SKRIPSI
HARIYATI
170822009
MEDAN
2019
SKRIPSI
Sarjana Sains
HARIYATI
170822009
MEDAN
2019
Kategori : Skripsi
Nama : Hariyati
Disetujui di:
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Dr. Emma Zaidar Nasution, M.Si
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Hariyati
170822009
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik, adapun
judul Skripsi penulis adalah “Pembuatan Sediaan Masker Sheet Ekstrak Daun
Kemuning (Muraya Paniculata L), Tapioka, Kitosan, Gliserin Sebagai Antibakteri
Dan Antioksidan”.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Emma Zaidar Nasution, M.Si selaku
Dosen pembimbing atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada Penulis
selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Kerista
Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ibu
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua jurusan Departemen Kimia, Ibu Dr. Sofia
Lenny,M.Si Selaku sekretaris Departemen Kimia dan Koordinator Kimia Ekstensi
Bapak Firman Sebayang, MS yang telah memberikan kemudahan terhadap apa yang
penulis perlukan selama ini, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia FMIPA
USU dan yang telah membantu segala keperluan penulis selama ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada Orangtua Penulis, yang memberikan
dukungan berupa material, motivasi dan doa. Kepada sahabat-sahabat Penulis yang
telah memrikan semangat dan doa kepada Penulis. Kepada Asisten Laboratorium
Biokimia yang banyak membeantu dalam menjalankan penelitian untuk skripsi
Penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi Ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas
Akhir Ini dapat bermanfaat baik untuk penulis dan pembaca. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Hariyati
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pembuatan sediaan masker wajah dari formulasi tapioka,
ekstrak daun kemuning (Muraya Paniculata L), Kitosan, gliserin untuk perawatan
wajah. Sediaan diawali dengan pembuatan ekstrak daun kemuning terlebih dahului
dengan metode ekstraksi maserasi, kemudian dilakukan uji skrining fitokimia dan
didapatkan hasil uji ekstrak mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tanibn. Kemudian ekstrak daun kemuning dicampur dengan tapioca, kitosan 2%,
gliserin hingga homogen, kemudian dikeringkan dalam oven pada temperature 50 oC
selama 2 hari. Hasil pengamatan didapati sediaan masker dengan warna hitam, bau
tajam, bentuk permukaan yang licin, tidak ada gelembung. Hasil SEM menunjukkan
bentuk morfologi permukaan yang rata. Hasil uji kuat Tarik diperoleh 0,55 Mpa,
Hasil FT-IR terdapat serapan pada bilangan gelombang 2963.77 cm-1 menunjukkan
adanya gugus C-H, 3349.99 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, 3349,99 cm1
menunjukkan adanya gugus N-H, dan 1701.95 cm-1 menunjukkan adanya gugus
C=O, hasil FT-IR menunjukkan adanya interaksi pada bahan-bahan yang terkandung
pada sediaan masker wajah . Hasil uji pH diperoleh sebesar 5,53, Hasil uji aktivitas
antibakteri dengan metode Kirby bauer terhadap bakteri S.aureus menunjukkan zona
bening sebesar 24,9 mm. Hasil uji antioksidan sebesar 141,78 mg/L. Hasil uji iritasi
pada kulit sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi.
Jadi sediaan masker wajah yang terbuat dari tapioka, ekstrak daun kemuning,
kitosan, gliserin, memiliki potensi antibakteri yang kuat, antioksidan tingkat sedang,
serta tidak memiliki efek iritasi pada kulit wajah, sehingga dapat digunakan sebagai
antibakteri dan antioksidan.
