)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET
Corresponding author:
*Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Darma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp: (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan
1
FORMULASI EKSTRAK TEH HIJAU (Camelia sinensis L.)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET
Disetujui oleh:
Pembimbing,
Corresponding author:
*Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Darma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp: (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan
2
FORMULASI EKSTRAK TEH HIJAU (Camelia sinensis L.)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET
ABSTRAK
Latar Belakang: Penuaan dini (aging) adalah proses penuaan kulit yang lebih
cepat dari waktunya yang biasanya disababan karena sinar matahari. Proses
penuaan ditandai dengan munculnya garis-garis halus atau keriput wajah. Daun teh
hijau merupakan salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan
antioksidan penghambat penuaan. Teh hijau mengandung komponen utama fraksi
polifenol yang mempunyai aktivitas yang kuat untuk mencegah radikal bebas
sehingga bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan. Masker sheet adalah
lembaran masker yang nyaman dan praktis digunakan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memformulasi ekstrak teh hijau dalam bentuk
sediaan masker sheet, serta menguji efektivitas anti-aging terhadap kulit wajah
sukarelawan.
Metode: Basis essence masker sheet diformulasikan dengan menambahkan ekstrak
teh hijau masing-masing dengan konsentrasi 1,5%, 2,5% dan 5% dan dibuat
menjadi bentuk sediaan masker sheet. Pengujian terhadap sediaan masker sheet
meliputi pemeriksaan homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji kestabilan, uji iritasi
dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer dan moisture checker
selama empat minggu.
Hasil: Sediaan masker sheet yang diformulasi bersifat homogen; pH 5,8-6,6;
viskositas 275-375 cps; tidak mengiritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan
selama 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau semakin tinggi
perubahan kondisi kulit yaitu kadar air semakin meningkat (24,48%), pori-pori
yang semakin mengecil (30,26%), noda berkurang (18,27%) serta kerutan yang
semakin berkurang (22,02%), konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah 5%.
Kesimpulan: Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet,
semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau maka efektivitas anti-aging juga
semakin tinggi.
Kata kunci: Formulation, masker sheet, ekstrak the hijau, anti-aging, essence.
3
ABSTRACT
4
PENDAHULUAN
Kulit merupakan bagian terluar tubuh manusia sehingga mudah terlihat oleh
orang lain. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2. Ketebalan dan kondisi kulit
sangan bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, ras, iklim dan lokasi pada
tubuh (Maris, 2009).
Kulit juga merupakan pertanda dari perubahan sistem tubuh secara umum,
misalnya proses penuaan yang terjadi pada setiap organ ditubuh, maka kulit akan
memberikan tanda paling awal. Proses penuaan adalah proses yang alamiah, namun
adakalanya oleh karena suatu sebab penuaan terjadi lebih cepat dari yang
seharusnya, hal ini disebut penuaan dini. Banyak orang yang mulai melihat kerutan
kulit wajah pada usia yang relative muda, bahkan pada awal 20-an (Maris, 2009).
Penuaan dini (aging) adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari
waktunya. Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja, terutama di Indonesia yang
merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Proses
degenerative terjadi lebih cepat pada kulit yang terlalu sering terpapar sinar
ultraviolet. Proses penuaan biasanya ditandai dengan munculnya garis-garis halus
atau keriput wajah. Namun proses penuaan sendiri merupakan proses dimana terjadi
kemunduran atau degenerasi yang menyebabkan tubuh kehilangan fungsi dan
kemampuannya, termasuk menyebabkan munculnya keriput dan garis halus
diwajah atau bagian tubuh (Aizah, 2017).
Perawatan wajah dapat dilakukan dengan menggunakan masker wajah.
Masker adalah perawatan yang ditujukan untuk mengencangkan tonus (daya
bingkis) kulit serta merawat kulit dengan kandungan bahan yang terdapat dalam
kosmetik, untuk perawatan kulit wajah yang memiliki manfaat yaitu memberi
kelembaban, merangsang sel sel kullit, mengeluarkan kotoran dan sel-sel tanduk
yang melekat dikulit, menormalkan kulit dari gangguan jerawat, bintik hitam dan
mengeluarkan lemak yang berlebih pada kulit, mencegah, mengurangi keriput
keriput dan hyperpigmentasidan melancarkan peredaran darah (Sari, 2014).
Masker wajah memiliki kemampuan meremajakan kulit dan menghambat
penuaan dini. Masker wajah memiliki kemampuan membersihkan kulit sampai
pada lapisan lebih dalam yang tidak bisa dijangkau dengan pencucian biasa. Masker
sheet adalah salah satu bentuk sediaan masker wajah yang mulai populer di Asia.
