Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PENGENALAN HEWAN COBA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT

TANGGAL PERCOBAAN: 24 Maret 2017

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Saulisa Aparda Maewi (0661 15 168)


2. Alfi Syahri Sukarya (0661 15 175)
3. Hanifah Munandar (0661 15 177)
4. Feby Amarullah (0661 15 215)

Dosen pembimbing :

 Nina Herlina Sopandi,M.si


 Ir.E Mulyati Effendi,M.Si
 Yulianita,M.Farm
 Emma Nilafita Putri K,M.farm.,Apt
 Sara Nurmala,M.Farm

Asisten Dosen :
Ria Komala
Isep Ramdhan

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Depresansia Sistem Syaraf Pusat

Tanggal percobaan : 31 Maret 2017


Tanggal penyerahan : 7 April 2017

(066115177) (066115168)
(Hanifah Munandar) (Saulisa Aparda Maewi)

(066115175) (066115215)

(Alfi Syahri Sukarya) (Feby Amarullah)

2
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan praktikum Farmakologi ini.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami


telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan manfaat dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Kami berharap isi laporan praktikum ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
walaupun pada nyatanya masih saja terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan praktikum ini
bermanfaat.

Bogor,5 April 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. 2
KATA PENGANTAR ...................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 5
Tujuan Praktikum .............................................................................. 6
Hipotesa ............................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7

BAB III METODE KERJA


Alat dan Bahan .................................................................................. 12
Cara Kerja ......................................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN


Data Pengamatan .............................................................................. 13
Pembahasan ....................................................................................... 14

BAB V PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................... 16

DASAR TEORI
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf
dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi (SST).
Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara
mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum
tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.
Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa
sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf
pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang
SSP disebut analeptika.

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis
terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap perangsangan
emosi dan menenangkan. Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama
rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Obat yang tergolong
sedative, yaitu chloralhidrat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan
disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot. Obat
hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan
tidur yang menyerupai tidur fisiologis.

5
1.2 Tujuan percobaan

Mengetahui mula kerja dan lamanya kerja suatu hipnotik sadatif

1.3 Hipotesis

Pemberian obat depresansia pada mencit menyebabkan adanya efek depresi


ringan hingga terjadinya efek tidur.Hal ini dibuktikan dengan pemberian obat
diazepam dan urethan pada mencit yang memberi efek depresi ringan hingga
hilangnya kesadaran. Dari kedua obat ini menyatakan bahwa pemberian obat
urethane lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan diazepam

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Depresan adalah obat penenang yang tergolong pada kelompok obat yang disebut
'benzodiazepine'. Obat-obat ini diresepkan oleh para dokter untuk mengurangi stres,
kecemasan, untuk membantu orang tidur dan kegunaan kedokteran lainnya. Biasanya
obat-obat ini berbentuk kapsul atau tablet. Beberapa orang menyalahgunakan obat
penenang karena efeknya yang memabukkan.Berbagai nama lainnya: Valium, Rohypnol,
Mogadon, Librium, Lexotan, Ativan, BK, Koplo, pil anjing dll.

Pengaruh obat penenang terhadap tiap orang berbeda-beda tergantung besarnya


dosis, berat tubuh, umur seseorang, bagaimana obat tersebut dipakai dan suasana hati si
pemakai. Downers (depresan) menurunkan fungsi pusat sistem syaraf secara keseluruhan
dan pada akhirnya memberi efek sedasi, relaksasi otot, membuat penggunanya
mengantuk, dan bahkan koma (bila digunakan berlebihan). Tidak seperti uppers, yang
biasanya bekerja melalui pelepasan dan perangsangan zat-zat kimia syaraf perangsang
alami tubuh, obat-obatan atau narkoba yang masuk dalam kelompok depresan
memproduksi efek mereka melalui serangkaian proses biokimiawi pada berbagai tempat
di otak dan tulang punggung. Beberapa depresan meniru cara kerja alami transmisi syaraf
tubuh yang biasanya memberi rasa mengantuk atau inhibisi (misalnya endorfin,
enkephalin, GABA), sementara yang lainnya langsung menekan/menurunkan area
stimulator di otak. Tetapi ada juga yang bekerja dalam cara yang hingga kini belum dapat
dipahami oleh para ilmuwan. Karena adanya variasi-variasi ini, depresan dikelompokkan
menjadi beberapa kelas lagi berdasarkan penggunaan medisnya, kimianya, dan klasifikasi
legalnya.

Dosis yang kecil memperlambat detak jantung dan pernafasan, menurunkan


energi dan koordinasi otot, dan menumpulkan panca indera. Downers, khususnya opiat,
dapat menyebabakan sembelit, mual, dan disfungsi seksual. Awalnya, dosis yang kecil
dapat berfungsi seperti stimulan karena menurunkan inhibisi, tetapi dengan semakin
banyak pemakaian dan semakin besar dosis yang dipakai, efek depresan secara

7
menyeluruh mulai mendominasi, menumpulkan pikiran dan melambatkan tubuh. Jenis
Downers tertentu juga dapat memunculkan eforia, atau suatu perasaan nyaman dan
tenang.

