Anda di halaman 1dari 63

PEMBUATAN SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN KEMUNING

(Muraya Paniculata L), TAPIOKA, KITOSAN, GLISERIN SEBAGAI


ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

HARIYATI

170822009

PROGRAM STUDI KIMIA EKSTENSI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN KEMUNING
(Muraya Paniculata L), TAPIOKA, KITOSAN, GLISERIN SEBAGAI
ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Sains

HARIYATI

170822009

PROGRAM STUDI KIMIA EKSTENSI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Pembuatan Sediaan Masker Sheet Ekstrak Daun Kemuning


(Muraya Paniculata L), Tapioka, Kitosan, Gliserin
Sebagai Antibakteri Dan Antioksidan

Kategori : Skripsi

Nama : Hariyati

Nomor Induk Mahasiswa : 170822009

Program studi : Kimia Ekstensi

Fakultas : MIPA - UniversitasSumatera Utara

Disetujui di:

Medan, November 2019

Ketua Departemen Kimia, Pembimbing,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Dr. Emma Zaidar Nasution, M.Si

NIP.197404051999032001 NIP. 195512181987012001

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMBUATAN SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN KEMUNING


(Muraya Paniculata L), TAPIOKA, KITOSAN, GLISERIN SEBAGAI
ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2019

Hariyati

170822009

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik, adapun
judul Skripsi penulis adalah “Pembuatan Sediaan Masker Sheet Ekstrak Daun
Kemuning (Muraya Paniculata L), Tapioka, Kitosan, Gliserin Sebagai Antibakteri
Dan Antioksidan”.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Emma Zaidar Nasution, M.Si selaku
Dosen pembimbing atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada Penulis
selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Kerista
Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ibu
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua jurusan Departemen Kimia, Ibu Dr. Sofia
Lenny,M.Si Selaku sekretaris Departemen Kimia dan Koordinator Kimia Ekstensi
Bapak Firman Sebayang, MS yang telah memberikan kemudahan terhadap apa yang
penulis perlukan selama ini, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia FMIPA
USU dan yang telah membantu segala keperluan penulis selama ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada Orangtua Penulis, yang memberikan
dukungan berupa material, motivasi dan doa. Kepada sahabat-sahabat Penulis yang
telah memrikan semangat dan doa kepada Penulis. Kepada Asisten Laboratorium
Biokimia yang banyak membeantu dalam menjalankan penelitian untuk skripsi
Penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi Ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas
Akhir Ini dapat bermanfaat baik untuk penulis dan pembaca. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, November 2019

Hariyati

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN KEMUNING
(Muraya Paniculata L), TAPIOKA, KITOSAN, GLISERIN SEBAGAI
ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan sediaan masker wajah dari formulasi tapioka,
ekstrak daun kemuning (Muraya Paniculata L), Kitosan, gliserin untuk perawatan
wajah. Sediaan diawali dengan pembuatan ekstrak daun kemuning terlebih dahului
dengan metode ekstraksi maserasi, kemudian dilakukan uji skrining fitokimia dan
didapatkan hasil uji ekstrak mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tanibn. Kemudian ekstrak daun kemuning dicampur dengan tapioca, kitosan 2%,
gliserin hingga homogen, kemudian dikeringkan dalam oven pada temperature 50 oC
selama 2 hari. Hasil pengamatan didapati sediaan masker dengan warna hitam, bau
tajam, bentuk permukaan yang licin, tidak ada gelembung. Hasil SEM menunjukkan
bentuk morfologi permukaan yang rata. Hasil uji kuat Tarik diperoleh 0,55 Mpa,
Hasil FT-IR terdapat serapan pada bilangan gelombang 2963.77 cm-1 menunjukkan
adanya gugus C-H, 3349.99 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, 3349,99 cm1
menunjukkan adanya gugus N-H, dan 1701.95 cm-1 menunjukkan adanya gugus
C=O, hasil FT-IR menunjukkan adanya interaksi pada bahan-bahan yang terkandung
pada sediaan masker wajah . Hasil uji pH diperoleh sebesar 5,53, Hasil uji aktivitas
antibakteri dengan metode Kirby bauer terhadap bakteri S.aureus menunjukkan zona
bening sebesar 24,9 mm. Hasil uji antioksidan sebesar 141,78 mg/L. Hasil uji iritasi
pada kulit sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi.
Jadi sediaan masker wajah yang terbuat dari tapioka, ekstrak daun kemuning,
kitosan, gliserin, memiliki potensi antibakteri yang kuat, antioksidan tingkat sedang,
serta tidak memiliki efek iritasi pada kulit wajah, sehingga dapat digunakan sebagai
antibakteri dan antioksidan.

Kata kunci : Antibakteri, Antioksidan, Daun kemuning, Kulit, Masker perawatan


wajah

Universitas Sumatera Utara


MAKING OF KEMUNING LEAF EXTRACT SHEET MASK (Muraya
Paniculata L), TAPIOCA, CHITOSAN, GLYCERIN APPLICATIONS FOR
FACIAL CARE

ABSTRACT

Research has been made on the preparation of face masks from tapioca
formulations, kemuning leaf extract (Muraya Paniculata L), Chitosan, glycerin for
facial treatments. The preparation begins with the preparation of the kemuning leaf
extract first with a maceration extraction method, then a phytochemical screening
test is obtained and the results of the extract test contain alkaloids, flavonoids,
saponins, and tannins. Then the yellow leaves are mixed with tapioca, 2% chitosan,
glycerin until homogeneous, then dried in an oven at 50oC for ± 2 days. The results
of observations found a mask with a black color, a sharp odor, a smooth surface
shape, no bubbles. SEM results show a flat surface morphology. Tensile strength test
results obtained 0.55 MPa, FT-IR results there is absorption at wave number
2963.77 cm-1 indicates the CH group, 3349.99 cm-1 indicates the presence of OH
groups, 3349.99 cm1 indicates the presence of NH groups, and 1701.95 cm- 1
indicates the presence of a C = O group, the results of the FT-IR show the
interaction of the ingredients contained in the preparation of face masks. The pH test
results obtained by 5.53, the results of antibacterial activity test by Kirby Bauer
method against S. aureus bacteria showed a clear zone of 24.9 mm. Antioxidant test
results were 141.78 mg / L. The results of irritation test on volunteer skin gave
negative results on the irritation reaction parameters. So the face mask preparations
made from tapioca, yellow leaf extract, chitosan, glycerin, have a strong
antibacterial potential, moderate antioxidants, and do not have an irritating effect on
facial skin, so it can be used as a face care mask.

Keywords: Antibacterial, Antioxidant, Yellow leaf, Skin, Facial treatment mask

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan masalah 3
1.3. Pembatasan masalah 3
1.4. Tujuan penelitian 3
1.5.Manfaat penelitian 4
1.6. Lokasi penelitian 4
1.7. Metodologi penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Uraian Tumbuhan Kemuning 5
2.1.1. Sistematika Tumbuhan 6
2.1.2. Sifat dan Khasiat Tumbuhan 6
2.1.3. Kandungan Kimia 6
2.2. Bahan Tambahan 6
2.2.1. Plastizier Gliserin 6
2.2.2. Kitosan 7
2.2.3. Tepung Tapioka 7
2.3. Karakteristik Sediaan Masker Wajah 8
2.3.1. Scanning Electron Microscopy (SEM) 8
2.3.2. Uji Kuat Tarik 8
2.3.3. Uji FT-IR 9
2.4. Kulit 10
2.4.1. Struktur Kulit 10
2.4.2. Jenis-Jenis Kulit 12
2.5. Masker Wajah 12
2.5.1. Jenis-Jenis Masker Wajah 13
2.5.2. Fungsi dan Manfaat Masker Wajah 14

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Alat-alat 16
3.2. Bahan-bahan 17

