Anda di halaman 1dari 18

FORMULASI EKSTRAK TEH HIJAU (Camelia sinensis L.

)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET

FORMULATION OF GREEN TEA EXTRACT (Camelia sinensis L.) AS


ANTI-AGING IN SHEET MASK PREPARATIONS

Rofikhatul Husna, Nazliniwaty*


Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Medan
Indonesia

Corresponding author:
*Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Darma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp: (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan

1
FORMULASI EKSTRAK TEH HIJAU (Camelia sinensis L.)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET

FORMULATION OF GREEN TEA EXTRACT (Camelia sinensis L.) AS


ANTI-AGING IN SHEET MASK PREPARATIONS

Rofikhatul Husna, Nazliniwaty*


Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Medan
Indonesia

Medan, 29 Mei 2019

Disetujui oleh:
Pembimbing,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.


NIP 196005111989022001

Corresponding author:
*Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Darma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp: (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan

2
FORMULASI EKSTRAK TEH HIJAU (Camelia sinensis L.)
SEBAGAI ANTI-AGING DALAM SEDIAAN MASKER SHEET

FORMULATION OF GREEN TEA EXTRACT (Camelia sinensis L.) AS


ANTI-AGING IN SHEET MASK PREPARATIONS

Rofikhatul Husna, Nazliniwaty*


Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775

ABSTRAK

Latar Belakang: Penuaan dini (aging) adalah proses penuaan kulit yang lebih
cepat dari waktunya yang biasanya disababan karena sinar matahari. Proses
penuaan ditandai dengan munculnya garis-garis halus atau keriput wajah. Daun teh
hijau merupakan salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan
antioksidan penghambat penuaan. Teh hijau mengandung komponen utama fraksi
polifenol yang mempunyai aktivitas yang kuat untuk mencegah radikal bebas
sehingga bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan. Masker sheet adalah
lembaran masker yang nyaman dan praktis digunakan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memformulasi ekstrak teh hijau dalam bentuk
sediaan masker sheet, serta menguji efektivitas anti-aging terhadap kulit wajah
sukarelawan.
Metode: Basis essence masker sheet diformulasikan dengan menambahkan ekstrak
teh hijau masing-masing dengan konsentrasi 1,5%, 2,5% dan 5% dan dibuat
menjadi bentuk sediaan masker sheet. Pengujian terhadap sediaan masker sheet
meliputi pemeriksaan homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji kestabilan, uji iritasi
dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer dan moisture checker
selama empat minggu.
Hasil: Sediaan masker sheet yang diformulasi bersifat homogen; pH 5,8-6,6;
viskositas 275-375 cps; tidak mengiritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan
selama 12 minggu. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau semakin tinggi
perubahan kondisi kulit yaitu kadar air semakin meningkat (24,48%), pori-pori
yang semakin mengecil (30,26%), noda berkurang (18,27%) serta kerutan yang
semakin berkurang (22,02%), konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah 5%.
Kesimpulan: Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet,
semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau maka efektivitas anti-aging juga
semakin tinggi.

Kata kunci: Formulation, masker sheet, ekstrak the hijau, anti-aging, essence.

