Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Penulisan


- mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan obat
- memberikan batsan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan.

1.2 Tinjauan Pustaka


Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia dibedakan menjadi :


1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
nigri Fructus.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. (Agoes, 2007)
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaanya, maka
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapat memenuhi persyaratan minimal
tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses
pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan (Agoes, 2007)
Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk didalamnya pemilihan
bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh
tanaman obat (Laksana, 2010)
Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebai berikut:
1. Pengolahan bahan baku
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan dan penyimpanan.
(Laksana, 2010).

Penjelasan tentang Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu silklus hidupnya diselesaikan


dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis
tanaman pangan biji-bijian (serelia) dari keluarga rumput-rumputan. (Budiman, 2008)

Taksonomi Tanaman Jagung

Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.
Menurut Purworno dan Rudi Hartono (2008) klasifikasi dan

sistematika tanaman jagung adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledonenae (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea Mays L.


Morfologi Tanaman Jagung

Bunga jantan dan bunga betina hidup dalam satu tanaman (monoecious). Bunga
jantan berbentuk karangan bunga (inflorosence) yang terdapat di batang, sedangkan bunga
betina berbentuk rambut yang terdapat di dalam ketiak daun ke- 6 atau ke-8 dari bunga jantan
(Purworno dan Hartono, 2008).

Manfaat Tanaman Jagung

Bagian jagung yang dapat dimanfaatkan adalah batang, daun, biji, tongkol dan
rambut jagung. Batang dan daun muda digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan batang dan
daun tua (setelah panen) digunakan sebagai pupuk hijau atau kompos. (Budiman, 2008)

Bagian tongkol dan rambut jagung berkhasiat sebagai obat. Berikut adalah beberapa
jenis penyakit yang dapat ditanggulangi antara lain: melancarkan air seni, diabetes, diare, batu
empedu, batu ginjal, busung air pada radang ginjal, hepatitis, kencing manis, radang kandung
empedu, sirosis dan tekanan darah tinggi. (Budiman, 2008)

Kandungan Kimia Tanaman Jagung

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada rambut jagung (stigma maydis)
sangat berperan sebagai antioksidan alami. Senyawa metabolit sekunder tersebut adalah
senyawa flavonoid atau fenolik. (Sholihah dkk., 2012)
Kandungan senyawa kimia rambut jagung
BAB II

METODE KERJA

Tahap Pembuatan Simplisia serta Serbuk Rambut Jagung


1. Tahap pembuatan Simplisia
Tahap dari pembuatan simplisia meliputi :

1. Pengumpulan bahan baku


Dikumpulkan 5-8 kg jagung dengan usia yang sudah tua.
Dalam pengumpulan bahan, hal yang perlu diperhatikan adalah usia tanaman.
Yaitu dipilih jagung yang sudah tua dengan rambut jagung berwarna coklat.

2. Sortasi basah
dipisahkan rambut jagung dari bongkol jagung dan pelepah. Serta rambut jagung
yang berwarna tidak seragam. Diperoleh berat rambut jagung pada sortasi basah
sebesar 193.64 gram.

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing


lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang
akan mempengaruhi hasil akhir.
Yaitu dipisahkan rambut jagung dari bongkol jagung dan pelepah. Serta rambut
jagung yang berwarna tidak seragam.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan cara direndam dan didiamkan selama kurang lebih 15
menit.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia.
Yaitu dengan cara direndam dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit.
4. Perajangan
Pada pembuatan rambut jagung ini tidak dilakukan proses perajangan.
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Proses ini pada dasarnya dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, proses ini
dapat diabaikan.
Yaitu proses perajangan pada rambut jagung tidak dilakukan karena ukurannya cukup
tipis.

5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan diangin-angin terlebih dahulu kurang lebih dua jam.
Kemudian setelah itu dikeringkan didalam oven dengan suhu 50℃ - 70℃.

Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu
dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan mencegah proses atau reaksi
enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang penting dalam pengeringan
adalah suhu, kelembapan, dan aliran udara (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari
sinar matahari, baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam, atau dapat
pula berasal dari suhu buatan dengan menggunakan oven.

6. Sortasi kering

Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada dan tertinggal di simplisia
kering.

7. Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, dapat
melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.

8. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya rendah, terlindung
dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus. Simplisia nabati
atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga, cemaran, atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCI4, eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.

9. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu merupakan usaha untuk menjaga kestabilan mutu simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau penyerahan dari
pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah
simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau Materia Medica
Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaran simplisia dilakukan dengan cara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan makroskopis
dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, ciri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu organoleptis
sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk
menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifikterkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia,
seperti uji adanya pencemaran yang disababkan oleh pestisida, jamur, aflatoksin,
logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang terkandung dalam
tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi :
 Pemeriksaan secara fisika, yang meliputi penetapan daya larut, bobot jenis,
rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar
ultraviolet, pengamatan mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain
sebagainya.
 Pemeriksaan secara kimia, yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan
kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi
tersebut dilakukan, zat yang dikehendaki diisolasi terlebih dahulu. Isolasi
dilakukan dengan cara pelarutan, penyaringan, dan mikrosublimasi.
Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar.
 Pemeriksaan secara biologi, yang umunya bersifat penetapan potensi zat
berkhasiat.

2.2.2 Pembuatan Serbuk Simplisia

Tahap pembuatan serbuk simplisia meliputi :

1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara mekanik atau
dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, dan ayak.
Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang
ditetapkan.
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas dikeringkan pada
suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan dengan pengurangan
tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat
tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh ditambahkan serbuk sejenis
yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi atau ditambah bahan
lain yang cocok, misalnya laktosa atau pati beras, sehingga hasil pengolahan akhir
memenuhi persyaratan.

2.3 Pemalsuan dan Penurunan Mutu Simplisia


Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin
dilakukan secara tidak sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang
telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar. Mutu yang rendah dapat disebabkan oleh
tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, dan pengaruh
kelembapan, panas, atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi
syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut atau tercampur minyak pelumas waktu diangkut
dengan kapal.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri,
cendawan, atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama
dengan bahan-bahan atau bagian tanaman lain. Sebagai contoh, kuncup cengkeh tercampur
dengan tangkai cengkeh; daun sena tercampur dengan tangkai daun sena.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja doganti, diolah, atau ditambah
bahan lain yang tidak semestinya. Sebagai contoh, minyak zaitun diganti minyak biji kapas,
tetapi tetap dijual dengan nama minyak zaitun; tepung jahe ditambah pati terigu agar
bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap berasa pedas, dan ditambah serbuk
temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.

Anda mungkin juga menyukai