Universitas Sumatera Utara


3.3. Prosedur Penelitian 17
3.3.1. Pengambilan Sampel 17
3.3.2. Pembuatan Larutan Pereaksi 17
3.3.2.1. Pembuatan Larutan CH3COOH 1% 17
3.3.2.2. Pembuatan Larutan Kitosan 2 % 17
3.3.3. Prepasi Sampel 17
3.3.4. Ekstraksi Sampel 18
3.3.5. Uji Skrining Fitokimia 18
3.3.6. Pembuatan Masker Wajah 19
3.3.7. Uji Pengamatan 19
3.3.8. Uji SEM 19
3.3.9. Uji Aktivitas Antibakteri 19
3.3.10. Uji Kuat Tarik 20
3.3.11. Uji FT-IR 20
3.3.12. Uji Antioksidan 20
3.3.13. Uji pH 21
3.3.14. Uji Iritasi 21
3.4. Bagan Penelitian 22
3.4.1. Preparasi Sampel 22
3.4.2. Ekstraksi Daun Kemuning 22
3.4.3. Uji Skrining Fitokimia 22
3.4.4. Pembuatan Masker 23
3.4.5. Karakterisasi dan Pengujian Sediaan Masker 23
3.4.6. Uji Aktivitas Antibakteri 24

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Uji Skrining Fitokimia 25
4.2. Hasil Uji Kuat Tarik 26
4.3. Hasil Pengamatan Masker Wajah 27
4.4. Hasil Uji Antibakteri 28
4.5. Hasil Uji Antioksidan 31
4.6. Hasil Uji SEM 33
4.7. Hasil FT-IR 35
4.8. Hasil Pengukuran pH 39
4.9. Hasil Iritasi 39

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan 41
5.2. Saran 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia 25

4.2 Hasil Uji Kuat tarik 26

4.3 Hasil Pengamatan 27

4.4 Hasil Uji Antibakteri 28

4.5 Hasil Uji Antioksidan 31

4.6 Tingkat Kekuatan Senyawa Antioksidan 31

4.7 Hasil Uji Iritasi 39

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Tumbuhan Kemuning 5
2.2 Struktur Gliserin 7
2.3 Struktur Kitosan 7
2.4 Struktur Amilosa 8
2.5 Bentuk Spesimen 9
2.6 Struktur Kulit 10
4.1 Interaksi Senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’- 29
heksametoksi flavon Dengan Kitosan
4.2 Interaksi Senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’- 30
heksametoksi flavon Dengan Tapioka
4.3 Interaksi Senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’- 30
heksametoksi flavon Dengan Gliserin
4.4 Reaksi DPPH Dengan Senyawa Hidroksil 32
4.5 Hasil SEM Sediaan Masker Menggunakan Ekstrak 34
Daun Kemuning
4.6 Hasil SEM Sediaan Masker Tanpa Ekstrak Daun 35
Kemuning
4.7 Hasil Spektrum FT-IR Tapioka 36
4.8 Hasil Spektrum FT-IR Kitosan 36
4.9 Hasil Spektrum FT-IR Gliserin 37
4.10 Hasil Spektrum Sediaan Yang Mengandung Ekstrak 38
Daun Kemuning
4.11 Spektrum Tapioka, Gliserin, Kitosan, Dan Sediaan 38
Yang Mengandung Ekstrak Daun Kemuning

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Perhitungan kuat tarik 45
2 Perhitungan indeks antimikrobial 45
3 Preparasi sampel 46
4 Ekstraksi Sampel 46
5 Hasil Sediaan Maker 47
6 Hasil Uji antibakteri 47
7 Hasil Pengukuran pH 48

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGAKATAN

CRT = Cathoda Ray Tube

DPPH = Definilpikrihidrazil

FT-IR = Fourier Transform-Infra Red

MHA =Mueller Hinton Agar

ODT = Occlusive Dressing Treatment

pH =Power Hidrogen

SEM = Scanning Wlectron Microscope

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan,


terutama kulit wajah yang sering terpapar oleh sinar UV akibatnya dapat
menimbulkan masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat, dan pori kulit yang
membesar, sehingga merupakan hal yang penting untuk merawat kulit itu sendiri
(Grace, 2015).
Penggunaan antioksidan efektif untuk mencegah kerusakan kulit akibat
paparan sinar ultraviolet (UV) atau akibat proses penuaan. Penggunaanya dapat
dilakukan secara oral maupun topikal. Bentuk sediaan topikal yang umum
digunakan adalah masker. Masker wajah digunakan untuk membersihkan dan
untuk perawatan kulit (Priani, 2015).
Masker wajah merupakan kosmetik perawatan kecantikan yang sangat
populer untuk meningkatkan kualitas kulit (Yoem, 2011). Pembuatan kosmetik
dari bahan alami lebih baik dari bahan sintesis. Bahan sintesis dapat
menimbulkan efek samping bahkan dapat merusak bentuk alami dari kulit
(Grace, 2015).
Peredaran produk kosmetik berbahan kimia berbahaya yang bersifat
karsinogenik saat ini marak terjadi. Tahun 2016 Badan POM Menemukan 29
jenis kosmetik yang mengandung bahan kimia yang mengandung merkuri, asam
retinoat, dan hidrokuinon pada produk perawatan kulit (BPOM 2016)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel berupa daun kemuning.
Daun kemuning (Muraya Paniculata L) merupakan beberapa dari banyak
tanaman yang mengandung zat pereduksi yang kuat didalam tubuh (Makaryati,
2014).
Daun kemuning(Muraya Paniculata L) mengandung senyawa kimia berupa
saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid. Daun kemuning (Muraya Paniculata L)
memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai pemati rasa (anestesia),
sedatif, anti-radang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing
tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit. Daun Kemuning (Muraya

Universitas Sumatera Utara


Paniculata L) dilaporkan dalam beberapa karya ilmiah mempunyai aktivitas
biologi sebagai obat penurut panas (antipiretik), dan antibakteri terhadap
staphylococus aureus (Putri, 2015)
Pati digunakan sebagai perekat pada pembuatan masker pada penelitian ini.
Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat yang secara alami tersimpan dalam
jaringan hampir semua bagian tanaman seperti didalam daun, akar, batang atau
bijinya. Dua komponen utama penyusun pati adalah amilosa dan amilopektin
dimana amilosa merupakan homopolimer berbentuk linear ( dengan ikatan α 1,4-
glukosida) sedangkan amilopektin adalah polimer yang memiliki percabangan
(ikatanα 1,4- glukosida pada rantai lurus dan α 1,6- glikosida pada rantai
cabangnya) (Zubaidah, 2017).
Kitosan ditambahkan pada penelitian ini sebagai antimikroba. Kitosan
merupakan polisakarida turunan kitin yang dapat membentuk film yang kuat,
elastis, fleksibel, sulit robek, dan dapat digunakan sebagai antimikroba (Rosida,
2018).
Gliserin ditambahkan sebagai pelembab. Gliserin adalah senyawa turunan
lemak, yaitu hasil sampingan dari pembuatan sabun. Penambahan senyawa
gliserin pada produk kosmetik bermanfaat untuk membantudalam pelembaban
penghalusan, dan pelembutan kulit (Muliyawan, 2013).
Dari penelitian sebelumnya, menurut Tambak (2016) pada Pembuatan edible
film dari tepung tapioka dengan penambahan ekstrak buah jambu biji (Psidium
guajava L.), Kitosan, dan Gliserin menghasilkan edible film yang terbaik adalah
10 g sampel, 2,5 g tepung tapioka, dan 1 ml gliserin dengan memperlihatkan
morfologi permukaan dari edible film yang teratur.
Menurut Makaryati (2014) pada penelitian Potensi Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun kemuning (Muraya Paniculata L) Dan Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) Dengan Metode FTC dan DPPH menghasilkan aktivitas
antioksidan sebesar 149,45 µg/mL.
Menurut Sudarsono (2015) pada penelitian Uji Daya Hambat ekstrak Etanol
Daun Kemuning (Muraya Paniculata L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram
Positif (Escherichia coli) Dan Gram Positif (Staphlococcus aureus)

Universitas Sumatera Utara


menghasilkan kosentrasi ekstrak etanol daun kemuning 30%, 40%, dan 50%
termasuk kategori antibakteri yang kuat.
Pada penelitian ini, penulis ingin memanfaatkan ekstrak daun kemuning
(Muraya Paniculata L) sebagai masker wajah dengan penambahan pati, kitosan,
dan gliserin yang digunakan untuk perawatan wajah.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.Apakah sediaan masker wajah yang terbuat dari ekstrak daun kemuning (Muraya
Paniculata L), Tapioka, Kitosan, Gliserin, dapat digunakan sebagai antibakteri dan
antioksidan pada perawatan kulit wajah?

