Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN SULFONAMIDA,


BARBITURAT, DAN ANTIBIOTIK

NAMA : RINDITA AULIA LUBNA

NPM : 260110140120

HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 16 APRIL 2015

ASISTEN : 1. FEBY SHYNTIA A

2. ANDREAS WIJAYA

LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN SULFONAMIDA DAN
BARBITURAT DAN GOLONGAN ANTIBIOTIKA

I. TUJUAN
1.1.Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa golongan
antibiotika
1.2.Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa golongan
sulfonamida dan barbiturat

II. PRINSIP
2.1.ANTIBIOTIKA
1. Reaksi dengan asam pekat atau basa pekat

2.2.SULFONAMIDA DAN BARBITURAT


1. Golongan sulfonamide adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi
sebagai berikut :

2. Asam barbiturate adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi urea


sebagai berikut :
R1 R
3. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan sulfonamide adalah
pengkopelan dengan reagensia p-DAB menghasilkan endapan dengan
spectrum warna kuning hingga merah
4. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan barbiturate adalah
pembentukan kompleks berwarna dengan reagensia parri (larutan
kobalt nitrat dalam alcohol), paparkan kertas saring di atas uap
ammonia

III. REAKSI
3.1.GOLONGAN SULFONAMID DAN BARBITURAT
a. Sulfamezatin

(Attoway, 2009)
b. Luminal

(Kelly, 2009)
c. Barbiturat

(Kelly, 2009)
3.2.GOLONGAN ANTIBIOTIK
a. Amoksisilin
Reaksi amoksisilin dengan H2SO4

(Kelly, 2009)
b. Eritromisin

(Lide, 2002)
c. Tetrasiklin
Reaksi tetrasiklin dengan H2SO4

(Funaliki., et al, 1989)

IV. DATA PENGAMATAN


4.1.GOLONGAN SULFONAMID DAN BARBITURAT
1. Sulfamezatin
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
p-DAB 1. Sampel Larutan orange Orange (Clark,
HCl dilarutkan dalam 2007)
HCl encer
2. Ditambahkan p-
DAB
3. Diamati
perubahannya
CuSO4 1. Sampel Hijau bening → Hijau →
diletakkan pada oranye bening coklat (Clark,
plat tetes 2007)
2. Ditambahkan
CuSO4
3. Diamati
perubahannya
Vanillin 1. Sampel pada Larutan orange Merah jingga
sulfat plat tetes kemerahan (Sasmita,
ditambahkan 1979)
vanillin
2. Ditambahkan
asam sulfat
3. Diamati
perubahannya
Kopayyi 1. Sampel Larutan pink Pink (Clark,
zwikker ditambahkan 2007)
kopayyi zwikker
2. Diamati
perubahannya

Kristal 1. Sampel pada Kristal berbentuk Kristal bening


kaca objek bunga panjang
dilarutkan
dengan aseton
dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

2. Luminal
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Kopayyi 1. Sampel Endapan ungu Merah muda
zwikker + diletakkan pada tua, menguap (Clark, 2007)
NaOH plat tetes
2. Ditambahkan
reagen kopayyi
zwikker dan
NaOH
3. Diamati
perubahannya
Liebermann 1. Sampel Orange Orange
diletakkan pada kekuningan kekuningan
plat tetes (Putri, 2011)
2. Ditambahkan
reagen
Liebermann
3. Diamati
perubahannya
Kristal 1. Sampel pada Kristal tipis Kristal tipis
preparat persegi panjang
ditambahkan
aseton dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

3. Barbital
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Kopayyi 1. Sampel pada Larutan Bau,
zwikker + plat tetes berwarna keunguan
NaOH ditambahkan keunguan (Attarabi,
kopayyi 2009)
zwikker dan
NaOH
2. Diamati
perubahannya
Kristal 1. Kristal pada Kristal tipis Kristal jarum
kaca objek menjarum tipis
dilarutkan panjang
dengan aseton
dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

4.2.GOLONGAN ANTIBIOTIK
1. Amoksisilin
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Aroma / 1. Sampel Bau karet Bau karet
bau dimasukkan ke
tabung reaksi
2. Dipanaskan di
atas nyala api
bunsen
3. Diamati
perubahan
aromanya
H2SO4 1. Sampel yang Larutan kuning + H2SO4 =
diletakkan pada kehijauan kuning
plat tetes UV = kuning
ditambahkan kehijauan
H2SO4 (Roth, 1985)
2. Diamati
fluoresensinya
di bawah sinar
UV
Kristal 1. Sampel Kristal bintik Kristal bintik
diletakkan di hitam hitam
atas kaca objek
dan dilarutkan
dengan aseton
dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

2. Eritromisin
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Aseton, 1. Zat dilarutkan Eritromisin + Kuning ungu
HCl, dalam aseton aseton + HCl = coklat tua
kloroform 2. Ditambahkan coklat tua diencerkan
HCl jadi hijau
3. Ditambahkan + kloroform =
kloroform hijau
4. Diamati
perubahannya
H2SO4 1. Sampel yang Larutan ungu Red brown
diletakkan pada kehitaman color
plat tetes
ditambahkan
H2SO4
2. Diamati
perubahannya
Kristal 1. Sampel Kristal jarum Kristal jarum
diletakkan di
atas kaca objek
dan dilarutkan
dengan aseton
dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

3. Kloramfenikol
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Kristal 1. Sampel Kristal jarum Kristal
diletakkan di panjang berbentuk
atas kaca objek jarum
dan dilarutkan (Sumardjo,
dengan aseton 2006)
dan air
2. Diamati dengan
mikroskop
cahaya

4. Tetrasiklin
Reagen Prosedur Hasil Pustaka
Benedict 1. Sampel Larutan hijau Larutan
dimasukkan ke dengan endapan berwarna
tabung reaksi hijau + panas
dan →hijau lumut
ditambahkan 0,5 (Sasmita,
mL reagen 1979)
2. Dipanaskan di
penangas air
selama 30 menit
3. Diamati
perubahannya
Liebermann 1. Sampel yang Larutan hitam Orange atau
diletakkan pada coklat (Clark,
plat tetes 2007)
ditambahkan
reagen
Liebermann
2. Diamati
perubahannya
Mandelin 1. Sampel yang Larutan hitam Cincin orange
diletakkan pada cincin orange (Clark, 2005)
plat tetes
ditambahkan
pereaksi
mandelin
2. Diamati
perubahannya
Asam sulfat 1. Sampel pada Larutan hitam Cincin merah
plat tetes cincin merah (Sasmita,
ditambahkan 1979)
asam sulfat
2. Diamati
perubahannya

V. PEMBAHASAN
5.1.GOLONGAN SULFONAMID DAN BARBITURAT
Barbiturat adalah kelas obat yang berasal dari asam barbiturat
yang bertindak sebagai depresan untuk sistem saraf pusat. Obat ini sering
digunakan untuk alasan medis sebagai obat penenang atau anestesi. Secara
kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat
(2,4,6-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi
antara urea dengan asam malonat melalui eliminasi 2 molekul air.
Barbiturat bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam pelarut-pelarut nonpolar seperti minyak dan koroform. Karena sifat
lipofiliknya, barbiturat mudah menembus SSP dan daya hipnotiknya juga
diperkuat. Dengan meningkatnya sifat lipofilik ini, maka efek dan lama
kerjanya dipercepat.
Prinsip yang digunakan menggunakan reagensia parri (kobal nitrat
yang dilarutkan dalam alkohol) yang akan membentuk kompleks warna
dengan golongan barbiturat dengan syarat zat yang akan diuji
harus bebas air.
Gugus fungsi yang pertama diuji adalah sulfamezatin. Sulfamezatin
adalah golongan sulfonamide yang memiliki masa kerja pendek dengan
waktu paruh kurang dari 10 jam. Dilakukan lima identifikasi terhadap
sulfamezatin yaitu penambahan reagen pDAB HCl, CuSO4, vanillin,
kopayyi zwikker, dan pengamatan bentuk kristal.
Identifikasi sulfamezatin yang pertama adalah dengan penambahan
pDAB HCl. Penambahan pDAB HCl pada sampel yaitu sulfamezatin
terbentuk larutan orange karena reaksi antara pDAB HCl dengan gugus
amin primer pada sulfamezatin sehingga terjadi perubahan warna pada
larutan menjadi orange.
Pada penambahan CuSO4 terjadi perubahan warna dari hijau bening ke
oranye bening. Seharusnya, hasil dari reaksi tersebut adalah perubahan
warna dari hijau menjadi kecoklatan karena tembaga lebih sukar
teroksidasi dibandingkan dengan hidrogen akibat dari senyawa dengan
tingkat oksidasi +1 dan +2 yang dibentuk dari atom tembaga yang
potensial oksidasinya bertanda negatif. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa warna kecoklatan yang dihasilkan adalah terjadinya hidrolisis dan
penyerapan asam yang diakibatkan oleh larutan tembaga sulfat dalam
asam. Kesalahan ini diakibatkan terburu-buru dalam proses pereaksian
karena dibutuhkan waktu yang lama pada proses perubahan warna dari
hijau bening ke kecoklatan sehingga hasil yang didapatkan hanya sampai
warna oranye bening.
Pada penambahan vanillin dan asam sulfat terjadi perubahan warna
menjadi orange kemerahan. Hal ini dikarenakan vanilin dapat aktif dengan
pencampurannya bersamaan dengan asam sulfat sehingga ketika sampel
direaksikan dengan vanillin sulfat terbentuk larutan berwarna orange
kemerahan.
Identifikasi selanjutnya yaitu penambahan kopayyi zwikker pada
sulfamezatin. Pada penambahan reagen kopayyi zwikker pada
sulfamezatin, terjadi perubahan warna larutan menjadi warna pink. Hal ini
dikarenakan adanya reaksi antara gugus imida dan SO2NH yang
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan.
Pada pengamatan kristal, mula-mula sampel diletakkan di atas kaca
objek dan dilarutkan dengan aseton dan air yang kemudian aseton
menguap sehingga tersisa kristal sulfamezatin. Kemudian kristal pada
kaca objek tersebut diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil yang
diperoleh adalah kristal berbentuk bunga.
Gugus fungsi kedua yang diuji adalah luminal yang dilakukan tiga
identifikasi. Identifikasi pertama adalah penambahan reagen kopayyi
zwikker dan NaOH, identifikasi kedua adalah penambahan reagen
Liebermann, dan identifikasi ketiga adalah pengamatan kristal luminal.
Identifikasi pertama dari luminal adalah penambahan reagen kopayyi
zwikker dan NaOH. Hasil yang didapatkan adalah endapan ungu dan
lama-kelamaan menguap. Seharusnya, hasil dari reaksi antara luminal
dengan kopayyi zwikker adalah larutan yang berwarna merah muda dan
berwarna biru kehijauan setelah ditambahkan NaOH karena terdapatnya
gugus SO₂NH yang menyebabkan terjadinya perubahan warna yang
positif pada reagen koppayi zwikker. Kopayyi zwikker akan menguap jika
tidak ditambahkan NaOH karena kopayyi zwikker mengandung etanol.
Identifikasi kedua adalah penambahan Liebermann pada luminal yang
dengan warna yang dihasilkan adalah orange kekuningan yang diberikan
oleh senyawa yang mengandung cincin benzen tersubtitusi tunggal yang
tidak bergabung dengan gugus karbonit, amida, atau C=N-O, dan juga
disebabkan oleh adanya gugus O-alkil yang terikat pada cincin benzen
seperti pada Luminal.
Pengamatan kristal pada luminal menggunakan reaksi aseton air yang
dilakukan dengan cara luminal diletakkan di atas kaca objek dan
dilarutkan dengan cara ditetesi beberapa tetes aseton. Setelah ditetesi
aseton, sampel larut kemudian ditetesi air, aseton menguap dan sampel
kembali menjadi kristal yang selanjutya diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Hasil yang diperoleh adalah kristal luminal yang tipis
dan panjang.
Gugus fungsi berikutnya yang diuji adalah barbital yang dilakukan dua
identifikasi. Identifikasi pertama adalah penambahan kopayyi zwikker dan
NaOH dan identifikasi kedua adalah pengamatan bentuk kristalnya.
Pada penambahan kopayyi zwikker dan NaOH, terbentuk larutan
berwarna keunguan. Seharusnya, setelah penambahan NaOH larutan
menjadi hijau keunguan karena SO₂NH yang menyebabkan terjadinya
perubahan warna yang positif pada reagen koppayi zwikker.. Sedangkan,
jika tidak ditambahkan NaOH reagen koppayi zwikker akan menguap
karena mengandung alkohol.
Pada pengamatan kristal, dilakukan reaksi kristal aseton air yang
dilakukan dengan cara barbital diletakkan di atas kaca objek dan
dilarutkan dengan cara ditetesi beberapa tetes aseton. Setelah ditetesi
aseton, sampel larut kemudian ditetesi air, aseton menguap dan sampel
kembali menjadi kristal yang selanjutya diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Hasil yang diperoleh adalah kristal barbital
yang menjarum panjang.

