PENDAHULUAN
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.
Menurut Purworno dan Rudi Hartono (2008) klasifikasi dan
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Bunga jantan dan bunga betina hidup dalam satu tanaman (monoecious). Bunga
jantan berbentuk karangan bunga (inflorosence) yang terdapat di batang, sedangkan bunga
betina berbentuk rambut yang terdapat di dalam ketiak daun ke- 6 atau ke-8 dari bunga jantan
(Purworno dan Hartono, 2008).
Bagian jagung yang dapat dimanfaatkan adalah batang, daun, biji, tongkol dan
rambut jagung. Batang dan daun muda digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan batang dan
daun tua (setelah panen) digunakan sebagai pupuk hijau atau kompos. (Budiman, 2008)
Bagian tongkol dan rambut jagung berkhasiat sebagai obat. Berikut adalah beberapa
jenis penyakit yang dapat ditanggulangi antara lain: melancarkan air seni, diabetes, diare, batu
empedu, batu ginjal, busung air pada radang ginjal, hepatitis, kencing manis, radang kandung
empedu, sirosis dan tekanan darah tinggi. (Budiman, 2008)
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada rambut jagung (stigma maydis)
sangat berperan sebagai antioksidan alami. Senyawa metabolit sekunder tersebut adalah
senyawa flavonoid atau fenolik. (Sholihah dkk., 2012)
Kandungan senyawa kimia rambut jagung
BAB II
METODE KERJA
2. Sortasi basah
dipisahkan rambut jagung dari bongkol jagung dan pelepah. Serta rambut jagung
yang berwarna tidak seragam. Diperoleh berat rambut jagung pada sortasi basah
sebesar 193.64 gram.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan cara direndam dan didiamkan selama kurang lebih 15
menit.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia.
Yaitu dengan cara direndam dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit.
4. Perajangan
Pada pembuatan rambut jagung ini tidak dilakukan proses perajangan.
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Proses ini pada dasarnya dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, proses ini
dapat diabaikan.
Yaitu proses perajangan pada rambut jagung tidak dilakukan karena ukurannya cukup
tipis.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan diangin-angin terlebih dahulu kurang lebih dua jam.
Kemudian setelah itu dikeringkan didalam oven dengan suhu 50℃ - 70℃.
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu
dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan mencegah proses atau reaksi
enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang penting dalam pengeringan
adalah suhu, kelembapan, dan aliran udara (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari
sinar matahari, baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam, atau dapat
pula berasal dari suhu buatan dengan menggunakan oven.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada dan tertinggal di simplisia
kering.
7. Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, dapat
melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.
8. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya rendah, terlindung
dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus. Simplisia nabati
atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga, cemaran, atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCI4, eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
9. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu merupakan usaha untuk menjaga kestabilan mutu simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau penyerahan dari
pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah
simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau Materia Medica
Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaran simplisia dilakukan dengan cara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan makroskopis
dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, ciri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu organoleptis
sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk
menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifikterkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia,
seperti uji adanya pencemaran yang disababkan oleh pestisida, jamur, aflatoksin,
logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang terkandung dalam
tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi :
Pemeriksaan secara fisika, yang meliputi penetapan daya larut, bobot jenis,
rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar
ultraviolet, pengamatan mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain
sebagainya.
Pemeriksaan secara kimia, yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan
kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi
tersebut dilakukan, zat yang dikehendaki diisolasi terlebih dahulu. Isolasi
dilakukan dengan cara pelarutan, penyaringan, dan mikrosublimasi.
Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar.
Pemeriksaan secara biologi, yang umunya bersifat penetapan potensi zat
berkhasiat.
1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara mekanik atau
dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, dan ayak.
Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang
ditetapkan.
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas dikeringkan pada
suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan dengan pengurangan
tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat
tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh ditambahkan serbuk sejenis
yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi atau ditambah bahan
lain yang cocok, misalnya laktosa atau pati beras, sehingga hasil pengolahan akhir
memenuhi persyaratan.