Efek samping secara lansung depresan yang berlebihan adalah :

 Relaksasi/rasa santai.
 Pusing dan bingung.
 Berbicara tidak jelas atau tergagap.
 Pandangan kabur dan berbayang.
 Hilangnya daya ingat jangka pendek.
 Mabuk yang serupa dengan mabuk alkohol.
 Pemakaian dosis tinggi dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran atau koma.

Akibat pemakaian depresan dalam jangka waktu yang panjang

 Peningkatan berat badan


 Sulit tidur.
 Nafsu makan lebih besar.
 Kehilangan ingatan.
 Sulit berpikir.
 Perubahan kepribadian.
 Gangguan seksual.
 Gangguan menstruasi pada wanita

Ragam macam depresan adalah

1. Opioda/Opiat, yaitu zat baik yang alamiah, semi sintetik maupun sintetik yang diambil
dari pohon poppy (papaver somniferum).

8
2. Alkohol, adalah cairan yang mengandung zat Ethyl-alkohol. Alkohol digolongkan
sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf pusat,
mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan
perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga dapat merangsang. 3. Sedativa
atau sedatif-hipnotik merupakan zat yang dapat mengurangi fungsi sistem syaraf pusat.
Sedativa dapat menimbulkan rasa santai dan menyebabkan ngantuk (sering disebut obat
tidur). Biasanya sedativa digunakan untuk mengurangi stress atau sulit tidur. Karena
toleransi dan ketergantungan fisik, maka gejala putus obat bisa jauh lebih hebat daripada
putus obat dengan opiat

4. Trankuiliser atau obat penenang mula-mula dibuat untuk menenangkan orang tanpa
membuat orang tidur, sebagai pengganti berbiturat yang dianggap menimbulkan efek
samping. Dalam bahasa sehari-hari obat ini disebut sebagai obat penenang untuk
menghilangkan kecemasan tanpa menimbulkan rasa ingin tidur.

Obat Hipnotik dan Sedatif

Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat
yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh
normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah
obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan
efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-
hipnotik adalah:
Ethanol (alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon

DIAZEPAM
Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan
dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.
Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma
aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang
digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak.
Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan

9
gangguan jiwa lainnya.Diazepam tidak boleh dijual bebas, tetapi harus melalui resep
dokter.
Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya status
epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya
bangkitan klonik fokal dan hipsaritmia yang refrakter terhadap terapi lazim. Diazepam
dapat efektif pada bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang
terjadi dalam 1 detik.
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus, disuntikkan 5-20 mg diazepam IV
secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit
sampai beberapa jam. Diazepam dapat mengendalikan 80-90 % pasien bangkitan
rekuren.
Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia
(kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi
paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi,
gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari
diazepam. Efek samping obat ini berat dan berbahaya yang menyertai penggunaan
diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Disamping ini
dapat terjadi depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi , henti jantung, dan kantuk.
Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam
dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan
terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau
(sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah).
Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang.
Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara
bertahap, dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

URETAN

Uretan adalah senyawa etil ester dari asam karbaminik, menimbulkan efek
anaestesi dengan durasi yang panjang seperti choralose. Biasanya senyawa ini digunakan
untuk percobaan fisiologi dan farmakologi. Uretan sering dikombinasikan dengan

10
choralose untuk menurunkan aktivitas muskular. Menurut literatur, uretan memiliki efek
yang kecil pada respirasi dan tekanan darah arteri. Uretan tidak digunakan sebagai
anaestesi dalam kedokteran hewan, tetapi dianjurkan dalam penggunaannya untuk tujuan
eksperimen/percobaan.

11
BAB III
METODE KERJA
3.1. Alat dan bahan
Bahan:

 Diazepam
 Mencit
 Urethan

Alat :
 Jarum suntik
 Timbangan hewan coba

3.2. Cara Kerja


 Diambil 1 ekor mencit
 Diamati keadaan biologi dari hewan coba meliputi : bobot badan, frekuensi
jantung, laju nafas, reflex, tonus otot, rasa nyeri dan gejala lainnya bila ada.
 Dihitung dosis yang akan diberikan kepada hewan coba :
Diazepam 2,5 mg/Kg bb
Urethan 1,8 mg/Kg bb
 Disuntikan masing – masing zat pada hewan coba secara ip (intra peritoneal)
 Dicatat waktu kehilangan righting reflex
Dicatat kecepatan pernafasan dengan interval waktu 15 menit