2. Bagaimana Hasil uji antibakteri dan antioksidan dari sediaan masker

3.Bagaimana karakteristik dari sediaan masker wajah yang meliputi uji


pengamatan, uji kuat tarik, uji SEM, uji FT-IR, uji pH, serta uji Iritasi

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi sebagai berikut :

1. Sampel Daun kemuning yang digunakan berasal dari Jl. Gendang Pasar II
Padang Bulan, Medan
2. Pada aplikasi masker wajah dilakukan uji pengamatan,antibakteri,
antioksidan, Uji FT-IR, pH, SEM, kuat tarik, iritasi

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui hasil karakterisasi sediaan masker meliputi uji
pengamatan, uji kuat tarik, uji SEM,Uji FT-IR, uji pH
2. Untuk mengetahui hasil uji antibakteri dan uji antioksidan pada masker dan
apakah masker dapat digunakan sebagai masker perawatan wajah dengan uji
iritasi pada kulit sukarelawan

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Menghasilkan masker wajah yang dapat diaplikasikan untuk perwatan wajah

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia/KBM USU, Laboratorium


Kimia Bahan Alam FMIPA USU, Laboratorium mikrobiologi FMIPA USU,
Laboratorium kimia organik Universitas Padang, Laboratorium fisika UNIMED,
Laboratorium IFRC Teknik Mesin USU, Laboratorium Kimia LIPI

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium, Adapun langkah-


langkah analisinya sebagai berikut :

1. Masker wajah dibuat dengan mencampurkan tepung tapioka ke dalam ekstrak


daun kemuning, kemudian sambil diaduk dipanaskan sampai homogen,
kemudian ditambahkan larutan kitosan, dan gliserin, diaduk hingga
mengental, dicetak diatas olat plastik, kemudian dikeringkan kedalam oven
suhu 40-50 ºC selama 2 hari
2. Analisa SEM sediaan masker wajah yang dihasilkan ditentukan dengan
analisa mikroskopi
3. Analisa FT-IR sediaan masker wajah yang dihasilkan ditentukan dengan
analisa mikroskopi
4. Analisa Antibakteri sediaan masker wajah dengan metode Kirby Bauer
5. Analisa Antioksidan dengan metode DPPH
6. Analisa pH dengan menggunakan pH meter

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Tumbuhan Kemuning

Kemuning biasa tumbuh liar disemak belukar, tepi hutan, atau tanaman sebagai
tanaman hias dan tanaman pagar.Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon
kecil. Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi tanaman sekitar 3-8
m. Batang kemuning keras, beralur, dan tidak berduri. Daunnya majemuk bersirip
ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian
daun bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing, serta tepi rata
atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm dan lebar antara 1-3 cm.
Permukaan daun licin, mengkilap, dan berwarna hijau. Bunga kemuning majemuk
dan berbentuk tandan yang terdiri dari 1-8 bunga. Warnanya putih dan berbau harum.
Bunga –bunga kemuning keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buah kemuning
berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih
muda, buah berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di dalam buah
terdapat dua buah biji ( Dalimartha, 1999).

Gambar 2.1 Tumbuhan Kemuning (Muraya Paniculata L)

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan kemuning adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae ( plants )
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Murraya
Spesies : Murraya paniculata (L.) Jack.

2.1.2 Sifat dan Khasiat Tumbuhan


Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain berkhasiat sebagai penurun
kolesterol, kemuning juga berkhasiat sebagai pemati rasa (anastesia), penenang
(sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh,
pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit (Dalimartha, 1999).

2.1.3 Kandungan Kimia


Daun kemuning mengandung cadinena, metil-antranilat, bisabolena, β-kariopilena,
geraniol, carane-3, eugenol, citronelol, metil-salisilat, s-guaiazulena, osthol,
paniculatin, tanin, dan coumurrayin (Dalimartha, 1999). Daun kemuning
mengandung senyawa flavonoid, kumarin, alkaloid, sinamat, sterol, dll

2.2 . Bahan Tambahan


2.2.1. Plasticizer Gliserin
Gliserin yang memiliki sifat tidak beracun, tidak iritasi dan tidak berwarna
digunakan untuk pelembut dan pelembab kulit, krem kulit, sabun, pembersih wajah.
Gliserin juga digunakan sebagai pelarut parfum, pewarna dan pembersih kendaraan
(Minner, 1953).
Gliserin merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok untuk
bahan pembentukan film yang bersifat hidrofilik seperti pati. Gliserin dapat
meningkatkan penyerapan molekul polar seperti air. Gliserin berperan sebagai

Universitas Sumatera Utara


Plasticizer yang dapat meningkatkan fleksibilitas film. Gliserin dapat diperoleh dari
pemecahan ester asam lemak dari minyak dan lemak industri oleokimia (Bhat, 1990).

Gambar 2.2. Struktur Gliserin (Finar, L. 1959)

2.2.2. Kitosan
Kitosan memiliki sifat fisik yang khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan,
gel, pasta, membran, dan serat yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya (Kaban.
2007). Pelapisan menggunakan kitosan (chitosan coating) telah
terbuktimeminimalisasi oksidasi, ditunjukkan oleh angka peroksida, perubahan
warna, danjumlah mikroba pada sampel.

Gambar 2.3 Struktur Polimer Kitosan (Hafdani, 2011)

2.2.3. Tepung Tapioka


Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara
lainsebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Amilum atau dalam
kehidupansehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.
Amilumterdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa,yaitu amilosa dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-
glukosayang terikat dengan ikatan α 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan
rantaiterbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian
besarmempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik.

Universitas Sumatera Utara


Adanyaikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga
molekulamilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang (Poedjiadi, 1994).

Gambar 2.4. Struktur Amilosa

2.3 . Karakterisasi Masker Wajah


2.3.1. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan sejenis mikroskop
yangmenggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat benda dengan
resolestinggi. Analisa SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur (termasuk
porositasdan bentuk retakan) benda padat. Berkas sinar elektron dihasilkan dari
filamen yangdipanaskan, disebut elektron gun. Cara kerja SEM adalah gelombang
elektron yangdipancarkan elektron gun terkondensasi dilensa kondensor dan terfokus
sebagai titikyang jelas oleh lensa objektif. Scanning coil yang diberi energi
menyediakan medanmagnetik bagi sinar elektron. Berkas sinar elektron yang
mengenai cuplikanmenghasilkan elektron sekunder dan kemudian dikumpulkan oleh
detektor sekunderatau detektor backscatter. Gambar yang dihasilkan terdiri dari
ribuan titik berbagaiintensitas dipermukaan Cathoda Ray Tube (CRT) sebagai
topografi gambar. Padasistem ini berkas elektron dikonsentrasikan pada spesimen,
bayangannya diperbesardengan lensa objektif dan diproyeksikan pada layar
(Gunawan,2010).

2.3.2. Uji Kuat Tarik (Tensile Strength)


Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting
dansering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Kekuatan tarik
suatubahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (E maks) yang

Universitas Sumatera Utara


digunakanuntuk memutuskan specimen bahan dibagi dengan luas penampang awal
(Ao).Bila suatu bahan dikenakan beban tarik yang disebut tegangan (gaya persatuan
luas), maka bahan akan mengalami perpanjangan (regangan). Kurva
teganganterhadap regangan merupakan gambar karakteristik dari sifat mekanik suatu
bahan uij(wirjosentono, 1996). Kecepatan tarik 100 mm/menit dan beban maksimum
100 kgf. Sampelyang sudah berbentuk dumbbell dijepitkan pada alat uji tarik,
kemudian alatdijalankan dan didata yang dihasilkan diamati pada monitor.

Gambar 2.5 Bentuk Spesimen Untuk Analisis Kuat Tarik ASTM D-638-72 Tipe IV

2.3.3Fourier Transform Infra Red (FTIR)


Alasan suatu senyawa atau molekul diuji menggunakan FT-IR adalah karena
senyawaatau molekul tersebut mampu menyerap radiasi inframerah yaitu yang
terletak padapanjang gelombang 10-6 – 10-4 nm. Spectrum serapan inframerah suatu
materialmempunyai pola khas, sehingga berguna untuk identifikasi material dan
identifikasikeberadaan gugus-gugus fungsi yang ada. Pengukuran pada spektrum
inframerah dilakukan pada daerah cahayainframerah tengah (mid-infrared) yaitu
pada panjang gelombang 2,5-50 m ataubilangan gelombang 4000 – 200 cm-1
(Sagala, 2013).

