralih untuk
memakai tanaman herbal sebagai pengganti obat bahan kimia dikarenakan
selain harga yang lebih terjangkau, banyak yang meyakini efek samping dari
obat-obatan herbal lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Salah satu tanaman biofarmaka yang banyak dimanfaatkan di Indonesia,
khususnya untuk bagian umbi atau rimpangnya adalah kencur (Kaempferia
galanga L). Rimpang kencur dimanfaatkan sebagai obat tradisional berbagai
macam penyakit seperti radang lambung, sakit kepala, batuk, dan diare. Minyak
atsiri di dalam rimpang kencur banyak digunakan dalam industri kosmetika dan
dimanfaatkan sebagai anti jamur ataupun anti bakteri (Hardiman, 2015).
Kendala utama obat tradisional adalah proses peracikan yang dianggap
kurang efisien. Sehingga saat ini produk obat tradisional telah dimodifikasi
lebih lanjut menjadi berbagai bentuk sediaan seperti bentuk kapsul, tablet,
serbuk, dan lain sebagainya sehingga lebih praktis untuk dikonsumsi.
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu bahan
macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam
cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Komponen kapsul yaitu zat aktif obat, cangkang kapsul, dan zat tambahan
berupa bahan pengisi contohnya laktosa. Adapun kelebihan dari bentuk sediaan
kapsul diantaranya adalah cukup stabil dalam penyimpanan, dapat menutupi
rasa dan bau yang tidak enak, bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk
tablet, menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari dan lain

1
sebagainya. Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau
getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak
enak dan dapat meningkatkan akseptabilitas pasien terhadap sediaan yang telah
diformulasi Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka pada praktikum ini
dilakukan pembuatan kapsul dari ekstrak kencur (Kaempferia galanga L)
disertai dengan melakukan uji keseragaman bobot.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui pembuatan kapsul ekstrak kencur
- Untuk mengetahui keseragaman bobot dari sediaan kapsul ekstrak kencur
yang dihasilkan

1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
- Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur
- Mahasiswa mampu mengetahui keseragaman bobot dari sediaan kapsul
ekstrak kencur yang dihasilkan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kaempferia galanga


2.1.1 Klasifikasi

(a) (b)
Gambar 2.1 Tanaman Kencur (a), Rimpang Kencur (b) (Plantamor, 2018)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga (Hardiman, 2015)

2.1.2 Morfologi Kaempferia galanga


Kencur termasuk ke dalam suku Zingiberaceae dan digolongkan
sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling

3
lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subuh
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak
terlalu banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim penghujan
dan dapat ditanam dalam pot atau kebun yang cukup sinar matahari
(Hardiman, 2015).
Kencur termasuk dalam susunan terna kecil yang siklus hidupnya
semusim atau beberapa musim. Susunan tubuh tanaman kencur terdiri atas
a. Akar dan Rimpang
- Merupakan akar tunggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi
akar yang disebut “rimpang”.
- Rimpang kencur sebagian lagi terletak diatas tanah. Bentuk rimpang
umumnya bulat, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya coklat-
kekuningan dan berbau harum.
b. Batang dan Daun
- Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek, terbentuk dari
pelepah-pelepah daun yang saling menutupi.
- Daun-daun kencur tumbuh tunggal, melebar dan mendatar hampir rata
dengan pemukaan tanah. Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan
tumbuh secara berlawanan satu sama lain. Bentuk daun elip melebar
sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12 cm dan lebarnya 3-6 cm, serta
berdaging agak tebal.
c. Bunga dan Buah
- Bunga kencur keluar dalam bentuk buliran setengah duduk dari ujung
tanaman di sela-sela daun. Warna bunganya putih, ungu hingga
lembayung, dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga.
- Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang
letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Rukmana, 2006).

2.1.3 Aktivitas Farmakologi Kaempferia galanga


Kencur memiliki banyak khasiat diantaranya adalah mengobati diare,
memperlancar haid, mata pegal, keseleo, lelah, radang lambung, radang anak
telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala dan batuk. Minyak

4
atsiri kencur memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis), bakteri gram negatif (Salmonella thypi, Eschericia
coli) dan khamir (Candida albicans). Efek vasorelaksan dari etil sinamat
dapat mengurangi hipertensi. Efek terapeutik lainnya sebagai vasorelaksan
yaitu diantaranya digunakan pada pengobatan angina, asma dan kejang otot.
Ekstrak etanol dari Kaempferia galanga mempunyai aktivitas sebagai
analgesik dan antiinflamasi sedangkan ekstrak heksan dari Kaempferia
galanga mempunyai aktivitas sebagai sedatif (Huang, 2008).
Etil sinamat dan etil-p-metoksi sinamat (EPMS) dari minyak atsiri
kencur banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan
dalam bidang farmasi sebagai obat asma dan anti jamur. Etil p-metoksi
sinamat merupakan golongan fenol yang merupakan salah satu golongan
senyawa yang diduga mampu menstimulasi estrogen (Handayani, 2015).
Selain itu, kandungan etil p-metoksisinama didalam rimpang kencur menjadi
bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai
bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita, 2007).
Selain sebagai tabir surya, minyak kencur juga memiliki aktivitas
antioksidan. Minyak kencur yang diperoleh dari kultur rimpang kencur secara
in vitro memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH 0,1 mM.
Ekstrak kental rimpang kencur terbukti memiliki efek antiinflamasi,
analgesik, nematicidal, pengusir nyamuk, larvasida, vasorelaksan, obat
penenang, antineoplastik, antimikroba, antioksidan, anti alergi dan
mempercepat penyembuhan luka (Umar, et al., 2011).

2.1.4 Kandungan Kimia Kaempferia galanga


Rimpang kencur mengandung saponin, flavonoida dan senyawa-
senyawa polifenol (Rahayu, 2014). Minyak atsiri di dalam rimpang kencur
banyak digunakan dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai anti
jamur ataupun anti bakteri. Rimpang kencur mengandung pati (4,14%),
mineral (13,73%) dan 54 komponen minyak atsiri diantaranya yang terdapat
dalam jumlah besar adalah ethyl-trans-p-methoxycinnamate (51,6%), ethyl
cinnamate (16,5%), pentadecane (9,0%), 1,8-cineole (5,7%), δ-3-carene

5
(3,3%), boneol (2,7%) dan terpenoid (16,4%) (Hardiman, 2015). Rimpang
mengandung minyak atsiri yang tersusun α-pinene (1,28%), kampen (2,47%),
benzene (1,33%), eucalyptol (9,59%), karvon (11,13%), metilsinamat
(23,23%) dan etil-p-metoksisinamat (31,77%) (Tewtrakul et al., 2005).
Kandungan etil p- metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur
menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat
sebagai bahan pemutih dan juga anti aging atau penuaan jaringan kulit.

2.2 Kapsul
2.2.1 Definisi Kapsul
Kapsul didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam
bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Jenis kapsul ada dua yaitu kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak.
Kebanyakan kapsul-kapsul yang diedarkan di pasaran adalah kapsul yang
semuanya dapat ditelan oleh pasien untuk keuntungan dalam pengobatan
(Ansel, 1989).
Menurut Farmakope Edisi III, kapsul adalah bentuk sediaan obat yang
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari
gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Macam-macam kapsul yaitu
kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) contohnya kapsul
tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul sianokobalamin. Kapsul cangkang
lunak (capsulae molles, soft capsule) contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul
vitamin. Komponen kapsul zat aktif obat, cangkang kapsul, zat tambahan. Zat
tambahan terdiri dari bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat
yang cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau
magnesium oksida atau silikon dioksida, bahan pelicin (magnesium stearat),
surfaktan/zat pembasah.
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak:
Kapsul keras Kapsul lunak
- terdiri atas tubuh dan tutup - satu kesatuan
- tersedia dalam bentuk kosong - selalu sudah terisi

6
- isi biasanya padat, dapat juga cair - isi biasanya cair, dapat juga padat
- cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal
- bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam - macam

Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya


tumpul tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus, misal
ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk
mengetahui identitas pabrik. Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang
diizinkan. Kedalam cangkang kapsul ini dapat diisikan bahan-bahan obat
padat (serbuk, massa pil) ataupun bahan obat cair (bukan cairan air), tentu
saja bahan yang dimasukkan ke cangkang kapsul tidak merusak gelatin.
Isinya berkisar antara 0,250-5/6 cm2. Kapsul gelatin tidak tepat untuk diisi
cairan berair karena air akan melunakkan gelatin dan menimbulkan kerusakan
kapsul.
Ukuran cangkang kapsul yang sesuai arus dipilh untuk membentuk
sediaan kapsul penuh. Cangkang kapsul tersedia dalam 8 ukuran berat jenis
campuran akan memenuhi syarat pilihan ukuran kapsul.
No kapsul 000 00 0 1 2 3 4 5
Kandungan (mg) 950 650 450 350 250 200 150 100

2.2.2 Cara Pengisian Kapsul


Yang dimaksud kapsul disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras
terdiri dari dua bagian yaitu bagian dalam/induk yaitu bagian yang lebih
panjang (biasa disebut badan kapsul) dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian
juga disebut Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar-
besaran di pabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas pada
bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian
induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya
cangkang kapsul yang telah diisi selama transportasi dan penanganan (Ansel,
1989).

7
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin.
1) Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep
dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan
untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan
terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan
cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap
bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
2) Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat
dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya:
- Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian
alat yang tidak bergerak.
- Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan/ditaburkan
pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
- Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
3) Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besarbesaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan
jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih
terjamin.

8
2.2.3 Keseragaman Bobot
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua
kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan
tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh
kolom B (Farmakope Indonesia III, 1979).
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata kapsul
A B
<120 mg 10% 20%
≥ 120 mg 7,5% 15%

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Kapsul


 Keuntungan
- Bentuknya menarik dan praktis.
- Pengisian cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan seperti pil
dan tablet.
- Mudah ditelan cepat hancur / larut dalam pelarut sehingga obat cepat
diabsorbsi.
- Cangkang kapsul tidak berasa sehinnga dapat menutupi obat yang
memiliki bau dan rasa yang tidak enak.
- Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosisnya
yang berbeda.
 Kerugian
- Tidak dapat dibagi-bagi
- Tidak daat diberikan utuk balita
- Tidak dapat digunakan zat yang hirgroskopis
- Tidak dapat digunakan untuk zat yang berinteraksi dengan cangkang
kapsul
- Tidak dapat digunakan untuk bahan yang mudah menguap karena pori
pori kapsul tidak dapat menahan penguapan

9
2.3 Bahan Tambahan
1) Cab – O sil
a. Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica;
fumed silica; fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS;
silica colloidalis anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide
colloidal; silicon dioxide fumed; synthetic amorphous silica.
b. Pemerian : Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic
dengan ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan,
terang, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
c. Rumus Kimia : SiO2 (BM = 60.08)
d. Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant;
suspending agent; tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-
increasing agent.
Cab-O-Sil digunakan secara luas dalam farmasi, kosmetik dan produk
makanan. Cab-O-Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area
permukaan spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang
diinginkan yang dieskplorasi untuk memperbaiki aliran serbuk kering
pada proses pembuatan tablet. Penggunaan Cab-O-Sil sebagai :
Aerosol = 0,5 – 2,0 %
Emulsion = 1,0 – 5,0 %
Glidant = 0,1 – 1,0 %
Suspending dan thickening agent = 2,0 – 10,0 %
e. Sifat fisika kimia : pH : 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion), distribusi
partikel: 7-16 nm
f. Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan
asam, kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida
panas. Membentuk dispersi koloidal dalam air.
g. Stabilitas dan kondisi penyimpanan : Cab-O-Sil higroskopis tetapi
mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair. Ketika digunakan dalam
sistem aqueous pada pH 0-7.5, Cab-O-Sil dapat meningkatkan viskositas
dari sistem. Tapi pada pH lebih dari 7.5 peningkatan viskositas Cab-O-

10
Sil akan berkurang dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan Cab-O-Sil
menghilang karena Cab-O-Sil terlarut membentuk silikat.

