PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu, dan pengembangan pangan berbasis
sumber daya lokalita, ubi kayu merupakan alternatif diversifikasi pangan pada bahan
pangan lokal. Ubi kayu merupakan salah satu potensi lokal yang memiliki prospek yang
cerah. Dari 22,7 juta ton produksi ubi kayu, yang diolah menjadi bahan pangan dan non
pangan baru mencapai 22,3% atau setara dengan 4,6 juta ton ubikayu segar. Namun
ubikayu segar memiliki
nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya, karena itu perlu suatu
upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi kayu dengan mengolah
memodifikasi sel ubi kayu dengan fermentasi. Mikroba yang tumbuh akan
dinding sel ubi kayu sedemikian rupa sehingga terjasi liberasi granula pati.
Senyawa ini akan terimbibisi dalam bahan, dan ketika bahan tersebut diolah
akan dapat menghasilkan citarasa dan aroma khas yang dapat mnutupi aroma
(khususnya pada ketela kuning), dan protein yang dapat menyebabkan warna
lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa. Selain itu,
proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas
hampir menyerupai tepung dari terigu. Sehingga produk MOCAF sangat cocok
menghasilkan produk dengan mutu rendah, atau pada kue kering. Namun
tepung ini sangat luas penggunaannya untuk bahan baku industri non pangan,
seperti lem. Dengan karakteristik yang telah diuraikan di atas, MOCAF dapat
digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. Hasil
sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery,
cookies hingga makanan semi basah. Kue brownish, kue kukus dan sponge cake
hingga 80%. MOCAF juga dapat menjadi bahan baku beragam kue kering,
seperti cookies, nastar, dan kastengel. Untuk kue basah, MOCAF dapat
Mocaf adalah produk tepung dari ubi kayu (manihod esculenta crantz) yang diproses
menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. microba yang
tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa
naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. mikroba
juga menghasilkan asam-asam organik, terutama asam laktat yang akan terimbibisi
dalam bahan, dan ketika bahan tersebut di olah akan dapat menghasilkan aroma dan
citra rasa khas yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak
menyenangkan konsumen. Selama proses fermentasi terjadi pula penghilangan
komponen penimbul warna dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika
pengeringan.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa produk mocaf secara ekonomis ternyata jauh lebih
murah daripada produk terigu yang selama ini beredar di pasaran. bahan baku yang
mudah dibudidayakan, murahnya harga ubi kayu di pasaran saat ini, serta proses
pengolahan tepung yang tidak memerlukan teknologi tinggi, membuat harga mocaf saat
ini hanya berkisar antara 40-60 persen dari harga terigu. Hal ini membuat produk jadi
apapun yang dihasilkan dari mocaf ini akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan
tepung terigu.