3
ABSTRACT

4
PENDAHULUAN
Kulit merupakan bagian terluar tubuh manusia sehingga mudah terlihat oleh
orang lain. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2. Ketebalan dan kondisi kulit
sangan bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, ras, iklim dan lokasi pada
tubuh (Maris, 2009).
Kulit juga merupakan pertanda dari perubahan sistem tubuh secara umum,
misalnya proses penuaan yang terjadi pada setiap organ ditubuh, maka kulit akan
memberikan tanda paling awal. Proses penuaan adalah proses yang alamiah, namun
adakalanya oleh karena suatu sebab penuaan terjadi lebih cepat dari yang
seharusnya, hal ini disebut penuaan dini. Banyak orang yang mulai melihat kerutan
kulit wajah pada usia yang relative muda, bahkan pada awal 20-an (Maris, 2009).
Penuaan dini (aging) adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari
waktunya. Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja, terutama di Indonesia yang
merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Proses
degenerative terjadi lebih cepat pada kulit yang terlalu sering terpapar sinar
ultraviolet. Proses penuaan biasanya ditandai dengan munculnya garis-garis halus
atau keriput wajah. Namun proses penuaan sendiri merupakan proses dimana terjadi
kemunduran atau degenerasi yang menyebabkan tubuh kehilangan fungsi dan
kemampuannya, termasuk menyebabkan munculnya keriput dan garis halus
diwajah atau bagian tubuh (Aizah, 2017).
Perawatan wajah dapat dilakukan dengan menggunakan masker wajah.
Masker adalah perawatan yang ditujukan untuk mengencangkan tonus (daya
bingkis) kulit serta merawat kulit dengan kandungan bahan yang terdapat dalam
kosmetik, untuk perawatan kulit wajah yang memiliki manfaat yaitu memberi
kelembaban, merangsang sel sel kullit, mengeluarkan kotoran dan sel-sel tanduk
yang melekat dikulit, menormalkan kulit dari gangguan jerawat, bintik hitam dan
mengeluarkan lemak yang berlebih pada kulit, mencegah, mengurangi keriput
keriput dan hyperpigmentasidan melancarkan peredaran darah (Sari, 2014).
Masker wajah memiliki kemampuan meremajakan kulit dan menghambat
penuaan dini. Masker wajah memiliki kemampuan membersihkan kulit sampai
pada lapisan lebih dalam yang tidak bisa dijangkau dengan pencucian biasa. Masker
sheet adalah salah satu bentuk sediaan masker wajah yang mulai populer di Asia.
Masker sheet terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu, non-woven, bioselulosa dan
lainnya. Masker sheet dapat diletakkan ke dalam berbagai macam jenis essence
fungsional, dibiarkan masker menyerap essence dan pengguna masker dapat
menikmati perawatan kulit yang berhubungan dengan moisture, whitening dan anti-
aging. Sediaan masker sheet memiliki mekanisme Occlusive Dressing Treatment
(ODT) sehingga menghasilkan sifat absorbsi dan penetrasi yang baik (Lee, 2013).
Teh hijau mengandung flavonoid yang merupakan hasil metabolisme
sekunder tanaman yang secara luas terdistribusikan dalam tanaman. Katekin
sebagai zat aktif dalam daun teh hijau berfungsi sebagai antibakteri Staphylococcus
aureus yang dapat menghambat pertumbuhan jerawat (Andaryekti, 2015).
Daun teh hijau merupakan salah satu contoh bahan alam yang dapat
digunakan sebagai bahan antioksidan penghambat penuaan. Teh hijau mengandung
komponen utama fraksi polifenol yang mempunyai aktivitas yang kuat untuk
mencegah radikal bebas sehingga bermanfaat dalam memperlambat proses penuaan
(Andhasari, 2013).

5
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasikan ekstrak teh hijau dalam
sediaan masker sheet sehingga memenuhi persyaratan uji mutu dan efektif sebagai
anti-aging.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental.
Penelitian meliputi penyiapan sampel, identifikasi sampel, pembuatan ekstrak teh
hijau, pembuatan sediaan essence masker sheet, evaluasi terhadap mutu fisik
sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas, uji iritasi dan
uji efektivitas sediaan sebagai anti-aging.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium, aluminium foil, batang pengaduk, cawan porselen, foil bag, lumpang
dan alu, masker sheet (Laneila), objek gelas, pH meter (Hanna Instrument),
penangas air, pipet tetes, pinset, pot plastik, serbet, skin analyzer dan moisture
checker (Aramo-SG), spatula, sudip, timbangan analitik (Boeco), tissue (Nice) dan
viskositas Brookfield.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aqua demineral, etanol
96%, ekstrak teh hijau, gliserin, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH
netral (7,01), nipagin, parfum (green tea oil), PEG 40 Hydrogenated Castor Oil,
xantan gum dan propilen glikol.

Penyiapan Sampel
Teh hijau Prendjak diperoleh dari Pondok Indah, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Teh hijau Prendjak diserbukkan dengan menggunakan blender
menjadi serbuk kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

Skrining Fitokimia Simplisia


Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia
yang terkandung dalam sampel meliputi golongan alkaloida, flavonoida, glikosida,
saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.

Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia untuk menjamin mutu simplisia teh hijau meliputi
mikroskopik, kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total
dan kadar abu tak larut asam.

Pembuatan Ekstrak Teh Hijau


Pembuatan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) dilakukan secara
maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

Karakterisasi Ekstrak
Pemeriksan karakterisasi ekstrak meliputi kadar air, kadar abu total dan
kadar abu tak larut asam.

Formula

6
Formula standar essence yang digunakan (Surjanto dkk, 2016):
R/ Vitamin B3 1-5%
Provitamin B5 1-5%
PEG-40 Hydrogenated Castor Oil 0,1%
Butylene glycol 5%
Glycerin 5%
Sodium Polyacrylate 0,2%
Metyl paraben 0,2%
Etanol 3,0%
Parfum 1 drop
Distilled water ad 100%

Formula modifikasi essence masker sheet


R/ Ekstrak teh hijau 1-5%
Propilen glikol 5,0%
Gliserin 5,0%
PEG-40 Hydrogenated Castor Oil 0,2%
Nipagin 0,1%
Xantan gum 0,2%
Etanol 96% 2,0%
Parfum q.s
Aqua demineral ad 100%

Pembuatan essence masker sheet ekstrak teh hijau


Dikembangkan xantan gum sedikit demi sedikit dengan penambahan
sebagian aqua demineral dilumpang (massa I). Dilarutkan nipagin di dalam air
panas (massa II). Massa II dicampurkan ke dalam massa I secara perlahan-lahan di
dalam lumpang (massa III). Propilen glikol, gliserin dan PEG-40 Hydrogenated
Castor Oil dimasukkan dalam cawan penguap dan dihomogenkan (massa IV).
Massa IV dicampurkan kedalam massa III kemudian dihomogenkan (massa V).
Ekstrak teh hijau dilarutkan dengan penambahan sebagian aqua demineral sesuai
dengan variasi yang telah ditentukan ke dalam basis essence masker sheet (massa
VI). Massa VI ditambahkan kedalam massa V kemudian ditambahkan etanol dan
parfum lalu digerus hingga sediaan homogen.

Formulasi essence masker sheet ekstrak teh hijau


N Konsentrasi (%)
Bahan
O F0 F1 F2 F3
1 Ekstrak teh hijau 0 1,5% 2,5% 5%
2 Propilen glikol 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
3 Gliserin 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
4 PEG-40 Hydrogenated Castor Oil 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
5 Nipagin 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%
6 Xantan gum 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
7 Etanol 96% 3,0% 3,0% 3,0% 3,0%
8 Parfum q.s q.s q.s q.s
9 Aqua demineral ad 100% 100% 100% 100%

7
Keterangan:
F0 : Essence masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Essence masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%

Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan


Pemeriksaan mutu fisik sediaam meliputi: uji homogenitas, uji stabilitas
yang mencakup pengamatan terhadap perubahan warna dan bau, uji pH, uji
viskositas, uji iritasi dan uji efektivitas anti-aging.

Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan essence jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

Pengamatan Stabilitas
Sediaan disimpan selama 12 minggu penyimpanan. Pengujian fisik essence
masker yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan bau dan warna selama 12
minggu pada kondisi suhu penyimpanan 250C (Ditjen POM, 1985).

Pengukuran pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan essence dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan essence dilakukan menggunakan
Viskometer Brookfield.

Uji Iritasi Sediaan


Masker sheet digunting sebesar 5x5 cm ditempelkan dibelakang telinga,
kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa
kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit (Wasiataatmadja, 1997).

Pengujian Efektivitas Anti-aging


Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1 : 3 orang sukarelawan formula blanko (F0)
b. Kelompok 2 : 3 orang sukarelawan formula 1,5% (F1)
c. Kelompok 3 : 3 orang sukarelawan formula 2,5% (F2)
d. Kelompok 4 : 3 orang sukarelawan formula 5% (F1)
e. Kelompok 5 : 3 orang sukarelawan control positive
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum
perlakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Pengukuran meliputi:
kadar air (moisture), pori (pore), spot (noda) dan keriput (wrinkle). Perawatan
dilakukan dengan menempel masker sheet pada wajah sukarelawan hingga merata
setiap minggu selama 4 minggu.

Analisis Data

8
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 22. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Tests of Normality. Selanjutnya data dianalisis menggunakan
Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti-aging pada kulit di antara
formula. Data selanjutnya dianalisis dengan Mann-Whitney U Test untuk melihat
perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama empat minggu perawatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Skrining Fitokimia Simplisia


Hasil skrining fitokimia teh hijau Prendjak (Camellia sinensis L.) yaitu teh
hijau mengandung alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan
steroid/triterpenoid.

Hasil Karakterisasi Simplisia


Hasil pemeriksaan mikroskopik simplisia menunjukkan adanya
astrosklereid, trikoma uniseluler, xylem, hablur ca oksalat dan stomata tipe
aktiinositik.
Tabel 1. Hasil karakterisasi simplisia
No. Pemeriksaan Hasil
1. Penetapan Kadar Air 6,62%
2. Penetapan Kadar Sari Larut Air 30,32%
3. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol 58,30%
4. Penetapan Kadar Abu Total 5,32%
5. Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam 0,82%

Hasil Ekstraksi Teh Hijau


Hasil ekstraksi dari 1,5 kg teh hijau (Camellia sinensis L.) menggunakan
etanol 96% sebanyak 15 L secara maserasi, kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator dan diuapkan dipenangas air sampai terbentuk ekstrak kental berwarna
hitam kecoklatan yaitu sebanyak 286g dengan randemen 19,06%.

Hasil Karakterisasi Ekstrak Teh Hijau


Tabel 2. Hasil karakterisasi ekstrak
No. Pemeriksaan Hasil
1. Penetapan Kadar Air 8,64%
2. Penetapan Kadar Abu Total 0,65%
3. Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam 0,16%

Hasil Pembuatan Essence Masker Sheet


Sediaan essence masker sheet anti-aging dibuat dengan menggunakan
formulasi standar (Surjanto dkk, 2016). Formulasi standar ini dimodifikasi dengan
penambahan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) sebagai bahan aktif.
Konsentrasi ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) yang digunakan adalah
konsentrasi 1,5%; 2,5% dan 5%. Sediaan berwarna hijau tua dengan aroma green
tea.

9
Gambar 1. Hasil sediaan essence

Hasil Pemeriksaan Homogenitas


Pada sediaan essence masker sheet yang diformulasi tidak ditemukan
adanya butiran kasar dari berbagai konsentrasi. Dapat disimpulkan bahwa sediaan
masker adalah homogen

Gambar 2. Hasil homogenitas essence

Hasil Pengamatan Stabilitas


Dari hasil pengamatan stabilitas sediaan essence masker sheet
menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 12 minggu
penyimpanan memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna
dan bau. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan essence masker sheet stabil dalam
penyimpanan.

Hasil Pengukuran pH Sediaan


pH sediaan essence masker sheet ekstrak teh hijau adalah 6,6-5,8, sehingga
memenuhi persyaratan pH sediaan yang diizinkan adalah 5-8 (Balsam, 1972). Hasil
pengukuran pH menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau
semakin rendah pH sediaan.

Hasil Pengukuran Viskositas


Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield spindle 62 speed 12. Viskositas sediaan essence masker sheet ekstrak
teh hijau adalah 275-375 cps. Hasil pengukuran viskositas menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau semakin tinggi viskositas sediaan.

Hasil Uji Iritasi


Hasil uji iritasi sediaan yang dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan,
menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil yang negatif terhadap
parameter reaksi iritasi yaitu adanya kulit merah, gatal dan pengkasaran pada kulit.
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan masker sheet yang
dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging

Kadar air (moisture)

10
Kadar air diukur menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam
perangkat skin analyzer.
Tabel 3. Hasil pengukuran kadar air (moisture)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
28,5 29,1 29,8 30,1 30,6 7,36%
F0 29,1 29,7 30,2 30,7 31,0 6,52%
28,7 29,3 30,1 30,5 30,8 7,31%
rata-rata 28,7 29,3 30,0 30,4 30,8 7,06%
28,9 29,4 30,7 32,2 33,1 14,53%
F1 29,0 30,8 31,6 32,0 32,9 13,44%
29,3 30,4 32,0 32,6 33,6 14,67%
rata-rata 29,0 30,2 31,4 32,2 33,2 14,21%
27,8 29,8 31,6 32,9 33,4 20,14%
F2 30,2 32,1 33,4 34,2 35,6 17,88%
29,4 31,4 32,7 33,8 34,5 17,34%
rata-rata 29,1 31,1 32,5 33,2 34,5 18,45%
28,9 30,8 33,3 35,6 36,7 26,98%
F3 29,7 32,6 34,8 36,1 37,8 27,27%
29,8 32,8 36,4 37,9 39,1 31,20%
rata-rata 29,4 32,0 34,8 36,5 37,8 28,48%
30,2 32,5 34,7 36,1 37,3 23,50%
CP 28,8 30,7 33,6 35,1 36,2 25,69%
29,3 31,3 32,7 34,9 36,5 24,57%
rata-rata 29,4 31,5 33,6 35,3 36,6 24,58%
Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek peningkatan kadar air
sukarelawan.

