Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOGNOSI

(PEMBUATAN SIMPLISIA)

Tim farmakognosi
TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA
1. PENGUMPULAN BAHAN
BAKU
Faktor yang mempengaruhi
kandungan bahan aktif

umur tanaman saat


cara/teknik panen
dipanen

Lingkungan tempat
Bagian tanaman
tanaman tumbuh

Waktu panen

Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode
kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas tanaman sebagai bahan baku.
BUAH
 Buah dipanen setelah masak
fisiologis dengan cara memetik. 
 Jika sebelum masak  kualitas buah
yang rendah dan kuantitasnya
berkurang.
 Jika pemanenan dilakukan terlambat
 menyebabkan penurunan
kualitas, karena terjadi perombakan
bahan aktif yang terdapat di
dalamnya menjadi zat lain. 
Kondisi lain dan jenis tertentu:
 Buah dipanen saat menjelang masak

(contoh : Piper nigrum)


 Buah dipanen setelah benar-benar masak

(contoh : adas)
 Buah dipanen saat buah berubah warna

(contoh : Tamarindus indica)


 Buah dipanen saat buah berubah bentuk

(contoh : Cucumis sativus; dan Momordica charantia)


DAUN
 Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah
memasuki periode matang fisiologis yang dilakukan dengan memangkas tanaman.
 Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul
09.00-12.00.  
 Pemanenan yang terlambat daun mengalami penuaan  mutunya rendah, karena bahan
aktifnya sudah terdegradasi.
 Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan
kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada
umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada
umur 12 - 18 bulan setelah tanam.

 Daun dipanen sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak
contohnya: daun Athropa belladonna, (kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman).
 Pengambilan pucuk daun saat mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif
(pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua)
contoh : Orthosipinis stamineus (kumis kucing)
 Pengambilan daun tua dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian
cabang/batang yang menerima sinar matahari sempurna (terjadi asimilasi sempurna)
contoh : daun Blumea balsamifera (sembung)
Rimpang, akar, umbi lapis, umbi

 Rimpang, akar, umbi lapis, umbi dikumpulkan sewaktu proses


pertumbuhannya berhenti, yaitu saat mengeringnya bagian tanaman di
atas permukaan tanah (misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur).
 Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada
pertengahan musim kemarau. Pada umumnya pemanenan dilakukan pada saat
tanaman berumur 8-10 bulan. 

Cth: 1. rimpang jahe


 Untuk kebutuhan ekspor dalam bentuk segar, jahe dipanen pada umur

8 - 9 bulan setelah tanam.


 Untuk bibit 10 – 12 bulan.
 Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 – 12

bulan setelah tanam.


2. rimpang temulawak dilakukan setelah tanaman berumur 10 – 12 bulan
(menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi).
BUNGA

 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.


 Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam
bentuk segar maupun kering. 
 Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan
dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya
maksimal (contoh : Jasminum sambac = melati; bunga piretrum
 menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi ketika dipanen
saat kuncup dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar)
 Bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan
dilakukan pada saat bunga sedang mekar.  (contoh : Rosa
sinensis = mawar)
HERBA

1. Waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah
maksimal dan akan memasuki fase generatif (pemanenan dilakukan sebelum
tanaman berbunga).
2. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tanaman yang
didapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah. 
3. Pemanenan yang terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun
berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu. 
Contohnya :
- tanaman sambiloto dipanen pada umur 3 - 4 bulan,
- tanaman pegagan  pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam,
- meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga
- tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera setelah timbul
kuncup bunga, terbentuk.
KAYU
 Pemanenan kayu dilakukan
setelah pada kayu terbentuk
senyawa metabolit sekunder
secara maksimal. 
 Umur panen tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanaman dan
kecepatan pembentukan metabolit
sekundernya.
 Tanaman secang baru dapat dipanen
setelah berumur 4 sampai 5 tahun,
karena apabila dipanen terlalu muda
kandungan zat aktifnya seperti tanin
dan sappan masih relatif sedikit.
BIJI
 Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna
 Biji dipanen pada saat sebelum buah kering benar,
atau sebelum buah pecah secara alami.
Pedoman panen beberapa simplisia
Organ Contoh species Panen

Panen dilakukan pada buah yang telah tua. Sering pemetikan


- Parkia roxburgii (kedaung)
Biji -Ricinus communis (jarak) dilakukan pada buah (kapsul) yang belum kering dan belum
pecah

- Cucurbita moschata (labu merah)