5.2.GOLONGAN ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (khususnya fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang
dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme
lain yang bekerja dengan cara menekan atau memutus mata rantai
metabolisme dalam tubuh mikroorganisme.
Antibiotik merupakan salah satu golongan yang terdiri dari banyak
kelompok dan turunannya. Secara umum, antibiotik terdiri dari golongan
obat yang mengandung cincin beta laktam, turunan aminoglikosida,
kloramfenikol, sefalosporin, beta laktam, kuinolon, turunan tetrasiklin,
makrolida, penisilin, dan golongan lain yang secara kimia mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Prinsip rekasi identifikasi antibiotik
adalah dapat bereaksi dengan asam pekat atau basa pekat karena asam
sulfat pekat yang ditambahkan dapat mengoksidasi senyawa zat aktif.
Sampel yang dipilih pada pengamatan kali ini yaitu amoksisilin,
eritromisin, kloramfenikol, dan tetrasiklin. Golongan ini termasuk
golongan antibiotik dengan berbagai gugus fungsi yang berbeda.
Amoksisilin memiliki bentuk berupa serbuk halus berwarna putih yang
berbau cukup khas seperti bau obat yang sangat kuat. Pada gugus fungsi
amoksisilin dilakukan tiga identifikasi. Identifikasi pertama adalah uji bau
dari pemanasan amoksisilin, identifikasi kedua adalah penambahan asam
sulfat, dan identifikasi ketiga adalah pengamatan bentuk kristal di bawah
mikroskop cahaya.
Pengujian bau dari amoksisilin dilakukan dengan pengamatan bau atau
aroma yang dihasilkan dari amoksisilin yang dipanaskan di atas nyala api
bunsen. Mula-mula, amoksisilin dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian dipanaskan di atas nyala api bunsen dan diamati. Setelah
beberapa detik, bau yang dihasilkan dari pemanasan amoksisilin adalah
bau karet yang terbakar yang merupakan bau khas dari amoksisilin. Hal
ini terjadi karena pada saat pembakaran, amoksisilin melepas zat-zat yang
terdiri dari atom karbon, nitrogen, dan hidrogen dalam bentuk senyawa
gas yang menimbulkan bau tersebut.
Identifikasi kedua dari amoksisilin adalah penambahan asam sulfat
pekat karena pada penambahan asam sulfat pekat struktur antibiotik yang
tidak begitu stabil akan dipecah dan berikatan dengan gugus sulfat dari
asam sulfat sehingga menghasilkan warna-warna yang khas. Mula-mula,
amoksisilin dimasukkan ke dalam plat tetes, kemudian ditetesi dengan 1-3
tetes asam sulfat pekat, diaduk, dan diamati. Setelah diaduk, hasil yang
diperoleh adalah ketidaklarutan amoksisilin dan perubahan warna dari
warna putih amoksisilin menjadi warna kuning terang. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya kompleks antara asam sulfat dengan amoksisilin
seingga menghasilkan warna yang spesifik. Kemudian, hasil yang
diperoleh diamati fluoresensinya di bawah sinar UV dengan panjang
gelombang 254 nm. Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya
oleh suatu materi setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi.
Pada penampakan sinar UV, terlihat fluoresensi berwarna kuning
kehijauan. Fluoresensi terjadi karena proses absorpsi cahaya oleh atom
yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi.
Identifikasi dari amoksisilin yang ketiga adalah pengamatan bentuk
kristal amoksisilin. Pada pengamatan ini, amoksisilin diberikan aseton dan
air, diteteskan di atas kaca objek, dan diamati bentuk kristalnya dengan
menggunakan mikroskop cahaya. Prinsip dari reaksi kristalisasi aseton air
yaitu kristal dapat terbentuk karena adanya pergeseran kepolaran dari
aseton yang bersifat nonpolar ke arah yang lebih polar yaitu dengan
penambahan air. Kristal yang dihasilkan adalah kristal berbentuk bintik
hitam.
Gugus fungsi berikutnya dari golongan antibiotik yang diamati adalah
eritromisin. Eritromisin termasuk golongan makrolida yang bekerja
dengan menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau
bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Pada
gugus fungsi eritromisin dilakukan tiga identifikasi. Identifikasi pertama
adalah penambahan aseton, asam klorida, dan kloroform, identifikasi
kedua adalah penambahan asam sulfat, dan identifikasi ketiga adalah
pengamatan bentuk kristal.
Pengamatan eritromisin yang pertama dilakukan di dalam tabung
reaksi. Mula-mula, zat dilarutkan dengan aseton, kemudian ditambahkan 2