39
Kadar Air (Moisture)
37
35
33
31
29
27
25
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)
Gambar 3. Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) selama 4 minggu.

11
Kadar air diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan
alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aroma.
Kemudian data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametik
Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu pertama hingga keempat
menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan efektivitas antar formula. Untuk
mengetahui formula mana yang berbeda maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari
hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kadar air yang signifikan antara F0 dengan F1 dan F1 dengan F3 pada minggu 2
sampai minggu 4, perbedan signifikan antara F0 dengan F2 dan F0 dengan F3 pada
setiap minggu dan perbedaan signifikan antara F1 dengan F2 dan F2 dengan F3
pada minggu 3 sampai minggu 4.
Kemampuan kulit dalam meyerap (absorbs) sangat dipengaruhi oleh
metabolism, kelembapan dan ketebalan kulit. Bila kulit dehidrasi dalam waktu
yang lama, keratinisasi dapat terjadi. Sel-sel kulit mati akan terbentuk pada
permukaan kulit hingga menutupi kulit sehingga pelembab sulit untuk mencapai
kulit (Beale dan Jensen, 2004).

Pori (pore)
Besar pori pada kulit wajah sukarelawan yang diukur menggunakan
perangkat skin analyzer yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru.
Tabel 4. Hasil pengukuran pori (pore)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
42 42 42 40 41 2,38%
F0 44 43 43 44 44 0,00%
43 43 42 43 42 2,32%
rata-rata 43,0 42,6 42,3 42,3 42,3 1,56%
41 41 40 39 38 7,31%
F1 42 41 41 40 39 7,14%
43 42 41 40 40 6,97%
rata-rata 42,0 41,3 40,6 39,6 39,0 7,14%
40 38 36 35 34 15,00%
F2 43 42 40 39 37 13,95%
44 42 40 38 37 15,90%
rata-rata 42,3 40,6 38,6 37,3 36,0 14,95%
45 43 41 37 30 33,33%
F3 41 38 36 33 29 29,26%
39 36 33 30 28 28,20%
rata-rata 41,6 39,0 36,6 33,3 29,0 30,26%
41 38 35 33 30 26,82%
CP 45 42 39 36 33 26,66%
40 38 36 33 30 25,00%
rata-rata 42,0 39,3 36,6 34,0 31,0 23,54%
Keterangan :
Pori berukuran kecil 0-19; pori berukuran besar 20-39; pori berukuran sangat besar
40-100 (Aroma, 2012).

12
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengecilan pori sukarelawan.
Pori (pore)
46
43
40
37
34
31
28
25
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)

Gambar 4. Grafik hasil pengukuran pori (pore) selama 4 minggu.


Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya
dianalisis dengan Kruskal Wallis diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu 2 sampai
minggu 4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara formula dalam
mengecilkan ukuran pori kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji menggunakan
Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Berdasarkan hasil
uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara F0 dengan F1 pada minggu 2 dan minggu 4, antara F0 dengan F2 dan F0
dengan F3 pada minggu 2 sampai minggu 4, perbedaan signifikan antara F1
dengan F2 dan F2 dengan F3 pada minggu 4, perbedaan signifikan antara F1
dengan F3 pada minggu 3 sampai minggu 4.
Kulit yang mengandung air dan minyak yang tinggi memiliki ukuran pori-
pori besar dan kelihatan. Besarnya pori dapat disebabkan oleh sinar matahari dan
sel kulit mati. Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu
terik, peningkatan suhu menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Pori-pori
yang besar dapat menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat di dalamnya
sehingga menyebabkan jerawat lebih mudah timbul (Muliyawan dan Suriana,
2013).

