Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan atau

(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau

gangguan lain, seperti diuraikan dibawah ini (diarrea = mengalir melalui)

kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup

yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab

kematian penting pada anak-anak.

Diare sebenarnya proses fisologis tubuh untuk mempertahankan diri

dari serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau

bahan-bahan makanan yang dapat merusak usus yang tidak dapat

menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna. Diare dikatakan meningkt

ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi feses lebih lembek atau cair,

bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari.

Hal ini terjadi ketika cairan tidak mencukupi diserap oleh usus besar.

Sebagai bagian dari proses digestasi atau karena masukan cairan, sehingga

makanan tercampur dengan sejumlah air dengan volume besar. Usus besar

menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang

setengah padat. Bila usus besar rusak radang penyearapan tidak terjadi dan

hasilnya adalah kotoran yang berair.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Tujuan dari obat diare untuk mengurangi defekasi yang berlebihan

dimana masuknya mikroorganisme yang menyebabkan peradangan pada usus

dan yang terjadi tanpa diketahui penyebab yang pasti.

Adapun tanaman obat yang digunakan pada praktikum kali ini

meliputi :Daun Jambu biji (Psidium guajava L), yang dibuat dalam bentuk

infusa, Kandungannya yaitu Tanin yang dapat menciutkan selaput lendir

usus, minyak esensial yang mengandung zat adstrigen (memberikan

antibakteri dan desinfektan yang mnyebabkan peradangan pada usus). Dan

juga Teh (Camellia sinensis L), yang dibuat dalam bentuk teh pekat.

Kandungannya yaitu Tanin (membersihkan bakteri yang dapat menyebabkan

diare) dan polifenol yang dapat membunuh bakteri penyebab diare.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk Menguji efektifitas

penggunaan obat antidiare dan obat yang berasal dari tanaman daun jambu

biji dan teh pekat dalam menghilangkan diare pada mencit (Mus

musculus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus)

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui efek antidiare dari obat Lodia® 2 mg

2. Untuk mengetahui efek antidiare dari infusa tanaman daun jambu biji

dan larutan pekat dari teh kemasan

3. Prinsip percobaan

Adapun prinsip percobaan yaitu menentukan efek antidiare setelah

diinduksi dengan larutan oleum ricini 0,75 mL secara oral kemudian

diberikan obat lodia® 2 mg, infusa daun jambu biji, dan juga larutan pekat

dari teh kemasan pada selang 1 jam selama 3 jam dengan melihat frekuensi

BAB (Buang Air Besar) dan konsistensi feses.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan atau

(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan

lain, seperti diuraikan dibawah ini (diarrea = mengalir melalui) kasus ini

banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang

rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian

penting pada anak-anak (Tjay, 2007).

Dalam lambung makanan dicerna menjadi “bubur” (chymus), kemudian

diteruskan keusus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim

pencernaan. Setelah zat-zat gizi direpsorpsi oleh villi kedalam darah sisa

chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan,

diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang bisanya selalu berada

disini (flora) mencernakan lagi sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian

besar dari padanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar.

Airnya juga diresopsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih

padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja (Tjay, 2007).

B. Penyebab Diare

Pada diare terdapat gangguan pada resorpsi, sedangkan sekresi getah

lambung usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik diare

disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehingga pelintasan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penilitian dalam tahun-tahun terakhir

menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan diusus

akibat terganggunya resorpsi air atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan

normal proses resopsi dan sekresi dan air dan elektrolit-elektrolit berlangsung

pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Biasanya resopsi melebihi

sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar dari pada resorpsi

dan terjadilah diare. Keadaan ini sering kali terjadi pada gastroentritis (radang

lambung usus) yang disebabkan oleh virus, kuman dan toksinnya (Tjay, 2007).

C. Jenis-jenis Diare

Berdasarkan penyebab dapat dibedakan beberapa jenis gastroentritis dan

diare sebagai berikut :

1. Diare akibat virus, misalnya influensa perut dan teravelers diarhoea yang

disebabkan antara lain oleh rota virus dan adeno virus. Virus melekat pada

sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resopsi menurun

dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi

bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan

sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari.

2. Diare bakteri invasif (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai

berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat.

Diare ini bersifat selflimiting, artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam

1-5 hari tanpa pengobatan setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel

mukosa baru.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

3. Diare parasiter akibat protozoa seperti entamoeaba histolitika dan giardia

lambelia, yang terutama terjadi didaerah sub tropis. Diare akibat parasit ini

biasanya bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama

1 minggu.