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan

Pengamatan Hewan Coba Mencit


(Kelompok 6) Sebelum Sesudah
Bobot badan 22 gr
Frekwensi jantung 108/menit 100/menit
Laju nafas 78/menit 60/menit
Refleks +++ ++
Tonus otot +++ +++
Kesadaran +++ -
Rasa nyeri +++ +++
Gejala lain : Defekasi Defekasi

Kelom- Urethan Diazepam


pok Onset Durasi Gejala Onset Durasi Gejala
1 03:05 > 1 jam Tidur,lemas,
hilang kesadaran
2 04:00 30:03 Aktivitas
menurun,lemas
3 00:04 > 1 jam Hilang
kesadaran,kejang
4 02:00 19:00 Aktivitas
menurun
5 01: 54 > 1 jam Lemas,ngantuk,
hilang kesadaran
6 09:14 41:39 Aktivitas
menurun,lemas
7 08:46 > 1 jam Hilang
kesadaran,lemas
8 06:44 52:12 Aktivitas
menurun,lemas
9 02:54 > 1 jam Tidur,lemas,diam,
hilang kesadaran

13
10 10:12 35:26 Aktivitas
menurun,lemas

4.2. Pembahasan
Pada praktikum farmakologi kami kali ini kami akan mengamati efek
penggunaan obat-obat yang biasa digunakan sebagi antidepresan. Sampel yang
akan kami amati dari setelah penyuntikan dari intraperitonial, efek yang dihasilkan
oleh hewan coba saat diazepam akan bekerja pada tubuh hewan coba.
Pada dasarnya diazepam adalah obat yang biasa digunakan dalam pengobatan atau
terapi yang akan menimbulkan efek lemas, namun kesadaran tetap terjadi, obat anti
cemas.
Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA
(gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa
yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat
aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan
kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.
Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya
status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial
sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hipsaritmia yang refrakter terhadap
terapi lazim. Diazepam dapat efektif pada bangkitan lena karena menekan 3
gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam 1 detik.
Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia
(kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan
reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung,
depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang
jarang dari diazepam. Efek samping obat ini berat dan berbahaya yang menyertai
penggunaan diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi
otot. Disamping ini dapat terjadi depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi , henti
jantung, dan kantuk.
Diazepam juga memiliki efek ymengurangi frekuensi denyut jantuk dan laju
nafas, hal ini dikarnakan obat tersebut jika sudah dimetabolisme oleh tubuh maka

14
akan bersifat menenangkan, sehingga frekuensi dan laju nafas akan melemah saat
penyuntikan telah terjadi.
Selain menggunakan diazepam, kami juga mengamati antidepresan pada uretan,
berbeda dengan diazepam, uretan dapat menghilangkan kesadaran secara cepat,
atau biasa digunakan sebagai obat bius, namun penggunaan uretan sudah tidak
dianjurkan dalam penggunaan obat bius.
Uretan adalah senyawa etil ester dari asam karbaminik, menimbulkan efek
anaestesi dengan durasi yang panjang seperti choralose. Menurut literatur, uretan
memiliki efek yang kecil pada respirasi dan tekanan darah arteri. Uretan tidak
digunakan sebagai anaestesi dalam kedokteran hewan, tetapi dianjurkan dalam
penggunaannya untuk tujuan eksperimen/percobaan.
Sehingga dapat terlihat jika diazepam hanya bersifat menenangkan pada dosis
yang sesuai kebutuhan, sedangkan uretan bersifat menghilangkan kesadaran yang
cukup lama.

15
BAB V

PENUTUP

Dari hasil praktikum “ Depresansia Sistem syaraf Pusat” yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa :

1. Diazepam bersifat menenangkan tanpa menghilangkan kesadaran.


2. Obat antidepresan akan melemahkan frekuensi jantung dan laju nafas.
3. Uretan bersifat menghilangkan kesadaran, yang cukup lama.
4. Efek samping pada pengamatan kami menggunakan hewan coba, yaitu mengantuk,
lemah atau lemas, dan sampai kehilangan kesadaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Z., (2006). Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta: Gadjah Mada


Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
R.Mien dkk.2017.Penuntun Praktikum Farmakologi Sistem dan Organ.Bogor:Universitas
Pakuan
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia).Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.
Tim Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: Gaya Baru.

17
LAMPIRAN

Perhitungan Dosis

Dosis Diazepam :2,5 mg/kg bb


Konsentrasi :0,1 %

𝑔𝑟 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑋
Dosis konversi : x
𝑔𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

0,0025 𝑋
= x
1000 22

X = 0,0055gr

𝑔𝑟 𝑋
Dosis Penyuntikan : x
𝑚𝑙 𝑌

0,1 0,0055
= x
100 𝑦

Y= 0,055 ml

18
GAMBAR
1. Cara pemberian obat secara intraperitoneal

19

Anda mungkin juga menyukai