ABSTRACT
Research has been made on the preparation of face masks from tapioca
formulations, kemuning leaf extract (Muraya Paniculata L), Chitosan, glycerin for
facial treatments. The preparation begins with the preparation of the kemuning leaf
extract first with a maceration extraction method, then a phytochemical screening
test is obtained and the results of the extract test contain alkaloids, flavonoids,
saponins, and tannins. Then the yellow leaves are mixed with tapioca, 2% chitosan,
glycerin until homogeneous, then dried in an oven at 50oC for ± 2 days. The results
of observations found a mask with a black color, a sharp odor, a smooth surface
shape, no bubbles. SEM results show a flat surface morphology. Tensile strength test
results obtained 0.55 MPa, FT-IR results there is absorption at wave number
2963.77 cm-1 indicates the CH group, 3349.99 cm-1 indicates the presence of OH
groups, 3349.99 cm1 indicates the presence of NH groups, and 1701.95 cm- 1
indicates the presence of a C = O group, the results of the FT-IR show the
interaction of the ingredients contained in the preparation of face masks. The pH test
results obtained by 5.53, the results of antibacterial activity test by Kirby Bauer
method against S. aureus bacteria showed a clear zone of 24.9 mm. Antioxidant test
results were 141.78 mg / L. The results of irritation test on volunteer skin gave
negative results on the irritation reaction parameters. So the face mask preparations
made from tapioca, yellow leaf extract, chitosan, glycerin, have a strong
antibacterial potential, moderate antioxidants, and do not have an irritating effect on
facial skin, so it can be used as a face care mask.
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan masalah 3
1.3. Pembatasan masalah 3
1.4. Tujuan penelitian 3
1.5.Manfaat penelitian 4
1.6. Lokasi penelitian 4
1.7. Metodologi penelitian 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DPPH = Definilpikrihidrazil
pH =Power Hidrogen
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.Apakah sediaan masker wajah yang terbuat dari ekstrak daun kemuning (Muraya
Paniculata L), Tapioka, Kitosan, Gliserin, dapat digunakan sebagai antibakteri dan
antioksidan pada perawatan kulit wajah?
1. Sampel Daun kemuning yang digunakan berasal dari Jl. Gendang Pasar II
Padang Bulan, Medan
2. Pada aplikasi masker wajah dilakukan uji pengamatan,antibakteri,
antioksidan, Uji FT-IR, pH, SEM, kuat tarik, iritasi
TINJAUAN PUSTAKA
Kemuning biasa tumbuh liar disemak belukar, tepi hutan, atau tanaman sebagai
tanaman hias dan tanaman pagar.Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon
kecil. Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi tanaman sekitar 3-8
m. Batang kemuning keras, beralur, dan tidak berduri. Daunnya majemuk bersirip
ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian
daun bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing, serta tepi rata
atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm dan lebar antara 1-3 cm.
Permukaan daun licin, mengkilap, dan berwarna hijau. Bunga kemuning majemuk
dan berbentuk tandan yang terdiri dari 1-8 bunga. Warnanya putih dan berbau harum.
Bunga –bunga kemuning keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buah kemuning
berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih
muda, buah berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di dalam buah
terdapat dua buah biji ( Dalimartha, 1999).
2.2.2. Kitosan
Kitosan memiliki sifat fisik yang khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan,
gel, pasta, membran, dan serat yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya (Kaban.
2007). Pelapisan menggunakan kitosan (chitosan coating) telah
terbuktimeminimalisasi oksidasi, ditunjukkan oleh angka peroksida, perubahan
warna, danjumlah mikroba pada sampel.
Gambar 2.5 Bentuk Spesimen Untuk Analisis Kuat Tarik ASTM D-638-72 Tipe IV
2.4 Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang
terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m² dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian
kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg (Putro,
1997). Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan
iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Kulit
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis dan lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).
a. Epidermis
Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:
1. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisanpaling luar
yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulitpokok terhadap
kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan iniberkurang, maka kulit akan
menjadi kering dan bersisik.
2. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan
transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar,
pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.