4. Akibat penyakit, misalnya collitis ulcerosa, p. Crohn, irritable bowel

sindrom (IBS), kanker colon dan infeksi / HIV. Juga akibat ganguan –

ganguan seperti alergi trhadap manakan dan minuman, protein susu sapi dan

gluten (coeliakie) serta intoleransi untuk laktosa karena devisiensi enzim

laktase.

5. Akibat obat, yaitu digoksin,kinidin, garan-Mg, dan litium, sorbitol,

betablokers, perintang–ACE, reserpin, sitostatikan dan antibiotika

berspektrum luas (anpisili, amoxilin, sefalosporin, klindamnisin, dan

tertrasiklin).

6. Akibat keracunan makanan, sering terjadi, misalnya pada waktu perhelatan

anak-anak sekolah atau kariwan perusahaan dan biasanya diswertai pula

dengan muntah-muntah. Penyebab utamanya adalah tidak memadainya

kebersihan pada waktu pengolahan, penyimpanan, dan distribusi dari

makanan atau minuman akibat pencemaran meluas. (Tjay, 2007)

D. Obat-obat Diare

Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan

sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel baru. Maka pada

dasarnya tidak perlu diberikan obat, hanya bila mencretnya hebat dapat

digunakan obat untuk menguranginya, misalnya dengan asam samak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

(tannalbin), alumuniun hidroksida dan karboatsorpbens (arang halus yang

sudah diaktifkan) (Tjay, 2007)

Hanya pada pada infeksi pada bakteri invasif perlu diberikan obat

kemoteraupetik yang bersifat menpenetrasi baik kedalam jaringan, seperti

amoksisiklin, tetrasiklin, dan sulfa usus. Obat-obat ini sebaiknya jangan

diberikan lebih dari 7-10 hari, kecuali bila setelah sembuh diarenya, pasien

tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja. Pembawa basil demikian nperlu

diobati terus hingga tinjanya bebas kuman pada dua penelitian berturut-turut,

terutama bilamana yang bersabgkutan bekerja dirumah makan, industry bahan

makanan atau sebagai tukang daging. Zat pencahar laktulosa dapat

mempersingkan jangka waktu “membawa” basil dengan beberapa minggu

(Tjay, 2007).

E. Penggolongan obat diare :

Kelompok obat yang seringkali digunakan pada diare adalah :

1. Kemoteraupetika untuk terapi kausal, yankni memberantas bakteri diare,

seperti anti biotika sulfonamida dan senyawa kinolon.

2. Obstipansia untuk terapa simtomatis, yang dapat menghentikan diare

dengan beberapa cara yaitu :

a. Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu

untuk resorpsi air dan elekrolit oleh mukosa usus yakni candu dan

alkaloidanya, derivat petidin (loperamida) dan anti kolinergika (atropin,

strabeladona)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

b. Adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus misalnya asam semak

(tanin) dan tannal bumin dan garam-garam bismuth dan alumunium.

c. Adsorbensia, karbon adsorbens yang pada permukaannya dapat

menyearap (absopsi) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau

yang ada kalanya berasal dari makanan.

3. Spasmolitika yakni zat-zat yang dapat melrpaskan kejang-kejang otot yang

sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, misalnya papaverin (Tjay,

2007).

F. Teori Tentang Mencit (Mus musculus )

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili

Murideae (Anonim, 2005). Mus musculus liar atau Mus musculus rumah adalah

hewan satu spesies dengan Mus musculus laboratorium. Semua galur Mus

musculus laboratorium sekarang ini merupakan keturunan dari Mus musculus

liar sesudah melalui peternakan selektif (Smith & Mangkoewidjojo, 1988).

1. Morfologi Mencit (Mus musculus )

Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan warna perut

sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan

bervariasi, tetapi umumnya pada umur empat minggu berat badan mencapai

18-20 gram. Mus musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada

umur enam bulan atau lebih. Mus musculus liar makan segala macam

makanan (omnivorus) dan mau mencoba makan apapun makanan yang

tersedia bahkan bahan yang tidak bisa dimakan. Makanan yang diberikan

untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet secara tanpa batas (ad

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol-botol gelas atau plastik

dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa gelas

atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui

pipa gelas. Mus musculus liar lebih suka suhu lingkungan tinggi, namun

juga dapat terus hidup dalam suhu rendah. Kandang Mus musculus berupa

kotak sebesar kotak sepatu yang terbuat dari bahan plastik (prolipropilen

atau polikarbonat), almunium atau baja tahan karat. Syarat kandang mudah

dibersihkan, tahan lama, tahan gigitan dan aman (Smith & Mangkoewidjojo,

1988).

(Gambar 1. Mencit (Mus Musculus))

Mus musculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus

musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang

anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat

matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya

tidak tertutup oleh rambut. Testis dapat ditarik masuk ke dalam tubuh. Mus

musculus betina memiliki lima pasang kelenjar susu dan puting susu sedang

pada Mus musculus jantan tidak dijumpai (Anonim, 2005).

Mus musculus akan lebih aktif pada senja atau malam hari, mereka

tidak menyukai terang. Mereka juga hidup di tempat tersembunyi yang

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

dekat dari sumber makanan dan membangun sarangnya dari bermacam-

macam material lunak. Mus musculus adalah hewan terrestrial dan satu

jantan yang dominan biasanya hidup dengan beberapa betina dan Mus

musculus muda. Jika dua atau lebih Mus musculus jantan dalam satu

kandang mereka akan menjadi agresif jika tidak dibesarkan bersama sejak

lahir (Anonim, 2005).

Siklus hidup dan reproduksi Mus musculus dinyatakan dalam Anonim

(2005) bahwa Mus musculus betina memiliki siklus estrus lamanya 4-6 hari,

dengan lama estrus kurang dari 1 hari. Beberapa Mus musculus betina jika

hidup bersama dalam keadaan yang berdesakan, maka tidak terjadi siklus

estrus pada saat itu tetapi jika dirangsang oleh urine Mus musculus jantan,

maka estrus akan terjadi dalam 72 jam.

Mus musculus betina pada saat kopulasi akan membentuk vaginal

plug secara alami untuk mencegah terjadinya kopulasi kembali. Vaginal

plug akan terjadi selama 24 jam. Masa bunting sekitar 19-21 hari dan

beranak sebanyak 4-13 ekor (rata-rata 6-8). Satu Mus musculus betina dapat

beranak sekitar 5-10 kali per tahun, sehingga populasinya meningkat dengan

sangat cepat. Musim kawin terjadi setiap tahun. Mus musculus yang baru

lahir buta dan tidak berambut. Rambut mulai tumbuh tiga hari setelah

kelahiran dan mata akan terbuka 1-2 minggu setelah kelahiran. Mus

musculus betina mencapai matang seksual sekitar 6 minggu dan Mus

musculus jantan sekitar 8 minggu, tetapi keduanya dapat dikawinkan

minimal setelah berusia 35 hari (Anonim, 2005).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Lama hidup mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa kebuntingan

yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang lama (2-14 bulan)

sepanjang hidupnya. Mencit mecapai dewasa pada umur 35 hari dan

dikawinkan pada umur delapan minggu (jantan dan betina). Siklus reproduksi

mencit bersifat poliestrus dimana siklus estrus (berahi) berlangsung sampai

lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit jantan dewasa memiliki berat

20-40 gram sedangkan mencit betina dewasa 18-35 gram. Hewan ini dapat

hidup pada temperatur 30o C (Smith & Mangkoewidjojo, 1988).

a. Klasifikasi Mencit (Mus musculus )

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Morfologi Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

Kelinci berpunggung melengkung dan berekor pendek. Kepalanya kecil

dan daun telinga tegak. Kelinci memiliki bibir yang bagian atasnya terbelah

dan tersambung hingga hidung. Telinga kelinci besar dan banyak terdapat

darah. Oleh karena itu, jika membawa kelinci diusahakan jangan memegang

telinganya, karena akan kesakitan. Kaki belakang kelinci lebih panjang dan

kuat dibandingkan dengan kaki depannya (Anonim, 2011).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Sebagai hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa rumput

yang hijau dan segar. Gigi kelinci tergolong unik, sebab gigi akan terus

tumbuh sepanjang usia. Apabila tidak dibatasi maka gigi akan semakin

panjang, dengan cara disediakan makanan yang keras dan sepotong kayu

sebagai sarana untuk mengasah gigi dan kukunya. Di alam kelinci hidup

secara bebas dan sebaliknya diberikan ruang gerak yang memadai (Anonim,

2011).

(Gambar. 2 kelinci (Oryctolagus cuniculus))

b. Klasifikasi Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Logomorpha

Famili : Leporidae

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

G. Oleum Ricini

Oleum Ricini, minyak kastor, minyak jarak. Minyak kastor diperas

dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung trigliserida dari

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh. Di dalam usus halus sebagaian

zat ini diuraikan oleh enzim lipase dan menghasilkan asam risinoleat yang

memiliki efek stimulasi terhadap usus halus. Setelah 2-8 jam timbul

defekasi yang cair.

Efek sampingnya berupa kolik, mual dan muntah. Oleum Ricini

tidak boleh digunakan oleh wanita hamil. (Tjay, 2007)

G. Mekanisme Oleum Ricini

Prinsip kerja didasarkan pada induksi diare yang diakibatkan oleh oleum

ricini. Oleum ricini mengandung trigliserida dari asam risinoleat yang

mengalami hidrolisis dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin

dan asam risinoleat sehingga menyebabkan stimulasi peristaltik usus sehingga

menyebabkan diare (Sutomo dkk, 2010).

Oleum ricini, sebagai penginduksi diare, di dalam usus akan

dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam

risinoleat yang berperan sebagai pencahar dengan meningkatkan motilitas usus

(Arief, Sjamsudin, 1995) .

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

H. Uraian Bahan

1. Loperamid HCl (Tjay, 2007)

Nama Resmi : LOPERAMIDA HCL

Sinonim : Loperamid HCl, Lodia

Rumus Kimia : C29H23N2ClO2

Berat molekul : 477,637 g/ mol (HCl 513 506)

Farmakokinetik : Loperamid merupakan derivat difenoksilat

dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga

kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap

susunan saraf pusat sehingga tidak

menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu

menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi

dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel

yang berada dalam keadaan hipersekresi ke

keadaan resorpsi normal kembali (Tjay,2007).

Farmakodinamik : Loperamid tidak diserap dengan baik melalui

pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak

tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas

kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai

dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa

laten yang lama ini disebabkan oleh

penghambatan motilitas saluran cerna dan

karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Loperamid memperlambat motilitas saluran

cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan

longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan

reseptor opioid sehingga diduga efek

konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid

dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14

jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal taanpa

diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa diubah dan

sisanya dieliminasi setelah mengalami

metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke

dalam empedu (Tjay,2007).

2. Daun jambu biji (Psidii Folium)

Nama Tanaman Asal : Psidium guajava L

Keluarga : Myrthaceae

Pemerian : Bau aromatic, rasa kelat

Cara Memperoleh :Panen dilakukan dengan memangkas tanaman

bagian pucuk sepanjang 20-30 cm. Cabang

pucuk dan daun dapat langsung dijemur atau

sebelum dijemur daun-daun pada cabang

pucuk dipetik lebih dahulu baru kemudian

dijemur. Lama penjemuran 2-3 hari, pada

hari yang cerah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Makroskopik :Kulit batang halus permukaannya berwarna

coklat dan mudah mengelupas. Daun

berhadapan, bertulang menyirip, berbintik,

berbentuk bundar telur agak menjorong atau

agak bnundar sampai meruncing, panjang

helai daun 6 cm – 14 cm, lebar 3 – 6 cm,

daun yang mudah berambut, dan yang tua

permukaan atasnya menjadi licin.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, kering

Isi : Tanin 9-12%, minyak lemak, asam malat

Khasiat :Anti diare, anti Sariawan,, antiseptic, dan

disentri

3. Daun teh (Thea Folium)

Nama Tanaman Asal : Camellia sinensis L

Keluarga : Theaceae

Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, dan kelat

Cara Memperoleh :Panen dilakukan dengan memangkas tanaman

bagian pucuk sepanjang 20-30 cm. Cabang

pucuk dan daun dapat langsung dijemur atau

sebelum dijemur daun-daun pada cabang

pucuk dipetik lebih dahulu baru kemudian

dijemur. Lama penjemuran 2-3 hari, pada

hari yang cerah.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, kering

Isi :Coffein, tannin, dan minyak atsiri

Khasiat :Anti dotum, keracunan alkaloida, analeptika,

stimulansia.

4. Na. CMC ( FI. Edisi III, Hal. 401 )

Nama Resmi : NATRIICARBOXY METHYCELLULOSUM.

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium

CMC.

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higro.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95

%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik

lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

5. Aquadest ( FI. Edisi III, Hal. 96 )

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling.

Berat Molekul : 18,02.

Rumus Molekul : H2O.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Zat tambahan, pelarut.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Cutter / gunting

3. Gelas ukur 10 mL

4. Gelas Kimia 1000 mL

5. Hot plate

6. Jarum Oral atau Klanula

7. Spoit 1 cc

8. Stop Watch

9. Timbangan Digital

10. Talenan

2. Bahan yang digunakan

1. Lodia 2 mg

2. Na CMC 1%

3. Daun jambu biji

4. Teh pekat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

B. Cara Kerja Perlakuan Hewan Uji

1. Hewan uji yang sudah dipuasakan (6 jam sebelum perlakuan), ditimbang

dan dikelomokkan sesuai perlakuan

2. Masing-masing hewan uji diberi perlakuan, kemudian didiamkan selama 1

jam

3. Semua hewan uji diatas diberi oleum Ricini dosis 0,75 mL (untuk mencit)

4. Pengamatan dilakukan dengan melihat konsistensi feses atau frekuensi

BAB ( buang air besar) dari hewan coba, selang 30 menit selama 4 jam

atau selang 1 jam selama 10 jam.

C. Cara Kerja Infusa Daun Jambu Biji

1. Di siapkan alat dan bahan

2. Di ambil daun jambu biji yang masih muda lalu di cuci bersih

3. Di gunting-gunting daun jambu biji

4. Di timbang daun jambu biji sebanyak 20 gram

5. Di masukkan ke dalam panci infusa kemudian di tambahkan aquadest


sebayak 100 mL

6. Di panaskan di atas hot plate hingga mendidih pada suhu 90oC

7. Di dinginkan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

D. Cara Kerja Teh pekat

1. Di siapkan alat dan bahan

2. Di panaskan aquadest sebayak 100 mL

3. Setelah mendidih di celup 3 kantong teh

4. Di dinginkan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB IV
DATA PENGAMATAN

1. Tabel Pengamatan Frekuensi Diare dan Konsistensi Diare

Kel. Perlakuan BB V.P Frekuensi BAB Konsistensi


hewan feses
uji 1 jam 2 jam 3 jam

1 Lodia 1,7 kg 13,6 - - - -

2 Infusa daun 29,04 1 1 - - Feses cair

jambu biji gram

3&4 Teh pekat 24,09 0,85 1 - - Feses cair

gram

5&6 Na-CMC 1,5 kg 12 4 2 1 Feses cair

Keterangan :

BB : Berat badan

Vo : Volume

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan uji pada obat antidiare. Diare

adalah defekasi yang berlebihan yang terjadi lebih dari tiga kali dengan selang

waktu yang singkat disertai konsistensi feses yang cair. Percobaan diawali

dengan mempersiapkan semua alat untuk percobaan dan bahan yaitu obat yang

akan diguanakan pada percobaan. Mencit ditimbang dengan maksud untuk

perhitungan dosis yang tepat, karena salah satu faktor penting yang dapat

memberikan dosis yang berbeda tiap individu adalah berat badan.pada

percobaan antidiare ini hewan coba yang di gunakan yaitu kelinci dan mencit,

kelompok yang menggunakan hewan uji pada praktikum antidiare yaitu

kelompok 1, 5 dan 6, sedangkan yang menggunakan hewan uji mencit yaitu

kelompok 2, 3 daan 4.

Pada pengujian efek antidiare ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang disebabkan

oleh oleum ricini pada hewan percobaan. Pemberian oleum ricini pada mencit

dan kelinci dapat menyebabkan diare karena oleum ricini mengandung

kandungan trigliserida asam risinolat yang dihidrolsis di dalam usus halus oleh

lioase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat sebagai cairan dan elektrolit

serta menstimulasi peristaltik usus.

Adapun obat-obat yang di gunakan dalam praktikum antidiare yaitu Lodia

(loperamid), infusa daun jambu biji, teh pekat. Na-CMC bukan sebagai obat

tetapi sebagai control negative.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Mekanisme kerja dari obat Lodia (liperamid) yaitu tidak bekerja terhadaap

SSP (Sistem saraf pusat), sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Lagi

pula zat mampu menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel

mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke

kadaan resorpsi normal kembali maka banyak di gunakan pada diare akut dan

diare wisatawan bila tidak ada demam atau darah dalam tinja. Secara oral

diabsosrbsi 65%, tetapi karena FPE (first pass effect) besar sehingga BA-nya

(biovabilitas) menjadi rendah, dimana apabila mengalami metabolisme jalur

lintas pertama yang terjadi dalam hati maka akan terjadi perombakkan sehingga

menurunkan kadar dari obat tersebut hal tersebut akan menurunkan efektifitas

dari obat yang diberikan. Dan mengakibatkan efek samping yang berupa mual,

muntah, pusing, mulut kering dan eksanten kulit.

