Oleh :
NIM : 1901100
GRUP : S1-IVC
Farm. S.ci
2. YOLANDA MAHARANI
3. ALFIONNY DE VALIN
4. M. MARSHEL WIJAYA
5. JIHAN FAHIRA
PEKANBARU
2021
OBJEK 1: PREFORMULASI
Senyawa : Kloramfenikol
No :5
Mahasiswa : Nurul Inayah Yuridi (1901100)
1. Warna : Putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan
2. Rasa : Sangat pahit
3. Bau : Tidak berbau
4. Penampilan : Serbuk hablur halus
5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf : -
6. Polimorfisa, solvate dan kristal : Polimorfisa Kloramfenikol ada dalam tiga bentuk
polimorfik: (A, B, C) bentuk stabil A
(modifikasi tidak aktif secara biologis), bentuk metastabil B (modifikasi aktif) dan bentuk
C yang tidak stabil
7. Ukuran partikel : 5-µm
8. Kelarutan (mg/ml)
Air : Sukar larut air 0,1 NaCl : -
Etanol : Mudah larut Dapar pH 7,4 : -
Etil Asetat : Mudah larut Eter : Sukar larut
Propilen glikol : Mudah larut Aseton : Mudah larut
9. Titik lebur dan DSC : 149 – 1530 oC
10. Bobot jenis :
a. Sebenarnya : 323,132 g/mol
b. Bulk : -
11. pH % dalam H2O : Antara 4,5-7,5
12. pKa dan koefisien partisi :
pKa : 5,5
Koefisien partisi : 12
13. kecepatan disolusi dalam
a. permukaan tetap : dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% dari jumlah
yang tertera pada etiket
b. suspensi :-
14. Stabilitas “bulk” obat
a. 600C selama 30 hari : -
b. 600 lumen selama 30 hari : -
c. Kelembaban relative 80% 250C selama 30 hari : -
15. Stabilitas larutan (pH, konstanta kecepatan 400C, 500C, 600C, 700C)
Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada kisaran pH 2 – 7, suhu 250 C memiliki waktu
paruh 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Stabil dalam basis minyak dalam
air, basis adeps lanae.
16. Kelembaban relativ % penambahan/kehilangan bobot pada kesetimbangan 30%, 50%,
60%, 70%, 90%, awal : -
17. Penelitian bentuk padat dengan eksipien
Eksipien observasi fisika data KLT data DSC : -
18. Data analitik : Spektrum serapan UV pada panjang gelombang serapan maksimum 280
nm, kloramfenikol
memiliki gugus kromofor pada strukturnya sehingga dapat dideteksi dengan detektor UV.
19. Catatan tambahan yang tidak diuraikan diatas dan dianggap perlu:
Penyimpanan: Simpan diwadah kedap udara dan lindungi dari cahaya
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Terangkan tahap-tahap proses preformulasi secara terperinci
Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu:
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat.
a. Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat (puyer, tablet,
kapsul, suppositoria), bentuk setengah padat (salep, pasta, krim) dan bentuk cair
(larutan, suspensi, emulsi).
b. Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
- Sifat-sifat fisika-kimia zat aktif yang digunakan, yakni kelarutan, ukuran
partikel, sifat higroskopis, reaksi-reaksi kimia dll.
- Kerja obat yang diinginkan, secara lokal ataukah sistemik. Untuk kerja lokal
dipilih sediaan salep, krim, lotion, serbuk tabur. Untuk kerja sistemik (diedarkan
ke seluruh tubuh oleh darah) dipilih sediaan tablet, kapsul, pulveres/puyer dan
sirup.
- Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres dan
sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet, kapsul.
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan. Bahan tambahan yang digunakan dalam
formulasi harus kompatibel (dapat tercampurkan) dengan bahan obat utama (zat aktif)
dan bahan tambahan yang lain. Bahan tambahan diperlukan untuk:
a. Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan (bentuk tablet, larutan, dll).
- Sebagai contoh : pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan bahan tambahan
berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume tablet, bahan pengikat untuk
merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk mempercepat pecahnya
tablet di dalam lambung, dan bahan penyalut yang digunakan untuk memperbaiki
kestabilan, mengontrol penghancuran dan mempercantik penampilan tablet.
- Pada sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk melarutkan
bahan obat, dapat juga ditambahkan bahan penstabil untuk mencegah peruraian
bahan obat, bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bahan
pemberi warna dan rasa untuk memperbaiki rasa dan penampilan produk.
Demikian juga untuk sediaan salep, pasta, krim dan lain-lain.
b. Menjaga kestabilan sediaan obat (misal: pengawet, pensuspensi, pengemulsi)
c. Menjaga kestabilan zat aktif (misal : antioksidan)
3. Kenyamanan saat penggunaan.
a. Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi
kepatuhan si pemakai obat. Jika obat berasa tidak enak maka orang akan enggan
mengkonsumsinya.
b. Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan penambahan corrigens saporis,
bau yang tidak enak ditutupi dengan corrigens odoris, dan warna yang kurang
menarik ditutupi dengan corrigens coloris.
Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal Ampisilin dan Amoksisilin dapat diatasi
dengan penggunaan bentuk garamnya yaitu Ampisilin trihidrat dan Amoksisilin
trihidrat yang tidak pahit.
c. Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu : halus, mudah dioleskan,
tidak terlalu lengket dan tidak meninggalkan bekas noda pada pakaian.
4. Kestabilan sediaan obat.
a. Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang stabil, tidak
menampakkan tanda-tanda kerusakan. Tanda-tanda kerusakan yang umum ditemui
pada sediaan obat misalnya: terjadi perubahan warna, bau, rasa, timbulnya kristal
pada permukaan tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada sediaan krim /
emulsi.
b. Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan :
- Penambahan bahan tambahan tertentu (misalnya : pengawet).
- pengemasan yang tepat.
- pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
5. Khasiat obat. Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan :
a. Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif tidak stabil dalam media air,
maka tidak diformulasi dalam bentuk cair.
b. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi khasiat zat aktifnya.
c. Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar
6. Formula Beberapa Bentuk Sediaan Obat
a. FORMULA TABLET
Bahan obat aktif : 1% - 50% Bahan tambahan obat : 50% - 90%, terdiri dari: Pengisi,
pengikat, penghancur, pelicin, pelumas, pemberi warna, perasa, penyalut.
b. FORMULA SALEP
Bahan obat aktif : 1% - 10%
Bahan tambahan obat : 90% - 99%, terdiri dari : Dasar salep, pengawet, pewarna.
c. FORMULA KRIM
Bahan obat aktif : 1% - 10%
Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri dari: Dasar krim, pewangi, pengawet,
pewarna.
d. FORMULA SUSPENSI
Bahan obat aktif : 1% - 10%
Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri dari: Pembawa/pelarut, pensuspensi, perasa,
pengawet.
e. FORMULA INJEKSI
Bahan obat aktif : 1% - 20%
Bahan tambahan obat : 80% - 99% terdiri dari : Pembawa, pengisotoni, pengawet.
7. Sifat-sifat fisika-kimia bahan obat
Sifat-sifat Fisika-Kimia dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang harus
diketahui sebelum formulasi obat adalah :
a. Rasa, bau dan warna zat.
Rasa, bau dan warna zat harus diketahui agar bisa menentukan bahan
tambahan obat seperti: corrigens saporis, corrigens odoris, dan corrigens
coloris yang dibutuhkan.
b. Kelarutan.
Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan dalam air.
Bahan obat yang mudah larut dalam air akan lebih mudah diabsorpsi sehingga akan
lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat aktif yang mudah larut dan
stabil dalam air, lebih baik bila dibuat dalam bentuk cair.
Bahan obat yang relatif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang sempurna.
Oleh karena itu dilakukan upaya untuk mempertinggi kelarutan obat dengan cara :
- mikronisasi (memperkecil ukuran partikel zat supaya mudah larut).
- membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air (misal pada pembentukan
senyawa kompleks NaI3, KI3).
- menggunakan bentuk garamnya (misal: Phenobarbital sukar larut dalam air,
diganti bentuk garamnya yaitu Phenobarbital Na yang mudah larut air).
- menggunakan pelarut campuran (misal:air dan etanol seperti pada sediaan Elixir).
Bila bahan obat sukar larut air tetapi diinginkan bentuk cair, maka dibuat
bentuk suspensi dengan penambahan bahan pensuspensi.
a. Ukuran partikel, Ukuran partikel berpengaruh pada :
- Laju disolusi bahan obat (kecepatan melarutnya obat). Makin kecil ukuran
partikel bahan obat makin mudah larut sehingga makin mudah diabsorpsi.
- Keseragaman isi. Makin homogen ukuran partikel maka makin terjamin
keseragaman dosisnya.
- Laju pengendapan. Makin besar ukuran partikel akan makin mudah mengendap.
Pada sediaan suspensi bisa menyebabkan terjadinya caking. Penambahan bahan
pensuspensi akan menghambat laju pengendapan sehingga akan mencegah
terbentuknya caking/endapan yang keras.
b. Kestabilan bahan obat
Reaksi-reaksi kimia yang mempengaruhi kestabilan bahan obat :
Hidrolisa
- Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu zat oleh air.
- Contoh bahan obat yang mudah mengalami hidrolisa adalah Aspirin dan obat-
obat golongan Antibiotika (misal : Ampisilin, Amoksisilin, Tetrasiklin, dll).
Terhidrolisanya Aspirin ditandai dengan timbulnya bau Asam Asetat / cuka.
- Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam bentuk padat (tablet,
kapsul, serbuk), karena dalam suasana lembab atau berair bahan obat tersebut
akan terurai sehingga tidak efektif lagi sebagai obat bahkan mungkin bisa
membentuk senyawa yang bersifat racun (toksik).
- Untuk bahan obat yang mudah terhidrolisa tersebut bila tetap hendak dibuat
bentuk cair sebaiknya dipilihkan pelarut non air, misal : Etanol, Propilenglikol,
Gliserin atau dibuat sediaan sirup kering/dry syrup. (Keterangan : Sirup kering
yaitu sirup berisi serbuk obat, yang ketika akan digunakan harus ditambahkan
pelarut air suling atau air matang dalam jumlah tertentu. Sirup kering ini setelah
dilarutkan tidak boleh digunakan lagi setelah 7 hari, karena bahan obat sudah
mengalami hidrolisa).
Oksidasi.
- Pada beberapa bahan obat akan terjadi reaksi oksidasi bila terpapar cahaya terlalu
lama, terkena panas atau bila bereaksi dengan gas oksigen. Contoh : Iodium,
Kalium Permanganat (PK).
- Terjadinya reaksi oksidasi ditandai dengan berubahnya warna, bau bahan obat,
atau terbentuknya endapan.
- Untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi perlu ditambahkan bahan
antioksidan.
- Antioksidan untuk sediaan farmasi yang pembawanya berupa air adalah Natrium
bisulfit dan Asam Askorbat (Vitamin C). Sedang pada sediaan farmasi berupa
minyak digunakan antioksidan Alfatokoferol (Vitamin E).
-
2. Terangkan hubungan stabilitas sediaan farmasi dengan data preformulasi
Stabilitas berhubungan dengan preformulasi karena stabilitas ini meliputi evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari zat aktif murni. Selama penyimpanan, sediaan obat harus
tetap dalam keadaan yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan. Tanda- tanda
kerusakan yang umum ditemui pada sediaan obat misalnya: terjadi perubahan warna, bau,
rasa, timbulnya kristal pada permukaan tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada
sediaan krim / emulsi.
Oleh sebab itu, Produk yang akan dibuat harus stabil, menarik, mudah dibuat dan
aman. Pengaruh pH terhadap faktor stabilitas sangat penting dalam pengembangan produk.
Seperti obat yang tidak stabil dalam asam lambung maka harus ada proses penyalutan
sehingga obat akan terlindungi dan diabsorpsi diusus. Cara sterilisasi sediaan parenteral
bergantung pada stabilitas terhadap temperatur. Zat dengan stabilitas terbatas terhadap suhu
tinggi harus disterilkan dengan cara lain selain otoklaf (misalnya penyaringan, sterilisasi gas).
Yang mana data-data tersebut merupakan data penting yang harus ada dalam tahapan
preformulasi.
3. Tentukan bentuk sediaan yang dapat dibuat dari tugas penelusuran bahan khasiat
masing-masing kelompok.
Kloramfenikol dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan:
Bentuk Tetes (Mata Dan Telinga)
Salep Mata
Tablet
Kapsul
Sirup
Serta Suntik
Tanggal
Pembuatan
Nurul Inayah Apt. Wildan Khairi Muhtadi,
Yuridi M. Farm. S.ci Yolanda Maharani 14 April 2021
Confidential
No Komposisi Nama Lain 1 Botol 1 Batch Fungsi
Dextromethorphani
1. Dextromethorpan Hbr 120 mg 200 mg Antitusivum
Hydrobromidum
Diphenhydramini
2. Difenhidramin 150 mg 250 mg Antitusivum
Hydrochloridum
Pemanis dan
3. Sorbitol Sorbitolum 12 g 20 g
anticapslocking
agent
4. Natrium benzoate Natrii benzoate 0,06 g 0,1 g Pengawet
PERHITUNGAN
Formula obat untuk 60 ml Formula obat untuk 100 ml
R/ Dextromethorphan Hbr 10 mg/5ml R/ Dextromethorphan Hbr 10 mg/5ml
Diphenhydramin Hcl 12,5 mg/5ml Diphenhydramin Hcl 12,5 mg/5ml
Sorbitol 20 % Sorbitol 20 %
Na. Benzoat 0,1 % Na. Benzoat 0,1 %
FD&C green 2 tetes FD&C green 3 tetes
Essence Melon 2 tetes Essence Melon 3 tetes
Aquadest ad 60 ml Aquadest ad 100 ml
DEXMINI®
PT. NI FARMA Larutan Botol (60 ml)
Disusun Oleh Disetujui Oleh Jumlah Batch
Plant Manager Direktur
Operasional Botol (100 ml)
Tanggal
Pembuatan
Confidential
Kemasan Primer Botol kaca coklat volume 60 ml
Ukuran Kemasan P = 17 cm L = 4,2 cm
Ukuran Etiket P = 12,2 cm L = 4,5 cm
Bahan Kemasan Botol kaca
PERHITUNGAN
®
DEXMINI
Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung: Keterangan Lain Lihat
Dextrometorphan HBr......10 mg di Brosur
Diphenhydramin HCl.....12,5mg ® ®
DEXMINI DEXMINI
Aturan pakai: Dextromethorphan HBr Dextromethorphan HBr
1 sendok takar (5 ml):
6- 12 thn : 1 sendok takar 3-4x sehari Diphenhydramin HCl Diphenhydramin HCl
Dewasa : 2 sendok takar 3-4x sehari KOCOK DAHULU SEBELUM
Atau menurut petunjuk dokter. DIPAKAI
Rasa Melon
Indikasi: Rasa Melon
Meredakan batuk tidak berdahak yang
menimbulkan rasa sakit atau batuk karena Simpan pada suhu
alergi. dibawah 30°C dan
Kontraindikasi: terlindungi dari cahaya
Penderita hipersensitifitas atau alergi
terhadap Dextrometorphan HBr dan
Diphenhydramin HCl.
Netto: 60 ml
Netto: 60 ml
No.Reg : DTL 2102310037A1
No. Batch. : 1140421 PT. NI FARMA PT. NI FARMA
Mfg. Date : April 2021 Pekanbaru - Indonesia Pekanbaru - Indonesia
Exp.Date : April 2026
BROSUR
DEXMINI ®
Komposisi
Tiap 5 ml mengandung:
Dextrometorphan HBr.....................................10 mg
Diphenhydramin HCl.....................................12,5mg
Indikasi
Meredakan batuk tidak berdahak yang menimbulkan rasa
sakit atau batuk karena alergi.
Mekanisme kerja
Menekan reflek ingin batuk langsung pada pusat batuk
dibagian medula otak dan menghambat secara kompetitif
reseptor histamin H1 pada saluran cerna, pembuluh darah
serta saluran nafas.
Aturan pakai
1 sendok takar (5 ml):
6- 12 thn : 1 sendok takar 3-4x sehari
Dewasa : 2 sendok takar 3-4x sehari
Atau menurut petunjuk dokter.
Kontra indikasi
Penderita hipersensitifitas atau alergi terhadap
Dextrometorphan HBr dan Diphenhydramin HCl.
Interaksi obat
Penggunaan bersamaan dengan MAO dapat menyebabkan
stimulasi CNS dan depresi pernafasan berat.
Efek samping
Mengantuk, pusing, mulut kering, lelah, sulit buang air
kecil.
Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 30oC dan terlindung dari
cahaya.
Kemasan : Botol 60 ml
No.Reg : DTL 2102310037A1
Produced by:
PT. NI FARMA
Pekanbaru - Indonesia
ETIKET
TUGAS PENDAHULUAN 2
1. Cari data (dari penelitian yang telah dilakukan) harga CMC dari surfaktan
terhadap masing-masing zat berkhasiat
Dextrometorfan HBr
- Nilai CMC tween 80 terhadap dextrometorfan HBr adalah 5,9 µg/mL
- Nilai CMC span 80 dextrometorfan HBr adalah 6,3 µg/mL
2. Terangkan keuntungan dan kerugian masing-masing surfaktan sebagai bahan
pensolubilisasi
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini yaitu senyawa polar berantai
panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.