2.5Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing
Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsiperkutan dengan
menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehinggamembentuk ruang
semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantupenyerapan obat (Lu, 2010;
Lee, 2013). Masker yang diaplikasikan pada wajahakan menyebabkan suhu kulit
wajah meningkat (±1°C) sehingga peredaran darahkulit meningkat, mempercepat
METODE PENELITIAN
3.1. Alat
- Hotplate Corning
- Oven Hammert
- Neraca analisis Acis
- Gelas beaker Pyrex
- Gelas ukur Pyrex
- Labu takar Pyrex
- Blender Miyako
- Erlenmeyer 500 ml Pyrex
- Pipet volume Pyrex
- Labu Takar 100 ml Permacolor
- Termometer 100ᵒC Pyrex
- Spektrofotometer FT-IR
- Scanning Electron Microscope
- Spektrofotometer UV-Visible Spectronic 300
- Panci
- Spatula
- Alat torse
- Pipet Tetes
- Botol Reagen
- Botol Aquades
- Magnetik Stirer
- Corong kaca
- Cawan Petri
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung
- Plastik
3.3.5.2 Flavonoid
Sebanyak 5 mg ekstrak kental dilarutkan air dan ditambahkan FeCl3 5% . Produk
akan menghasilkan Koloid warna hitam
3.3.5.3 Tanin
Sebanyak 10 mg ekstrak kental dlarutkan dalam 15 mL metanol teknis kemudian
dibagi ke dalam 3 bagian yaitu tabung A, tabung B, tabung C. Tabung A digunakan
sebagai blanko, tabung B direaksikan dengan larutan FeCl3 10 %.Apabila terbentuk
endapan pada tabung C maka larutan ekstrak mengandung tanin (Marliana, 2005)
3.3.5.4 Saponin
Sebanyak 10 mL larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi dikocok vertikal selama 10
detik kemudian dibiarkan selama 10 detik. Pembentukan busa tertinggi 1-10 cm
menunjukkan adanya saponin kemudian ditetesi 1 tetes HCl 2 N busa tidak hilang
(Depkes RI, 1995)
3.3.7.Uji pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi bentuk permukaan, warna, dan bau yang
diamati secara visual
3.3.13. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelum pH meter digunakan, pH
meter dikalibrasi dengan larutan bufer pH 7 dan 4. Elektroda yang digunakan dibilas
dengan aquades sebelum dan setelah pengukuran. Sebanyak 1 g masker dilarutkan
dengan aquades hingga 10 mL. Diambil larutan tersebut dan ditempatkan pada pH
meter. Hasil pH akan muncul pada layar setelah beberapa saat
Keterangan :
Tanda++ : terkandung senyawa lebih banyak/lebih pekat
Tanda + : terkandung senyawa lebih sedikit
Tanda - : tidak terkandung senyawa
Tabel 4.2 memberikan informasi bahwa semakin besar kosentrasi ekstrak pada
sediaan masker, semakin kecil kuat tarik pada sediaan masker. Hal ini menunjukkan
kuat tarik dari sediaan masker tanpa daun kemuning lebih besar dari kuat tarik
menggunakan daun kemuning. Sediaan masker yang mengandung ekstrak daun
kemuning yang memiliki kuat tarik yang besar yaitu pada sediaan masker yang
mengandung ekstrak 10 gram.Faktor penting yangmempengaruhi sifat mekanik
bahan sediaan masker adalah afinitas antarakomponen penyusunnya. Afinitas
merupakan suatu fenomena atom ataumolekul tertentu memiliki kecenderungan
untuk bersatu dan berikatan.Semakin meningkat afinitas, semakin banyak terjadi
ikatan antar molekul.Kekuatan suatu bahan dipengaruhi oleh ikatan kimia
penyusunnya. Ikatankimia yang kuat bergantung pada jumlah ikatan molekul dan
jenisikatannya.ikatan yang kuat akan sulit diputus, sehingga untuk
memutuskanikatan akan diperlukan energi yang besar (Darni, 2010). Penambahan
konsentrasi ekstrak yangmenyebabkan semakin berkurangnya nilai kuat tarik, sesuai
dengansemakin berkurangnya interaksi intermolekular (Bourtoom, 2008).Interaksi
Dari hasil pengamatan diatas, dihasilkan pada sediaan yang menggunakan ekstrak
daun kemuning yaitu sediaan masker wajah yang berwarna hitam dan bau tajam. Hal
ini disebabkan oleh ekstrak daun kemuning yang berwarna hitam dan bau yang
tajam. Kemuning memiliki kandungan kimia berupa saponin, tanin, flavonoid, dan
alkaloid. Hal tersebut telah ditunjukkan pada hasil kualitatif kandungan senyawa
bioaktif pada daun tanaman kemuning (Putri, 2015). Dan didapati dalam bentuk
permukaan ada gelembung yang disebabkan oleh pencampuran bahan yang tidak
merata, dan didapati permukaan yang licin dan mengkilap disebabkan oleh
kandungan dari daun kemuning yang mengandung senyawa metabolit sekunder.
Sedangkan pada sediaan masker wajah yang tanpa menggunakan ekstrak daun
Pengujian aktivitas antibakteri dari sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak
daun kemuning menunjukkan hasil yang postif, ini ditandai dengan terbentuknya
zona bening disekitar sediaan masker. Dari hasil uji antibakteri didapati semua
sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak daun kemuning merupakan
antibakteri kategori sangat kuat. Sedangkan pada sediaan masker wajah tanpa ekstrak
daun kemuningtidak memiliki zona bening. Daya hambat menurut Garg (2002)
terbagi atas : sangat kuat (zona hambat >20 mm), kuat (zona hambat 10-19 mm),
sedang (zona hambat 5-10 mm), dan lemah (zona hambat <5 mm). Daya hambat
antibakteri pada sediaan masker diatas termasuk daya hambat antibakteri yang
sangatkuat dan sangat baik untuk kulit wajah yang memiliki bakteri Stapylococcus
aureus yang sangat banyak dikulit wajah. Secara umum mekanisme kerja
antimikroba dalam menghambat mikroba adalah: (1) bereaksi dengan membran sel
(2)inaktivasi enzim esensial (3)mendekstruksi atau menginaktivasi fungsi materi
genetik. Terbentuknya zona hambat diduga karena adanya senyawa antibakteri pada
ekstrak daun kemuning. Senyawa tersebut antara lain adalah falvonoid. Flavonoid
dianggap sebagai antibakteri karena kemampuanya dalam membentuk senyawa
kompleks dengan protein sehingga dapat merusak membran sel bakteri yang dapat
Gambar 4.5 bentuk permukaan sediaan masker wajah tanpa ekstrak daun
kemuning. Gambar ini menunjukkan permukaan yang tidak merata, yang disebabkan
bahan yang terkandung pada sediaan belum dapat melakukan interaksi yang satu
dengan yang lain dengan baik.
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 5 orang sukarelawan yang
dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker pada belakang daun telinga.
Menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap
parameter reaksi iritasi. Adapun Parameter yang diamati yaitu adanya kulit
kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari Hasil uji iritasi tersebut
disimpulkan bahwa sediaan masker aman digunakan (Tranggono, 2007)
Menurut wasitmaatjaya (1997), uji iritasi kulit yang dilakukan untuk
mengetahuiefek samping pada kulit, dengan memakai kosmetik dibagian lengan atau
belakang telah dibiarkan selama 24 jam. Dari tabel diatas, tidak terlihat adanya efek
samping berupa gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan pada kulit yang
ditimbulkan oleh sediaan
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik terbaik dari dari sediaan masker yang mengandung ekstrak daun
kemuning 10 gram, dengan warna sediaan hitam, bentuk permukaan yang licin, tidak
ada gelembung. Hasil SEM menunjukkan bentuk morfologipermukaan sediaan
masker yang rata.Hasil kuat tarik sebesar 0,55 MPa, Hasil analisa FT-IR terdapat
serapan pada bilangan gelombang 2963.77 cm-1menunjukkan adanya gugus C-H,
serapan bilangan gelombang 3349.99 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan
pada bilangan gelombang 3349,99 cm-1 menunjukkan adanya gugus N-H, dan
serapan pada bilangan gelombang 1701.95 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O,
hasil FT-IR menunjukkan adanya interaksi pada bahan-bahan yang terkandung pada
sediaan masker wajah. Hasil uji PH sebesar 5,53 sesuai dengan PH kulit manusia.
2.Hasil uji aktivitas antibakteri terbaik metode Kirby Bauer dengan menggunakan
bakteri gram positif yaitu S. aureus menghasilkan diameter zona bening sebesar 24,9
mm, merupakan antibakteri kategori kuat. serta uji antioksidan sebesar 141,78 mg/L
merupakan antioksidan kategori sedang, serta tidak didapati adanya reaksi iritasi
terhadap kulit sukrelawan. Jadi, sediaan masker dapat digunakan sebgai masker
perawatan wajah
5.2. Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan
bahan yang lain.
Armala, M. M, 2009. Daya antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
Caudatus . H.B.K) dan Profil KLT. Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Anderson, P.D, 1996 . Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Bourtoom, Thawien. 2008. Plasticizer effect on the properties of biodegradableblend
film from rice starch-chitosan. Songklanakarin Journal of Science
andTechnology, 30(1): 149-165.
Carolia N, Noventi W. 2016. Potensi EkstrakDaun Sirih Hijau (Piper betle L.)
sebagaiAlternatif Terapi Acne vulgaris. JurnalMajority. 5(1): 140-145.
Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya. Jakarta
Darni Y. dan Herti Utami, 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik
dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal RekayasaKimia dan
Lingkungan, 7(4): 88-93.
Dwikarya, M, 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Kawan Pustaka. Jakarta.
Grace, et, al, 2015. Preparation And Evalution Of Herbal Peel Of Mask.American
Journal Of Pharmjech Research, 2015:5(4)
Gontard,N.,Guilbert,S. dan Cuq,J.L, 1993. Water and Glyserol as Plasticizer Affect
Hafdani, F.N. and Sadeghinia. N., 2011. A Review on Application of Chitosan as a
Natural Antimicrobial. World Academy of Science. Engineering and Technology
Jaelani, 2009. Kosmetika Nabati. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Julianti, E. dan M. Nurminah, 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. USU Press.
Medan
Kaban, J. 2007. Studi Karakteristik dan Aplikasi Film Pelapis Kelat Logam Alkali
Tanah Alginat-Kitosan. [Disertasi]. Medan. Departemen Kimia Universitas
Sumatera Utara
Krochta, J.M.; E.A. Baldwin and M.Nisperos-Carriedo (Eds.), 1994. Edible Coatings
and Films to Improve Food Quality. Lancaster: Technomic Pub. Co,Inc.
Lee, C.K, 2013. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin Care. [Thesis].
Department of Cosmetics Science. Taiwan. Chia-Nan University of Pharmacy
and Science
Putri, A., 2015. Larvacidal Activity Of Kemuning Leaf Extract (Muraya Panicilata
L) Against Dengue Hemorrhagic Fever Vector. 4:3
Putro, D.S., 1998. Agar Awet Muda. Trubus Agrisarana. Purwodadi.
Priani, E, S., 2015. Formulasi Masker Gel Peel-Off Kulit Buah Manggis.IJPST. 3:2
Ramadhan, P, 2015. Mengenal Antioksidan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rosida, F, D., 2018. Edible Coating dan Film dari Biopolimer Bahan Alami
Terbarukan. Uwais Inspirasi Indonesia. Sidoarjo
Sagala,S.T, 2013. Karakterisasi Pembuatan Edible Film Dari Campuran Tepung
Rumput Laut (Eucheuma sp.) Kitosan dan Gliserin.[Skripsi]. Medan :
Universitas Sumatera Utara, Departemen Kimia.
Silalahi, J, 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarsono, F,D., “ Uji Daya Hambat ekstrak Etanol Daun Kemuning (Muraya
Paniculata L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (Escherichia coli)
Dan Gram Positif (Staphlococcus aureus). Jurnal
Tranggono, R.I., dan Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
= = 3,98
Perendaman sampel