Masker sheet terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu, non-woven, bioselulosa dan
lainnya. Masker sheet dapat diletakkan ke dalam berbagai macam jenis essence
fungsional, dibiarkan masker menyerap essence dan pengguna masker dapat
menikmati perawatan kulit yang berhubungan dengan moisture, whitening dan anti-
aging. Sediaan masker sheet memiliki mekanisme Occlusive Dressing Treatment
(ODT) sehingga menghasilkan sifat absorbsi dan penetrasi yang baik (Lee, 2013).
Teh hijau mengandung flavonoid yang merupakan hasil metabolisme
sekunder tanaman yang secara luas terdistribusikan dalam tanaman. Katekin
sebagai zat aktif dalam daun teh hijau berfungsi sebagai antibakteri Staphylococcus
aureus yang dapat menghambat pertumbuhan jerawat (Andaryekti, 2015).
Daun teh hijau merupakan salah satu contoh bahan alam yang dapat
digunakan sebagai bahan antioksidan penghambat penuaan. Teh hijau mengandung
komponen utama fraksi polifenol yang mempunyai aktivitas yang kuat untuk
mencegah radikal bebas sehingga bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan
(Andhasari, 2013).
5
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasikan ekstrak teh hijau dalam
sediaan masker sheet sehingga memenuhi persyaratan uji mutu dan efektif sebagai
anti-aging.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental.
Penelitian meliputi penyiapan sampel, identifikasi sampel, pembuatan ekstrak teh
hijau, pembuatan sediaan essence masker sheet, evaluasi terhadap mutu fisik
sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas, uji iritasi dan
uji efektivitas sediaan sebagai anti-aging.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium, aluminium foil, batang pengaduk, cawan porselen, foil bag, lumpang
dan alu, masker sheet (Laneila), objek gelas, pH meter (Hanna Instrument),
penangas air, pipet tetes, pinset, pot plastik, serbet, skin analyzer dan moisture
checker (Aramo-SG), spatula, sudip, timbangan analitik (Boeco), tissue (Nice) dan
viskositas Brookfield.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aqua demineral, etanol
96%, ekstrak teh hijau, gliserin, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH
netral (7,01), nipagin, parfum (green tea oil), PEG 40 Hydrogenated Castor Oil,
xantan gum dan propilen glikol.
Penyiapan Sampel
Teh hijau Prendjak diperoleh dari Pondok Indah, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Teh hijau Prendjak diserbukkan dengan menggunakan blender
menjadi serbuk kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia untuk menjamin mutu simplisia teh hijau meliputi
mikroskopik, kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total
dan kadar abu tak larut asam.
Karakterisasi Ekstrak
Pemeriksan karakterisasi ekstrak meliputi kadar air, kadar abu total dan
kadar abu tak larut asam.
Formula
6
Formula standar essence yang digunakan (Surjanto dkk, 2016):
R/ Vitamin B3 1-5%
Provitamin B5 1-5%
PEG-40 Hydrogenated Castor Oil 0,1%
Butylene glycol 5%
Glycerin 5%
Sodium Polyacrylate 0,2%
Metyl paraben 0,2%
Etanol 3,0%
Parfum 1 drop
Distilled water ad 100%
7
Keterangan:
F0 : Essence masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan essence jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).
Pengamatan Stabilitas
Sediaan disimpan selama 12 minggu penyimpanan. Pengujian fisik essence
masker yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan bau dan warna selama 12
minggu pada kondisi suhu penyimpanan 250C (Ditjen POM, 1985).
Pengukuran pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan essence dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan essence dilakukan menggunakan
Viskometer Brookfield.
Analisis Data
8
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 22. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Tests of Normality. Selanjutnya data dianalisis menggunakan
Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti-aging pada kulit di antara
formula. Data selanjutnya dianalisis dengan Mann-Whitney U Test untuk melihat
perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama empat minggu perawatan.
9
Gambar 1. Hasil sediaan essence
10
Kadar air diukur menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam
perangkat skin analyzer.