2.4 Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang
terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m² dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian
kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg (Putro,
1997). Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan
iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Kulit

Universitas Sumatera Utara


merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangasangan luar (Tranggono,
2007). Ketebalan kulit berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Kulit ditelapak kaki
merupakan kulit yang tebal, sedangkan di bibir, dada, dan paha kulit tampak lebih
tipis (Dwikarya, 2002).

2.4.1 Struktur Kulit

Gambar 2.6 Struktur Kulit

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis dan lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).
a. Epidermis
Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:
1. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisanpaling luar
yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulitpokok terhadap
kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan iniberkurang, maka kulit akan
menjadi kering dan bersisik.
2. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan
transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar,
pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

Universitas Sumatera Utara


3. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai lapisan
sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan
protein dan ikatan kimia stratum korneum.
4. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang
paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah
keratinosit yang membentuk keratin.
5. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam
dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis.
Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas
membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi
kulit terdapat dalam lapisan ini.
b. Dermis
Merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri dari
beberapa jaringan ikat yang memiliki dua lapisan.
1. Pars papilaris, terdiri atas sel fibroblast yang memproduksi kolagen.
2. Retikularis, yaitu lapisan yang memiliki banyak pembuluh darah, tempat
akar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus (Putro, 1997).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan mengandung sel-
sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga
sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh
(Prianto, 2014). Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke
pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok
yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
sellemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah
bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm,
sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga
berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan ini terdiri atas jaringan
konektif, pembuluh darah dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis
dengan otot, tulang dan struktur lain. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan

Universitas Sumatera Utara


meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang
banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan
lemaknya (Putro, 1997).

2.4.2 Jenis-jenis kulit


Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian
(Noormindhawati, 2013):
a. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak
seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.
b. Kulit berminyak
Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit
sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah berjerawat.
c. Kulit kering
Merupakan kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku, tidak
elastis, dan mudah berkeriput.
d. Kulit kombinasi
Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan berminyak.
Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada derah pipi berkulit kering.
e. Kulit sensitif
Merupakan kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi
tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang
menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit
menjadi lebih tipis dan sangat sensitif.

2.5Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing
Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsiperkutan dengan
menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehinggamembentuk ruang
semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantupenyerapan obat (Lu, 2010;
Lee, 2013). Masker yang diaplikasikan pada wajahakan menyebabkan suhu kulit
wajah meningkat (±1°C) sehingga peredaran darahkulit meningkat, mempercepat

Universitas Sumatera Utara


pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkankadar oksigen pada kulit maka
pori-pori secara perlahan membuka dan membantupenetrasi zat aktif ke dalam kulit 5
hingga 50 kali dibanding sediaan lain (Lu,2010; Lee, 2013).

2.5.1 Jenis-Jenis Masker


Menurut Mitsui (1997), Lu (2010), dan Lee (2013), jenis-jenis maskeradalah
sebagai berikut:
1. Tipe peel off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yangmelekat pada
kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika
dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama
dengan lapisan film tersebut.
Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori, memutihkan,
danmembersihkan komedo.
2. Tipe wash off
Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4jenis yaitu:
a. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembapkan. Bahanyang
digunakan adalah kaolin, bentonit, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan, dan
sebagainya.
Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan
membersihkan sebum kulit yang telah mengeras.
Kerugian: mampu terkontaminasi bakteri sehingga perlu penambahanpengawet yang
banyak dan sulit untuk dibersihkan.
b. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalahuntuk
melembapkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampumelunakkan
sel kulit mati dan komedo.
Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakanuntuk
kulit yang berkeriput.
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci, dan penggunaan yang kurang
tepat dapat menimbulkan masalah jerawat.

Universitas Sumatera Utara


c. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakanpolimer
larut air, sering ditambahkan humektan seperti gliserin.
Keuntungan: cocok untuk kulit sensitif.
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air.
d. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion atauessence
yang kemudian didiamkan pada kulit wajah hingga meresap padakulit.
Keuntungannya yaitu memberikan efek dingin, nyaman digunakan
serta pemakaiannya praktis.

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Masker Wajah


Masker memiliki beberapa fungsi dan manfaat bagi kulit wajah antara lain :
1) Fungsi Masker Wajah.
1. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif
2. Mengangkat kotoran dan sel-sel tangduk yang masih terdapat pada kulit yang
masih mendalam.
3. Memperbaiki dan mengencangkan kulit.
4. Menutrisi, menghaluskan, melembutkan, dan menjaga kelembaban kulit.
5. Mencegah, mengurangi, dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit seperti
keriput dan hiperpigmentasi.
6. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit.
2) Manfaat Masker Wajah
1. Merawat kulit dengan rutin menggunakan masker wajah dapat meningkatkan
kebersihan, kesehatan dan kecantikan.
2. Kulit tampak lebih kencang, halus dan lembut.
3. Merawat kulit dengan rutin menggunakan masker wajah dapat mencegah dari
faktor penuaan dini.
4. Wajah tampak lebih cerah, segar dan sehat.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif anggota famili
Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni
berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya sebagai bakteri
komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya berimbang dengan flora normal lain.
Staphylococus aureus pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung, kulit,
tenggorokan dan lain-lain (Syahrurachman, 1994). Bakteri ini dapat menyebabkan
bermacam-macam infeksi seperti pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis,
jerawat, pioderma atau impetigo (Brooks et al, 2005)

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1. Alat
- Hotplate Corning
- Oven Hammert
- Neraca analisis Acis
- Gelas beaker Pyrex
- Gelas ukur Pyrex
- Labu takar Pyrex
- Blender Miyako
- Erlenmeyer 500 ml Pyrex
- Pipet volume Pyrex
- Labu Takar 100 ml Permacolor
- Termometer 100ᵒC Pyrex
- Spektrofotometer FT-IR
- Scanning Electron Microscope
- Spektrofotometer UV-Visible Spectronic 300
- Panci
- Spatula
- Alat torse
- Pipet Tetes
- Botol Reagen
- Botol Aquades
- Magnetik Stirer
- Corong kaca
- Cawan Petri
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung
- Plastik

Universitas Sumatera Utara


3.2. Bahan-bahan

- Ekstrak Daun kemuning (s)


- Kitosan(s)
- Tepung Tapioka(s)
- Gliserin(l) p.a. (E-merck)
- CH3COOH(aq) p.a. (E-Merck)
- Akuadest (l)
- Etanol teknis(l)

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel berupa daun kemuning yang diambil dari halaman rumah masyarakat di Jl.
Gendang Padang Bulan Medan. Pada pukul 06:00 WIB

3.3.2. Pembuatan Larutan Pereaksi


3.3.2.1. Pembuatan Larutan CH3COOH 1% (w/v)
Dipipet 1 mL larutan CH3COOH glasial kemudian dimasukkan kedalam labu takar
100 mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis batas.

3.3.2.2. Pembuatan Larutan Kitosan 2% (w/v)


Ditimbang 1 g kitosan kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan
50 mL larutan CH3COOH 1% (w/v). Didiamkan selama ± 1 jam hingga seluruh
kitosan larut.

3.3.3. Preparasi Sampel


Sampel daun kemuning dipetik dari pohonnya, kemudian dicuci bersih, lalu
dikeringkan dengan cara dianging-anginkan dalam ruangan selama ± 5 hari hingga
kering. Kemudian sampel diblender halus dan diayak menggunakan saringan hingga
diperoleh serbuk daun kemuning.