Pengambilan buah dihubungkan dengan tingkat
- Tamarindus indica (asam)
Buah kemasakannya, ditandai dengan perubahan kekerasan, warna,
- Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh)
-Cucumis sativus (mentimun) kadar air buah, perubahan bentuk buah

Orthosiphon stamineus (kumis Panen dilakukan pada saat tumbuhan dari vegetatif ke
Pucuk
kucing) generatif

Panen pada saat daun telah tua dan dipilih yang telah
Daun Blumea balsamifera (sembung) membuka sempurna dan terletak pada cabang/batang yang
memperoleh sinar matahari sempurna

Kulit Pengambilan kulit batang dilakukan pada batang tanaman


Cinnamomum burmanni
batang dewasa pada musim yang sesuai ( menjelang dewasa )

Umbi Umbi lapis dikumpulkan setelah mencapai besar max dan


Allium cepa (bawang merah)
lapis pertumbuhan bagian tumbuhan di atas tanah terhenti

Rimpang dikumpulkan pada saat pertumbuhannya max.


Curcuma sp
Rimpang ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tumbuhan di atas
Zingiber sp
tanah dan pada musim kemarau (kering)
Teknik panen
Manual Mekanik
(dengan tangan) (dengan alat/mesin)
- keterampilan - perhatikan zat aktif
pemetik (kimia), jangan pakai
- baik bagi tanaman alat dari besi/logam 
dipanen berulang- agar tidak merusak ZA
ulang simplisia seperti :
fenol, glikosida, dsb.
- baik bagi tanaman
sekali panen
Pasca Panen
 Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen
yang fungsinya antara lain untuk mengkondisikan
bahan hasil panen agar tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan
untuk diproses selanjutnya. 
 Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
kebersihan dari alat dan bahan yang digunakan.
 Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan
simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya
tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
2.Penyortiran segar/sortasi basah

 Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika


tanaman masih segar.
 Tujuan : memisahkan pengotor anorganik dan organik
 Pengotor anorganik : dari luar tanaman (tanah, kerikil,
dll )
 Pengotor organik :
- dari luar : bagian tumbuhan lain
- dari dalam : bagian lain dari tumbuhan yang
bersangkutan
 Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran
bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
3. Pencucian

 Pencucian dilakukan untuk :


a. membersihkan kotoran yang melekat (seperti tanah)
b. membersihkan dari bahan pencemar (seperti pestisida)
c. mengurangi mikroba yang melekat pada bahan.
 Sumber air yang dapat digunakan untuk mencuci:
a. Mata air
b. Air Sumur
c. PAM
 Bakteri yang umum ada di air : Pseudomonas sp., Proteus sp.,
Micrococcus sp., Bacillus sp., Streptococcus sp., Enterobacter sp.,
Escherichia sp.
a. Perendaman bertingkat
 Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. 
 Keuntungan : menghemat penggunaan air
 Kerugian : sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam
bahan.

b. Penyemprotan
 Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak
melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. 
 Keuntungan: dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
 Kerugian : menggunakan air yang cukup banyak
c. Penyikatan (manual maupun otomatis)
 Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. 

d. Penirisan
 Setelah pencucian, bahan ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus
untuk bahan rimpang, penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari.
 Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan
langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
 Contoh : rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar
perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual.
4. Pengubahan bentuk
 Tujuan : memperluas permukaan bahan baku sehingga
semakin cepat kering
 Ketebalan berbeda-beda untuk tiap bahan.
Misal : untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8
mm; jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm. 
 Untuk mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk
irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika
ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya
melintang (slice).
Pengubahan Bentuk Bagian tanaman

Perajangan - Rimpang
- Daun
- Herba

Pengupasan - Kulit Buah


- Kayu
- Kulit kayu
- Biji-bijian yang
ukurannya besar

Pemripilan khusus - Jagung


(yaitu biji dipisahkan dari
bonggolnya)

Pemotongan - Akar
- Batang
- Kayu
- Kulit kayu
- Kulit buah

Penyerutan - Kayu
5.Pengeringan
 Tujuan :
 Menurunkan kadar air  tidak ditumbuhi kapang dan bakteri  proses pembusukan
dapat terhambat (kadar air simplisia yang paling layak adalah kurang dari 5%).
 Menghilangkan aktivitas enzim (agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar
air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %)
 Simplisia jadi lebih ringkas dan mudah disimpan
 Menghasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu
yang lama. 

 Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C (tergantung pada jenis bahan)
 Hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air
10%. 
 Waktu pengeringan bervariasi (tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan). 
 Pengeringan yang salah mengakibatkan face hardening
 Cara pengeringan :
a. Alami : - cahaya matahari langsung (kayu, kulit kayu, biji,
tanaman rendah (lumut, jamur, thallus, dsb))
- diangin-anginkan (daun, bunga, bahan aktif mudah
menguap)
- dibawah sinar matahari tidak langsung (ditutup kain hitam)
untuk menghindari penguapan yang terlalu cepat dan
paparan sinar UV matahari. Contoh : bahan baku berupa rimpang
b. Buatan,
- kelembaban ruang pengeringan (kelembaban relatif 90%)
- sirkulasi udara ruang pengeringan
- suhu < 60°C selama 8 – 10 jam
- tempat pengeringan memungkinkan sirkulasi udara dari atas ke bawah (tidak
menggunakan plastik atau logam )
- peletakkan bahan yang dikeringkan, lapisan setipis mungkin
- keuntungan : keringnya rata, cepat, praktis
 Pengeringan dapat dilakukan menggunakan
microwave atau oven pada suhu 30-90 oC (terbaik
60 oC). Contoh : buah pala = Myristica fragrans
dan cabai merah = Capsicum annuum.
 Jika kandungan zat aktif tidak tahan panas/mudah
menguap menggunakan suhu rendah (30 - 45oC)
atau dengan cara pengeringan vakum.
 Pengeringan dengan hanya diangin-anginkan di
tempat teduh atau oven dengan suhu rendah 25-35
oC. Contoh : bahan baku berupa bunga
Kadar air bagian tanaman (simplisia)

Bagian tanaman Cara pengumpulan Kadar air simplisia


Kulit batang Kulit batang mengandung minyak atsiri digunakan alat < 10%
pengelupas bukan logam
Batang Dipotong – potong dengan diameter tertentu < 10 %

Kayu Dipotong-potong/diserut (tanpa kulit) < 10%


Daun Pucuk tua/muda <5%
Bunga Kuncup/ bunga mekar, mahkota/daun bunga, dipetik < 5%
dengan tangan
Pucuk Pucuk dipetik dengan tangan < 8%
Akar Dipotong dengan ukuran tertentu < 10%
Rimpang Dibersihakn dari akar, dipotong melintang, ketebalan < 8%
tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dgn tangan < 8%
Biji Dipisahkan dari daging buah, dikupas/ digiling < 10%
Kulit buah Pengerjaan seperti biji < 8%
Bulbus Bulbus dipisah dari daun dan akar < 8%
6. Penyortiran kering /sortasi kering

 Sortasi kering adalah pemilahan bahan setelah


mengalami proses pengeringan.
 Pemilahan dilakukan terhadap bahan-bahan yang

rusak akibat pengeringan (terlalu gosong) atau dari


kotoran hewan/pasir
 Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk

mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen


yang dilakukan.
Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan :
- agar tahan lama
- agar tidak tercampur antara
simplisia satu dengan yang lain
Persyaratan wadah untuk pembungkus simplisia :
 Dapat menjamin mutu produk yang dikemas
 Mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan,
 Harus inert, yaitu tidak bereaksi dengan bahan lain
 Tidak beracun, baik bagi bahan yang diwadahi ataupun bagi manusia
yang menanganinya
 Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, serangga,
dsb
 Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan bahan aktif
(seperti minyak atsiri)
 Mampu melindungi bahan simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen,
dan uap air.
 Mampu melindungi isi pada waktu pengangkutan (distribusi),
 Kedap udara, kedap terhadap cahaya inframerah
Wadah simplisia yang umum digunakan :

Karung goni
plastik karton

Aluminium
Peti kayu Botol kaca/guci porselen
kaleng (untuk bahan cair)
- Peti kayu berlapis timah atau
- kertas timah (untuk bahan beraroma)
Faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
merusak/menurunkan mutu simplisia :

1. Cahaya; radiasi (terjadi isomerisasi, polimerisasi senyawa aktif dalam


simplisia)
2. Oksigen; terjadi oksidasi senyawa aktif simplisia, dapat mempengaruhi
bentuk simplisia; misalnya cair---> kental/padat, butir-butir.
3. Reaksi kimia internal (terjadi reaksi enzimatik, polimerisasi, dll.)
4. Reaksi kimia eksternal (terjadi reaksi kandungan aktif tanaman dengan
wadah)
5. Dehidrasi: kehilangan air perlahan-lahan, menyebabkan simplisia menjadi
keriput
6. Penguapan air; Simplisia higroskopis dapat menyerap kelembaban udara 
kempal, basah, atau mencair
7. Pengotoran : debu, pasir, sekret hewan, dll
8. Serangga: cangkang, bekas kepompong, kulit serangga dll.
9. Kapang : toksin kapang.
Contoh Label Wadah