2) Avicel
a. Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum
microcristallinum; Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460;
Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel; Tabulose;
Vivapur.
b. Rumus Kimia : (C6H10O5)
c. Fungsi : Adsorbent; suspending agent; capsule diluent; tablet
disintegrant.Avicel digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya
sebagai binder/diluent pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini
digunakan baik dalam granulasi basah dan proses kempa langsung. Pada
penambahannya sebagai binder/diluent, avicel juga memiliki fungsi
sebagai lubrikan dan disintegran yang berguna dalam tabletasi.
d. pH : 5,0-7,5
e. Densitas : 1,512-1,668 g/cm3
f. Titik lebur : 260-270oC
g. Distribusi partikel : 20-200 μm
h. Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut
dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.
i. Kompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.

11
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat:
 Analytical balance
 Sendok penyu
 Perkamen
 Mortir dan stamper
 Pot salep
 Sudip

Bahan:
 Ekstrak kencur
 Kapsul kosong

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Pembuatan kapsul ekstrak kencur
Dibuat 100 kapsul dari bahan aktif ekstrak kencur dengan komposisi
senyawa marker EPMS sebanyak 15mg/kapsul. Bahan tambahan yang
digunakan yaitu campuran cab-o-sil dan avicel pada perbandingan 1:3.
3.2.2 Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul
sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang
seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi
kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari 2 kapsul yang lebih dari yang
ditetapkan pada kolom B.

12
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata isi kapsul
A B

120 mg atau lebih ±10% ±20%

Lebih dari 120 mg ±7,5% ±15%

3.3 Skema Kerja

3.3.1 Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur

Tentukan no Hitung berat ekstrak, Ditimbang ekstrak,


cangkang kapsul cab-o-sil dan avicel cab-o-sil dan avicel
yang akan digunakan yang dibutuhkan

Timbang Tambahkan ekstrak, Masukkan cab-o-sil dan


campuran menjadi gerus ad homogen avicel ke dalam mortir,
2 bagian gerus ad homogen

Masing-masing Masukkan ke dalam Bersihkan bagian


bagian dibagi cangkang kapsul, luar kapsul,
menjadi 10 kapsul tutup kapsul masukkan wadah

3.3.2 Uji Keseragaman Bobot

Dibuka cangkang Ditimbang bobot isi


Ditimbang 20 kapsul satu per satu masing-masing
kapsul sekaligus (20 kapsul) kapsul

Hitung penyimpangan bobot Hitung bobot Ditimbang 20


masing-masing kapsul rata-rata isi cangkang
terhadap bobot rata-rata kapsul kapsul

Penyimpangan bobot tiap kapsul, Penyimpangan bobot 2 kapsul tidak


tidak boleh melebihi dari yang lebih dari yang ditetapkan pada
ditetapkan pada kolom A (7,5%) kolom B (15%)
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Perhitungan
1) Bobot untuk 100 kapsul
- Bobot tiap kapsul : 200mg
- Bobot untuk 100 kapsul : 200mg x 100 = 20.000 mg ~ 20 g
2) Perhitungan EPMS
- Bobot EPMS untuk tiap kapsul : 15mg
- Bobot EPMS untuk 100 kapsul : 15mg x 100 = 1500 mg ~ 1,5g
3) Perhitungan kebutuhan ekstrak
100%
Ekstrak yang ditimbang : 𝑥 1,5 𝑔 = 5,18 𝑔
28,94%

4) Perhitungan kebutuhan bahan tambahan


- Bahan tambahan : 20 g – 5,18 g = 14,82 g
- Bahan tambahan yang digunakan Cab-o-sil : Avicel (1:3)
1
a. Kebutuhan cab-o-sil : 4 𝑥 14,82 𝑔 = 3,71 𝑔
3
b. Kebutuhan avicel : 4 𝑥 14,82 𝑔 = 11,11 𝑔

5) % Kesalahan Setelah Pencampuran Bahan

20 𝑔 − 19,92 𝑔
𝑥 100% = 0,4%
20 𝑔

14
6) Keseragaman Bobot
Cangkang+isi Cangkang kosong Bobot %
NO
(g) (g) ekstrak (g) penyimpangan
1 0,318 0,125 0,193 0%
2 0,319 0,123 0,196 1,55%
3 0,320 0,129 0,191 1,04%
4 0,320 0,127 0,193 0%
5 0,318 0,129 0,189 2,07%
6 0,322 0,128 0,194 0,52%
7 0,318 0,124 0,194 0,52%
8 0,318 0,127 0,191 1,04%
9 0,320 0,130 0,190 1,55%
10 0,321 0,127 0,194 0,52%
11 0,320 0,131 0,189 2,07%
12 0,320 0,128 0,192 0,52%
13 0,320 0,127 0,193 0%
14 0,319 0,124 0,195 1,04%
15 0,322 0,128 0,194 0,52%
16 0,321 0,131 0,190 1,55%
17 0,319 0,125 0,194 0,52%
18 0,318 0,125 0,193 0%
19 0,321 0,125 0,196 1,55%
20 0,317 0,124 0,193 0%
Rata – rata bobot ekstrak 0,193

Bobot total : 3,854 g


3,854𝑔
Bobot rata-rata : = 0,193𝑔
20

% Penyimpangan :
:(Bobot yang direncanakan tiap kapsul ) – (bobot rata –rata) x 100%
Bobot yang direncanakan tiap kapsul
0.2 𝑔 − 0.193 𝑔
: 0.2 𝑔
× 100% = 3,5%

15
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, kapsul yang diuji
keseragaman bobot berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, tidak ada
satupun kapsul yang melebihi kolom A ( 7,5% ) dan tidak ada kapsul yang
melebihi kolom B ( 15% ) sehingga kapsul yang diujikan memenuhi
persyaratan uji keseragaman bobot.

16
4.1.2 Gambar Hasil Proses Praktikum
 Penimbangan bahan

Penimbangan cab-o-sil Penimbangan avicel


sejumlah 3, 71g sejumlah 11,11g
Penimbangan ekstrak
kencur sejumlah
5,18g

Ketiga bahan yang telah Ketiga bahan tersebut


Hasil yang didapatkan
dihomogenkan ditimbang dimasukkan kedalam
tadi, dibagi menjadi 2
dan didapatkan hasil mortir dan digerus ad
bagian sama banyak yang
sebanyak 19,92g homogen.
masing-masing ditimbang
sebanyak 9,96g untuk 50
kapsul

Dari 100 kapsul yang


Setelah dibagi menjadi 2 dan Setelah semua sudah dibuat,
masing-masing ditimbang bahan telah dilakukan uji
sebanyak 9,96g lalu di masuk kedalam keseragaman bobot
masukkan ke dalam 100 kapsul kapsul, di tutup yang diambil
semua kapsul sebanyak 20 kapsul
tersebut secara acak

17
 Uji Keseragaman Bobot

Kapsul 1 Kapsul 1 Kapsul 2 Kapsul 2


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 3 Kapsul 3 Kapsul 4 Kapsul 4


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 5 Kapsul 5 Kapsul 6 Kapsul 6


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

18
Kapsul 7 Kapsul 7 Kapsul 8 Kapsul 8
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 9 Kapsul 9 Kapsul 10 Kapsul 10


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 11 Kapsul 11 Kapsul 12 Kapsul 12


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

19
Kapsul 13 Kapsul 13 Kapsul 14 Kapsul 14
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 15 Kapsul 15 Kapsul 16 Kapsul 16


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

Kapsul 17 Kapsul 17 Kapsul 18 Kapsul 18


Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

20
Kapsul 19 Kapsul 19 Kapsul 20 Kapsul 20
Bobot kapsul+isi Cangkang kosong Bobot kapsul+isi Cangkang kosong

21
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan pembuatan sediaan kapsul
ekstrak kencur dan melakukan uji keseragaman bobot dari kapsul-kapsul esktrak
kencur yang telah dibuat. Jumlah kapsul ekstrak kencur yang dibuat adalah 100
buah dengan kadar EPMS yang dibuat untuk tiap kapsul yaitu 15mg/kapsul dan
bobot masing-masing kapsul yaitu 200mg/kapsul. Selain menggunakan ekstrak
kencur sebagai bahan utama, digunakan juga cab-o-sil dan avicel sebagai bahan
tambahannya dengan perbandingan (1:3) sehingga dilakukan penimbangan avicel
sebanyak 11,11 g dan cab-o-sil sebanyak 3,71 g. Adapun ekstrak yang ditimbang
sebanyak 5,18 g sehingga diperoleh keseluruhan bahan yang digunakan yaitu 20 g.
Awalnya, semua bahan tersebut harus dihomogenkan terlebih dahulu dengan
menggunakan mortir. Kemudian dilakukan penimbangan kembali untuk
mengetahui bobot yang hilang setelah proses pencampuran bahan bila
dibandingkan dengan bobot penimbangan awal. Hasil penimbangan bahan
campuran yang kami peroleh adalah 19,92 g dengan %kesalahan yaitu 0,4%.
Kemudian, serbuk dibagi menjadi dua sama banyak yaitu masing-masing 9,96 g
lalu tiap bagian dimasukkan ke dalam 50 cangkang kapsul yang telah disiapkan
sebelumnya, begitupun untuk bagian yang satunya. Digunakan metode manual
menggunakan tangan untuk memasukkan semua serbuk ke dalam kapsul.
Kekurangan menggunakan metode manual yaitu membutuhkan waktu yang lama
dan ketelitian dan keterampilan yang tinggi dalam memasukkan serbuk ke dalam
kapsul. Setelah selesai, dilakukan uji keseragaman bobot kapsul untuk mengetahui
bobot dari kapsul kapsul tersebut dimana keseragaman berbanding lurus dengan
kadar ataupun dosis, sehingga uji keseragaman bobot penting untuk dilakukan. Uji
keseragaman bobot menggunakan 20 kapsul yang dipilih secara random. Diperoleh
bobot rata-rata yaitu 0,193 g. Menurut Farmakope Indonesia III, uji keseragaman
bobot kapsul yang baik untuk kapsul yang lebih dari 120 mg yaitu tidak boleh
melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari 2 kapsul yang
lebih dari yang ditetapkan pada kolom B. Bila dibandingkan dengan hasil uji
keseragaman bobot yang dilakukan maka dapat dikatakan memenuhi persyaratan
uji keseragaman bobot dikarenakan tidak ada satu pun kapsul yang melebihi kolom
A dan tidak ada kapsul yang melebihi kolom B (15%).

22
Selain itu, bila dibandingkan dengan berat kapsul yang direncanakan (200
mg/kapsul) maka %penyimpangan atau kesalahan yang diperoleh yaitu 3,5%. Hal
ini masih dikatakan baik. Penyimpangan yang terlalu besar akan berdampak pada
kadar EPMS pada masing-masing kapsul yang semakin berkurang juga. Ketika
kadar EPMS dalam kapsul rendah, maka dosisnya juga menjadi berkurang sehingga
efek terapi yang diharapkan juga menjadi berkurang. Besarnya % penyimpangan
yang terjadi bisa dikarenakan kurang kuantitatif dalam proses pembuatan kapsul

23
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2011. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat Asli
Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Caesaria, Cindy. 2009. Isolasi Etil p-metoksisinamat Dari Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.) dan Identifikasinya Dengan Kromatografi Gas
Spektroskopi Massa. Pharmacy, Vol.06 No. 02 Agustus 2009. ISSN 1693-3591

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Handayani, Sri. 2015. Potensi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga) Sebagai


Pencegah Osteoporosis dan Penurun Kolesterol Melalui Studi In-Vivo dan In-
Silico. Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif
Medicine. ISBN: 978-602-19556-2-8
Hardiman, Intarina. 2015. Sehat Alami Dengan Herbal 250 Tanaman Berkhasiat
Obat. Pusat Studi Biofarmaka IPB. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN:
978-602-03-0460-1. p 204-205

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksananaan Validasi Metoda dan Cara


Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1. Hal. 119, 122

Huang, L. 2008. Sedative activity of hexane extract of Kaempferia galanga L. And


its active compound. Journal of ethnopharmacology. 120: 123-125

Li Songlin et al. 2008. Chemical markers for the Quality Control of Herbal
Medicines. Chinese Medicine Laboratory : China

Plantamor http://plantamor.com/species/info/kaempferia/galanga Diakses pada 15


September 2018

Purnomo, S. 2008. Analisis Senyawa Marker. Tesis Program Pasca Sarjana,


Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada

Rahayu, Sri Endarti. 2014. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS.

24
Rosita, S. M. 2007. Respon Kencur (Kaempferia galanga) Terhadap Pemupukan.
Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII.

25

Anda mungkin juga menyukai