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Ekstraksi Sampel
Serbuk daun kemunig sebanyak 990 g diekstraksi menggunakan pelarut etanol 95 %
sebanyak 7 L selama 4 hari. Setalah itu ekstrak diuapkan menggunakan rotary
evaporator dengan suhu 90 ºC dan kecepatan 105 rpm. Penguapan disempurnakan
dengan menguapkan pelarut dengan menggunakan waterbath

3.3.5. Uji Skrining Fitokimia


3.3.5.1 Alkaloid
Sebanyak 15 mg ekstrak kental dilarutkan kedalam 6 Ml HCl 1% diatas waterbath,
setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 2
dan dimasukkan kedalam tabung. Tabung pertama diberi beberapa tetes reagen
mayer. Pembentukan pengendapan warna kuning mengidentifikasikan adanya
alkaloid. Tabung kedua diberi beberapa tetes Dragendroff. Pembentukan warna
merah menunjukkan adanya alkaloid (Tiwari et al, 2011)

3.3.5.2 Flavonoid
Sebanyak 5 mg ekstrak kental dilarutkan air dan ditambahkan FeCl3 5% . Produk
akan menghasilkan Koloid warna hitam

3.3.5.3 Tanin
Sebanyak 10 mg ekstrak kental dlarutkan dalam 15 mL metanol teknis kemudian
dibagi ke dalam 3 bagian yaitu tabung A, tabung B, tabung C. Tabung A digunakan
sebagai blanko, tabung B direaksikan dengan larutan FeCl3 10 %.Apabila terbentuk
endapan pada tabung C maka larutan ekstrak mengandung tanin (Marliana, 2005)

3.3.5.4 Saponin
Sebanyak 10 mL larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi dikocok vertikal selama 10
detik kemudian dibiarkan selama 10 detik. Pembentukan busa tertinggi 1-10 cm
menunjukkan adanya saponin kemudian ditetesi 1 tetes HCl 2 N busa tidak hilang
(Depkes RI, 1995)

Universitas Sumatera Utara


3.3.5.5. Steroid dan Terpenoid
Sebanyak 100 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 mL kloroform lalu dikocok setelah itu
ditambahkan 2 mL asam sulfat p.a pembentukan cincin berwarna coklat diantara 2
lapisan yang terbentuk. Pada lapisan atas membentuk warna hijau menunjukkan
adanya steroid dan pada lapisan atas membentuk warna merah pekat akan
menunjukkan adanya terpenoid (Joshi, 2013)

3.3.6. Pembuatan Masker Wajah


Sebanyak 2,5 g tepung tapioka dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi
dengan 30,5 mL akuades. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan di atas hotplate
padasuhu± 50ºC hingga mengental. Ditambahkan 10 g ekstrak daun kemuning.
Kemudian ditambahkan larutan kitosan 2% (w/v) pada saat campuran homogen.
Kemudian ditambahkan 1 mL gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan
mengental.Campuran dituang di plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam
oven pada suhu± 30ºC selama ± 2 hari.
Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel daun kemuning 15 g dan 20 g serta
tanpa daun kemuning

3.3.7.Uji pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi bentuk permukaan, warna, dan bau yang
diamati secara visual

3.3.8. Analisa SEM ( Scanning Electron Microscope)


Material sediaan masker wajah dipotong sedemikian rupa, kemudian ditempatkan
diatas tempat sampel yang terbuat dari kuningan. Sampel disepuh dengan emas
(coating) dengan alat ion coater selama kurang lebih 5 menit. Selanjutnya sampel
dimasukkan ke unit elektron gun melalui bilik pergantian sampel. Kemudian sampel
diset dengan bantuan mikrostage sampai mendapatkan fokus yang tepat.

3.3.9. Uji Aktivitas Antibakteridengan Metode Kirby Bauer

Universitas Sumatera Utara


Dituang media MHA (Mueller Hinton Agar) steril kedalam cawan petrisecara aseptis
dan biarkan hingga memadat. Dibuat suspensi bakteri uji dengan caramengambil
biakkan bakteri tersebut untuk selanjutnya dihomogenkan kedalam 10mL garam
fisiologis (0,9 %). Konsentrasi bakteri uji selanjutnya disamakan dengankonsentrasi
larutan McFarland (108CFU/mL). Suspensi bakteri uji tersebutselanjutnya
diinokulasikan dengan cara menggoresnya menggunakan cottonbudsteril hingga
merata pada media MHA yang telah memadat. Dimasukkan potonganmasker
kedalam media uji untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu 34oC. Diamatidan diukur
hasil uji antimikroba setelah 24 jam.

3.3.10Pengukuran Kuat Tarik


Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan alat uji tarik (tensilon) terhadap tiap
spesimen berdasarkan ketebalan spesimen. Material yang akan diuji dipotong dalam
bentuk dumb bell. Kemudian di uji dengan menggunakan alat tensilon. Data
pengukuran tegangan dan regangan diubah menjadi kuat tarik.

3.3.11. Analisa FT-IR


Sediaan masker wajah dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat
kearah sinar infra Red. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala berupa aliran
kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.

3.3.12. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH


Aktivitas antioksidan dari ekstrak terhadap radikal bebas DPPH diukur menurut
metoda Yen & Chen (1995). Larutan ektrak (200-1500 µg) dalam 2 mL metanol
ditambahkan larutan 0,5 mL DPPH (1 Mm dalam metanol). Campuran dikocok dan
didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Serapan yang dihasilkan diukur pada
panjang gelombang 515 nm. Persen inhibisi sampel dihitung berdasarkan perbedaan
serapan antara blanko dan sample
Penyiapan sampel untuk pengujian :
4 mg sampel ditimbang dalam botol sampel, kemudian dilarutkan dengan metanol ( 4
mL), hingga diperoleh larutan induk dengan kosentrasi 1000 µg/mL. Kemudian
dilakukan pengenceran sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Konsentrasi 200 µg/mL ; dipipet 500 µL dari larutan sampel
2. Konsentrasi 100 µg/mL ; dipipet 250 µL dari larutan sampel
3. Konsentrasi 50 µg/mL ; dipipet 125 µL dari larutan sampel
4. Konsentrasi 10 µg/mL ; dipipet 25 µL dari larutan sampel

3.3.13. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelum pH meter digunakan, pH
meter dikalibrasi dengan larutan bufer pH 7 dan 4. Elektroda yang digunakan dibilas
dengan aquades sebelum dan setelah pengukuran. Sebanyak 1 g masker dilarutkan
dengan aquades hingga 10 mL. Diambil larutan tersebut dan ditempatkan pada pH
meter. Hasil pH akan muncul pada layar setelah beberapa saat

3.3.14. Uji Iritasi Pada KulitSukarelawan


Sukarelawan yang dipilih adalah 5 wanita dengan kriteria :
1. Wanita yang berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji tempel
preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut dibelakang telinga.
Setelah Ditempel dibelakang daun telinga dibiarkan selama 30 menit, dan diamati
hasil reaksi setelah 24 jam tidak terjadi reaksi kulit seperti kemerahan, gatal dan
bengkak, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasitaatmadja, 1997)

Universitas Sumatera Utara


3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Preparasi Sampel

3.4.2 Ekstraksi Daun Kemuning

3.4.3. Uji Skrining Fitokimia

Universitas Sumatera Utara


3.4.4. Pembuatan Masker

Dilakukan perlakuan yang sama untukvariasi 15 gram dan 20 gram

3.4.5 Karakterisasi dan Pengujian Sediaan Masker

Universitas Sumatera Utara


3.4.6.UjiAktivitasAntibakteri sediaan masker denganmetode Kirby Bauer

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kemuning


Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kemuning
Uji Fitokimia Perubahan warna Hasil
Alkaloid Terbentuk endapan merah +
bata( pereaksi Dragendrof)
Terbentuk endapan putih +
kekuningan ( pereaksi Mayer)
Flavonoid Adanya koloid hitam ++
Saponin Ada busa yang bertahan ± 10 +
menit
Steroid,Terpenoid Cincin kecoklatan atau violet -
Tanin Terbentuk warna biru tua atau +
hitam kehijauan

Keterangan :
Tanda++ : terkandung senyawa lebih banyak/lebih pekat
Tanda + : terkandung senyawa lebih sedikit
Tanda - : tidak terkandung senyawa