Nama Simplisia : _______________________________________


Asal Bahan : _______________________________________
Tanggal Pengemasan : _______________________________________
No./Kode Produksi : _______________________________________
Nama Produsen : _______________________________________
Alamat Produsen : _______________________________________
Berat Bersih : _______________________________________
Metode Penyimpanan : _______________________________________
Uji Mutu : _______________________________________
_______________________________________
Keterangan Lain : _______________________________________
Penyimpanan Simplisia
 Suhu :
- suhu kamar (15 – 30oC)
- tempat sejuk (5 – 15oC)
- tempat dingin (0 – 5oC)
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan simplisia :

 Suhu (tidak lebih dari 30C), kelembaban, dan sirkulasi udara ruang
harus diatur sedemikian rupa sesuai dengan simplisia yang disimpan.
 Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan
berventilasi. Terhindar dari gangguan hewan pengerat dan serangga.
 Ruang penyimpanan harus bersih dan terpisah dari ruang proses lain
 Prinsip penyimpanan dianjurkan menggunakan sistem first in-first out
(yang masuk awal harus dikeluarkan terlebih dahulu dibandingkan
dengan yang amsuk belakangan)
 Setiap simplisia yang masuk ruang penyimpanan harus berlabel
 Simplisia yang tercemar dan rusak harus dimusnahkan
 Simplisia yang mengandung bahan aktif keras dan beracun harus
disimpan terpisah, dikunci, dan diberi label khusus
Penyebab kerusakan simplisia saat pengepakan dan penyimpanan :

1. Cahaya
2. Oksigen udara
3. Reaksi kimia intern
4. Dehidrasi
5. Penyerapan air
6. Pengotoran
7. Kapang
PEMERIKSAAN MUTU
SIMPLISIA
 Standarisasi simplisia merupakan pemenuhan
terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan
nilai berbagai parameter dari produk seperti yang
ditetapkan sebelumnya.
 Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi
terakhir dari buku-buku resmi yang dikeluarkan
oleh DEPKES RI seperti FI, FHI, MMI, untuk
identifikasi atau spesifikasi simplisia.
Pemeriksaan
Pemeriksaan mutu
mutu simplisia
simplisia

Identifikasi
Identifikasi Analisis
Analisis bahan
bahan Kemurnian
Kemurnian

Metabolit
Metabolit primer
primer
Penetapan
Penetapan :: Metabolit sekunder
Metabolit sekunder
Organoleptik Mikroskopik Kimia Biologi Fisika  Jenis
Jenis konstituen
konstituen
Organoleptik Mikroskopik Kimia Biologi Fisika
&  Kadar
Kadar konstituen
konstituen
&
Makroskopik  Standarisasi
Standarisasi
Makroskopik
Kromatografi
Kromatografi ::
 Warna
Warna  Kinerja
Kinerja tinggi
tinggi
 Reaksi
Reaksi warna
warna Mikrobiologi
 Bau
Bau Mikrobiologi ::  Kelarutan
Kelarutan  Lapis
Lapis tipis
tipis
 Rasa  Pengendapan
Pengendapan  Penetapan  Indeks
Rasa Penetapan Indeks bias
bias  Kolom
Kolom
 Penggaraman
Penggaraman angka
angka kuman
kuman  Bobot
Bobot jenis
jenis  Kertas
Kertas
 Reaksi
Reaksi kompeks
kompeks  Pencemaran  Titik
Pencemaran Titik lebur
lebur  Gas
Gas
 Rotasi
Rotasi optik
optik
 Rekristalisasi
Rekristalisasi
 Mikrosublimasi
Mikrosublimasi
- Parameter mutu umum simplisia sbg bahan kefarmasian:
 Kebenaran jenis (Identifikasi)
 Kemurnian
 Aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi)
- Simplisia hrs memenuhi 3 paradigma sbg produk
kefarmasian : QSE (mutu-aman-manfaat)
- Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia
bertanggung jawab terhadap respon biologi hrs mempunyai
spesifikasi kimia berupa informasi komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan.
 SEKIAN
 KETEMU MINGGU DEPAN DENGAN
KARBOHIDRAT

Anda mungkin juga menyukai