Anda di halaman 1dari 10

Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare) dengan

Metode Infundasi
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan infus dan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan infus.
2. Mahasiswa mampu membuat ekstrak kering/kental yang berasal dari
simplisia dengan cara infundasi.
II. DASAR TEORI
2.1 Klasifikasi Buah Adas (Foeniculum vulgare)
Klasifikasi dari buah adas adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genua : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare
Tumbuhan Adas Foeniculum vulgare berbentuk herba yang berbau harum,
berwarna hijau terang, tegak, dan dapat mencapai dua meter tingginya. Daun tumbuh
sehingga 40 sentimeter panjang, berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam
bentuk rambut, kira-kira selebar 0,5mm.Bunga yang dihasilkan di ujung tangkai
adalah bunga majemuk yang berdiameter 5 hingga 15cm. Setiap bagian umbel
mempunyai 20-50 kuntum bunga kuning yang amat kecil pada pedikel-pedikel yang

pendek. Buahnya adalah biji kering dari 4 hingga 9 milimeter panjang, dengan lebar
separuh panjangnya, dan mempunyai alur. Bijinya yang dikeringkan dikenali sebagai
biji adas.
Kegunaan adas Foeniculum vulgare yaitu untuk mengobati Sakit perut
(mulas), perut kembung, mual, muntah, ASI sedikit, Diare, sakit kuning (jaundice),
kurang nafsu makan, batuk, Sesak napas (Asma), nyeri haid, haid tidak tertur, rematik
goat, Susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), kolik, Usus turun ke
lipat paha (hernia inguinalis), batu empedu, Pembengkakan saluran sperma
(epididimis), Penimbunan cairan dalam kantung buah zakar (hiodrokel testis),
Keracunan tumbuhan obat atau jamur, meningkatkan penglihatan.
Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1 6%, mengandung 50
60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren,
metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kandungan anetol
yang menyebabkan adas mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat karminatif.
Akar mengandung bergapten. Akar dan biji mengandung stigmasterin (serposterin).
II.2

Pengertian Infusa dan Infundasi

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia
nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit yang dihitung sejak air mendidih.
Jika bahan yang digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras,
bahan yang digunakan dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan
bunga) seperti daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga
melati, dan daun sambiloto. Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini
disebut infusa.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari
zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 2013).

Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat


ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apa pun kecuali proses
pengeringan. Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisian nabati
dan simplisia hewani. Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh,
organ-organnya, maupun zat-zat yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan
belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang
masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sumber simplisia nabati sampai saat
ini berupa tumbuhan liar dan tanaman budi daya.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Proses Infundasi


Kelebihan dari penyarian dengan metode infundasi adalah: (Anonim, 2013)
1. Sederhana
2. Mudah dilakukan dan sering dipakai oleh perusahaan tradisional dengan
sedikit modifikasi
Kelemahannya dengan metode penyarian ini adalah: (Anonim, 2013)
1. Sari tidak stabil
2. Mudah tercemar oleh kuman dan kapang sehingga tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam
2.4 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Infus
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infusa adalah:
1.

Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat

keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.

2.

Derajat halus simplisia


Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat

halus sebagai berikut: (Anonim, 1979)

Serbuk (5/8)

Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun


sena

3.

Serbuk (8/10)

Dringo, kelembak

Serbuk (10/22)

Laos, akar valerian, temulawak, jahe

Serbuk (22/60)

Kulit kuni, akar ipeka, sekale kornutum

Serbuk (85/120)

Daun digitalis

Banyaknya ekstra air


Umumnya untuk membuat sediaan infusa diperlukan penambahan air

sebanayak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita
gunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
4.

Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang

mengandung minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.

5.

Penambahan bahan-bahan lain

Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot
bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia kelembak yang mengandung
glikosida antrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.
6. Infus asam jawa dan simplisia berlendir tidak perlu diperas
7. Asam jawa, dihilangkan bijinya dulu dan dibuat bubur
8. Buah adas harus dipecah dulu
2.5 Cara Pembuatan Infus
Pembuatan infus berdasarkan Farmakope Edisi IV adalah sebagai berikut:
1. Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci
dengan air secukupnya.
2. Panaskan diatas tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu
mencapai 90C sambil sekali-sekali diaduk.
3. Serkai selagi panas melalui kain flanel.
4. Tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki.
III.

ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Panci Infus
2. Beaker Glass 500 mL
3. Timbangan Simplisia
4. Batang Pengaduk
5. Gelas Ukur 250 ml
6. Botol Infus
7. Corong
8. Termometer
9. Waterbath
10. Hot Plate
III.2
1.
2.
3.
4.

IV.

Bahan
Air
Simplisia buah adas
Kain flanel
Lap dan tissue

CARA KERJA
4.1 Proses Infundasi
5

Buat 100 ml infus

Ditimbang sejumlah serbuk simplisia sesuai yang tertera dalam monografi,


kecuali dinyatakan lain 10 bagian untuk 100 bagian infus.

Dimasukan simplisia ke dalam panci infus, basahi dengan air sebanyak 2x


bobot simplisia, tambahkan air secukupnya.

Dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90- 98c selama 15 menit
dihitung mulai suhu mencapai 90c.

Disaring cairan pada saat panas menggunakan kain flannel, kecuali untuk
simplisia yang mengandung manyak atsiri.

Dipanaskan air secukupnya melalui ampas hingga di peroleh 100 ml.

Dipekatkan di atas waterbath suhu 90 c hingga kental.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


Simplisia
Aquadest
Air untuk membasahi
Berat pot kosong
Berat pot ekstrak
Berat ekstrak

: buah adas 50 gram


: 500 ml
: 2 x 50 = 100 ml
: 7,0817 gram
: 14,5 gram
:14,5 7,0817 gram = 7,4183 gram

Rendemen =

jumla h ekstrak yang di dapat


x 100
jumla h simplisia yang di gunakan
7,4183
x 100
50 gram

= 14,83 %

VI.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan ekstraksi buah adas dengan

menggunakan metode infundasi. Percobaan ini bertujuan untuk memahami cara


pembuatan infusa dan hal-hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan infuse serta
mampu membuat ekstrak kering atau kental yang berasal dari simplisia. Infundasi
merupakan proses penyarian yang umumnya di gunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati, sedangkan infuse
adalah hasil dari proses ekstraksi dengan menggunakan metode infundasi dengan
pemanasan air setelah suhu mencapai 900 c selama 15 menit.
Pada proses infundasi kali ini menggunakan simplisia kering buah adas. Zat
yang terkandung dalam buah adas ini adalah Anetol, Fanchom Methil Chavicol dan
Anis Keton. Morfologi atau cirri simplisia dari buah adas ini adalah bentuk padat,
kering, berwarna hitam kecoklatan, rasa manis pedas, berbau khas dan mempunyai
sifat menghangatkan. Bagian yang digunakan dalam praktikum ini adalah buahnya
yang sudah dikeringkan.
Proses infundasi yang di lakukan pada praktikum ini sangat sederhana dan
sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional dengan beberapa modifikasi, cara
ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Umumnya untuk 100 bagian sari
diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian bahan.
Hal ini disebabkan karena kandungan simplisia kelarutannya terbatas, disesuaikan
dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, berlendir (misalnya karagenan), daya

kerjanya keras (misalnya Digitalis folium). Dan simplisia yang di gunakan untuk
pembuatan infuse harus mempunyai derajat kehalusan tertentu.
Cara pengerjaan metode ini adalah dengan memasukkan simplisia atau buah
adas kedalam lumpang, kemudian digerus ringan. Pengerjaan bahwa buah adas harus
digerus ringan karena dalam literature untuk buah adas harus dipecah dahulu. Lalu
dibasahi dengan air sebanyak 2x bobot bahannya. Digunakan pelarut air karena
memang sesuai literature yang ada bahwa metode infundasi ini dilakukan dengan
menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air. Selain itu air dipertimbangkan
sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar,
tidak beracun, serta alamiah. Tetapi meskipun air memiliki keunggulan sebagai
penyari, air juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu tidak selektif, sari dapat di
tumbuhi kapang dan kuman. Dari beberapa kelemahan air sebagai penyari tersebut,
maka sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam, sebab penyarian
dengan metode infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil.
Karena media yang digunakan adalah air yang tidak selektif dan mudah di
tumbuhi kuman, air yang digunakan untuk melarutkan simplisia ini harus dengan
perbandingan 1 : 10 sesuai literature. Dan karena yang digunakan ini adalah simplisia
kering maka massa air yang ditambah 2x bobot simplisia keringnya yang bertujuan
untuk membasahi simplisia, dan untuk buah adas 50 gram digunakan aquadest
sebanyak 100 ml. Pembasahan ini bertujuan agar sel simplisianya membengkak
sehingga zat aktif cepat keluar. Setelah air dipanci mencapai suhu 900C (diukur
menggunakan termometer) lalu dimasukkan buah adas yang telah dibasahi kedalam
panci. Panci kemudian ditutup dan dibiarkan selama 15 menit.
Setelah 15 menit, panci diangkat. Kemudian simplisia yang telah direbus
diserkai menggunakan kain flannel selagi panas. Kecuali untuk simplisia yang
mengandung minyak atsiri hasil infus didinginkan dahulu, agar kandungan minyak
atsiri tersebut tidak menguap. Setelah semuanya diserkai, ditambahkan air panas
melalui ampas hingga diperoleh sari sebanyak volume yang diinginkan yaitu 500 ml.

Kemudian sari tersebut dikentalkan dengan cara dipanaskan didalam wajan


yang dibawahnya berisi air yang sudah mendidih. Sehingga wajan tidak kontak
langsung dengan api kompor. Sari tersebut harus terus diaduk hingga mengental agar
tidak lengket di wajan. Sambil diaduk, kipas angin diarahkan kearah wajan agar
mempercepat penguapan kadar air dari ekstrak.

Memang jika kita tidak

menggunakan kipas angin penguapan akan lebih cepat terjadi. Namun, hal ini akan
merusak zat aktif didalam simplisia karena suhu dari kompor semakin lama semakin
meninggi. Setelah sari terbentuk menjadi ekstrak kental, sari dimasukkan kedalam pot
plastic yang sebelumnya sudah ditimbang. Berat ekstrak kental yang diperoleh adalah
7,4183 gram.
Ekstrak yang terbentuk berwarna coklat kehitaman, berbau khas buah adas
dan berkonsistensi cairan kental. Sedangkan rendemen yang diperoleh adalah
14,83%. Rendemen adalah persentase perbandingan antara berat bagian bahan yang
dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendemen ini berguna untuk
mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Apabila nilai rendemen suatu
produk atau bahan semakin tinggi, maka nilai ekonomisnya juga semakin tinggi
sehingga pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif.

VII. KESIMPULAN
Dari

praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:
1. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia
nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit.
2. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari
zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
3. Untuk simplisia buah adas harus dengan perlakuan dipecah dahulu, agar
penyari dapat masuk ke dalam dan melarutkan zat aktif.
4. Penyarian dilakukan pada suhu 90C - 98C, karena proses infundasi
dilakukan dalam suhu yang tinggi agar kelarutan zat aktif semakin tinggi.

5. Untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama harus dilakukan


pengurangan kadar air yaitu dengan menguapkan cairan infus menjadi ekstrak
kental.
6. Hasil nilai rendemen yang diperoleh dari ekstrak kentala buah adas pada
praktikum ini adalah 14,83%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 2013. Bahan Ajar Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes RI
Aceh.
Anonim. 2012. Bahan Ajar Farmasetika I. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes
RI Aceh.
Anonim. 2013. Penuntun Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes RI
Aceh.
http://id.wikipedia.org/wiki/Adas diakses tanggal 6 oktober 2013.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=106 diakses tanggal 6 oktober
2013.

10

Anda mungkin juga menyukai