Noda (spot)
Noda pada kulit wajah sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin
analyzer lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga.
Tabel 5. Hasil pengukuran noda (spot)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
44 44 43 44 44 0,00
F0 46 45 45 44 45 2,17
43 43 43 42 43 0,00
rata-rata 44,3 44,0 43,6 43,3 43,6 0,72
F1 43 42 42 41 41 4,65

13
42 42 41 41 40 4,76
43 42 42 41 40 6,97
rata-rata 42,6 42,0 41,6 41,0 40,3 5,46
41 40 39 38 37 9,75
F2 40 39 38 37 36 10,00
42 41 40 39 38 9,52
rata-rata 41,0 40,0 39,0 38,0 37,0 9,77
44 42 40 38 37 15,90
F3 37 35 34 32 30 18,91
40 38 36 34 32 20,00
rata-rata 40,3 38,3 36,6 34,6 33,0 18,27
42 40 38 36 35 16,66
CP 39 37 35 34 33 15,38
43 41 39 37 36 16,27
rata-rata 41,3 39,3 37,3 35,6 34,6 16,10
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-100
(Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengurangan noda
sukarelawan.
Noda (spot)
48
45
42
39
36
33
30
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)

Gambar 5. Grafik hasil pengukuran noda (spot) selama 4 minggu.


Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya
dianalisis dengan Kruskal Wallis diperoleh nilai p < 0,05 menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara formula dalam mengurangi noda pada kulit
sukarelawan. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk
mengetahui formula mana yang berbeda. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tiap minggunya
antara F0 dengan F1, F2, F3 dan antara F1 dengan F2 dan terdapat perbedaan yang
signifikan antara F1 dengan F3 pada minggu 2 sampai minggu 4, sedangkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara F2 dengan F3.

14
Bercak-bercak hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai
menua maupun kulit yang belum tua oleh berbagai penyebab. Bercak-bercak hitam
yang terdapat pada orang yang masih muda menunjukkan bahwa kulit mengalami
penuaan dini. Bercak-bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet.
Semakin lama kulit terpapar sinar matahari menyababkan melanin kulit semakin
aktif dan menimbulkan bercak-bercak noda pada kulit (Muliyawan dan Suriana,
2013).

Keriput (wrinkle)
Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur
dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x sensor biru.
Tabel 6. Hasil pengukuran noda (spot)
kondisi Waktu perawatan (hari) %
Formula
awal 7 14 21 28 Pemulihan
48 47 48 48 47 2,08
F0 44 44 44 43 44 0,00
42 42 41 41 42 0,00
rata-rata 44,6 44,3 44,3 44,0 44,3 0,69
46 45 44 43 42 8,69
F1 44 43 42 41 40 9,09
42 41 40 39 38 9,52
rata-rata 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 9,10
46 45 43 41 39 15,21
F2 43 41 40 39 37 14,63
41 39 37 36 35 15,21
rata-rata 43,3 41,6 40 38,6 37,0 14,59
48 46 44 39 39 18,75
F3 40 38 36 33 30 23,07
39 37 35 33 30 25,00
rata-rata 42,3 40,3 38,3 35,0 33,0 22,02
39 38 36 34 31 17,94
CP 47 45 43 40 37 21,27
41 39 36 35 33 19,51
rata-rata 42,3 40,6 38,3 36,3 33,6 19,57
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker sheet tanpa ekstrak teh hijau (Blanko)
F1 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 1,5%
F2 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 2,5%
F3 : Masker sheet dengan ekstrak teh hijau konsentrasi 5%
CP : Contol Positive (Pembanding)
Setelah pemakaian masker sheet ekstrak teh hijau selama empat minggu
perawatan, semua formula menunjukkan adanya efek pengurangan keriput
sukarelawan.

15
Keriput (wrinkle)
50
45
40
35
30
Kondisi awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F0 (blanko) F1 (kons 1,5%)
F2 (kons 2,5%) F3 (kons 5%)
CP (control positif)

Gambar 6. Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) selama 4 minggu.


Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya
dianalisis dengan Kruskal Wallis diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu 4, hal ini
menunjukkan kurang efektifnya masker sheet teh hijau dalam mengurangi wrinkle
pada kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk
mengetahui formula mana yang berbeda. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan setiap
minggunya antara F0 dengan F1, antara F1 dengan F2 dan F3 dan antara F2 dengan
F3, sedangkan terdapat perbedaan signifikan antara F0 dengan F1 pada minggu 4
dan antara F0 dengan F3 pada minggu 3 sampai minggu 4.
Sinar matahari terutama sinar UVA merupakan penyumbang terbesar dalam
proses pembentukan keriput. Timbulnya keriput merupakan hasil dari menurunnya
kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya kandungan air,
perubahan jumlah serta kualitas dari kolagen dermis serta elastisitas kolagen (Barel,
dkk., 2009). Kolagen adalah protein yang bermolekul besar dan merupakan
komponen penyusun kulit yang berperan dalam memelihara kekencangan,
elastisitas dan regenerasi sel-sel kulit (Sudatri, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet karena tidak
mengiritasi, memenuhi semua persyaratan mutu dan efektif sebagai anti-aging.
b. Masker sheet ekstrak teh hijau memenuhi persyaratan mutu yaitu memiliki pH
6,6-5,8 (memenuhi syarat), viskositas sebesar 275-375, homogen dan stabil
dalam penyimpanan.
c. Sediaan masker sheet ekstrak teh hijau menunjukkan efektif sebagai anti-aging,
dimana perbedaan konsentrasi ekstrak teh hijau yang diformulasikan dalam
masker sheet memberikan efektivitas anti-aging yang berbeda. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak teh hijau maka semakin tinggi efektivitas anti-agingnya.
Konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah konsentrasi 5%. Penggunaan
sediaan masker sheet yang mengandung ekstrak teh hijau selama 4 minggu
menunjukkan peningkatan kondisi kulit yaitu kadar air semakin meningkat
(14,21%-28,48%), pori semakin mengecil (7,14%-30,26%), noda semakin
berkurang (5,46%-18,27%) dan keriput semakin berkurang (9,10%-22,02%).

16
Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan
sendiri lembaran masker yang akan digunakan.

Daftar Pustaka
Aizah, S. 2017. Antioksidan Memperlambat Penuaan Dini Sel Manusia. Prosiding
Semnas Hayati IV. Halaman 83
Andaryekti, R., Mufrod., dan Siti, M. 2015. Pengaruh Basis Gel Sediaan Masker
Ekstrak Daun The Hijau (Camelia Sinensis Linn.) pada Karakterisasi Fisik dan
Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Majalah Farmaseutik. Vol
11(2). Halaman 297.
Andhasari, Y. 2013. Formulasi dan Uji Efek Anti-aging dari Sediaan Hand Cream
Ekstrak Daun The Hijau (Camelia Sinensis L). Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Halaman 1.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd.
Halaman 1-10.
Balsam, M. S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New
York: John Willy and Son Inc. Halaman 179-218.
Beale, L., dan Jensen, A. (2004). The Complete Idiot’s Guide To Better Skin.
USA: Alpha Books. Halaman 211.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 22, 356.
Lee, C.K. 2013. Assesments of the Facial Mask Materials in Skin Care. Thesis.
Department of Cosmetics Science. Chia-Nan University of Pharmacy and
Science. Halaman 14-19.
Maris, Y. 2009. Hubungan Lama Penggunaan Krim Malam Terhadap Penipisan
Kulit Wajah. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Halaman 2-3.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 14, 16-17, 21-25, 141-142.
Sari, N.R., dan Erna, S. 2014. Pengaruh Masker Jagung dan Minyak Zaitun
Terhadap Perawatan Kulit Wajah. Journal of Beuty Health Education. Vol
3(1). Halaman 2.
Sudatri, N.W. (2010). Kadar Kolagen Kulit dan Tulang pada Tikus Betina Usia 6
dan 12 Bulan yang Disuplementasi Dengan Somototropin. Jurnal Biologi.
14(1): 10-14.
Surjanto., Julia, R., Juanita, T., Anthony, T., dan Calson. (2016). Comparison
og Anti-Aging effect Between Vitamin B3 and Provitamin B5 Using Skin
Analyzer. Medan. 9 (7): 2.
Tranggono, R. I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Hal.11-32, 167.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 62-63, 111-112.

17
18

Anda mungkin juga menyukai