Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM VIII

PENETAPAN KADAR ALKALOID PIPERIN


DENGAN SPEKTROFOTOMETRI

1. Kompetensi Dasar
S1 : Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
S2 :Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika
S9 :Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri
P1 :Mampu memahami konsep teoritis ilmu dasar biomedis, ilmu kefarmasian,
farmasi sosial/perilaku/administrasi dan farmasi klinik secara mendalam.
KU1 :Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya
KU3 :Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya yang berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka
menghasilkan solusi, gagasan atau rancangan.

2. Indikator Capaian
Mampu melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif metabolit sekunder dari
simplisia bahan alam

3. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan :
a. Mampu memahami fungsi penggunaan Spektrofotometer dalam bidang fitokimia
b. Mampu mengaplikasikan acara analisis kandungan kimia dari simplisia
menggunakan metode Spektrofotometer
4. Teori
Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting yang ditemukan pada
tumbuhan. Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah berdiri sendiri. Golongan senyawa
ini berupa campuran dari beberapa alkaloid utama dan beberapa kecil. Alkaloid pada
dasarnya merupakan senyawa yang bersifat basa dengan keberadaan atom nitrogen dalam
strukturnya, Asam amino berperan sebagai senyawa pembangun dalam biosintesis
alkaloid. Kebanyakan alkaloid mengandung satu inti kerangka piridin, quinolin, dan
isoquinolin atau tropan dan bertanggungjawab terhadap efek fisiologis pada manusia dan
hewan. Rantai samping alkaloid dibentuk atau merupakan turunan dari terpena atau
asetat. (Tatang, 2019)
Alkaloid memiliki sifat basa dan bertindak sebagai senyawa basa dalam suatu
reaksi. Campuran alkaloid dengan suatu asam akan membentuk garam kristalin tanpa
membentuk air. Pada umumnya alkaloid berbentuk padatan kristal seperti pada senyawa
atropine. Beberapa alkaloid seperti lobeline atau nikotin berbentuk cairan. Alkaloid
memiliki kelarutan yang khas dalam pelarut organik. Golongan senyawa ini mudah larut
dalam alkohol dan sedikit larut dalam air. Garam alkaloid biasanya larut dalam air. Di
alam, alkaloid ada di banyak tumbuhan dengan proporsi yang lebih besar dalam biji dan
akar dan seringkali dalam kombinasi dengan asam nabati. Senyawa alkaloid memiliki
rasa yang pahit. (Tatang, 2019)
Secara umum, penetapan kadar alkaloid dapat ditentukan secara gravimetri
(sudah jarang digunakan), titrimetri, spektrometri, KLT-densitometri, dan KCKT.
Alkaloid dengan sifat basa cukup kuat dapat ditentukan dengan titrasi asam basa,
sedangkan untuk alkaloid basa lemah lebih baik ditentukan secara titrasi bebas air
(Hanani 2015).

5. Pelaksanaan Praktikum
A. Alat dan Bahan
Alat : Lempeng kromatografi (silika gel GF254), rak penyimpanan, bejana
kromatografi (Chamber), pipa kapiler, alat penyemprot pereaksi, lampu
UV 254 dan 366 nm, oven, gelas ukur 25 ml, labu ukur 10 ml,
spektrofotometer UV-Vis
Bahan : ekstrak simplisia, aquadest, etanol 96% p.a, pembanding piperin
B. Prosedur Kerja
1) Pemisahan piperin dalam ekstrak menggunakan KLT
a) Ekstrak dibuat dalam konsentrasi 200 µg/ml dengan cara: melarutkan 20 mg
ekstrak dengan etanol 96% dan dicukupkan sampai 10 ml.
b) Baku piperin dibuat dalam konsentrasi 100 µg/ml dengan cara: melarutkan 10
mg piperin dengan etanol 96% dan dicukupkan sampai 10 ml.
c) Kemudian larutan ekstrak dan baku piperin masing-masing dianalisis dengan
menggunakan KLT, dengan pada fase diam silika gel GF254. Fase gerak yang
digunakan:
1. Kel. Biji Lada Hitam
Fase gerak : Toluen P-etil asetat P (7:3)
2. Kel. Daun Jambu Biji
Fase gerak : Kloroform P-aseton P-asam format P (10:2:1)
3. Kel. Rimpang Kunyit
Fase Gerak : Kloroform P-metanol P (95:5)
4. Kel. Daun salam
Fase gerak : n-butanol -asam asetat-air (4:1:5)
5. Kel. Kulit kayu manis
Fase gerak : n-Heksana P-etil asetat P (9:1)
6. Temulawak
Fase gerak : Toluen P – etil asetat P (93:7)
d) Chamber yang berisi fase gerak dijenuhkan dengan cara dimasukkan kertas
saring ke dalam bejana yang telah berisi fase gerak, diamkan sampai kertas
saring terbasahi oleh fase gerak.
e) Larutan ekstrak dan baku pembanding sebanyak 3 µL ditotolkan dalam satu
plat KLT 10cm×10cm. Kemudian plat KLT dimasukkan dalam chamber yang
telah dijenuhi dengan fase gerak.
f) Elusi dilakukan hingga fase gerak merambat sampai tanda batas atas yang telah
ditandai. Plat diangkat, dikeringkan sesaat lalu nodanya diamati di bawah
lampu UV pada panjang gelombang 254 nm. Hitung Rf bercak yang sejajar
dengan baku standar piperin.
g) Perhitungan nilai Rf
2) Pengujian kadar piperin dengan Spektrofotometer UV-VIS
a) Pembuatan Larutan Baku Induk Piperin 100 ppm
Baku piperin ditimbang seksama sebanyak 10 mg, dilarutkan dengan etanol p.a
hingga 10 ml, kocok hingga homogen. Pipet larutan baku induk sebanyak 1 ml,
dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan etanol p.a sampai tanda
batas, kocok hingga homogen.
b) Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Larutan baku induk piperin yang telah dibuat, diukur pada spektrofotometer
UV- Vis. Larutan baku induk piperin diukur pada panjang gelombang 200-400
nm.
c) Pembuatan larutan seri konsentrasi standar piperin
Mengambil 0,1; 0,3; 0,6 dan 0,9 mL dari larutan induk 100 ppm dan
diencerkan sampai 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar
berturut-turut adalah 1; 3; 6 dan 9 ppm. Kemudian diukur absorbansi pada
panjang gelombang 254 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV Vis
d) Pembuatan kurva baku piperin
Setiap larutan seri konsentrasi piperin yang telah dibuat dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang maksimum (254 nm). Hasil absorbansi dan
konsentrasi yang diperoleh diplot dalam kurva, kemudian dibuat persamaan
regresi linier dengan rumus y=bx±a.
e) Pengukuran kadar piperin pada sampel
Sampel bercak pada plat KLT sebelumnya dikerok, kemudian ditambahkan
etanol p.a sebanyak 5 ml, dan disaring. Kemudian filtrat diukur pada panjang
gelombang maksimum piperin (254 nm). Absorbansi yang didapat kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier y=bx±a, sehingga persentase
kadar piperin dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:
Kadar % = Bobot piperin dalam sampel (g) x 100 %
Bobot ekstrak (g)

6. Evaluasi

a. Gambar hasil KLT piperin dalam ekstrak:


b. Nilai Rf:

c. Hasil Perolehan Panjang Gelombang Maksimal:

d. Hasil Absorbansi Baku Piperin


Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1
3
6
9

e. Kurva Kalibrasi Piperin

f. Perhitungan Kadar Piperin dalam Ekstrak:


7. Daftar Pustaka
1. Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Tatang, S.J. (2019). Fitokimia. Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia.
UII. Yogyakarta
3. Wahyuni Septia & Marpaung, M.P, 2020. Penentuan Alkaloid Total Ekstrak Akar
Kuning (Fibraurea chloroleuca Miers) berdasarkan Perbedaan Konsentrasi Etanol
dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Palembang. Jurnal Pendidikan Kimia dan
Ilmu Kimia, Volume 3 Nomor 2.
4. Ni Putu E.H, dkk, 2019. Modul Praktikum Fitokimia. Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka. Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai