KARYA ILMIAH
NATANIEL SARAGIH
072409001
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya
NATANIEL SARAGIH
072409001
Disetujui di,
Medan, Juni 2010
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
NATANIEL SARAGIH
072409001
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan karya
ilmiah ini.
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda B. Saragih dan Ibunda N. Hutajulu yang
sangat penulis sayangi dan yang telah memberikan dukungan moril dan
materil, serta dukungan doa yang telah menguatkan penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Kakak penulis Elora Saragih serta adik penulis Nicolas Saragih yang penulis
sayangi, dan yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
membantu penulis meyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
6. Bapak Prof . DR. Harry Agusnar. M.Sc, M. Phil selaku Ketua Program Studi
Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing dan membantu
dalam kelancaran studi penulis.
7. Bapak / Ibu staff pengajar khususnya Program Studi Kimia Industri FMIPA
USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Seseorang yang selalu menjadi motivator bagi penulis sehingga penulis dapat
lebih terpacu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, Hildawati Hutabarat.
9. Teman-teman PKL, Hildawati Hutabarat, Darwis Hutapea, Mestika
Oppusunggu yang menjadi sahabat dalam PKL dan penulisan karya ilmiah ini.
( NATANIEL SARAGIH )
Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas press
sangat mempengaruhi mutu dari minyak kelapa sawit. Proses pengepresan tersebut
dipengaruhi oleh tipe screw press, dan air pengencer. Persentase kehilangan minyak
kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,12 % – 2,90 % dimana nilai tersebut
diambil dari persentase minyak kering yang sudah tidak mengandung air. Persentase
kehilangan minyak kelapa sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik yaitu
3,0 % – 3,7 %.
Abstract
Percentage loss of palm oil from the pulp press influence the quality of palm
oil. Pressing process is influenced by the type of the screw press, screw press working
pressure, and water dilution. Percentage loss of palm oil from the pulp press is 3,12 –
2,90 % where the value is taken from the percentage of oil that had not dry the air.
Percentage loss of palm oil from the pulp press fit standard factory that is 3,0 – 3,7 %.
PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
3.1 Alat 28
3.2 Bahan 28
3.3 Prosedur 29
4.1 Hasil 30
4.2 Perhitungan 30
4.3 Pembahasan 33
5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
Dimurnikan
Kernel Sawit
Ampas (%)
Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas press
sangat mempengaruhi mutu dari minyak kelapa sawit. Proses pengepresan tersebut
dipengaruhi oleh tipe screw press, dan air pengencer. Persentase kehilangan minyak
kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,12 % – 2,90 % dimana nilai tersebut
diambil dari persentase minyak kering yang sudah tidak mengandung air. Persentase
kehilangan minyak kelapa sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik yaitu
3,0 % – 3,7 %.
Abstract
Percentage loss of palm oil from the pulp press influence the quality of palm
oil. Pressing process is influenced by the type of the screw press, screw press working
pressure, and water dilution. Percentage loss of palm oil from the pulp press is 3,12 –
2,90 % where the value is taken from the percentage of oil that had not dry the air.
Percentage loss of palm oil from the pulp press fit standard factory that is 3,0 – 3,7 %.
TINJAUAN PUSATAKA
Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut
berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa
sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak
diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan
menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini
Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke
mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di Musi
Hulu.
Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit
(Asahan).
meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai
Pada tahun 1947 pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari
Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil
ahli oleh pemerintah Indonesia. Namun milil perusahaan Inggris, Perancis, Belgia dan
Pada masa pemerintah Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar,
karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik. Akibatnya produksi sangat
minyak sawit nomor satu terbesar semenjak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia
cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari
yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber
devisa. Disamping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng
yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga
stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan
telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak sawit Indonesia pada
Penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng pada tahun 1985
tercatat telah mencapai 55,3% atau meningkat 27 % per tahun. Saat ini minyak goreng
merupakan penyerap utama konsumsi minyak dalam negeri yaitu mencapai 70 % dari
jumlah yang dipasarkan dalam negeri. Industri lain yang menggunakan minyak kelapa
sawit ini adalah industri margarine, sabun dan industri kimia lainnya.
sawit di Indonesia di masa mendatang harus mengacu pada potensi keragaman yang
dimiliki oleh minyak sawit itu sendiri. Dan industri minyak sawit di Indonesia dapat
pengembangan industri hilir. Pemerintah Indonesia dewasa ini telah bertekad untuk
menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri nonmigas yang handal.
kelapa sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970-an sehingga
hingga 1993 adalah Malaysia (50 % dari produksi dunia), sedangkan Indonesia hanya
Indonesia yang menempati posisi kedua setelah Malaysia relatif masih jauh
tertinggal terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sampai
saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau
Crude Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang
merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-
varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah; atau
juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain
mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini
kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan
jenis yang lain . Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga
betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon
induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan
varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat
ini. Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya sangat tipis
sekali.
5. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
diwikka-tenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai
terdapat pada variretas Tenera yaitu sekitar 22 – 24 %, sedangkan pada varietas Dura
antar 16 – 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung
rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.
Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa
Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi
perkebunan.
2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini
3. Albescens
menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga
jarang.
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina
dengan varietas pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang
kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. (Tim Penulis,
2000)
Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H dan O.
Minyak ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang
seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam
miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun
dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat
(11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak
Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang
membantu trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua
jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit
dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak
H H
H H
Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan,
titik cair, titik didih, titik pelunakan, slipping, shot melting point; bobot jenis, indeks
bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak ditentukan oleh
adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak
dan trigliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya
asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
Tabel 2.1 Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk mementukan minyak
yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan
bilangan peroksida.
Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen ,
bebas dari warna merah dan kuning, tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan
logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. ( Ketaren, 2008 )
2.4.1 Penimbangan
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun pabrik biasanya dilakukan
mengunakan truk dan trailer yang ditarik dengan wheel tractor. Setiap truk atau trailer
yang sampai di pabrik harus ditimbang Toledo (timbangan) pada saat berisi (bruto)
dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat
Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS
yang masuk kedalam pabrik. Karena itu , perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan
pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh
kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga.
Sortasi dilakukan sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam fraksi
sebagai berikut :
2. Fraksi 1 = mentah
Selain itu, dalam sortasi juga harus dicatat persentase tangkai panjang,
loading and storage ramp. Setiap bays dari loading ramp dapat menampung TBS
sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya
dengan cara menyiram air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim kestasiun rebusan dengan cara ditarik
sterilizer.
dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan
uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atm dengan
suhu uap 1250 C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan
perebusan hingga temperatur 500 C selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari
tinggi.
dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karenanya,
Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena
minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat
nonlemak.
Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat
dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji
Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan normal sebagai
berikut :
udara 2 menit.
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan
kedalam alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage.
Proses pemipilan. Brondolan yang keluar dari dari bagian bawah pemipil dan
Sementara, janjang kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh
Alat pemipil buah berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah
direbus. Buah yang telah direbus menunjukan brondolan yang masih berada diantara
pemipilan yang baik maka kehilangan minyak yang tinggi. Oleh sebab itu perlu
Alat pemipil yang umum digunakan pada pabrik kelapa sawit ialah berupa tromol
pemipil dengan dinding berbentuk silinder berdiameter sekitar 2 m dan panjang 4-5m ,
dengan kapasitas per unitnya 25-35 ton TBS per jam. Kecepatan putaran dari tromol
pemipil harus ditentukan secara tepat untuk mencapai efek pemipilan yang optimal.
Tandan yang dipipil tidak boleh hanya berguling saja pada bagian bawah dari dinding,
tetapi tetap melekat pada dinding silinder yang sedang berputar. Kecepatan putaran
harus sedemikinan rupa sehingga semua tandan berulang kali terangkat setinggi
mungkin pada dinding silinder untuk kemudian jatuh. Dengan demikian, akan
Sudut elevasi teromol dibuat sedemikian rupa sehingga tandan yang ditebah
adanya kisi-kisi tersebut diatas, berondolan dan kelopak yang sudah dilepas akan
segera dipisahkan dari lingkungan tandan yang sedang ditebah, dengan maksud agar
kehilangan minyak sebagai minyak yang terisap dalam tangkai tandan kosong.
(digester). Muatan bejana peremas (digester) harus dijaga konstan dan tetap penuh.
Oleh karena itu kapasitas dan jam kerja penebahan diatur seimbang dengan kapasitas
pengempaan.
oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga buah
bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu banyak
diatas tulang pengumpanan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan
daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dapat dengan mudah
dipisakan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Alat yang
digunakan untuk pengadukan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan
Buah dipanaskan pada suhu yang tinggi sambil diaduk dalam suatu bejana
silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang
tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk
sehingga buah yang diaduk di dalamnya menjadi hancur karena diremas akibat
gesekan yang timbul diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel.
dalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari
ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kedalam
pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit,
2.4.8 Klarifikasi
Minyak yang keluar dari crude oil tank segera diklarifikasi di instalasi-instalasi
Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge (Lumpur, air, dan
kotoran lainnya). Di sini, minyak dipisahkan dari sludge berdasarkan perbedaan berat
jenis (minyak berada dibagian atas). Minyak bersih dari Continous tank dialirkan ke
Top Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak
penampung sebelum minyak masuk ke oil puriffier. Temperatur pada tank ini
mencapai 90-950 Csehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan
kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin.
3. Oil Puriffier
Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan berat jenis dan gaya-
gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan air yang berat
jenisnya lebih berat dari pada minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang ada di
4. Vacum Drier
Minyak yang sudah bebas air dipompakan ke tangki penimbunan melalui flow meter.
5. Sludge Tank
Sludge yang keluar dari continous tank masih mengandung minyak dan diolah
lagi untuk diambil minyaknya dengan cara memanaskan hingga mencapai 80-900.
6. Vat Pit
Sludge yang keluar dari sludge centrifuge masih mengandung minyak. Sludge
ini bersama air pencuci mesin centrifuge dikumpulkan dalam vat pit untuk diambil
remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil – kecilnya. Untuk ini umumnya telah
dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai buah Tenera.
Di dalam suatu selinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir
dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu
konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur
dalam kempa atau berdasarkan pemakaian listrik. Dinding silinder secara terus
menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga ke dalam massa disemprotkan uap.
Kapasitas dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan
kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji
yang pecah dalam kempa. Oleh Karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi
antara ke dua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada
Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka
perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji
bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian
minyak yang terperangkap diantara celah biji – biji, sehingga tidak terkuras ke luar
dari kempa, akan lebih banyak. Selain hampir tidak menerima gaya kempa, sehingga
minyak yang tersisa dalam serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula.
Menurut pengalaman, kempa ulir cocok untuk TBS yang mempunyai perbandingan
pecah terhadap jumlah biji tergantung pada banyak faktor. Untuk kempa tertentu
(buatan atau bentuk rancangan ulir tertentu) akan diperoleh persentasi biji pecah
tertentu untuk kehilangan minyak tertentu, sepeti yang tertulis dalam tabel berikut :
Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang jelas antara komposisi ampas
kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan minyak dalam serabut, tebal
a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi biji
menurut pertambahan torque, dan pada waktu sama jumlah biji pecah
meningkat.
c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi inti
Ada beberapa tipe kempa ulir, namun prinsip kerjanya adalah sama, dengan
kapasitas normal 10 atau 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu bekerja
dengan kapasitas berubah – ubah antara 6 – 20 ton TBS/ jam tergantung pada keadaan,
Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu
Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang
berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed
screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan
dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam
screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika
kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat
kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan fed screw, karena
tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw
press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam
pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.
perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan
Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang
menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki
kemampuan press yang berbeda – beda, dimana alat press yang double shaft umumnya
dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw
adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung
pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai
untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada
Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan
dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan
persentasi biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press,
bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone
yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan
Kerusakan cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa di
perbaiki, dengan melakukan pengaturan pada panel board yang mengatur amper yang
masuk, hal ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continuos pressing dan
terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada
electromotor dan cone yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang
stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press
ganjalan –ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan
bahan baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada
screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan tertinggi
dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran screw
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan
mekanis.
antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Dengan cara ini satu dengan
lainnya saling mengurangi lonjakan – lonjakan tekanan baik keadaan adonan maupun
c. Air pengencer
Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat.
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari
atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer yang diberikan
tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah
air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak
i. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor (CBC). Hal ini
ii. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa
alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut,
misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam
maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 – 1,65 M3.
Suhu air yang terdapat pada hot water tank tidak tercapai, maka dilakukan
pemberian steam langsung kedalam screw press. Cara ini tidak dibenarkan, karena
terjadi kerusakan mutu minyak yakni derajat bleachability yang jelek yang dapat
diketahui dari nilai DOBI yang menurun. Oleh sebab itu disarankan agar pemakaian
melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam hot water tank. ( Ponten
Naibaho, 1996 )
3.1 Alat
− Cawan Petridisk
− Soklet Besttech
− Timbel
− Tang penjepit
− Kapas
− Oven Memmert
− Erlenmeyer Phyrex
3.2 Bahan
− Ampas press
− N-hexana
1. Diambil ampas press dari stasiun pengepresan dan ditimbang sebanyak 500 g,
dan dipisahkan antara ampas, biji utuh, biji pecah, inti utuh, inti pecah dan
cangkang.
5. dikeluarkan ampas press dari oven dengan memakai tang penjepit dan
kapas.
8. Ditimbang labu gelas kosong lalu diisi dengan N-hexana 250 ml.
11. Didestilasi N-hexana yang telah bercampur dengan minyak sampai minyak dan
N-hexana terpisah.
12. Dimasukan labu gelas yang berisi minyak kedalam oven dengan suhu 1050 C
selama 2 jam.
13. Dikeluarkan labu gelas dari dalam oven, kemudian dimasukan kedalam
4.1 Hasil
Kadar
Tekanan Kadar
Berat Biji
No Adjusting Cone Minyak
Sampel (gram) Pecah
(psi) (%)
(%)
1 400 10 5,82 1,02
2 420 10 5,45 1,51
3 440 10 4,92 1,87
4 460 10 4,41 2,11
5 480 10 3,78 2,47
6 500 10 3,12 2,88
7 520 10 2,90 3,06
8 540 10 2,67 3,11
9 560 10 2,31 4,35
10 580 10 1,86 4,67
11 600 10 1,42 5,12
4.2 Perhitungan
Dari tabel di atas maka dapat dihitung kadar minyak dalam ampas press yang
dinyatakan dalam persen massa. Persentase kehilangan minyak dapat dihitung dengan
massa minyak
% minyak = x 100 %
massa sampel
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kehilangan minyak pada ampas press
semakin kecil apabila tekanan pada screw press diperbesar. Untuk itu, dapat dicari
Oleh sebab itu untuk mengetahui berapa besar pengaruh persentase kehilangan
Y = a + bX + cX2
1. ∑ Y1 = n a +b ∑ X1 + c ∑ X12
Dengan meyelesaikan ketiga persamaan di atas, maka dapat diperoleh harga a, b, dan
c yaitu
a = 7810,56
b = 1,455
c = 0,0279
Dari hasil persamaan diatas maka dapat penambahan tekanan (X) yang dilakukan
terhadap screw press akan memperkecil kadar kehilanagn minyak dalam ampas
pengepresan (Y).
11(61285,8) − (5500)(130,82)
{11(2794000) − (5500) }{11(1953,562) − (130,82) }
r=
2 2
r=
- 45366,2
46017,9296
r = -0,98584
Titik yang paling berpengaruh terhadap efisiensi pemisahan minyak pada unit
screw press adalah pemilihan tekanan yang optimal untuk memperoleh hasil ekstraksi
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh persamaan garis regresi parabola
kuadratik
Dari hasil analisa didapat korelasi negatif antara tekanan adjusting cone X dan
persentase kehilangan minyak dalam ampas press Y sebesar 98,58 %. Persamaan ini
menghasilkan kadar kehilangan minyak yang kecil tidak begitu saja dapat dilakukan
karena terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan ialah persentase atau kadar biji
pecah tinggi. Sehingg pemilihan tekanan kempa yang optimal merupakan korelasi
antara kadar biji pecah dan kadar minyak dalam ampas presan.
Pada tabel persentase kehilangan minyak terkecil yaitu 1,42 % dengan tekanan
600 psi, namun hasilnya kurang baik karena kadar biji pecahnya sangat tinggi yakni
5,12 %. Pemakaian yang paling sesuai dari korelasi kedua hal diatas sebaiknya pada
tekanan 500–520 dimana kadar kehilangan minyak 3,12 % – 2,90 % dan kadar biji
data tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tipe screw press, tekanan kerja
Tipe screw press yang baik adalah tipe Speichim yang memiliki feed screw,
sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan
adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Penggunaan feed screw akan menimbulkan
pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Persentase kehilangan
minyak dalam proses pengepresan bisa dikurangi dengan memberikan perhatian yang
Berdasarkan tekanan kerja screw press, diperhatikan pada dua faktor yaitu
tekanan lawan dan stabilitas tekanan. Menurut faktor tekanan lawan, menurunkan
kadar minyak dalam ampas, tekanan lawan dilakukan dengan menaikan tekanan
dengan mengatur cone, namun hal ini dapat menyebabkan ditemukan persentase biji
pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan srew press, bahkan dapat
menyebabkan kebekaran electromotor screw press. Sedangkan jika tekanan kerja cone
yang rendah akan menghasilkan ampas dan kadar minyak yang tinggi dan jumlah biiji
pecah sedikit. Oleh sebab itu pengoprasian screw press harus benar-benar
cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki. Selain
tekanan lawan, stabilitas tekana juga harus diperhatikan dengan cara melakukan suatu
sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Sehingga
akan memperkecil kehilangan minyak pada ampas, dengan meratanya adonan masuk
kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak
sangat tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Jumlah air pengencer yang diberikan
menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap
kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendemen minyak 22%
dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/ jam maka air yang semprotkan sebagai air
mniyak pada ampas press, harus benar-benar diperhatikan dan diperhitungkan dengan
Proses ekstraksi dengan menggunakan screw press lebih baik dari pada proses
ekstraksi dengan cara lain. Proses ekstraksi dengan screw press tidak membutuhkan
biaya yang besar untuk membeli pelarut dan ampas press yang didapat langsung
serabut-serabut kecil dalam jumlah yang lebih sedikit. Selain itu, pada proses ekstraksi
menggunakan screw press buah kelapa sawit yang berupa bubur yang masuk kedalam
yang terdapat pada ampas press dilakukan proses pemisahan secara sokletasi. Pelarut
sehingga bisa melarutkan minyak yang juga berupa bahan non polar.
5.1 Kesimpulan
1. Tekanan screw press yang paling sesuai digunakan yaitu pada tekanan 500-520
5.2 Saran
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya Pengolahan Kelapa Sawit. Cetakan
Pertama. Jakarta. Agromedia Pustaka.
I. LOSIS MINYAK
1 Katekoppen (USB) % max.2
2 Kadar buah dalam janjangan kosong (USF) % max.2
3 Kadar minyak ZB air rebusan % max.0.70
4 Kadar minyak ZB janjangan kosong % 1,5 - 1,8
5 Kadar minyak ZB dalam ampas press % 3,0 - 3,7
6 Kadar minyak ZB dalam biji press % max.0,80
7 Kadar minyak ZB dalam air buangan decanter/ % max.1,00
sludge separator MT.3000 % -
MT.6000 % -
MT.8000 % -
8 Kadar minyak ZB dalam Solid Ex. Decanter % 3,0 - 3,5
9 Kadar minyak ZB buangan Fat-Fit % max.0.70
Total Lossis Minyak terhadap TBS % max.1.65
II. LOSIS INTI
1 Kadar inti pada tandan kosong % 0,5 - 1,20
2 Kadar inti pada Fibre Cyclone % max.1,20
3 Kadar inti pada LTDS I/II % max.2,00
4 Kadar inti pada H. Cyclone / C. Bath % max.4,00
5 Kadar inti pada Wet Sheel % max.4,00
Total Lossis Inti terhadap TBS % max.0.50
III. PENILIKAN PABRIK
A. Ripple Mill
1 Biji utuh % max.2,00
2 Biji pecah % max.3,00
3 Effisiensi Ripple Mill % Min.95
4 Kadar kotoran Wet Kernel % max.6,00
5 Kadar kotoran Dry Kernel % max.6,00
B. Komposisi Crude Oil
1 Kadar minyak % min. 50
2 Kadar air % max.40
3 Kadar NOS % max.10
IV. TEMPERATUR
1 Sand trap filter ( oC ) min.90
2 Crude Oil tank ( oC ) min.90
o
3 Vertical/horizontal clarifier tank ( C) min.90
o
4 Oil Tank ( C) min.90
5 Sludge tank ( oC ) min.90
6 Minyak Produksi ( oC ) 45 - 55
5
Kadar Minyak Dalam Ampas (%)
0
400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600
Tekanan Pada Screw Press (kg/cm )
5
Kadar Kehilangan (%)
0
400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600
Tekanan Pada Screw Press (kg/cm )