Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit (kutis) merupakan pembungkus dan pelindung tubuh yang

tahan air, mengandung ujung-ujung saraf, dan membantu mengatur suhu

tubuh (Gardner, et al., 1995). Kulit cenderung berisi mikroorganisme

sementara, misalnya bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bagian

terbesar dari flora normal manusia termasuk beberapa spesies yang bersifat

patogen yang sangat penting untuk diketahui, karena bakteri ini dapat

menyebabkan penyakit seperti jerawat dan bisul (Jawet, et al., 2005).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Maryati, minyak atsiri daun

kemangi memiliki konsentrasi bunuh minimal (KBM) 0,5% terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif dan konsentrasi

bunuh minimal 0,25% terhadap bakteri Eschericia coli yang merupakan

bakteri gram negatif. Konsentrasi hambat minimum minyak atsiri daun

kemangi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebesar 2% dan

konsentrasi bunuh minimal adalah 2,5%.

Kemangi merupakan tanaman yang dapat ditemukan dipinggir

jalan yang dapat menghambat penyebaran jamur, adapun minyak yang

dihasilkan dari kemangi dapat digunakan melawan bakteri dan Komponen

kimia dari kemangi yang berperan dalam anti bakterial yaitu minyak atsiri di

mana komponennya terdiri dari eugenol, α pinen, β pinen, sabinem,

mirsen,limonen, 1,8 sineol, geraniol, Z-β osimen, metileugenol, α bisabolol

dan lainnya, Komponen kimia ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 1


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

seperti : Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Proteus vulgaris,

Pseudomonas aeruginosa, Bacilus cereus, Pseudomonas fluorescens,

Streptococcus alfa, dan Bacillussubtilis, Mycobacterium tuberculosis,

klebsiella, Proteus, Salmonella typhi, Shigella, Vibrio cholera,

Neisseriagonorrhea, dan jamur seperti: Aspergillus flavus, Candida albicans,

Rhizopus stolinifera (Afini, 2010).

Sabun cuci tangan dapat berupa sediaan losio atau gel, losio dapat

berupa emulsi maupun larutan. Sabun cuci tangan yang berupa larutan lebih

disukai karena penampilannya yang lebih menarik.

Pada penelitian ini, minyak atsiri daun kemangi akan diformulasi

menjadi sabun cair dalam bentuk emulsi m/a. Di formulasi dalam bentuk

sabun cair karena masih kurangnya sediaan sabun cair khususnya untuk

mengatasi pertumbuhan bakteri pada kulit.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Formulasi sabun cair pencuci tangan yang mengandung

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang memenuhi uji eveluasi.

B. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

dapat diformulasikan sebagai sabun cair pencuci tangan yang memenuhi uji

evaluasi ?
C. Tujuan

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 2


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Untuk mengetahui apakah ekstrak minyak atsiri daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) dapat diformulasikan sebagai sabun cair pencuci

tangan yang memenuhi uji eveluasi sediaan.

BAB II

FORMULASI SEDIAAN

A. Master Formula

Konsentrasi (%)
Bahan
Formula I Formula II Formula III Formula IV
Ekstrak daun kemangi 1 2 3 4
Kalium Hidroksida 6 6 6 6

Sodium Lauryl Sulfat 17 17 17 17

Gliserin 3 3 3 3
Asam stearat 1 1 1 1
Asam sitrat 0.3 0.3 0.3 0.3

Cocamid acid 1 1 1 1

Minyak jarak 10 10 10 10

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 3


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Parfum q.s q.s q.s q.s

Aquadest q.s q.s q.s q.s

B. Modifikasi formula

Konsentrasi
Nama Bahan Range (%) Fungsi
(%)
Ekstrak daun kemangi 4 - Zat Aktif

Kalium Hidroksida 6 6 Alkalizing agent.

Sodium Lauryl Sulfat 10 10 Pembentuk busa

Gliserin 20 ≤30 Emolient

Asam stearat 2 1- 20 Pengemulsi

Asam sitrat 0.3 0.3- 2 Pengatur pH

Minyak jarak 10 10 Emolient

Parfum q.s - Pengaroma

Aquadest ad 100 ad 100 Pelarut

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 4


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Uraian Kosmetik
Menurut peraturan menteri kesehatan RI No. 1175/ MenKes/

Per/ VII/ 2010, menyatakan bahwa: “Kosmetik adalah bahan atau sediaan

yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi

dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan

atau melindungi dan memlihara tubuh pada kondisi baik”.

Menurut Tranggono dan Latifa (2007) kosmetika pemeliharaan

dan perawatan terdiri dari:

a. Kosmetika Pembersih (Cleansing)

Kosmetika pembersih dibedakan menjadi empat macam bentuk

yaitu minyak, krim, cairan kental (emulsy) dan batang. Kosmetika

pembersih dibuat dengan bahan-bahan yang dapat mengangkat

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 5


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

kotoran yang bersifat lemak atau minyak maupun debu, selain itu juga

memiliki sifat dapat menetralkan kembali kondisi pH kulit yaitu

antara 4,5-6. Kosmetika pembersih untuk jenis kulit berminyak.

Misalnya cleansing milk, sedangkan untuk jenis kulit kering misalnya

cleansing cream. Setiap produk kosmetik biasanya tertera untuk jenis

kulit berminyak, normal, dan kering.

b. Penyegar (Toning)

Penggunaan kosmetika penyegar dilaksanakan setelah pembersih.

Fungsinya adalah memberikan rasa segar pada kulit karena akan

menggantikan penguapan yang terjadi pada kulit, membantu

mengangkat sisa-sisa kosmetika pembersih yang masih tertinggal

pada kulit, dan meringkas pori-pori sehingga kembali seperti keadaan

semula.

c. Kosmetika Pelembab (Moisturizing)

Kosmetika pelembab bertujuan untuk memberikan kelembaban

pada kulit yang dibutuhkan bagi kehidupan sel-sel di bawah kulit.

Pada dasarnya kosmetika pelembab mengandung bahan-bahan yang

dapat menarik air dari bawah kulit sambil mencegah penguapan,

ditambah dengan minyak atau lemak hewani dan nabati, serta

berbagai jenis vitamin A, D, F, dan hormon.

d. Kosmetika Pengelupasan Sel Tanduk (Skin Peeling)

Penggunan kosmetika ini dapat dikatakan sebagai kosmetika

pembersih mendalam (deepth cleansing), karena dapat

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 6


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

mengelupaskan sel tanduk yang sudah mati, sehingga akan

menimbulkan peremajaan pada kulit. Kosmetik skin peeling dapat

berbentuk krim atau pasta yang mengandung butiran- butiran kecil,

yang dapat membantu mengelupaskan kulit sel-sel yang sudah mati

dengan cara digosokkan (facial scrub).

e. Krim Pengurut (Massage Cream)

Penggunaan krim pengurut terutama untuk melicinkan gerakan

pada saat melakukan pengurutan, melunakkan sel tanduk yang sudah

mati sehingga sel-sel tersebut dapat ikut larut pada waktu krim

diangkat.

f. Topeng Wajah atau Masker (Face Mask)

Masker adalah kosmetik yang dipergunakan pada tingkat

terakhir dalam perawatan kulit wajah tidak bermasalah.

Penggunaannya dilakukan setelah massage, dioleskan pada seluruh

wajah kecuali alis, mata dan bibir sehingga akan tampak memakai

topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik yang berkerja secara

mendalam (deepth cleansing) karena dapat mengangkat sel- sel tanduk

yang sudah mati.

2. Uraian Sabun

Sabun adalah kosmetika paling tua yang dikenal manusia, dan

merupakan bahan pembersih kulit yang dipakai selain untuk

membersihkan juga untuk pengharum kulit. Sabun merupakan istilah

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 7


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

umum untuk garam asam lemak rantai panjang. Sabun adalah garam

alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik karena

bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar) (Anggaraeni,

2014).

Menurut Agus Priyono (2009) macam macam jenis sabun dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan

dasarnya adalah minyak kelapa dengan asam stearat dengan

perbandingan 2:1

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan

menggunakan minyak jarak dengan alkali (KOH). Untuk

meningkatkan kejernihan sabun dapat ditambahkan gliserin atau

alkohol.

c. Sabun Kesehatan

Sabun kesehatan merupakan sabun mandi dengan kadar parfum

yang rendah, tetapi mengandung bahan bahan antiseptik, bahan bahan

yang digunakan dalam sabun ini adalah trisalisil anilida, trichloro

carbonylida dan sulfur.

d. Sabun Chip

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 8


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Pembuatan sabun Chip tergantung pada tujuan konsumen

didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun

mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun Chip dapat

dibuat dengan berbagai cara melalui pengeringan, menggiling atau

mengahancurkan sabun yang berbentuk batangan.

3. Kulit

Kulit adalah organ yang paling luar yang mempunyai banyak

fungsi yang penting yaitu selain sebagai indra perasa dan pelindung

tubuh dari ancaman kondisi alam sekitar. Kulit membantu mengatur suhu

tubuh dan juga melindungi dari virus dan bakteri serta kadang kala

penting menjalani fungsi sekresi serta pengeluaran cairan. Kulit kusam

kurang berchaya biasa menjadi indikasi tubuh tidak dalam keadaan baik

(Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan organ yang esensial serta merupakan cermin

kesehatan dari kehidupan, kulit juga sangat kompleks, elastis dan peka.

Kulit adalah organ tubuh terbesar dari sistem yang menutupi otot dan

organ dasar. Kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap suhu berbahaya,

cahaya, cedera, dan infeksi. Kulit juga menyimpan air, lemak, vitamin D,

indra perasa stimulasi yang menyakitkan dan menyenangkan. Berat kulit

orang dewasa sekitar 2,7 kg (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis, dan

jaringan subkutan atau subkutis.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 9


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

1. Epidermis, lapisan luar kulit, membentuk perisai fisik dan antimikroba

untuk melindungi tubuh dari ancaman lingkungan. Epidermis

mengandung keratinosit yang berfungsi sebagai tempat sintesis

keratin. Lapisan kedua kulit, dermis berisi jaringan pembuluh darah,

ujung saraf, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, folikel rambut, dan

otot rambut (Wasitaatmadja, 1997).

2. Dermis pada dasarnya terdiri dari protein struktural urat saraf yang

dikenal sebagai kolagen. Dermis paling tebal berada di punggung, di

mana sekitar 30-40 kali dari ketebalan epidermis (Wasitaatmadja,

1997).

3. Lapisan ketiga dari kulit adalah lapisan subkutis. Lapisan subkutis

merupakan lapisan jaringan ikat longgar dan lemak di bawah dermis.

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan di antara

gerombolan ini berjalan serabut serabut jaringan ikat dermis. Lapisan

lemak ini disebut penikulus adiposus. Tebal jaringan lemak tidak sama

bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan didaerah

kelopak mata dan penis sangat tipis (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar Lapisan Kulit

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 10


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun

cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat

mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material

lainnya. Pelarut organik yang paling sering digunakan dalam

mengekstraksi zat aktif dari sel tanaman adalah metanol, etanol,

kloroform, hexan, aseton,benzen dan etil asetat.

Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material

padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas

yang sesuai dengan pelarutnya.

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi

menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin.

a. Ekstraksi Cara Dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna (exhaustiveextraction) yang umunya dilakukan

pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 11


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

bahan, maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Ekstraksi Cara Panas

1) Soxhlet

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

2) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali

sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

3) Infus

Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada

temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-

20 menit).

4) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan

temperatur sampai titik didih air.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 12


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

5) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih

tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC (Ditjen POM, 1979).

B. Uraian Bahan
1. Daun Kemangi (Ocimum basilicum.L)
a. Klasifikasi Daun Kemangi (Ocimum basilicum.L)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum basilicum (Bilal et al., 2012)
b. MorfologiTanaman

Tanaman kemangi mempunyai deskripsi morfologi batang

tegak bercabang, tinggi 0,6 - 0,9 m, batang dan cabang hijau atau

kadang-kadang keunguan. Daun Ocimum basilicum panjangnya

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 13


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

mencapai 2,5 - 5 cm atau lebih, bentuk bulat telur, seluruh atau lebih

atau kurang bergigi. Tangkai daun panjangnya 1,3 - 2,5 cm. Daun

memiliki banyak titik seperti kelenjar minyak yang mengeluarkan

minyak atsiri sangat wangi. Tangkai penunjang, lebih pendek dari

kelopak, ovate dan akut. Kelopak panjangnya 5 mm, pembesaran

dalam buah. Bibir bawah dengan dua gigi tengah lebih panjang dari

bibir atas. Corolla panjangnya 8 - 13 mm berwarna putih, merah

muda atau keunguan. Filame atas benang sari sedikit bergigi (Bilal

et al., 2012).

c. Kandungan Zat Kimia


Tanaman kemangi memiliki kandungan kimia pada bunga,

daun, dan batang. Kandungan kimia tertinggi dari tanaman kemangi

terdapat pada daunya (kicel, 2005). adapun minyak yang dihasilkan

dari kemangi dapat digunakan melawan bakteri dan komponen kimia

dari kemangi yang berperan dalam anti bakterial yaitu minyak atsiri

di mana komponennya terdiri dari eugenol, α pinen, β pinen,

sabinem, mirsen, limonen, 1,8 sineol, geraniol, Z-β osimen,

metileugenol, α bisabolol dan lainnya, Komponen kimia ini mampu

menghambat pertumbuhan bakteri seperti : Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa,

Bacilus cereus, Pseudomonas fluorescens, Streptococcus alfa, dan

Bacillussubtilis, Mycobacterium tuberculosis, Klebsiella, Proteus,

Salmonella typhi, Shigella, Vibrio cholera, Neisseria gonorrhea, dan

jamur seperti Aspergillus flavus, Candida albicans, Rhizopus

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 14


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

stolinifera.( Afini,2010). Kemangi telah terbukti memiliki sifat

antioksidan, antikangker, anti jamur, anti microbial anal gesik.


Menurut Betari (2007), daun kemangi mengandung sponin,

flavanoit dan tannin. Sedangkan bijinya mengandung safonin

flavonoid, dan poli fenol.


2. Asam sitrat
Zat padat mengkilat menunjukan susunan hablur, putih atau kuning

pucat, mirip lemak lilin.Kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam

20 bagian etanol(95%)P, dalam bagian kloroform P dan dalam 3 bagian

eter P(Depkes RI,1995). Kegunaan sebagai pengemulsi; bahan pelican

pada kapsul dan tablet (Rowe,2009). Range antara 0.3- 2%.


3. Gliserin

Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat

bercampur dengan air dan alkohol, gliserin lebih kental dibandingkan

alkohol. Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan

sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu bersama-sama air

atau alkohol. Banyak digunakan untuk preparat obat dalam. Konsentrasi

gliserin maksimal yang diperbolehkan untuk sediaan tropikal kurang dari

30% (Rowe & Weller, 1994:257)

4. Natrium laurit sulfat

Pemerian: berwarna putih; kuning mudah, Kristal, serbuknya

lembut, menyerupai sabun, rasanya pahit. Kelerutan: mudah larut dalam

air dapat membentuk utanopaselen, hampir tidak dapat larut dalam

klorofrom dan eter. Khasiat sebagai pembersi, pengemulsi, penetrasi kulit

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 15


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

pelumas kapsul dan pembasah.(Rowe R,C,et al,2003). Range 10% sebagai

pembentuk busa.

5. Asam stearat
Asam stearat merupakan campuran organik padat yang diperoleh

dari lemak, sebagian besar terdiri asam oktadenoat. Penggunaan asam

stearat sebagai pengemulsi sebesar 1- 20%. Asat stearat merupakan bahan

yang stabil dan memiliki kelarutan yang tinggi dengan 20 bagian etanol.

Inkompatibel dengan hampir semua logam hidroksida dan zat

pengoksidasi (Rowe R,C,et al,2003).


6. Aquadest

Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau.Dapat bercampur dengan pelarut polar. Bereaksi dengan obat-

obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras

dengan logam alkali dan biasanya digunakan sebagai pelarut.

BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain yaitu : Bejana

yang digunakan untuk maserasi sampel, batang pengaduk, Lumpang dan

alu, cawan porselin, gelas erlemeyer, gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml,

pipet tetes, rotavapor, sendok tanduk, dan timbangan analitik.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 16


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan yaitu : Akuades, Alkohol 96%, Asam

sitrat, Asam stearat, Gliserin, Kalium hidroksida, Minyak atsiri daun

kemangi, Minyak jarak, Parfum, dan Sodium lauril sulfat.

B. Perhitungan Bahan

Ekstrak Daun kemangi : x 50 = 2 g

SLS : x 50 = 5 g

Kalium Hidroksida : x 50 = 3 g

Asam sitrat : x 50 = 0.15 g

Glicerin : x 50 = 10 g

Minyak jarak : x 50 = 5 g

Asam stearat : x 50 = 1 g

Aquadest ad : 50 – (2+5+0.15+10+1+3+5)
: 50 – 26.15
: 23.85 ml

C. Prosedur Kerja
1. Penyiapan sampel daun kemangi
a. Daun kemangi yang sudah di ambil, yaitu daun kemangi yang agak

muda tidak terlalu tua di sortasi basah dan di cuci hingga bersih

dengan air mengalir.


b. Setelah itu, di keringkan dengan cara diangin-anginkan.
c. Kemudian dipotong-potong kecil atau dirajang.
d. Lalu keringkan di bawa sinar matahari dan ditutup dengan kain

hitam.
e. Kemudian di sortasi kering.
2. Pembuatan ekstrak daun kemangi

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 17


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang daun kemangi sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan

kedalam bejana.

c. Ditambahkan 3.750 mL etanol 96% hingga sampel terendam

sempurna.

d. Dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 3x24 jam pada suhu

kamar terlindung dari cahaya, sambil sering diaduk

e. Setelah 3x24 jam, disaring menggunakan kain flanel selanjutnya

dirotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental.

3. Pembuatan sabun cair ekstrak daun kemangi


a. Ditimbang masing-masing bahan yang akan di perlukan.
b. Dibuat fase minyak terlebih dahulu yaitu dengan melarutkan asam

stearat dengan aquadest panas .


c. Dibuat fase air yaitu dengan melarutkan sodium lauril sulfat, dan asam

sitrat dengan cara pemanasan .


d. Dicampurkan fase air, fase minyak, ekstrak minyak atsiri daun

kemangi, dan aquadest ke dalam lumpang gerus hingga homogen.


e. Ditambahkan glicerin sampai terbentuk massa emulsi.
f. Masukkan dalam wadah dan simpan dalam suhu kamar.
g. Dilakukan replikasi 2 x.

D. Evaluasi Sediaan Gel

a. Uji Organoleptik

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 18


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Pengamatan organoleptis dilakukan untuk mengamati perubahan-

perubahan fisik sediaan sabun cair yang terjadi meliputi warna, bau, dan

konsistensi dari sediaan.

b. Uji Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara meletakkan

sediaan diantara dua kaca objek dan diamati ada atau tidaknya partikel

kasar yang terdapat dalam sediaan (Kuncari et al., 2014).

c. Uji Ph
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Masing- masing formula harus memenuhi rentang pH dengan kisaran

sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Tranggono, 2007).


d. Pengujian daya sebar

Sebanyak 1 gram dari masing-masing formula sediaan diletakkan di

atas kertas grafik yang sudah dilapisi dengan plastik akrilik transparan,

kemudian ditutup dengan plastik akrilik transparan lain dan diukur

diameternya. Beban 19 gram diletakkan di atas sediaan, didiamkan selama

1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar.

Beban 20 gram selanjutnya ditambahkan di atas sediaan sehingga

beban maksimum yang digunakan adalah seberat 99 gram, dan setiap kali

beban ditambahkan, maka sediaan harus didiamkan selama 1menit dan

dicatat diameter sediaan yang menyebar (Izzati, 2014).

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 19


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

e. Uji tinggi busa


Pengujian stabilitas busa di lakukan dengan 1 ml sampel

dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sebanyak 9 ml

air. Dikocok hingga larut selama 20 detik, diukur tinggi busa yang

terbentuk. Didiamkan selama 5 menit, diukur kembali tinggi busanya.

Hitung stabilitas busa dengan rumus sebagai berikut :

Stabilitas busa (%) =

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 20


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman atau simplisia yang telah disiapkan di sortasi basah agar untuk

memisahkan daun yang busuk dan bahan- bahan asing yang mengikut pada

sampel, selanjutnya simplisia dicuci untuk menghilangkan kotoran dan

mengurangi mikroba yang melekat pada bahan kemudian diangin- anginkan agar

mempermudah perajangan. Setelah simplisia agak kering maka dilakukan

perajangan menggunakan pisau atau gunting stainles agar untuk mempermudah

pengeringan. Pada saat pengerikan simplisia ditutupi menggunakan kain hitam

agar zat kimia yang terdapat pada simplisia tidak menguap. Terakhir simplisia

yang telah kering disortasi kering sekali lagi untuk memisahkan kotoran dan

simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya.


Pada pembuatan sabun cair ekstrak minyak atsiri daun kemangi (Ocimum

santum.L) digunakan ekstraksi secara dingin yaitu ekstraksi maserasi.

Maserasi atau macerace (merendam) adalah proses pengekstrakan simplisia

dengan menggunakan pelarut polar maupun nonopolar dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Prinsip maserasi yaitu pengikatan/ pelarutan zat aktif berdasarkan sifat

kelarutannya dalam suatu pelarut, penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari

pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk

kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar sel.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 21


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

cairan penyari dengan konsentrasi rendah (berdifusi) peristiwa tersebut terus

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan

didalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan sesering kali, endapan

yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan, maserasi merupakan cara

penyarian sederhana yang dilakukan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Formulasi sediaan sabun cair

ekstrak minyak atsiri daun kemangi yaitu, Ekstrak minyak atsiri daun kemangi 4%

yang berfungsi sebagai anti bakteri karna mengandung senyawa minyak atsiri

yang mempunyai aktifitas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan

Staphylococcus aureus. (Maryati, 2007).


Kalium hidrokida berfungsi sebagai pengemulsi. KOH lebih banyak

digunakan dalam sediaan sabun cair karna sifat nya yang lebih mudah larut dalam

air dan dapat membantu proses saponifikasi. Sabun yang terbuat dari alkali kuat

(NaOH dan KOH) mempunyai nilai pH antara 9.0 sampai 10.8 sedangkan pada

sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang

lebih rendah yaitu antara 8.0 sampai 9.5 (Prawira, 2008).


Sodium Lauryl Sulfate berfungsi sebagai pembentuk busa, dalam formulasi

sabun cair ekstrak daun kemangi menggunakan konsentrasi 10% yang

menghasilkan busa yang agak banyak. Mekanisme kerja Sodium Lauryl sulfat

dalam membersihkan kotoran dengan menurunkan tegangan permukaan

antarmuka kemudiaan membentuk kompleks surfaktan- kotoran kemudian keluar

dari permukaan (Showell, 2006).


Dalam hasil sediaan sabun cair transparan didapatkan hasil konsistensi

kekentalan yang tidak sesuai yang diinginkan, dan pH yang tidak sesuai dengan

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 22


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

pH kulit yaitu antara 4.50- 7.0. Dalam formula sediaan sabun cair transparan di

butuhkan bahan penstabil pH dengan konsentrasi yang lebih baik.


Tabel 1. Hasil Uji Evaluasi Sediaan

Evaluasi Fisik Organoleptik


Formula Ph Tinggi Busa
Bau Warna Konsistensi

Bau khas ekstrak


daun kemangi Hijau
A Cair 13 6 cm
dan Minyak Muda
Mawar

Bau khas ekstrak


daun kemangi Hijau
B Cair 13 6 cm
dan Minyak Muda
Mawar

Uji organoleptik sabun melitputi uji warna, bau dan bentuk. Pemeriksaan

organoleptik dilakukan dengan mendeskripsikan warna, bau dan bentuk serta

sediaan yang dihasilkan sebaiknya memiliki warna yang menarik bau yang

menyenangkan dan kekentalan yang cukup agar nyaman dalam penggunaan

(Gromophone, 1983).

Uji organoleptis pada penelitian ini bertujuan untuk mengamati adanya

perubahan warna, bentuk dan bau pada sediaan sabun cair. Pengujian organoleptis

memiliki peranan penting dalam penerapan mutu sediaan farmasi.

Hasil pengujian secara organoleptik menunjukan bahwa sediaan sabun

cair ekstrak daun kemangi. Sabun cair menunjukkan bau khas ekstrak daun

kemangi . Pengujian warna sediaan menghasilkan warna hijau muda. Hasil

pengamatan sediaan secara organoleptis, menunjukkan pengujian organoleptis

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 23


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

sediaan memenuhi syarat pengujian evaluasi fisik dengan melakukan pengamatan

terhadap bau, bentuk dan warna pada sediaan.

Pengujian stabilitas busa di lakukan dengan 1 ml sampel dimasukkan kedalam

tabung reaksi, kemudian ditambahkan sebanyak 9 ml air. Dikocok hingga larut

selama 20 detik, diukur tinggi busa yang terbentuk. Didiamkan selama 5 menit,

diukur kembali tinggi busanya. Dalam praktikum yang dilakukan sabun yang

kami buat memiliki tinggi busa 3 cm.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekstrak minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat

diformulasikan sebagai sabun cair pencuci tangan. Formulasi A dan B

memenuhi syarat uji evaluasi fisik yaitu uji uji daya sebar, uji tinggi busa,

namun uji evaluasi pH dan organoleptik tidak memenuhi syarat evaluasi.


B. Saran
Pada formulasi berikutnya disarankan untuk mencari konsentasi

pengatur pH yang lebih baik agar dapat mengasilkan pH yang sesuai dengan

kulit dan tambahan bahan pengental dibutuhkan agar sabun cair dapat

memenuhi kekentalan yang diinginkan.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 24


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

DAFTAR PUSTAKA

Afini,2010.Uji aktivitas Daya anti bakteri Daun kemangi (Ocimum basilicum


L.)Terhadap bakteri Eschercia coli dan Staphylococcus aureus secara in
vitro, FK. Universitas Muhammadiyah.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat,


terjemahan Farida Ibrahim, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
hal. 376.
Bilal, Alia et al, 2012, Phytochemical and Pharmacological Studies on Ocimum
basilicum Linn- A review.IJCRR, 4 (23), 73- 83.

Departement Farmakologi dan Terapetik, 2012. Farmakologi dan Terap Edisi 5.


FKUI: Jakarta.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta: Departement


Kesehatan RI.

Gardner, Gray, O’rahilly. (1995). Anatomi, Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta.

Gunawan, Gan Sulistia. (2009). Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta:


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Gunawan, Sulistia,2007. Farmakologi dan Terapi: Balai penerbit FKUI: Jakarta.

Jawe tc, et al. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Jilid 1. ed. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Kuncari.,dkk 2014. Uji Iritasi dan Aktifitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih:
Efek Sediaan Gel Apigenin dan Perasan Herba Seledri (Apium
graveolens L.).Universitas Indonesia, Depok.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 25


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Maryati, Fauzia, R. S. & Rahayu, T. (2007). Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri
daun kemangi terhadap S. aureus dan E. coli. lapor penelitian volume 8.
fakultas farmasi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Prawira, M. H. 2008. Penurunan Kadar Minyak pada Limbah Cair dalam reaktor
Pemisah Minyak dengan Media adsorben Karbon Aktif dan Zeolit.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Rowe, R. C., P. J. Sheskey, dan M. E. Quinn.(1994). Handbook of


pharmaceutical Excipients. Second Edition. USA: Pharmaceutical Press.

Rowe, R. C., P. J. Sheskey, dan M. E. Quinn.(2009). Handbook of


PharmaceuticalExcipients.Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press.
Showell, M. S., 2006. Introduction to Detergents dalam Handbook of Detergent
Part D: Formulation , editor: Uri Zoller, Taylor & Francis Group, hal. 1-
26.

Syarifah, Reni Sitty.2015.Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun


papaya (Carica papaya.L) sebagai antijerawat dan Uji aktifitasnya
terhadap Bakteri propionibacterium acnes. Bandung.

Tan Hoan, Tjay. 2002. Obat-obat penting, Jakarta: Gramedia.

Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wasitaatmaja, 1997, Penuntun Kosmetik Medik, Universitas Indonesia: Jakarta.

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 26


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

LAMPIRAN
Dokumentasi

Pengeringan sampel Penimbangan sampel

Penarikan ekstrak sampel dengan Uji pH


Rotavapor

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 27


LABORATORIUM KOSMETOLOGI SABUN

Hasil Sediaan Sabun Cair

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI Page 28

Anda mungkin juga menyukai