Tabel 3. Hasil pengukuran kadar air (moisture)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
28,5 29,1 29,8 30,1 30,6 7,36%
F0 29,1 29,7 30,2 30,7 31,0 6,52%
28,7 29,3 30,1 30,5 30,8 7,31%
rata-rata 28,7 29,3 30,0 30,4 30,8 7,06%
28,9 29,4 30,7 32,2 33,1 14,53%
F1 29,0 30,8 31,6 32,0 32,9 13,44%
29,3 30,4 32,0 32,6 33,6 14,67%
rata-rata 29,0 30,2 31,4 32,2 33,2 14,21%
27,8 29,8 31,6 32,9 33,4 20,14%
F2 30,2 32,1 33,4 34,2 35,6 17,88%
29,4 31,4 32,7 33,8 34,5 17,34%
rata-rata 29,1 31,1 32,5 33,2 34,5 18,45%
28,9 30,8 33,3 35,6 36,7 26,98%
F3 29,7 32,6 34,8 36,1 37,8 27,27%
29,8 32,8 36,4 37,9 39,1 31,20%
rata-rata 29,4 32,0 34,8 36,5 37,8 28,48%
30,2 32,5 34,7 36,1 37,3 23,50%
CP 28,8 30,7 33,6 35,1 36,2 25,69%
29,3 31,3 32,7 34,9 36,5 24,57%
rata-rata 29,4 31,5 33,6 35,3 36,6 24,58%
Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek peningkatan kadar air
sukarelawan.
39
Kadar Air (Moisture)
37
35
33
31
29
27
25
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)
Gambar 3. Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) selama 4 minggu.
11
Kadar air diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan
alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aroma.
Kemudian data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametik
Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu pertama hingga keempat
menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan efektivitas antar formula. Untuk
mengetahui formula mana yang berbeda maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari
hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kadar air yang signifikan antara F0 dengan F1 dan F1 dengan F3 pada minggu 2
sampai minggu 4, perbedan signifikan antara F0 dengan F2 dan F0 dengan F3 pada
setiap minggu dan perbedaan signifikan antara F1 dengan F2 dan F2 dengan F3
pada minggu 3 sampai minggu 4.
Kemampuan kulit dalam meyerap (absorbs) sangat dipengaruhi oleh
metabolism, kelembapan dan ketebalan kulit. Bila kulit dehidrasi dalam waktu
yang lama, keratinisasi dapat terjadi. Sel-sel kulit mati akan terbentuk pada
permukaan kulit hingga menutupi kulit sehingga pelembab sulit untuk mencapai
kulit (Beale dan Jensen, 2004).
Pori (pore)
Besar pori pada kulit wajah sukarelawan yang diukur menggunakan
perangkat skin analyzer yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru.
Tabel 4. Hasil pengukuran pori (pore)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
42 42 42 40 41 2,38%
F0 44 43 43 44 44 0,00%
43 43 42 43 42 2,32%
rata-rata 43,0 42,6 42,3 42,3 42,3 1,56%
41 41 40 39 38 7,31%
F1 42 41 41 40 39 7,14%
43 42 41 40 40 6,97%
rata-rata 42,0 41,3 40,6 39,6 39,0 7,14%
40 38 36 35 34 15,00%
F2 43 42 40 39 37 13,95%
44 42 40 38 37 15,90%
rata-rata 42,3 40,6 38,6 37,3 36,0 14,95%
45 43 41 37 30 33,33%
F3 41 38 36 33 29 29,26%
39 36 33 30 28 28,20%
rata-rata 41,6 39,0 36,6 33,3 29,0 30,26%
41 38 35 33 30 26,82%
CP 45 42 39 36 33 26,66%
40 38 36 33 30 25,00%
rata-rata 42,0 39,3 36,6 34,0 31,0 23,54%
Keterangan :
Pori berukuran kecil 0-19; pori berukuran besar 20-39; pori berukuran sangat besar
40-100 (Aroma, 2012).
12
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengecilan pori sukarelawan.
Pori (pore)
46
43
40
37
34
31
28
25
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)
Noda (spot)
Noda pada kulit wajah sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin
analyzer lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga.
Tabel 5. Hasil pengukuran noda (spot)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
44 44 43 44 44 0,00
F0 46 45 45 44 45 2,17
43 43 43 42 43 0,00
rata-rata 44,3 44,0 43,6 43,3 43,6 0,72
F1 43 42 42 41 41 4,65
13
42 42 41 41 40 4,76
43 42 42 41 40 6,97
rata-rata 42,6 42,0 41,6 41,0 40,3 5,46
41 40 39 38 37 9,75
F2 40 39 38 37 36 10,00
42 41 40 39 38 9,52
rata-rata 41,0 40,0 39,0 38,0 37,0 9,77
44 42 40 38 37 15,90
F3 37 35 34 32 30 18,91
40 38 36 34 32 20,00
rata-rata 40,3 38,3 36,6 34,6 33,0 18,27
42 40 38 36 35 16,66
CP 39 37 35 34 33 15,38
43 41 39 37 36 16,27
rata-rata 41,3 39,3 37,3 35,6 34,6 16,10
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-100
(Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengurangan noda
sukarelawan.
Noda (spot)
48
45
42
39
36
33
30
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)
14
Bercak-bercak hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai
menua maupun kulit yang belum tua oleh berbagai penyebab. Bercak-bercak hitam
yang terdapat pada orang yang masih muda menunjukkan bahwa kulit mengalami
penuaan dini. Bercak-bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet.
