OLEH :
Kelompok/Kelas : 7/4A
NI KETUT BINTARI (171035)
NI MADE DINDA PRAMESTI (171036)
NI KADEK RISA BELA (171037)
KADEK MARSI DHIANA PUTRI (171038)
NI WAYAN SUKMA NITA DEWI (171039)
NI KOMANG PIPIT TRIANTI (171040)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara
infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode
ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang
mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.
Adapun keuntungan dan kekurangan dari metode infundasi yaitu sebagai berikut :
Keuntungan :
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relative rendah
3. Dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat
Kerugian :
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin.
2. Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan kapang.
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hamper sama dengan infus,
perbedaanya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu
90°C. cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan
terhadap pemanasan. Umunya dekokta dibuat dari simplisia yang keras, yang tidak
mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap pemanasan.
Klasifikasi tumbuhan yang digunakan yaitu ;
1. Daun sirih (Piperis Betle Folium)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo :Piperales
Family : Pipraceae
Genus : Piper
Species : Piper betle Lynn
Kandungan kimia tumbuhan yang digunakan
Daun Sirih (Piperis Betle Folium)
Minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol,
kavibetol,estragol,eugenol,metileugenol,karvakrol,terpinen,seskuiterpen, fenilpropan
dan tannin.
Khasiat tumbuhan yang digunakan :
Daun Sirih (Piperis Betle Folium)
1. Mengobati sakit perut, infeksi dan sebagai tonik.
2. Mengobati sembelit, sakit kepala, nyeri sendi , artritis
3. Mengobati batuk, sariawan, jerawat, keputihan, bau mulut, bau
badan, sakit gigi dan gusi.
4. Menahan perdarahan, menyembuhkan luka dan mengatasi mimisan.
VI. Pembahasan
praktikum ini di buat 2 macam sediaan yaitu infusa dan dekokta. Daun sirih dibuat
dalam bentuk infusa karena simplisia daun sirih merupakan simplisia yang lunak
sehingga cukup di panaskan selama 15 menit pada suhu 90 derajat celcius
kandungan yang terdapat pada daun sirih sudah dapat terekstraksi. Sedangkan untuk
simplisia kulit batang cempaka dibuat dalam bentuk dekokta karena simplisia kulit batang
merupakan simplisia yang cukup keras sehingga lebih susah untuk diekstraksi oleh sebab
itu simplisia kulit batang cempaka membutuhkan waktu perebusan selama 30 menit pada
suhu 90 derajat celcius.
Infusa daun sirih dapat digunakan sebagai atisepsik karena mengandung zat sebagai
antimikroorganisme. Senyawa yang befungsi sebagai anti mikroorganisme adalah
polyfenol yaitu kavibetol dan kavikol. Kaviikol memberikan bau khas pada daun sirih dan
memiliki daya bunuh bakteri lima kali lipat lebih tinggi daripada fenol biasa. Kavibetol
merupakan fenol yang khas dari minyak atsiri dan biasadisebut dengan betelfenol.
Dekokta kulit batang cempaka mengandung senyawa terpenoid dan
flavonoid.senyawa flavonoid yang memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri
antimalaria dan antivirus. Biasanya kulit batang cempaka digunakan dalam pengobatan
radang dismenorea dan demam. Cara penggunaannya biasanya kulit batang cempaka
direbus kemudian air rebusannya diminum.
VII. Kesimpulan
1. Daun sirih dibuat sediaan infusa yang digunakan sebagai antiseptik
2. Batang cempaka dibuat sediaan dekokta yang digunakan sebagai antibakteri dan
antivirus
VIII. Daftar pustaka
Widyaningrum H.2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara . Yogyakarta : Medpress
Jacobsson U. Kumar V and Saminathan S.1995.Sesquiterpene lactonesnfrom M.
Champaca. Phytochemistry; vol.39:839-843.