Mekanisme kerja dari infusa daun jambu biji yaitu mengandung tanin

dimana tanin adalah zat-zat penciut (adstringensia) yang berfungsi menciutkan

dan mengeraskan dinding usus dengan demikian di perkirakan menghalangi

penyerapan kuman dan toksin sekaligus mengurangi pengeluaran cairan

berlebihan. Tanin bersifat zat putih telur dan bersifat adstringen, yaitu dapat

meringankan diare dengan menciutkan selaput lendir usus. Oleh karena itu

merangsang lambung (rasa mual, mutah-muntah).

Mekanisme kerja dari teh pekat yaitu teh pekat mengandung polifenol

yang mampu membunuh virus dan bakteri yang menyebabkan pradangan pada

usus, sehingga terjadi penyakit diare.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

Dalam praktikum ini obat yang memberikan efek antidiare yang paling

baik yaitu Lodia, karena obat Lodia merupakan obat paten dan pada waktu

induksi hewan uji menggunakan oleum ricini 0,75 mL, hewan uji tersebut

mengalami diare, setelah itu di beri obat antidiare lodia sebanyak 13,6 mL.

Dimana hewan uji sudah tidak mengalami diare setelah di berikan obat lodia

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Obat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Lodia (loperamid) 2

mg, infusa daun jambu biji 100 mg dan teh pekat.

2. Obat yang memberikan efek paling baik berturut-turut dalam

praktikum ini adalah Lodia® (Loperamid) 2 mg.

B. Saran

Diharapakan kepada seluruh pratikan agar pada saat melakukan

praktikum selalu mengikuti peraturan dan tata tertib yang telah ditentukan

serta dalam melaksanakan praktikum, praktikan bekerja dengan baik dan

teliti agar tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan praktikum.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Mencit dan Kelinci

Ditimbang

Diinduksi dengan oleum ricini 0,75 mL secara oral

Diamati selama 1 jam

Diberi perlakuan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III & IV Kelompok V&VI

Lodia 2 mg Daun Jambu Biji Teh Pekat Na CMC

Diamati BAB pada jam ke 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Analisis data

Kesimpulan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 27


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

B. Perhitungan

1. Infusa daun jambu biji

Berat badan mencit = 29,04 gram

𝐵𝐵 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑏𝑎
Volume pemberian = 𝑋 𝑣𝑜𝑙. 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛
𝐵𝐵 𝑚𝑎𝑘𝑠

29,04 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥 1 𝑚𝐿
29,04 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1, mL

2. Lodia® 2 mg

Dik : vol. Pemberian maksimum pada mencit = 1 mL/kg BB

Dosis lazim lodia = 2 mg

Nilai konversi kelinci = 0,07

Bobot 10 tablet = 0,154 g

Dosis konversi = 0,07 X 2 mg

= 0,14 mg
𝐵𝐵 𝑚𝑎𝑥
Dosis pemberian = 𝑋 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖
𝐵𝐵 𝑚𝑖𝑛

1,7 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 X 0,14 mg

= 0,1586 mg

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛
Bobot yang ditimbang = 𝑋 𝐵. 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

0,1586 𝑚𝑔
= 𝑋 0,154 𝑔
2 𝑚𝑔

= 0,0122122 gram

Lodia yang dibutuhkan untuk 25 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 28


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

= 0,0122122 g X 25 mL

= 0,3054 g

𝐵𝐵 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Volume pemberian = 𝑋 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐵𝐵 𝑚𝑎𝑘𝑠

1,7 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑋 20 𝑚𝐿
2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 13,6 mL

3. Na.CMC 1 % 100 mL
𝑔
% = 𝑣 X 100 %

𝑔
1% = 100 X 100 %

= 1 gram

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 29


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

DAFTAR PUSTAKA

Tjay, Tan Hoan.2007.obat-obat penting. Yogyakarta:UGM press.

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Anonim. 2011. Uraian Karakteristik Kelinci. Jakarta: FKUI

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 30


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIARE

C. Gambar Praktikum

Pemberian suspensi Lodia 2 mg secara oral pada hewan coba kelinci

(Orytolagus cuniculus)

a. Penimbangan hewan uji b. Pemberian obat diare secara oral

c. Penimbangan Mencit d. Pemberian obat diare secara oral

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 31

Anda mungkin juga menyukai