mL asam klorida dan 2 mL kloroform. Lalu diamati perubahan yang
terjadi. Eritromisin ditambahkan asam klorida karena eritromisin larut
dalam asam klorida encer. Pada penambahan aseton dan asam klorida
pada eritromisin, dihasilkan warna coklat tua dan pada penambahan
kloroform dihasilkan warna hijau.
Identifikasi eritromisin yang kedua dilakukan dengan penambahan
asam sulfat yang dilakukan di atas plat tetes. Hasil yang diperoleh adalah
larutan berwarna ungu kehitaman.
Identifikasi ketiga dari eritromisin adalah pengamatan bentuk kristal
dengan reaksi kristal aseton air. Mula-mula, zat dilarutkan dengan aseton,
lalu ditambah air. Kemudian diteteskan di atas kaca objek dan diamati di
bawah mikroskop cahaya. Kristal yang terbentuk adalah kristal jarum.
Gugus fungsi ketiga dari golongan antibiotik yang diuji adalah
kloramfenikol. Pada gugus fungsi ini, hanya dilakukan pengamatan kristal
dari kloramfenikol saja. Pengamatan kristal dilakukan dengan reaksi
kristal aseton air dengan prinsip dari reaksi kristalisasi aseton air yaitu
kristal dapat terbentuk karena adanya pergeseran kepolaran dari aseton
yang bersifat nonpolar ke arah yang lebih polar yaitu dengan penambahan
air. Cara pelaksanaannya sama dengan reaksi kristal aseton air yang telah
dijelaskan sebelumnya. Kristal yang terbentuk dari reaksi kristal aseton air
ini adalah kristal jarum yang panjang.
Gugus fungsi terakhir yang diuji dari golongan antibiotik adalah
tetrasiklin yang merupakan serbuk kristal kuningdan menjadi gelap jika
terkena cahaya. Tetrasiklin umumnya diproduksi oleh beberapa anggota
dari genus Streptomyces dan merupakan antibiotik yang umum digunakan
untuk pengobatan manusia. Cara kerjanya adalah menghambat atau
menginhibisi sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi
subunit 30S ribosom. Pada gugus fungsi tetrasiklin dilakukan empat
identifikasi yaitu penambahan reagen benedict, Liebermann, mandelin,
dan asam sulfat.
Pada pengujian pertama yaitu dengan benedict, mula-mula sampel
ditempatkan pada tabung reaksi, lalu ditambahkan 0,5 mL reagen.
Kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit dan diamati
perubahan yang terjadi. Hasil yang diperoleh adalah larutan hijau dengan
endapan yang terjadi akibat reaksi dengan zat pereduksi dari tetrasiklin
yang mengandung gugus hidroksil pada gugus alifatik.
Pengujian kedua adalah penambahan reagen Liebermann pada
tetrasiklin. Mula-mula, sampel ditempatkan pada plat tetes, lalu
ditambahkan pereaksi Liebermann, dan diamati perubahannya. Hasil yang
diperoleh adalah larutan cokelat kehitaman yang disebabkan oleh senyawa
yang mengandung dua cincin benzen tersubstitusi mono yang tergabung
dalam satu atom karbon atau atom karbon yang berdampingan.
Pengujian ketiga adalah penambahan reagen mandelin yang dilakukan
dengan cara penambahan reagen mandelin pada sampel tetrasiklin yang
telah ditempatkan pada plat tetes, kemudian diamati perubahannya. Hasil
yang diperoleh adalah orange kehitaman dari reaksi dengan cincin
aromatik.
Pengujian terakhir tetrasiklin adalah penambahan 2 mL asam sulfat
pada 0,5 mg sampel, lalu diamati perubahannya. Hasil yang diperoleh
adalah larutan yang berwarna merah tua akibat reaksi antara tetrasiklin
dan reagen asam sulfat.

VI. SIMPULAN
6.1.Telah dilakukan identifikasi senyawa-senyawa golongan sulfonamida dan
barbiturat seperti senyawa sulfamezatin dengan menggunakan pereaksi p-
DAB HCl, CuSO4, Vanilin, Koppayi Zwikker, dan Kristal.
6.2.Telah dilakukan identifikasi senyawa-senyawa golongan antibiotik seperti
senyawa eritromisin dengan menggunakan pereaksi Aseton + HCl +
kloroform, H2SO4, dan Kristal.
DAFTAR PUSTAKA
Attaraby, Stephan. 2009. Rope System Analysis. Roth Southwales : Oberon State.
Clark. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs: Third Edition. Chicago: Pharmaceutical
Press.
Funaliki, et all. 1989. Isolation and Identification Of Drugs. London: He
Pharmaceutical Press.
Kelly,W.N. 2009. Pharmacy:What It Is and How It Works. New york: CRC press.
Lide. 2002. Handbook of Chemistry and Physics. New york : CRC Press.
Petrucci, R. 1992. General Chemstry. Jakarta: Erlangga.
Roth,Herman,J. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Sasmita, Dedi Purnama. 1979. Card System dan Reaksi Warna. Bandung: ITB.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai