2018
Yolanda, Ade
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4784
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
PEGAGAN (Centella asiatica [L] Urb) TERHADAP
KARAKTERISTIK FILM KITOSAN –
GLUTARALDEHID SEBAGAI
ANTIBAKTERI
SKRIPSI
ADE YOLANDA
140802012
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sains
ADE YOLANDA
140802012
Disetujui di
Medan, Juli 2018
Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si Prof. Dr. Tamrin, M.Sc
NIP. 197404051999032001 NIP. 196007041989031003
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Ade Yolanda
140802012
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
tak terhingga kepada keluarga tercinta, untuk Ayahanda Ikhsan dan Ibunda tercinta
Alhafnizar Siregar, adikku Sandra Khairani, kedua Fika Yuliana, ketiga Muhammad
Fachri Alimuddin terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan materi dan
moril,dan do’a terbaik untuk penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kedapa Bapak Prof.Dr.Tamrin,M.Sc selaku
dosen pembimbing yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi, kepda Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si., M.Si dan Ibu
Dr.Sovia Lenny, S.Si., M.Si selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Kimia
FMIPA USU, Kepada Bapak Prof.Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik, serta kepada Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Kimia yang telah memberikan
motivasi, ilmu dan arahan yang baik selama masa perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Sabarmin Perangin-
angin, M.Si dan kakak Sri Rahayu, S.Si selaku Kepala dan Laboran di Laboratorium
Kimia Dasar LIDA USU. Untuk teman-teman Kimia stambuk 2014, keluarga besar
Laboratorium Kimia Dasar LIDA USU, adik-adik kimia stambuk 2015-2017, serta
sahabat-sahabat terbaik penulis terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat,
arahan, bantuan dan telah menjadi keluarga penulis selama ini.
Semoga Allah melindungi dan mengabulkan Doa kita dan membalas
kebaikan kalian kepada penulis, Amin Ya Rabbal’ Alamain.
Ade Yolanda
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
PEGAGAN (Centella asiatica [L] Urb) TERHADAP
KARAKTERISTIK FILM KITOSAN –
GLUTARALDEHID SEBAGAI
ANTIBAKTERI
ABSTRAK
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INFLUENCE OF VARIATION OF PEGAGAN LEAF EXTRACT
CONCENTRATION (Centella asiatica [L] Urb) TOWARD
CHARACTERISTICS OF CHITOSAN FILM
GLUTARALDEHID AS ANTIBACTERI
ABSTRACT
Research has been done to find out the effect of variation of leaf extract of
pegagan to chitosan-glutaraldehid as antibacterial characteristic. Chitosan film was
made by dissolving in 2% acetic acid, so 2% chitosan solution was obtained. Then
the 2% chitosan solution was varied with the addition of 2% Glycerol, 10% Amylum,
Glutaraldehid 0.5% and Leaf Polyurethane Leaf Methanol Extraction using
Maserasi Extraction Method (1%, 3% and 5%). Based on research done increase the
concentration of leaf extract of Pegagan causing the increase of antibacterial
properties in film. From the crosslinked percentage test the best results are shown by
2% Chitosan film -Gliserol 2% -Glutaraldehid 0.5% - 5% Pegagan extract is
76.19% and the best water absorption test is shown by 2% Chitosan film -
Glycerol2% - Amylum 10% ie 833%, based on FTIR test addition of Leaf Aromatic
Leaf extract yield new functional group C = C at wave number 1620,21 cm-1, and
morphology test using SEM got best result on film Kitosan 2% -Gliserol 2% -
Glutaraldehyde 0.5% where the surface is smooth and flexible.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
PERNYATAAN ORISINALITAS ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR RINGKASAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 4
1.3. Pembatasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Metodologi Penelitian 5
BAB 2 TINJAUANPUSTAKA
2.1. Kitosan 6
2.2. Daun Pegagan 9
2.3. Ikat Silang 11
2.4. Glutaraldehid 12
2.5. Gliserol sebagai Plastisizer 13
2.6. Amilum 15
2.7. Antibakteri 17
2.8. Karakterisasi Polimer 18
2.8.1. Persentase Ikat Silang 18
2.8.2. Daya Serap Air 19
2.8.3. Fourier Transform Infrared 19
2.8.4. Scanning Electron Microscopic 20
2.8.5. Uji Antibakteri 21
BAB 3 METODEPENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat 22
3.2. Alat dan Bahan 22
3.2.1. Alat 22
3.2.2. Bahan 23
3.3. PembuatanEkstrak Metanol Daun Pegagan
(Centella asiatica [L] Urb.) 23
3.4. Pembuatan Kitosan 2% 23
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5. Pembuatan Film Kitosan – Gliserol 2% 24
3.6. Pembuatan Film Kitosan-Gliserol 2%-Amilum 10% 24
3.7. Pembuatan Film Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid 24
3.8. Pembuatan Film Film Kitosan-Gliserol-
Glutaraldehid-Ekstrak Metanol Daun Pegagan 24
3.9. Uji Persentase Ikat Silang 25
3.10. Uji Daya Serap Air 25
3.11. Analisa Gugus dengan FTIR 25
3.12. Analisa Permukaan dengan SEM 26
3.13. Uji Antibakteri 26
3.13.1. Pembuatan Media mueller Hinton Agar (MHA) 26
3.13.2. Pembuatan Stok Kultur Bakteri 26
3.13.3. Pembuatan Suspensi Bakteri 27
3.13.4. Pengujian Aktivitas Antibakteri 27
3.14. Bagan Penelitian 28
3.14.1. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Pegagan
(Centella asiatica [L] Urb.) 28
3.14.2. Pembuatan Kitosan 2% 28
3.14.3. Pembuatan Film Kitosan-Gliserol 29
3.14.4. Pembuatan Film Kitosan-Gliserol-Amilum 29
3.14.5. Pembuatan Film Kitosan- Gliserol- Glutaraldehid 30
3.14.5. Pembuatan Film Kitosan- Gliserol- Glutaraldehid-
Ekstrak Metanol Daun Pegagan 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RINGKASAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Efek farmakologi utama dari pegagan ini diketahui berasal dari kandungan
glikosida triterpenoida yaitu Asiaticoside yang berfungsi meningkatkan perbaikan
dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat,
meningkatkan perkembangan pembuluh darah serta menjaganya dalam jaringan
penghubung (connective tissue), meningkatkan pembentukan mucin (zat utama
pembentuk mucus) dan komponen-komponen dasar pembentuk lainnya, seperti
hyaluronic acid dan chondroitin sulfate, meningkatkan daya kompak (tensile
integrity) dermis (jaringan kulit di bawah epidermis), meningkatkan proses
keratinisasi (pembentukan keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar
kulit, dan meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung.
terutama obat pembalut luka yang lebih alami dalam menghambat pertumbuhan
bakteri yang bersifat patogen.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica Urb. ) terhadap film kitosan-glutaraldehid sebagai antibakteri
2. Bagaimana persentase ikat silang, daya serap air, analisa gugus fungsi, sifat
morfologi film menggunakan SEM, dan uji antibakteri dari film kitosan-
gliserol, kitosan-gliserol- amilum, kitosan-gliserol-glutaraldehid dan kitosan-
gliserol-glutaraldehid-ekstrak daun pegagan
sangat reaktif, sehingga mampuberikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan
negatif. Ikatan ini terjadi pada situselektronegatif di permukaan dinding sel bakteri.
Selain itu, karena –NH2 juga memilikipasangan elektron bebas, maka gugus ini dapat
menarik mineral Ca+2 yang terdapat padadinding sel bakteri dengan membentuk
ikatan kovalen koordinasi. Bakteri gram negatifdengan lipopolisakarida dalam
lapisan luarnya memiliki kutub negatif yang sangat sensitifterhadap kitosan.Dengan
demikian kitosan dapat digunakan sebagai bahan anti bakteri/pengawet padaberbagai
produk pangan karena aman, tidak berbahaya dan harganya relatif murah (Hardjito,
2006).
Ikat silang dapat digunakan dengan baik dalam polimerisasi bahan sintetik
maupun polimerisasi bahan alam. Namun, ketika suatu polimer terikat silang dengan
senyawa agen pengikat silang maka polimer tersebut akan kehilangan beberapa sifat
yang dimiliki oleh monomer penyusunnya. Sifat mekanik agen yang dihasilkan
sangat bergantung pada densitas agen pengikat silangnya. Densitas yang rendah akan
menurunkan viskositas polimer dalam bentuk cairnya. Densitas yang menengah
dapat membuat polimer memiliki sifat elastomer dan daya potensial yang tinggi dan
densitas yang sangat tinggi dapat menyebabkan polimer menjadi sangat keras dan
kaku.
Ikat silang dapat digambarkan sebagai ikatan antara dua rantai polimer yang
bergabung satu sama lain melalui suatu cabang. Ikatan antar polimer ini dapat terjadi
dengan bantuan agen pengikat silang yang jumlahnya 2-12% dari jumlah masing-
masing komponen polimer yang berikatan. Ikat silang kimia dapat terjadi melalui
ikatan kovalen maupun ion. Ikat silang pada suatu polimer dapat mempengaruhi
derajat swelling. Ketika hadir pelarut, suatu polimer ikat silang akan mengembang
pada saat molekul-molekul pelarut menembus jaringannya. Tingkat pengembangan
ini selain bargantung pada tingkat pengikatsilangan, juga bergantung pada afinitas
antara pelarut dan polimer. Ikat silang fisika merupakan ikatan-ikatan silang yang
labil secara termal yakni ikatan-ikatan silang kimia yang putus oleh pemanasan dan
mengikat kembali setelah pendinginan, ikat silang ion termasuk ikat silang fisika
(Stevens, 2001).
Ikat silang dapat terbentuk melalui reaksi kimia yang dipengaruhi oleh panas,
perubahan tekanan, pH, atau radiasi, ikat silang juga dapat diinduksi kedalam bahan
termoplastik melalui paparan sinar elektron, radiasi gamma, maupun sinar uv.
Seringkali, polimer yang terikat silang tidak dapat terurai jika dipanaskan (tidak
meleleh) sehingga bentuknya tidak dapat dirubah kebentuk lain yang disebut dengan
polimer termoset (Muthoharoh, 2012).
Sifat polimer yang dapat ditingkatkan dengan reaksi ikat silang meliputi:
Sifat mekanik seperti tensile strenght
Daya tahan terhadap goresan
Kinerja pada suhu tinggi, seiring dengan peningkatan suhu leleh
Ketahanan terhadap bahan kimia karena kelarutannya rendah dalam pelarut
organik
2.4. Glutaraldehid
Glutaraldehid adalah suatu senyawa organik dengan Rumus Molekul
C5H8O2 / CH2(CH2CHO)2, dengan massa molar 100.12 g mol-1 dan densitasnya
adalah 1.06 g/mL. Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer
pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi.
O O
Gambar.2.4. Struktur Glutaraldehid
H2C OH
HC OH
H2C OH
Gambar 2.5. Struktur Gliserol
Gliserol dapat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam dietil eter, etil
asetat, dan dioksan serta tidak terlarut dalam hidrokarbon (Knothe et al., 2005).
Gliserol terdapat dalam bentuk campuran lemak hewan atau minyak
tumbuhan. Gliserol jarang ditemukan dalam bentuk lemak bebas. Tetapi biasanya
2.6 Amilum
Amilum adalah polisakarida yang memilikimonomer glukosa yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Amilum memiliki kristalbergranula yang
tidak dapat larut dalam airdalam kondisi murni pada temperatur ruanganyang
memiliki bentuk dan ukuran sesuai jenis tanamanannya (Aditya , 2009).
Amlum initidak larut di dalam air, tetapi dapat larut padaasam asetat 1%-2% (
I Gede Sanjaya,2011). Amilum tersusun atas dua polimer utama yaitu amilosadan
amilopektin, juga mengandung protein0,25% dan lemak 0,1%-0,3% (Ashogbon
danAkintayo, 2012). Pemanfaatan amilum masih sangatjarang dikarenakan sifat fisik
dan kimianyayang sulit digunakan secara luas, sehinggadilakukan modifikasi secara
fisika dan kimiamaupun kombinasi keduanya. Modifikasi amilum dapat dilakukan
dengan memotong strukturmolekul dan menyusun kembali strukturmolekul pati
tersebut, mengoksidasi ataumensubstitusi gugus molekul amilum. Beberapamacam
pati memberikan sifat yang berbeda, amilum nasi misalnya, amilum ini memiliki
sifat opaqueyaitu tidak transparan ketika dimasak. Padapembuatan film
biodegradable, amilum digunakan sebagai bahan utama pembuatanfilm karena
sifatnya yang elastis danmenyerupai plastik dari polimer minyak bumi.Amilosa
adalah polimer dari glukosayang tidak larut dalam air, berwujud bubukputih dan
tidak berbau. Amilosa merupakanbagian polimer linier glukosa dengan alfa (1- 4)unit
glukosa. Amilosa memiliki berat molekulyang berbeda, tergantung dari jenisnya.
Amilosa yang terlarut dalam larutan asam lalu tergelatinisasi dan dikeringkan
dankembali menjadi kristalin berbentuk lapisan film. Sedangkan amilopektin
merupakan unit – unit polimerisasi glukosa anhydrous melaluiikatan 1,4 alfa
glikosidik dan ikatan cabang alfa 1,6 pada setiap 20-26 unit monomer glukosa
Amilopektin pada pati memiliki sekitar 200 unit glukosa yang saling berikatan pada
ikatan 1,4 alfa glikosidik yang panjang dancenderung berbentuk heliks. Struktur
cabang amilopektin merupakan hasil enzim yang memecah rantai linier yang
panjang, Kandungan amilosa di dalam pati berkisar 10%-30% sedangkan
amilopektin berkisar 70% - 90% (I Gede Sanjaya, 2014).
CH2OH CH2OH
O O H
H
H
H H
H
-
OH OH
- O O
H OH H OH
CH2OH
O H
H
OH H
- O
H OH
CH2OH CH2OH
O O H
H
H
H H
H
-
OH OH
- O O
H OH H OH
2.7. Antibakteri
Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang
merugikan Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisida bila
kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM.
Mekanisme kerja antibakteri adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan pada dinding sel. Bakteri memiliki lapisan luar yang disebut dinding
sel yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran
protoplasma dibawahnya.
2. Perubahan permeabilitas sel. Beberapa antibiotik mampu merusak atau
memperlemah fungsi ini yaitu memelihara integritas komponenkomponen seluler.
3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat. Suatu antibakteri dapat mengubah
keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat sehingga
merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Penghambatan kerja enzim. Setiap enzim
yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu
penghambat. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme
atau matinya sel (Suryaningrum.S , 2009).
Wg
%DC =
Wo
x 100
Dimana Wg adalah berat film setelah perendaman dan Wo adalah berat kering film
sebelum perendaman ( Muthoharoh, 2012).
me - mo
E = x 100%
mo
Kultur jaringan sel tanaman secara in vitro merupakan salah satu cara untuk
produksi metabolit sekunder, terutama senyawa yang berkhasiat obat yang dapat
menghasilkan senyawa setiap waktu pada kondisi lingkungan yang dapat diatur dan
dimungkinkan pula mengatur proses metabolismenya untuk memperoleh hasil yang
sebesar-besarnya (Sandra, 2000).
METODE PENELITIAN
3.3 Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Pegagan (Centella asiatica [L] Urb.)
Ditimbang sebanyak 300 gram serbuk daun pegagan (Centella asiatica [L] Urb.)
yang telah dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian dimaserasi dengan
metanol sebanyak 1 Liter sampai sampel terendam dan dibiarkan selama 48 jam dan
ditutup dengan rapat lalu disaring menggunakan kertas saring. Pada saat disaring
maka akan diperoleh filtrat dan residu, selanjutnya filtrat yang diperoleh dipekatkan
dengan rotari evavorator untuk memisahkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak
metanol dari daun pegagan.
yang diperoleh ditentukan persentase ikat silang,diuji daya serap air, dikarakterisasi
dengan analisis FT-IR dan analisis SEM dan diuji antibakteri.
Wg
%DC =
Wo
x 100
(1)
Dimana Wg adalah berat film setelah perendaman dan Wo adalah berat kering film
sebelum perendaman.
me - mo
E = x 100%
mo
(2)
Kemudian film diletakkan pada alat ke arah sinar infra red. Hasilnya akan
ditampilkan sebagai kurva bilangan gelombang dari 4000-500 cm-1.
Filtrat Residu
2 gram Kitosan
Kitosan 2 %
50 ml Kitosan 2%
ditambahkan 2 ml gliserol 2%
Film Kitosan-Gliserol
dikarakterisasi
50 ml Kitosan 2%
ditambahkan 2 ml gliserol 2%
Film Kitosan-Gliserol
dikarakterisasi
50 ml Kitosan 2%
ditambahkan 2 ml gliserol 2%
Film Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid
dikarakterisasi
50 ml Kitosan 2%
ditambahkan 2 ml gliserol 2%
Film Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid-
Ekstrak Metanol Daun Pegagan1%
dikarakterisasi
KITOSAN
N N N NH N
H H H H H H H H H H
OH H
H O O H OH GISEROL
O OH
H H
H
O O HO
HO O
AMILUM
dilakukan dengan menghilangkan sejumlah gugus amina melalui reaksi silang namun
tetap mempertahankan gugus amina bebasnya. Reaski ikat silang pada saat
polimerisasi sangat penting untuk menghasilkan jejaring polimer (yang dapat
menyerap air), berikut ini Mekanisme ikat silang antara Kitosan dengan
Glutaraldehid dapat dilihat pada Gambar 4.2
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 4.3. Film (a) Kitosan2%-Gliserol 2%, (b)Kitosan 2% -Gliserol 2% -Amilum
10%, (c) Kitosan 2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid 0,5% (d) Kitosan 2%-Gliserol
2% -Glutaraldehid 0,5%-Ekstrak Metanol Daun Pegagan 1%, (e) ) Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Glutaraldehid 0,5%- Ekstrak Metanol Daun Pegagan 3%, (f)
Kitosan 2%- Gliserol 2%- Glutaraldehid 0,5%- Ekstrak Metanol Daun Pegagan
5%.
Pada gambar diatas terjadi perubahan warna yang signifikan selama proses
pengeringan dimana pada gambar (a) warna yang dihasilkan bening dan ketebalan
menurun, gambar (b) warna yang dihasilkan bening dan film yang dihasilkan lebih
tebal karena kandungan dari film tersebut berupa amilum sehingga menambah
ketebalan dan meningkatkan sifat mekaniknya, gambar (c) warna yang dihasilkan
mengalami perubahan dari bening menjadi kuning kecoklatan, adanya perubahan
warna ini menunjukkan secara visual adanya pembentukan ikat silang antara kitosan
dengan gluataraldehid (Monteiro, 1999), gambar (d) warna yang dihasilkan
mengalami perubahan dari kuning kecoklatan menjadi coklat, ini terjadi karena
penambahan ekstrak 1% sehingga menambah senyawa pada film, gambar (e) warna
yang dihasilkan menjadi coklat kehitaman, pada gambar adanya suatu bercak hitam
menunjukkan bahwa pada ekstrak daun pegagan yang ditambahkan tidak semua
komponen tercampur merata karena berat molekul yang besar dari kandungan daun,
gambar (f) warna yang dihasilkan menjadi coklat kehitaman, pada gambar adanya
suatu bercak hitam menunjukkan bahwa pada ekstrak daun pegagan yang
ditambahkan tidak semua komponen tercampur merata karena berat molekul yang
besar dari kandungan daun.
2 2 - - - 0,1 0 0
2 2 2 - - 0,05 0 0
2 2 - 20 - 0,1 0,05 50
2 2 - 20 1 0,16 0,1 62,50
2 2 - 20 3 0,16 0,1 62,50
2 2 - 20 5 0,21 0,16 76,19
60
40
Derajat ikat silang (%)
20
0
A B C D E F
Gambar 4.4. Grafik Persen Derajat Ikat Silang dari Produk Film Kitosan
Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa persen derajat ikat silang meningkat
dengan penambahan ekstrak daun pegagan. Hal ini disebabkan kandungan dari daun
pegagan seperti halnya senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan bahan
lainnya. Ikat silang sangat berperan dalam menentukan elastisitas. Ikat silang
berfungsi sebagai pengikat bentuk yang memungkinkan terjadinya deformasi elastik
yang sangat besar (Wijayanti,2012). Jaringan yang diharapkan yaitu terbentuknya
rantai sepanjang mungkin dan terikat silang hanya dibeberapa tempat. Dan pada film
Kitosan-Gliserol dan Kitosan-Gliserol-Amilum tidak terjadinya ikat silang karena
film dari bahan tersebut ikut terlarut di dalam pelarutnya sehingga ikatan fisiknya
tidak terbentuk.
4.3 Hasil Uji Daya Serap Air
Sifat ketahanan film terhadap air ditentukan dengan uji swelling yaitu
persentase pengembangan film oleh adanya air (Utomo, 2013). Uji ini dilakukan
untuk menegtahui terjadinya ikatan dalam polimer serta tingkatan atau keteraturan
ikatan dalam polimer yang ditentukan melalui persentase penambahan berat polimer
setelah mengalami penggembungan. Proses terdifusinya molekul pelarut kedalam
polimer akan menghasilkan gel yang menggembung (Kristiani, 2015). Ketahanan
film terhadap air ditandai dengan rendahnya hasil persentase swelling yang dialami
film pada saat penambahan ekstrak. Nilai persentase rasio swelling dapat dilihat pada
tabel 4.2 dan Gambar 4.5
Tabel 4.2. Data Persen Rasio Swelling dari Film Kitosan-Gliserol, Kitosan-Gliserol-
Amilum, Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid dan Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid-Ekstrak
Metanol Daun Pegagan
Kitosan Gliserol Amilum Glutaraldehid Ekstrak Berat Berat Rasio
2% (gr) 2% (ml) 10% 0.5 % (ml) Metanol Awal Akhir Swelling
(ml) Daun Film Film (%)
Pegagan (gr) (gr)
(%)
2 2 - - - 0,04 0,30 650
2 2 2 - - 0,06 0,56 833
2 2 - 20 - 0,04 0,08 100
2 2 - 20 1 0,05 0,11 120
2 2 - 20 3 0,06 0,09 50
2 2 - 20 5 0,04 0,06 50
Gambar 4.5. Grafik Persen Rasio Swelling dari Produk Film Kitosan
Keterangan :
A = Kitosan 2% + Gliserol 2%
B = Kitosan 2% + Gliserol 2% + Amilum 10 %
C = Kitosan 2% + Gliserol 2% + Glutaraldehid 0,5%
D = Kitosan 2% + Gliserol 2% + Glutaraldehid 0,5% + Ekstrak Metanol Daun
Pegagan 1%
E = Kitosan 2% + Gliserol 2% + Glutaraldehid 0,5% + Ekstrak Metanol Daun
Pegagan 3%
Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai persen rasio swelling semakin
F = Kitosan
menurun 2% +bertambahnya
dengan Gliserol 2% +variasi
Glutaraldehid 0,5%
konsentrasi + Ekstrak
dari ekstrak.Metanol Daun
Hal ini dikarenakan
Pegagan
adanya 5%
komponen yang ada didalam daun sehingga mempengaruhi nilai persen rasio
swelling pada film. Komponen yang ada di ekstrak daun pegagan mengalami ikatan
dengan komponen lainnya seperti gliserol yang ditambahkan maka gugus –OH pada
gliserol memungkinkan film untuk berikatan dengan air (Darni, et al. 2009),
sehingga jika adanya gugus –OH yang mengalami ikat silang maka kemampuan
suatu film untuk berikatan dengan air semakin menurun yang ada di film sehingga
struktur pada film menjadi tertutup dan sulit untuk terjadi difusi air. Film dengan
komposisi amilum 10% mengalami rasio swelling meningkat karena adanya gugus –
OH yang bersifat hidrofilik sehingga mampu mengikat molekul air lebih banyak dan
dapat membentuk ikatan hidrogen antara amilum dan air.
4.4 Hasil Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR
Analisa gugus fungsi secara kualitatif dilakukan dengan menginterprestasikan
puncak-puncak serapan dari spektrum inframerah. Analisa ini dikenal sebagai salah
satu tekhnik identifikasi struktur baik untuk senyawa organik maupun anorganik.
Secara teoritis dapat diramalkan frekuensi vibrasi dari berbagai gugus fungsi dalam
suatu molekul. Kemudian dengan cara ekspeimental yang teliti ditemukan frekensi
vibrasi gugus-gugus fungsi tersebut. Maka tersusunlah suatu tabel antara frekuensi
fibrasi dengan gugus fungsi dari berbagai sistem molekul yang dikenal dengan
“Correlation Charts”. Data analisis gugus fungsi Film Kitosan-Gliserol, Kitosan-
Gliserol- Amilum, Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid, Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid-
Ekstrak Pegagan1%, Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid-Ekstrak Pegagan 3%, Kitosan-
Gliserol-Glutaraldehid-Ekstrak Pegagan 5% dengan menggunakan FTIR dapat
dilihat dalam tabel 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 dan 4.8 dan Gambar 4.6
Tabel 4.3. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3448,72
C-H 2924,09
N-H 1566,20
C-O 1157,29
Tabel 4.4. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Amilum 10%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3448,72
C-H 2924,09
N-H 1566,20
C-O 1157,29
Tabel 4.5. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Gluataraldehid 0,5%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3448,72
C-H 2924,09
N-H 1404,18
C-O 1157,29
COO- 1566,20
N-H Stretch 3749,62
Tabel 4.6. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Gluataraldehid 0,5% - Ekstrak Pegagan 1%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3448,72
C-H 2924,09
N-H 1404,18
C-O 1072,42
COO- 1635,64
C=C 1581,63
Tabel 4.7. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Glutaraldehid 0,5% - Ekstrak Pegagan 3%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3394,72
C-H 2924,09
N-H 1404,18
C-O 1064,71
COO- 1689,64
C=C 1620,21
N-H Stretch 3729,62
Tabel 4.8. Bilangan Gelombang Dari Berbagai Gugus Fungsi Pada Kitosan 2%-
Gliserol 2%- Gluataraldehid 0,5% - Ekstrak Pegagan 5%
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
O-H 3394,72
C-H 2924,09
N-H 1404,18
C-O 1064,71
COO- 1689,64
C=C 1620,21
N-H Stretch 3729,62
Pada spektrum FTIR dari Film Kitosan- gliserol menunjukkan adanya gugus O-H
pada daerah serapan 3448,72 cm-1 dan pada bilangan gelombang 2924,09 cm -1
merupakan daerah puncak N-H dari gugus amina dan Kitosan juga mengalami ikat
silang dengan gliserol melalui interaksi antara gugus hidroksil kitosan dan gliserol
oleh ikatan hidrogen( Leceta and Guerrero, 2012), untuk Film Kitosan-Gliserol-
Amilum adanya perubahan serapan baru dengan penambahan amilum 10% adanya
ikatan C-H stretch pada bilangan gelombang 2924,09 cm -1 dan pada gugus fungsi O-
H mengalami vibrasi yang kuat dengan bilangan gelombang 3448,72 cm -1. Untuk
data FTIR pada film Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid menunjukkan daerah bilangan
gelombang 3600-3200 cm-1 yang merupakan gugus O-H yaitu pada 3448,72 cm-1
selain itu daerah bilangan gelombang 1404,18 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus
N-H identik satu sama lain dan adanya penambahan pengikat silang Glutaraldehid
menunjukkan adanya gugus COO- pada bilangan gelombang 1566,20 cm-1, selain
gugus O-H, gugus N-H, dan gugus COO- gugus fungsi lainnya yang terdapat dalam
film ini juga adanya gugus C-O (aldehid) pada bilangan gelombang 1300-1000 cm-1
yaitu 1157,29 cm-1. Dan untuk film Kitosan-Gliserol-Glutaraldehid dengan
penambahan ekstrak pegagan 1%,3% dan 5% terdapat adanya gugus O-H dengan
bilangan gelombang antara 3600-3200 cm-1 dan adanya gugus N-H juga terdapat
ikatan C=C yang menunjukkan adanya kandungan dari daun pegagan yang ikut
bereaksi berupa Asiaticosida (Terpenoid) pada bilangan gelombang sekitar 16500-
1500 cm-1.
menunjukkan telah terjadi perubahan bentuk yang baik saat penambahan pengikat
silang Glutaraldehid sehingga menjadi lebih homogen.
Gambar 4.12 Aktivitas Antibakteri pada Film (a) Kitosan2%-Gliserol 2%, (b)Kitosan
2% -Gliserol 2%-Amilum 10%, (c) Kitosan 2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid
0,5% (d) Kitosan 2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid 0,5%-Ekstrak Metanol Daun
Pegagan 1%, (e) ) Kitosan 2%- Gliserol 2%- Glutaraldehid 0,5%- Ekstrak
Metanol Daun Pegagan 3%, (f) Kitosan 2%- Gliserol 2%- Glutaraldehid 0,5%-
Ekstrak Metanol Daun Pegagan 5%.
Pada uji antibakteri untuk kitosan ditambah gliserol menunjukkan zona
hambat yang tinggi yaitu >20 mm, hal ini menunjukkan aktivitas mikroba yang kuat
(sensitif). Kitosan yang berperan penting karena dapat mencegah aktivitas antibakteri
dengan sifat mengganggu aktivitas membran luar bakteri (Helander, 2001).
Kitosan memiliki gugus fungsional amina (–NH2) yang bermuatan positif yang
sangat reaktif, sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan
negatif. Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel bakteri.
Selain itu, karena –NH2 juga memiliki pasangan elektron bebas, maka gugus ini
dapat menarik mineral Ca+2 yang terdapat pada dinding sel bakteri dengan
membentuk ikatan kovalen koordinasi. Pada Kitosan 2% + Gliserol 2% +
Glutaraldehid 0,5% + Ekstrak Pegagan 5% memiliki zona hambat 19 mm yang
menyatakan bahwa pada ekstrak pegagan 5% memiliki kemampuan dalam
menghambat aktifitas bakteripada kategori aktif karena kandungan metabolit
sekunder pada daun pegagan salah satunya yaitu senyawa flavonoid dan asiaticosida
(Terpenoid) merupakan senyawa yang berperan sebagai antibakteri. Turunan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang
lemah dan segela mengalami penguraian, diikuti penetrasi fenol kedalam sel dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein (Sholehah,2016). Sedangkan pada
ekstrak pegagan 1% dan 3% tidak terdapat aktivitas antibakteri yang optimum dalam
menghambat aktifitas bakteri.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pembuatan Film Kitosan
Glutaraldehid dengan daun pegagan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada penambahan ekstrak daun pegagan untuk konsentrasi 1% dan3% tidak
menunjukkan aktivitas antibakteri, sedangkan pada konsentrasi 5%
menunjukkan aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat yaitu 19 mm
ini menunjukkan pada konsentrasi 5% kandungan dari daun pegagan dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus untuk kategori aktif.
2. Hasil persentase ikat silang, daya serap air, analisa gugus fungsi, sifat
morfologi film menggunakan SEM, dan uji antibakteri dari film kitosan-
gliserol, kitosan-gliserol- amilum, kitosan-gliserol-glutaraldehid dan kitosan-
gliserol-glutaraldehid-ekstrak daun pegagan sebagai berikut :
a) Persentase ikat silang paling besar yaitu 76,19% pada film Kitosan
2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid 0,5% -Ekstrak Pegagan 5% dan
paling terkecil yaitu 0% pada Film Kitosan 2% - Gliserol 2% dan
Kitosan 2% - Gliserol 2% - Amilum 10%.
b) Uji daya serap air paling besar yaitu 833% pada Film Kitosan 2% -
Gliserol 2% dan Kitosan 2% - Gliserol 2% - Amilum 10%. Dan paling
terkecil yaitu 50% pada film Kitosan 2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid
0,5% -Ektrak Pegagan 5%.
c) Uji FTIR dihasilkan perubahan serapan dengan penambahan ekstrak
pegagan pada panjang gelombang tertentu.
d) Uji morfologi menggunakan SEM didapatkan hasil terbaik pada film
Kitosan 2%-Gliserol 2% -Glutaraldehid 0,5% dimana permukaannya
halus dan fleksibel.
e) Pada uji antibakteri terdapat dua film yang memiliki zona bening
yaitu pada Film Kitosan 2%- Gliserol 2% yang memiliki diameter
zona bening 21 mm dan pada Film Kitosan 2%-Gliserol 2% -
Glutaraldehid 0,5% -Ekstrak Pegagan 5% yang memiliki diameter
zona bening 19 mm.
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar meningkatkan berat ekstrak daun
pegagan untuk meningkatkan uji antibakteri yaitu diatas 5%.
2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian secara in-vivo
pada organisme yang diaplikasikan sebagai pembalut luka.
Agustin, Y.E. et al. 2016. Sintesis Bioplastik Dari Kitosan Pati Kulit Pisang Kepok
dengan Penambahan Zat Adiktif. Universitas Surabaya: Surabaya.
Andreas, H., In Gatcher, R., and Muller, H. 1990. PVC Stabilizer and Plstics
Addictives Handbook Publishers, Munich.
Anonymous.2006. Gliserin.www.Pioneethinking.com/glucerine.html
Aravind SR, Nikhil AH, Vinay PR, Chandrashekar BS, Mahendra S, Harishkoushik
SR. An In Vivo Study on Bacterial Colonization With Metal, Ceramic, and
Self-ligating Brackets: A Scanning Electron Microscopy Study. [serial
online] 2013 Apr-June [cited June 2016].
Berg, J.C., and Bhosale, P. (2010). Acoustic Spectroscopy For Colloids Dispersed in
a Polymer Gel System.
Besung, K.I. 2009. Pegagan (Centella aisatica) sebagai alternatif pencegahan infeksi
pada ternak. Jurnal Penelitian Universitas Udayana.
Burkatovskaya, M., Tegos, GP., Swietlick, E., Demidova, TN., Castano, AP &
Hamblin, MR. (2006). Use of chitosan bandage to prevent fatal infections
developing from highly
contaminated wounds in mice. J. Biomaterials.
Darni, Yuli et al. 2009. Peningkatan Hidrofobisitas dan Sifat Fisik Plastis
Biodegrable Pati Tapioka dengan Penambahan Selulosa Residu Rumput
Diaz-Visurraga, J., Melendrez, M.F., Garcia, A., Paulraj, M., and Cardenas, G.,
2010. Semitransparent Chitosan-TiO2 Nanotubes Composite Film for Food
Package Applications. Journal of Applied Polymer Science.
Gupte. S., 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Ketiga. Terjemahan dari The Textbook of
Medical Microbiology, oleh J. E. Suryawidjaja. Binarupa Aksara, Jakarta.
Helander, I.M. 2001. Chitosan Distrupts The Barier Properties of The Outer
Membran of Gram-Negative Bacteria. J Food Microbial.
Henriette, M.C. Azeredo, de Britto, D. and Assis., O.B.G., (2010). Chitosan Edible
Films and
Coating – Review, Embrapa Tropical Agroindustry, Fortaleza.
Herliana, P., 2010. Potensi Khitosan Sebagai Anti Bakteri Penyebab Periodontiti,
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, Teknologi.
Huri, Daman dan Fithri Choirun Nisa. “Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Ekstrak
Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible Film”
Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Jin.C. Gaston Wu, dan Jaung-geng Lin, 2004. Relationship Between Antibacterial
Activity of Chitosan and Surface Characteristics of Cell Wall, Acta
Pharmacol Sin Kamel, N.A. 2017. Chitosan-banana peel powder
nanocomposite for wound dressin aplication.National Research Center:
Cairo.
Kaban J. 2009. Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Kimia FMIPA USU Medan.
Kittur, F.S., K.R. Kumar dan R.N. Tharanathan. 1998. Functional Packaging
Properties of Chitosan Film. Z. Lebesm Unters Forsch A.
Lay, B. W., 1994, Analisis Mikroba Di laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Muharni,2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Tanaman Obat Suku Musi
di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.Artikel Riset: Universitas
Sriwijaya.
Neto, C. G. T., Giacometti, J., Job, A., Ferreira, F., Fonseca, J., & Pereira, M., 2005,
Thermal analysis of chitosan based networks, Carbohydrate Polymers.
Pranoto, Y., Rakshit, S.,and Saloke, V. 2005. Physical and antibacterial properties of
alginate-based edible film incorporate with garlic oil. Food Research
International.
Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap
viabilitas spermatozoa mencit jantan (Mus musculus L.). J. Biosci.
Sanjaya, G.M. 2009. Sintesis Ikat Silang Kitosan dengan Gluataraldehid Serta
Identifikasi Gugus Fungsi dan Derajat Deasetilasinya. Universitas Negara
Surabaya: Surabaya
Sanjaya, I Gede & T. Puspita. 2011. Pengaruh Penambahan Khitosan dan Plasticizer
Gliserol
pada Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati Limbah Kulit Singkong.
Skripsi.
Surabaya: ITS.
Sezer, A.D., Hatipoglu, F., Cevher, E., Ogurtan, Z., Bas, A.L. & Akbuga J. (2007).
Chitosan film containing Fucoidan as a wound dressing for dermal burn
healing. AAPS Pharm.Sci.Tech.
Sinha, V.R., Singla, A.K., Wadhawan, S., Kaushik, R., Kumria, R., Bunsal, K. 2004.
Chitosan Microsphere as A Potential carrier for Drug. International Journal
of Pharmoceutics.
Suryaningrum, S., 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut
Terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Sutardi. 2008. Kajian waktu panen dan pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan
produksi asiatikosida tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban) di
dataran tinggi. Tesis. Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Winarto, W. P., dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan, Tanaman
Penambah Daya Ingat. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran Bahan
Rotari Evaporator
Lampiran Alat
Oven Hotplate
Penangas Air