Dari hasil uji skrining fitokimia, didapatkan adanya senyawa alkaloid,


flavonoid, saponin dan tanin didalam ekstrak daun kemuning. Syahadat (2012)
menyatakan bahwa daun kemuning mengandung senyawa kimia yang merupakan
metabolit sekunder seperti saponin, alkaloid, tanin, dan flavonoid. Da Silva (1980)
telah melaporkan kandungan utama ekstrak daun kemuning yaitu : 4’-hidroksi-
3,5,6,7,3’,5’-heksametoksi flavon. Karena adanya senyawa metabolit sekunder
tersebut, ekstrak daun kemuning berpotensi sebagai antibakteri dan antioksidan yang
dapat dijadikan bahan sediaan masker wajah untuk perawatan wajah.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Hasil Kuat Tarik
Sifat mekanis yang diuji adalah kekuatan tarik. Analisa kekuatan tarik campuran
bahan pada sediaan masker yang mengandung ekstrak daun kemuning dan sediaan
masker yang tidak mengandung sediaan daun kemuning merupakan faktor penting
untuk menentukan sifat mekanis sediaan yang diinginkan. Berikut Hasil uji kuat tarik
pada sediaan masker
Tabel 4.2. Hasil uji kuat tarik
Sediaan Tebal Panjang Lebar Maximum Kuat tarik Stroke
masker (mm) (mm) (mm) load (N) (Mpa) (mm)
ekstrak
kemuning
(gram)
0 0,1 80 10 1.74763 1.7476 0,4185
10 0,2 97 10 1.10195 0,5509 2,67016
15 0,25 97 10 1.06725 0,4269 2,70135
20 0,27 97 10 0.88938 0,3294 2,75012

Tabel 4.2 memberikan informasi bahwa semakin besar kosentrasi ekstrak pada
sediaan masker, semakin kecil kuat tarik pada sediaan masker. Hal ini menunjukkan
kuat tarik dari sediaan masker tanpa daun kemuning lebih besar dari kuat tarik
menggunakan daun kemuning. Sediaan masker yang mengandung ekstrak daun
kemuning yang memiliki kuat tarik yang besar yaitu pada sediaan masker yang
mengandung ekstrak 10 gram.Faktor penting yangmempengaruhi sifat mekanik
bahan sediaan masker adalah afinitas antarakomponen penyusunnya. Afinitas
merupakan suatu fenomena atom ataumolekul tertentu memiliki kecenderungan
untuk bersatu dan berikatan.Semakin meningkat afinitas, semakin banyak terjadi
ikatan antar molekul.Kekuatan suatu bahan dipengaruhi oleh ikatan kimia
penyusunnya. Ikatankimia yang kuat bergantung pada jumlah ikatan molekul dan
jenisikatannya.ikatan yang kuat akan sulit diputus, sehingga untuk
memutuskanikatan akan diperlukan energi yang besar (Darni, 2010). Penambahan
konsentrasi ekstrak yangmenyebabkan semakin berkurangnya nilai kuat tarik, sesuai
dengansemakin berkurangnya interaksi intermolekular (Bourtoom, 2008).Interaksi

Universitas Sumatera Utara


ini berkurang karena adanya senyawa pada ekstrak yang menyisip
danmenghilangkan ikatan hidrogen di antara molekul polisakarida. Penurunanhasil
kuat tarik disebabkan pula oleh distribusi tidak sempurna darimasing-masing
komponen penyusunsediaan.Meningkatnyakosentrasi ekstrak yang digunakan
menghasilkanmobilitas yang lebih besar terhadap makromolekul bahan penyusun
yang lainnya. Hal inimengakibatkan kuat tarik sediaan semakin menurun.

4.3Pengamatan Masker Wajah


Tabel 4.3. Hasil pengamatan sediaan masker wajah
Ekstrak Kitosan Gliserida Tapioka Warna Bau Bentuk permukaan
(gram) (%) (mL) (gram)
0 2 1 2,5 Putih Tidak Tidak licin,tidak
kekunin Tajam mengkilap, tidak ada
gan gelembung udara
10 2 1 2,5 Hitam Tajam Licin, mengkilap,
tidak ada gelembung
udara
15 2 1 2,5 Hitam Tajam Licin, mengkilap, ada
gelembung udara
20 2 1 2,5 Hitam Tajam Licin, mengkilap, ada
gelembung udara

Dari hasil pengamatan diatas, dihasilkan pada sediaan yang menggunakan ekstrak
daun kemuning yaitu sediaan masker wajah yang berwarna hitam dan bau tajam. Hal
ini disebabkan oleh ekstrak daun kemuning yang berwarna hitam dan bau yang
tajam. Kemuning memiliki kandungan kimia berupa saponin, tanin, flavonoid, dan
alkaloid. Hal tersebut telah ditunjukkan pada hasil kualitatif kandungan senyawa
bioaktif pada daun tanaman kemuning (Putri, 2015). Dan didapati dalam bentuk
permukaan ada gelembung yang disebabkan oleh pencampuran bahan yang tidak
merata, dan didapati permukaan yang licin dan mengkilap disebabkan oleh
kandungan dari daun kemuning yang mengandung senyawa metabolit sekunder.
Sedangkan pada sediaan masker wajah yang tanpa menggunakan ekstrak daun

Universitas Sumatera Utara


kemuning menghasilkan warna putih kekuningan dan bau tidak tajam, serta bentuk
permukaan yang tidak licin, tidak mengkilap, dan tidak ada gelembung. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya ekstrak daun kemuning yang terkandung pada
sediaan tersebut.

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Kirby Bauer


Hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada tabel 4.4
Bakteri Ekstrak Diamterzona IndeksZona
(gram) Bening (mm) Antimikrobial
Stapylococcus 0 - -
aureus 10 24, 9 3,98
15 35,9 6,19
20 24,65 3,93

Pengujian aktivitas antibakteri dari sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak
daun kemuning menunjukkan hasil yang postif, ini ditandai dengan terbentuknya
zona bening disekitar sediaan masker. Dari hasil uji antibakteri didapati semua
sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak daun kemuning merupakan
antibakteri kategori sangat kuat. Sedangkan pada sediaan masker wajah tanpa ekstrak
daun kemuningtidak memiliki zona bening. Daya hambat menurut Garg (2002)
terbagi atas : sangat kuat (zona hambat >20 mm), kuat (zona hambat 10-19 mm),
sedang (zona hambat 5-10 mm), dan lemah (zona hambat <5 mm). Daya hambat
antibakteri pada sediaan masker diatas termasuk daya hambat antibakteri yang
sangatkuat dan sangat baik untuk kulit wajah yang memiliki bakteri Stapylococcus
aureus yang sangat banyak dikulit wajah. Secara umum mekanisme kerja
antimikroba dalam menghambat mikroba adalah: (1) bereaksi dengan membran sel
(2)inaktivasi enzim esensial (3)mendekstruksi atau menginaktivasi fungsi materi
genetik. Terbentuknya zona hambat diduga karena adanya senyawa antibakteri pada
ekstrak daun kemuning. Senyawa tersebut antara lain adalah falvonoid. Flavonoid
dianggap sebagai antibakteri karena kemampuanya dalam membentuk senyawa
kompleks dengan protein sehingga dapat merusak membran sel bakteri yang dapat

Universitas Sumatera Utara


berakibat pada keluarnya makromolekul dan ion dari sel sehingga sel rusak dan
terjadi kematian sel (Rahmi, 2012).
Berikut gambar 4.1 gambar interaksi senyawa pada sediaan masker daun kemuning

Gambar 4.1 interaksi senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’-heksametoksi flavon dengan


kitosan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 interaksi senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’-heksametoksi flavon dengan
tapioka

Gambar 4.3 interaksi senyawa 4’-hidroksi-3,5,6,7,3’,5’-heksametoksi flavon dengan


gliserin

Universitas Sumatera Utara


Ikatan hidrogen yang terjadi antara senyawa pada sediaan masker daun kemuning
dengan protein pada sel menyebabkan struktur protein rusak. Ikatan hidrogen ini
mempengaruhi permeabilitas dinding sel bakteri dan membran sitoplasma, karena
keduanya tersusun atas protein. Tergangunya permeabilitas dinding sel dan membran
sitoplasma akan menyebabkan tidak seimbangnya makromolekul dan ion yang ada
pada sel bakteri, sehingga sel menjadi lisis(Carolia, 2016).

4.5 Hasil Uji Antioksidan


Pada sediaan masker yang mengandung 10 gram ekstrak daun kemuning dilakukan
uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk diperoleh nilai
IC50 dengan dilakukan pengamatan secara spektrofotometer UV-Visible pada
panjang gelombang maksimum 515 nm.
Tabel 4.5. Hasil Uji antioksidan sediaan masker yang mengandung ekstrak daun
kemuning
Sampel Peredaman Radikal DPPH (%) Pada Konsentrasi IC50
Daun (µg/mL) (µg/mL)
Kemuning 10 50 100 200
Ulangan 1 27,30 38,20 47,04 55,59 146,27
Ulangan 2 32,04 39,33 46,88 57,27 137,30
Rata-rata 29,67 38,77 46,96 56,43 141,78

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa sediaan masker mengandung


antioksidan tingkat sedang. Tingkat kekuatan senyawa antioksidan menggunakan
metode DPPH dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 tingkat kekuatan senyawa antioksidan
Intensitas Nilai IC50
Sangat kuat <50 mg/L
Kuat 50-100 mg/L
Sedang 101-150 mg/L
Lemah >150 mg/L
(Armala,2009)

Universitas Sumatera Utara


Senyawa-senyawa polifenol seperti flavonoid dan galat mampu menghambat reaksi
oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging) dengan cara
menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal
bebas sehingga radikal menjadi berkurang (pokorni,2001). Berikut Gambar reaksi
DPPH dengan senyawa hidroksil

Gambar 4.4 Reaksi DPPH dengan senyawa hidroksil (Molyneux, 2004).


Aktivitas antioksidan pada suatu sampel berhubungan dengan kandungan
senyawa bioaktif yang dimiliki sampel tersebut. Senyawa polifenol terdapat pada
ekstrak daun kemuning. Senyawa bioaktif polifenol memiliki lebih dari satu
kelompok hidroksi fenol yang berikatan dengan satu cincin atau lebih cincin
aromatik. Cincin aromatik ini mempengaruhi kestabilan ikatan atom oksigen dengan
atom hidrogen pada kelompok hidroksil. Sifat ini yang menyebabkan golongan
polifenol sebagai salah satu senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan (Nawaly,
2013)
Salah satu faktor penyebab penyakit kulit wajah adalah paparan radikal
bebas. Radikal bebas secara langsung merusak sel-sel kulit. Secara tidak langsung
menurunkan imunitas kulit sehingga memperbesar resiko terkena infeksi kuman.

Universitas Sumatera Utara


Kosmetika anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang
mengandungantioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas. Antioksidan
adalahbahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron yang sangat diperlukan
olehradikal bebas agar tidak menjadi berbahaya (Putro, 1997). Radikal bebas
yangberlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel, dan pada akhirnya
dapatmenyebabkan kematian sel (Ramadhan, 2015).Flavonoida memiliki sifat
antioksidan. Senyawa ini berperan sebagaipenangkal radikal bebas karena
mengandung gugus hidroksil. Senyawa iniberperan sebagai donor hidrogen terhadap
radikal bebas (Silalahi, 2006).
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
c. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.
d. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihatkusam
dan keriput.
b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Mulyawan, 2013).
Sediaan masker yang mengandung ekstrak daun kemuning tersebut
merupakan sediaan masker yang mengandung antioksidan tingkat sedang yang cukup
baik digunakan untuk perawatan kulit wajah.

4.6. Hasil SEM (Scanning Electron Microscopy) Sediaan Masker


Dalam analisis foto SEM dapat diketahui bentuk dan perubahan permukaan dari
suatu bahan. Pada gambar 4.5 menunjukkan bentuk permukaan dari sediaan masker
wajah yang mengandung 10 gram ekstrak daun kemuningyang cukup rata. Ini
disebabkan bahan yang terkandung pada sediaan masker dapat berinteraksi satu
dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.5 Hasil SEM sediaan masker wajah dengan menggunakan ekstrak daun
kemuning

Gambar 4.5 bentuk permukaan sediaan masker wajah tanpa ekstrak daun
kemuning. Gambar ini menunjukkan permukaan yang tidak merata, yang disebabkan
bahan yang terkandung pada sediaan belum dapat melakukan interaksi yang satu
dengan yang lain dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.6Hasil SEM sediaan masker wajah tanpa daun kemuning
Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan,
lekukan, dan perubahan strukturdari permukaan, maka bahan tersebut cenderung
mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan,
dipantulkandan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron
yang dapat ditangkap dan dibaca pada foto SEM (Pardosi,2008).
Pada perbandingan hasil gambar 4.5 dan gambar 4.6 diatas, bentuk
permukaan sediaan masker wajah yang menggunakan ekstrak daun kemuning lebih
baik dari pada bentuk permukaan sediaan tanpa ekstrak daun kemuning. Semakin
rata bentuk permukaan suatu sediaan masker, semakin efektif zat bioaktif bekerja
pada kulit wajah.

4.7 Hasil Analisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red)


Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi komponen pada pembuatan
sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak daun kemuning dan untuk
mengetahui interaksi antara formulasi tapioka, gliserin, kitosan, dan sediaan masker
wajah yang mengandung ekstrak daun kemuning, dapat dilihat pada gambar berikut

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.7Spektrum FT-IR Tapioka
Pada gambar 4.7 spektrum tapioka menunjukkan adanya pita serapan pada daerah
bilangan gelombang 3297,74 cm-1menunjukkan adanya gugus OH dan N-H,. Serapan
pada bilangan gelombang 2927,46 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H.

Gambar 4.8 Spektrum FT-IR kitosan

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 4.8 yang menunjukkan bahwa pita serapan pada daerah bilangan
gelombang 3302,85 cm-1 menunjukkan adanya gugus -OH,-NH2 dari glukosamin dan
–NH- amida dari N-Asetil glukosamin. Spektrum bilangan 2880,84 menunjukkan
adanya gugus C-H.

Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Gliserin


Dari gambar 4.9 yang menunjukkan bahwa serapan pada daerah bilangan gelombang
3295,42 cm-1 menunjukkan adanya gugus –OH, serapan pada daerah bilangan
gelombang 2934,41 cm-1 menunjukkan adanya gugus –CH.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10 Spektrum FT-IR Sediaan masker wajah mengandung ekstrak daun
kemuning
Pada gambar 4.10 pada serapan bilangan gelombang 3349,99 cm -1 menunjukkan
adanya gugus –OH,-NH serapan pada bilangan gelombang 2963,77 menunjukkan
adanya gugus fungsi –CH, serapan pada bilangan gelombang 1701,95 cm -1
menunjukkan adanya gugus C=O.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.11 Spektrum FT-IR tapioka, gliserin, kitosan, dan sediaan masker
Pada gambar 4.11 menunjukkan bahwa pita serapan pada daerah bilangan
gelombang 2800-3000 cm-1 menunjukkan adanya gugus CH pada gliserin, tapioka,
kitosan dan sediaan masker wajah serta pada daerah gelombang 3200-3500 cm-
1
menunjukkan adanya gugus OH pada gliserin, tapioka, kitosan dan sediaan masker
wajah. Hasil FT-IR diatas menunjukkan bahwa adanya interaksi bahan-bahan yang
terdapat pada sediaan masker wajah yang mengandung ekstrak daun kemuning.

4.8 Hasil Pengukuran pH


Hasil pengukuran pH Dari karakteristik pengamatan pada sediaan masker yang
mengandung ekstrak 10 gram, didapatkan hasil pH sebesar 5.53
Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit
untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan
mudah terkena infeksi. Sedangkan pH yang terlalu basadapat menyebabkan kulit
bersisik (Traggono dan Latifah, 1997). Oleh karena itu pH kosmetik sebaiknya sesuai
dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja,1997)

Universitas Sumatera Utara


4.9 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Hasil uji iritasi dari karakteristik pengamatan pada masker dengan ekstrak 10 gram
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.7 Hasil Uji Iritasi Terhadap kulit sukarelawan
pengamatan Sukarelawan
1 2 3 4 5
Kemerah- - - - - -
merahan
Gatal - - - - -
Bengkak - - - - -
Keterangan :
(-) : tidak terjadi reaksi
(+) :kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 5 orang sukarelawan yang
dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker pada belakang daun telinga.
Menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap
parameter reaksi iritasi. Adapun Parameter yang diamati yaitu adanya kulit
kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari Hasil uji iritasi tersebut
disimpulkan bahwa sediaan masker aman digunakan (Tranggono, 2007)
Menurut wasitmaatjaya (1997), uji iritasi kulit yang dilakukan untuk
mengetahuiefek samping pada kulit, dengan memakai kosmetik dibagian lengan atau
belakang telah dibiarkan selama 24 jam. Dari tabel diatas, tidak terlihat adanya efek
samping berupa gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan pada kulit yang
ditimbulkan oleh sediaan

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik terbaik dari dari sediaan masker yang mengandung ekstrak daun
kemuning 10 gram, dengan warna sediaan hitam, bentuk permukaan yang licin, tidak
ada gelembung. Hasil SEM menunjukkan bentuk morfologipermukaan sediaan
masker yang rata.Hasil kuat tarik sebesar 0,55 MPa, Hasil analisa FT-IR terdapat
serapan pada bilangan gelombang 2963.77 cm-1menunjukkan adanya gugus C-H,
serapan bilangan gelombang 3349.99 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan
pada bilangan gelombang 3349,99 cm-1 menunjukkan adanya gugus N-H, dan
serapan pada bilangan gelombang 1701.95 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O,
hasil FT-IR menunjukkan adanya interaksi pada bahan-bahan yang terkandung pada
sediaan masker wajah. Hasil uji PH sebesar 5,53 sesuai dengan PH kulit manusia.

2.Hasil uji aktivitas antibakteri terbaik metode Kirby Bauer dengan menggunakan
bakteri gram positif yaitu S. aureus menghasilkan diameter zona bening sebesar 24,9
mm, merupakan antibakteri kategori kuat. serta uji antioksidan sebesar 141,78 mg/L
merupakan antioksidan kategori sedang, serta tidak didapati adanya reaksi iritasi
terhadap kulit sukrelawan. Jadi, sediaan masker dapat digunakan sebgai masker
perawatan wajah

5.2. Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan
bahan yang lain.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Armala, M. M, 2009. Daya antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
Caudatus . H.B.K) dan Profil KLT. Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Anderson, P.D, 1996 . Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Bourtoom, Thawien. 2008. Plasticizer effect on the properties of biodegradableblend
film from rice starch-chitosan. Songklanakarin Journal of Science
andTechnology, 30(1): 149-165.
Carolia N, Noventi W. 2016. Potensi EkstrakDaun Sirih Hijau (Piper betle L.)
sebagaiAlternatif Terapi Acne vulgaris. JurnalMajority. 5(1): 140-145.
Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya. Jakarta
Darni Y. dan Herti Utami, 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik
dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal RekayasaKimia dan
Lingkungan, 7(4): 88-93.
Dwikarya, M, 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Kawan Pustaka. Jakarta.
Grace, et, al, 2015. Preparation And Evalution Of Herbal Peel Of Mask.American
Journal Of Pharmjech Research, 2015:5(4)
Gontard,N.,Guilbert,S. dan Cuq,J.L, 1993. Water and Glyserol as Plasticizer Affect
Hafdani, F.N. and Sadeghinia. N., 2011. A Review on Application of Chitosan as a
Natural Antimicrobial. World Academy of Science. Engineering and Technology
Jaelani, 2009. Kosmetika Nabati. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Julianti, E. dan M. Nurminah, 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. USU Press.
Medan
Kaban, J. 2007. Studi Karakteristik dan Aplikasi Film Pelapis Kelat Logam Alkali
Tanah Alginat-Kitosan. [Disertasi]. Medan. Departemen Kimia Universitas
Sumatera Utara
Krochta, J.M.; E.A. Baldwin and M.Nisperos-Carriedo (Eds.), 1994. Edible Coatings
and Films to Improve Food Quality. Lancaster: Technomic Pub. Co,Inc.
Lee, C.K, 2013. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin Care. [Thesis].
Department of Cosmetics Science. Taiwan. Chia-Nan University of Pharmacy
and Science

Universitas Sumatera Utara


Lu, J.B, 2010. The Development of Fomula and Quality Control Method for
Tranexamic Acid Hydrogel Mask. [Thesis]. Taiwan. Department of Applied
Chemistry. Chaoyang University of Technology.

Makaryati, Y,R, 2014. Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning (


Muraya Panicilata L) Dan Kulit Manggis ( Garcinia manostana L) Dengan
Metode FTC dan DPPH. Fakultas Farmasi Universitas Muhamdaiyah.
Surakarta.
Menaldi, dkk, 2016. Skin Infection: It’s A Must Know Disease.UB Press. Malang.
Minner,C.S, 1953. Glyserol. Reinhold Publishing Corporation. New York.
Molyneux, P, 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol.
Mulyawan, D., dan Suriana, N, 2013. A-Z Tentang Kosmetik. ElexMedia
Komputindo. Jakarta.
Noormindhawati, L, 2013. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini.Kompas Gramedia.
Jakarta.
Poedjiadi,A, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Pokorny, J., Yanishlieva, N. and Gordon, M., 2001, Antioxidant in Food:Practical
Applications, p. 2, 10-12, 17, 44-45, 101, 107-108, CRC Press,New York.
Prianto, J, 2014. Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit dan Wajah. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Putri, A., 2015. Larvacidal Activity Of Kemuning Leaf Extract (Muraya Panicilata
L) Against Dengue Hemorrhagic Fever Vector. 4:3
Putro, D.S., 1998. Agar Awet Muda. Trubus Agrisarana. Purwodadi.
Priani, E, S., 2015. Formulasi Masker Gel Peel-Off Kulit Buah Manggis.IJPST. 3:2
Ramadhan, P, 2015. Mengenal Antioksidan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rosida, F, D., 2018. Edible Coating dan Film dari Biopolimer Bahan Alami
Terbarukan. Uwais Inspirasi Indonesia. Sidoarjo
Sagala,S.T, 2013. Karakterisasi Pembuatan Edible Film Dari Campuran Tepung
Rumput Laut (Eucheuma sp.) Kitosan dan Gliserin.[Skripsi]. Medan :
Universitas Sumatera Utara, Departemen Kimia.
Silalahi, J, 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarsono, F,D., “ Uji Daya Hambat ekstrak Etanol Daun Kemuning (Muraya
Paniculata L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (Escherichia coli)
Dan Gram Positif (Staphlococcus aureus). Jurnal
Tranggono, R.I., dan Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


Kosmetik.PT.Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.
wan, D., 2013. A-Z Tentang Kosmetik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Wasitaatmadja, S.M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta.
Winarno,F.G, 1992. Pengantar teknologi Pangan. PT.Gramedia. Jakarta.
Wirjosentono,B, 1995. Perkembangan Polimer di Indonesia. Orasi Ilmiah Lustrum 6.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yeom, et, al, 2011. Clinical Efficacy Of Facial Masks Containing Yoghurt And
Opuntia Humifusa Raf. J.Cosmet, Sci. 62, 505-514
Yen,G.C. and Chem.H.T, 1995. Antioxdidant activity of varios tea extract in relation
to heir antimutagenecity Agric Food .Chem. 43:27-32
Zubaidah, Elok., 2017. Pati, Modifikasi dan Karakterisasinya. UB Press. Malang

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kuat Tarik
Adapun perhitungan kuat tarik sediaan masker untuk perhitungan sediaan yang
mengandung ekstrak 10 g
Load = 1.10195 N
Lebar spesimen = 10 mm
Tebal Spesimen = 0,2 mm
Ao = Lebar spesimen x Tebal spesimen
= 10 mm x 0,2 mm
= 2 mm2
Kekuatan tarik (σ) = = = 0,5509 Mpa

Untuk perhitungan sampel 0 g, 15 g, dan 20 g dihitung menggunakan rumus seperti


diatas
Kekuatan tarik (σ) (0 g Ekstrak daun kemuning) = 1.7476 Mpa
Kekuatan tarik (σ) (15 g Ekstrak daun kemuning) = 0,4269 Mpa
Kekuatan tarik (σ) (20 g Ekstrak daun kemuning) = 0,3294 Mpa

Lampiran 2. Perhitungan Indeks Antimikrobial


Adapun Perhitungan Indeks Antimikrobial sediaan masker untuk perhitungan
sediaan yang mengandung ekstrak 10 g
Diameter Sediaan Masker wajah : 5 mm
Diameter Zona Bening : 34,95 mm

Indeks Zona antimikrobial =

= = 3,98

Untuk perhitungan sampel 0 g, 15 g, dan 20 g dihitung menggunakan rumus seperti


Diatas

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Preparasi Sampel

Daun Kemuning yang kering Daun Kemuning yang halus

Lampiran 4. Ekstraksi Sampel

Perendaman sampel

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Hasil Sediaan Masker

Sediaan Tanpa ekstrak kemuning Sediaan menggunakan ekstrak Daun


kemuning

Lampiran 6. Hasil Uji Antibakteri

Universitas Sumatera Utara


Tanpa ekstrak Menggunakan ekstrak

Lampiran 7. Hasil Pengukuran pH

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai