Anda di halaman 1dari 3

Simplisia merupakan istilah untuk menyebutkan bahan-bahan obat alam yang masih

dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, kecuali dinyatakan lain (umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan). Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan
jenisnya, antara lain simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican atau mineral.

1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati merupakan simplisia yang berasal dari jenis tanaman utuh, bagian
tanaman, ekstudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura foliu dan
Piperis nigri Fructus. Sedangkan ekstudat tanaman adalah isi sel yang yang secara
spontan keluar dari tanaman atau degan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya.
Ekstudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya, yang dengan
cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Prasetyono, 2012).
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna,
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris Asselli) dan madu (Meldepuratum) (Prasetyono, 2012).
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana, namun belum berubah menjadi
bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Prasetyono, 2012).

Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya


keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Pemakaian tanaman
obat dalam 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri
jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang
dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum
mengalami pengolahan apapun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,
terna, dan kulit batang.

Pada tanaman kunyit, simplisia dapat diperoleh dari rhizome atau rimpangnya. Simplisia
rimpang dari kunyit dibuat dengan melewati beberapa tahapan. Pengelolaan pasca panen
tanaman obat ditujukan untuk membuat produk tanaman obat menjadi simplisia yang siap
dikonsumsi oleh masyarakat umum, industri obat ataupun untuk tujuan eksport. Kegiatan yang
meliputi prosesing/pengelolaan bahan sesaat setelah panen sampai tahap penyimpanan dengan
tujuan agar diperoleh simplisia yang berkualitas serta tetap stabil selama penyimpanan.
Pengelolaan pasca panen tersebut meliputi :
Penyortiran dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memi sahkan rimpang dari
kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang
jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot
dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat
kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.
Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif
yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus
dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak
mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam
tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat
dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan
alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang
dilakukanmelintang dengan ketebalan kira- kira 5 mm 7 mm. Setelah
perajangan,timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapatdilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar
matahariatau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 -
5 hari,atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar
mataharidilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak
salingmenumpuk. Selama pengeringan harus dibolak -balik kira -kira setiap 4
jamsekali agar pengeringan mera ta. Lindungi rimpang tersebut dari air,
udarayang lembab dan dari bahan- bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 C -60 C. Rimpang
yangakan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rim pang
tidaksaling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang
yangdihasilkan.
Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang tela dikeringkan
dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda - benda asing seperti
kerikil, tanah atau kotoran -kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil
penyortiran ini(untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah
dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kodeproduksi, nama/alamat penghasil, berat bersih serta metode
penyimpananya.

Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30 C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak
bocor, terhindardari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan
yangbersangkutan, mempunyai penerangan yang cukup (hindari dari sinar
matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

Anda mungkin juga menyukai