Semakin lama kulit terpapar sinar matahari menyababkan melanin kulit semakin
aktif dan menimbulkan bercak-bercak noda pada kulit (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Keriput (wrinkle)
Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur
dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x sensor biru.
Tabel 6. Hasil pengukuran noda (spot)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
48 47 48 48 47 2,08
F0 44 44 44 43 44 0,00
42 42 41 41 42 0,00
rata-rata 44,6 44,3 44,3 44,0 44,3 0,69
46 45 44 43 42 8,69
F1 44 43 42 41 40 9,09
42 41 40 39 38 9,52
rata-rata 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 9,10
46 45 43 41 39 15,21
F2 43 41 40 39 37 14,63
41 39 37 36 35 15,21
rata-rata 43,3 41,6 40 38,6 37,0 14,59
48 46 44 39 39 18,75
F3 40 38 36 33 30 23,07
39 37 35 33 30 25,00
rata-rata 42,3 40,3 38,3 35,0 33,0 22,02
39 38 36 34 31 17,94
CP 47 45 43 40 37 21,27
41 39 36 35 33 19,51
rata-rata 42,3 40,6 38,3 36,3 33,6 19,57
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengurangan keriput
sukarelawan.
15
Keriput (wrinkle)
50
45
40
35
30
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet karena tidak
mengiritasi, memenuhi semua persyaratan mutu dan efektif sebagai anti-aging.
b. Masker sheet ekstrak teh hijau memenuhi persyaratan mutu yaitu memiliki pH
6,6-5,8 (memenuhi syarat), viskositas sebesar 275-375, homogen dan stabil
dalam penyimpanan.
c. Sediaan masker sheet ekstrak teh hijau menunjukkan efektif sebagai anti-aging,
dimana perbedaan konsentrasi ekstrak teh hijau yang diformulasikan dalam
masker sheet memberikan efektivitas anti-aging yang berbeda. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak teh hijau maka semakin tinggi efektivitas anti-agingnya.
Konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah konsentrasi 5%. Penggunaan
sediaan masker sheet yang mengandung ekstrak teh hijau selama 4 minggu
menunjukkan peningkatan kondisi kulit yaitu kadar air semakin meningkat
(14,21%-28,48%), pori semakin mengecil (7,14%-30,26%), noda semakin
berkurang (5,46%-18,27%) dan keriput semakin berkurang (9,10%-22,02%).
16
Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan
sendiri lembaran masker yang akan digunakan.
Daftar Pustaka
Aizah, S. 2017. Antioksidan Memperlambat Penuaan Dini Sel Manusia. Prosiding
Semnas Hayati IV. Halaman 83
Andaryekti, R., Mufrod., dan Siti, M. 2015. Pengaruh Basis Gel Sediaan Masker
Ekstrak Daun The Hijau (Camelia Sinensis Linn.) pada Karakterisasi Fisik dan
Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Majalah Farmaseutik. Vol
11(2). Halaman 297.
Andhasari, Y. 2013. Formulasi dan Uji Efek Anti-aging dari Sediaan Hand Cream
Ekstrak Daun The Hijau (Camelia Sinensis L). Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Halaman 1.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd.
Halaman 1-10.
Balsam, M. S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New
York: John Willy and Son Inc. Halaman 179-218.
Beale, L., dan Jensen, A. (2004). The Complete Idiot’s Guide To Better Skin.
USA: Alpha Books. Halaman 211.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 22, 356.
Lee, C.K. 2013. Assesments of the Facial Mask Materials in Skin Care. Thesis.
Department of Cosmetics Science. Chia-Nan University of Pharmacy and
Science. Halaman 14-19.
Maris, Y. 2009. Hubungan Lama Penggunaan Krim Malam Terhadap Penipisan
Kulit Wajah. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Halaman 2-3.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 14, 16-17, 21-25, 141-142.
Sari, N.R., dan Erna, S. 2014. Pengaruh Masker Jagung dan Minyak Zaitun
Terhadap Perawatan Kulit Wajah. Journal of Beuty Health Education. Vol
3(1). Halaman 2.
Sudatri, N.W. (2010). Kadar Kolagen Kulit dan Tulang pada Tikus Betina Usia 6
dan 12 Bulan yang Disuplementasi Dengan Somototropin. Jurnal Biologi.
14(1): 10-14.
Surjanto., Julia, R., Juanita, T., Anthony, T., dan Calson. (2016). Comparison
og Anti-Aging effect Between Vitamin B3 and Provitamin B5 Using Skin
Analyzer. Medan. 9 (7): 2.
Tranggono, R. I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Hal.11-32, 167.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 62-63, 111-112.
17
18