Anda di halaman 1dari 16

PERKOLASI

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara
perkolasi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyari simplisia
dengan cara perkolasi.
Mahasiswa mampu membuat ekstrak dengan cara perkolasi.

II.

DASAR TEORI
II.1
Klasifikasi Buah Pala
Nama Umum
: Buah Pala
Nama ilmiah
: Myristica fragrans Houtt.
Nama asing
: Nutmeg (Inggris)
Nama Daerah
: Pala (sunda), falo (Nias), pala (Melayu), palangana
(Makassar), bubula, bubura, palo (Timor), Palalao
Pemerian
Kadar minyak atsiri
Makroskopik

(Nusa laut), gosora (Halmahera)


: Bau khas aromatik, rasa

agak

pahit,,

agak

pedas dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah


: tidak kurang dari 3 % v/b
: bentuk inti biji bulat telur, panjang 2 cm sampai 3 cm,
lebar 1,5 cm sampai 2 cm. Warna permukaan luar coklat
muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garisgaris kecil berwarna coklat tua sampai coklat tuia
kemerahan. Permukaan luar juga beralur dangkal yang
berupa anyaman jala.

2.2 Kandungan Kimia dan Kegunaan Buah Pala


2.2.1 Kandungan Kimia
Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk
kesehatan. Kulit dan daging buah pala mengandung minyak atsiri dan zat samak.
Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati.
Sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, elemisi,
enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Biji pala juga mengandung
minyak menguap (miristin, pinen, kamfen, dipenten, safrol, eugenol, iso eugenol
dan alcohol), gliserida (asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol),

protein,lemak, pati dan gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung


trimyristin.
Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung
biji Myristica fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya
mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak
pahit. Sebanyak 8 - 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang
terpenting pada fuli.

2.2.2 Kegunaan
PaIa dikenal sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat
perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang
menyenangkan. Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar sedangkan pala jantan
dipakai sebagai obat rnencret dan obat perangsang. Bunga kering (kembang Pala)
dipakai pada pelbagai campuran jamu.
Kegunaan khusus dari biji Pala, yang dikenal sebagai Nux moschata M.moschata
adalah sebagai obat homoeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk
menghilangkan kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau
tepung. Obat homoeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri, sembelit,
mencret dan penyakit sulit tidur atau perut kembung.
Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek
merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala menimbulkan efek
membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat-saraf disusul oleh
depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang, halusinasi, pusing
kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa ngantuk, kulit dan
selaput lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa berat di kepala. Asam
miristat merupakan komponen utama dalam biji pala. Sekitar 76,6 % kandungan
asam miristat dalam biji pala. Pada percobaan kali ini untuk mendapatkan asam
miristat dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet dari biji pala .

2.3 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan dari atas
kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi). Secara umum, proses perkolasi inni dilakukan pada
temperature ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah
perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik
pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan yang sudah tidak berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi, karena :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari, karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
c. Tidak memerlukan langkah tambahan, yaitu sampel padat telah terpisah
dari ekstrak.
Kelemahan perkolasi dibandingkan dengan metode refluks, yaitu :
a. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
b. Pelarut dingin selama proses perkolasi, sehingga tidak dapat melarutkan
komponen secara efisien.

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,yaitu suatu bentuk


tabung terbalik, dibagian bawahnya dipasang keranda, sedangkan dibagian
atasnya diletakkan wadah berisi cadangan penyari. Bagian tengan percolator
perkolator diletakkan serbuk simplisia yang akan diekstraksi. Serbuk simplisia
tersebut direndam dalam cairan penyari yang dipilih selama beberapa saat, setelah
itu keran bawah dibuka sedikit, sehingga cairan penyari akan menetes kebawah
setetes demi setetes, dengan otomatis cadangan penyari di atas perkolator akan
ikut menetes menggantikan pelarut yang telah keluar berupa ekstrak.
Dengan cara ini, maka fenomena jenuh seperti halnya terjadi pada
metode maserasi tidak akan terjadi dan selama terjadi aliran maka perbedaan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel akan selalu terjaga sebesarbesarnya. Sehingga proses ekstraksinya akan berjalan dengan lebih sempurna dan
lebih tuntas tersari sempurna. Sedangkan cairan yang digunakan untuk menyari
disebut cairan penyari atau menstrum, dan zat aktif yang keluar dari percolator
disebut perkolat, sisa dari penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Pemilihan perkolator tergantung pada serbuk simplisia yang akan disari.
Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan menggunakan alat perkolasi yang sempit, karena perkolat akan
segera mrnjadi pekat dan berhenti mengalir.
Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari tersedia
lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk
melarutkan zat aktif, pada keadaan tersebut pembuatan sediaan digunakan
perkolator yang lebar untuk mempercepat proses perkolasi. Ukuran percolator
yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang akan disari.
Jumlah bahan yang kan disari tidak boleh lebih dari 2/3 dari tinggi perkolator.

2.4 Perkolator
Macam-macam perkolator, yaitu :
a. Bentuk tabung

b. Bentuk paruh

c. Bentuk corong

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkolasi, yaitu :


a. Pembuatan ekstrak cair dengan menggunakan penyari etanol,
dilakukan tanpa pemanasan
b. Untuk ekstrak cair yang menggunakan penyari air, segera dihangatkan
pada suhu 90C, dilenapkan pada tekanann rendah tidak lebih dari
50C hingga diperoleh konsentrasi yang diinginkan.

2.5 Modifikasi Perkolasi


Perkolasi dapat dimodifikasi sebagai berikut :
a. Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pemekatan sari, maka
cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan
pemekatan sari dengan pemanasan, sedangkan pada reperkolasi tidaak
dilakukan pemekatan sari.
b. Perkolasi Bertingkat
Pada proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kdar
yang maksimal, karena selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk
simplisia terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai kebawah
disertai dengan pelarutan zat aktif, sehingga menghasilkan perkolat yang
kepekatannya tidak sama, pada tetesan pertama menghasilkan tetesan yang
pekat dan pada tetesan terakhir menghasilkan tetesan yang encer. Untuk
memperbaiki hal tersebut, maka dapat dilakukan cara perkolasi bertingkat.
Prinsip perkolasi bertingkat yaitu serbuk simplisia yang hampir tersari
sempurna, sebelum dibuang disari dengan cairan penyari yang baru, hal ini
diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat disari sempurna, sebaiknya serbuk
simplisia tersebut disar dengan perkolat yang hampir jenuh, sehingga dapat
diperoleh perkolat akhir yang jenuh.
Cara ini cocok digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk
perusahaan yang memproduksi sediaan galenika. Agar diperoleh cara yang tepat,
perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat
ditetapkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jumlah perkolator yang diperlukan


Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
Jenis cairan penyari
Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
Besarnya tetesan
Perkolat dari suatu perkolator dapat dialirkan ke perkolator lainnya
Ampas mudah dikeluarkan.

Perkolator yang digunakan untuk cara ini agak berbeda dengan perkolator
biasa. Perkolator ini harus dapat diatur, sehingga perkolat dari suatu perkolator
dapat dialirikan ke perkolator lainnya, agar ampasnya dengan mudah dapat
dikeluarkan. Percolator diatur dalam suatu deretan, dan tiap perkolator berlaku
sebagai perkolator pengatur.

III.

ALAT DAN BAHAN


III.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain :


Perkolator
Beaker glass
Timbangan analitik
Batang pengaduk
Gelas ukur
Kertas saring
Botol coklat
Bejana
Wajan
Hot plate
Pengaduk
Pot plastik
Kipas angin
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, antara lain :
Etanol 70%
Biji Pala
Perkolat simplisia biji pala 1000 ml

IV. CARA KERJA


IV.1 Pembuatan perkolat simplisia biji pala
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Dibuat 100 bagian perkolat

Disiapkan perkolator

Dibasahi sejumlah serbuk simplisia sesuai dengan formula standar,


(kecuali dinyatakan lain, 10 bagian untuk 100 bagian) dengan 2,5 5
bagian cairan penyari

Dimasukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam

Dipindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap


kali ditekan hati-hati

Dituangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan


di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari

Ditutup percolator dan dibiarkan selama 24 jam

Dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit

Ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu


terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia hingga diperoleh 80 bagian
perkolat

Diperas massa, dan dicampurkan cairan perasan kedalam perkolat

Ditambahkan cairan penyari secukupnya, sehingga diperoleh volume yang


diinginkan, (untuk ekstrak kering, uapkan perkolat sampai kering)

Dipindahkan kedalam bejana

Ditutup dan dibiarkan selama 2 hari ditempat sejuk, terlindung dari cahaya

Dienap tuangkan dan di saring

Dimasukkan kedalam wadah coklat tertutuo rapat

Diberi identitas (termasuk bentuk, warna dan bau)


IV.2

Penguapan perkolat biji pala


Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Diuapkan hasil perkolat dengan suhu 40-50C

Dihitung rendemen ekstrak


Ekstrak dimasukkan kedalam pot plastik

Disimpan didalam lemari pendingin

V. DATA PERHITUNGAN
V.1 Perhitungan perkolasi
1 Pengenceran Etanol 96%
N1 . V 1

= N2 . V2

70% . 1000 ml = 96% . V2


V2

Aquadest

= 730 ml (etanol 96%)

= 1000 ml 730 ml
= 270 ml

Simplisia biji pala = 100 gram

V.2 Data dan hasil perkolasi


Simplisia biji pala

= 100 gram

Cairan penyari (etanol 70%)

= 100 ml

Untuk membasahi serbuk

200 ml

Perhitungan :

10

Pengenceran Etanol 96%


N1 . V 1

= N2 . V2

70% . 1000 ml

= 96% . V2

V2

= 730 ml (etanol 96%)

Aquadest

= 1000 ml 730 ml
= 270 ml

24 jam = 1440 menit


1ml/menit
1ml = 25 tete s

750 ml
1440 menit
=
x
1
750 ml
1440 menit

= 0,521 ml

1 ml
0,521ml

25 tetes
x

25 tetes .0,521 ml
1 ml

11

13,025 tetes ~ 13 tetes

V.3 Perhitungan penguapan perkolasi


Berat pot kosong

= 7,0383 gram

Berat pot + sampel

= 14,6682 gram

Berat sampel

= 14,6682 gram 7,0383 gram


= 7,629 gram

Rendemen ekstrak =

berat ekstrak yang diperole


x 100%
100 gram
7,629 gram
100 gram x 100%

= 7,629 =7,63

12

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami akan membahas tentang pengekstraksian
secara perkolasi. Sebelum kita membahas secara lebih lanjut bahan maupun
tahapan perkolasi, sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
perkolasi. Jadi, perkolasi merupakan penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Di dalam melakukan proses perkolasi proses difusi yang berlangsung
merupakan fungsi dari kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konstanta difusi
obat pelarut. Karena mudah dilakukan, perkolasi merupakan prosedur pilihan
untuk kebanyakan ekstraksi tanaman, seperti halnya maserasi. Perkolasi dapat
dilakukan baik skala laboratorium maupun skala industri.
Adapun tujuan dilakukan metode perkolasi bagi mahasiswa adalah agar
mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi serta
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara perkolasi,
mahasiswa juga mampu membuat ekstrak cair dengan cara perkolasi. Namun
tujuan perkolasi ini sendiri adalah supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan

13

biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan
oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi
antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
Bahan yang kami gunakan pada metode perkolasi adalah biji pala,
sedangkan penyarinya etanol 96%, tetapi etanol yang tersedia di laboratorium
adalah etanol 70% maka kami melakukan pengenceran etanol.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Jadi bahan-bahan
yang digunakan pada metode perkolasi ini adalah biji pala, etanol dan air,
sedangkan untuk alatnya sendiri antara lain perkolator, beaker glass, timbangan,
batang pengaduk, gelas ukur, kertas saring, kapas, dan wadah berupa toples untuk
menampung perkolat.
Langkah pertama yang dilakukan pada metode perkolasi adalah
menyiapkan alat dan bahan. Di basahi sejumlah serbuk simplisia sesuai formula
standar, (kecuali dinyatakan lain 10 bagian untuk 100 bagian) dengan 2,5-5 bagian
cairan peyari. Dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekuang-kurangnya selama 3
jam. Manfaat dari proses pendiaman/pembasahan adalah untuk merendam
simplisia yang mengandung bahan yang mengembang bila terkena air, karena jika
langsung dialiri maka cairan penyari tidak dapat menembus keseluruh sel dengan
sempurna.
Sebelumnya dibutuhkan pemilihan bentuk perkolator tergantung pada
serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat
aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit,

14

karena perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Ukuran
perkolator yang di gunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang akan
disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi perkolator.
Pada proses perkolasi ini perkolator yang di pakai adalah jenis perkolator
tabung dan

jenis itu yang tersedia di laboratorium. Langkah selanjutnya di

pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil sesekali di tekan
hati- hati, perlu di perhatikan serbuk simplisia di dalam perkolator jangan terlalu
padat di tekan akan mempersulit carian penyari untuk menembus sel simplisia
ketika disari. Kemudian dituangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan
mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.
Selanjutnya di tutup perkolator dan dibiarkan selama 24 jam. Dibiarkan cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan berulang- ulang
cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas
simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
Kemudiaan massa diperas selanjutnya dicampurkan cairan perasan ke
dalam perkolat, ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga di peroleh
volume yang diinginkan. Dipindahkan kedalam bejana, ditutup, dibiarkan selama
2 hari ditempat sejuk, terlindung dari cahaya. Dienap tuangkan atau disaring.
Dimasukkan ke dalam wadah coklat tertutup rapat, diberi identitas (termasuk
pemberian bentuk. bau, warna).
Untuk mencapai titik akhir agar mendapatkan hasil perkolasi yaitu
perkolat maka di lakukan tahapan terakhir yaitu penguapan perkolat yang di
lakukan dengan cara di di uapkan cairan hasil perkolasi sebanyak 1000 ml di
masukkan kedalam wajan yang diletakkan di atas panci berisi air yang dipanaskan
di atas hot plate hingga didapat perkolat yang kental. Setelah perkolat diuapkan
didapat ekstrak kental sebanyak 7,629 gram. Kemudian dihitung randemennya :
Randemen=

berat ekstrak
berat sampel

x 100%

7,629 gram
x 100
100 gram

15

= 7,629 % = 7,63 %

VII.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini, antara lain :
1. Perkolasi merupakan penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
2. Simplisia yang digunakan adalah biji pala, sedangkan penyarinya
etanol-air.
3. Tujuan perkolasi ini adalah supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya
dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak
tahan pemanasan.
4. Setelah perkolat di uapkan di dapat ekstrak kental sebanyak 7,629 gram.
5. Rendemen yang di dapat sebanyak 7,63 %.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 2013. Bahan Ajar Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes
RI Aceh.
Anonim. 2013. Penuntun Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes RI
Aceh.
Anonim,

2013.

http://catatan-nakkampus.blogspot.com/2010/11/laporan-

farmakognosi-myristica.html diakses tanggal 24 oktober 2013

16

Anda mungkin juga menyukai