Oleh :
DIKY DINALDI
18.01.034
ii
Lembar Pengesahan Pembimbing PKL
iii
Surat Keterangan Selesai PKL
iv
Lembar Pernyataan Mahasiswa
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
kerena penulis menyadari betapa besar berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan I di PT. Socfin Indonesia
PKS Tanah Gambus. Penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan I ini adalah syarat
kelulusan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studinya pada Program Studi
Teknik Kimia Politeknik LPP Yogyakarta.
Penulis menyadari laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak akan selesai
jika tidak ada bantuan, bimbingan maupun dukungan dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyusun laporan ini, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Orang tua kami, yang telah memberikan bantuan moril dan materi.
2. Bapak Ari Wibowo, S.T. M.Eng, selaku Direktur Politeknik LPP Yogyakarta.
3. Bapak Frans Tambunan, selaku Manager PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah
Gambus.
4. Bapak Fathur Rahman Rifai, ST, M.Eng selaku Kaprodi Teknik Kimia
Politeknik LPP Yogyakarta.
5. Bapak Adji Indra Prapantja selaku Tekniker I POM.
6. Bapak Donald Napitupulu selaku Pembimbing PKL I dan menjabat sebagai
Tekniker II POM.
7. Seluruh Asisten dan Karyawan PKS Tanah Gambus atas kerjasamanya
membantu penulis dalam melaksanakan PKL I.
Penulis berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
Mahasiswa Politeknik LPP Yogyakarta demi kemajuan pendidikan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
II.8 Standar Norma Operasional Pabrik ........................................................... 14
II.9 Kinerja Produksi Pabrik ............................................................................ 15
II.10 Kapasitas Pembangkit Uap dan Listrik ...................................................... 15
BAB III TINJAUAN KHUSUS ......................................................................... 17
viii
III.4.15 Analisa Umpan Separating Tank ......................................................... 100
III.4.16 Analisa Crucking Effect pada Ripple Mill ........................................... 100
III.4.17 Analisa Kadar Kotoran pada Kernel Vibrating ..................................... 100
III.4.18 Analisa Kadar Kotoran pada Kernel dryer ........................................... 101
III.4.19 Analisa Kadar Kotoran Inti Kelapa Sawit ............................................ 102
III.5 Unit Pengolahan Limbah ........................................................................ 103
3.5.1. Limbah Padat .............................................................................. 103
3.5.2. Limbah Cair ................................................................................ 103
3.5.3. Limbah Gas ................................................................................. 104
3.5.4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ............................... 104
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................. 106_Toc21866100
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3. 38 (a) Kernel Hydrocyclone dan (b) Shell Hydrocyclone ................... 69
Gambar 3. 39 Shell Grading............................................................................... 70
Gambar 3. 40 Claybath ...................................................................................... 71
Gambar 3. 41 Peralatan Kernel Silo ................................................................... 72
Gambar 3. 42 Boiler MIMIC Diagram ............................................................... 74
Gambar 3. 43 (a) IDF, (b) TAF, (c) SAF dan (d) CAF ....................................... 74
Gambar 3. 44 (a) Dust Collector dan (b) Chimmey ............................................. 78
Gambar 3. 45 Water Basin ................................................................................. 81
Gambar 3. 46 Sand Filter ................................................................................... 82
Gambar 3. 47 Tower Water ................................................................................ 82
Gambar 3. 48 Unit Kation .................................................................................. 83
Gambar 3. 49 Gasifier........................................................................................ 83
Gambar 3. 50 Unit Anion ................................................................................... 84
Gambar 3. 51 Feed Water Tank.......................................................................... 85
Gambar 3. 52 Pengambilan Sampel Uji FAA ..................................................... 89
Gambar 3. 53 Pengambilan Sampel Uji Kadar Air Keluaran (a). Vacum Drier dan
(b). Oil Tank................................................................................ 90
Gambar 3. 54 Centrifuge .................................................................................... 91
Gambar 3. 55 Pengambilan Sampel Analisa Kadar Minyak Secara Sentrifugal (a)
masukan vibrating screen (c) masukan bak dekantasi (d) solid
phase decanter (e) water phase decanter (f) oil phase decanter (g)
masukan fat fit (i) keluaran fat fit................................................. 92
Gambar 3. 56 (a) Kolam Limbah dan (b) Saluran Limbah ................................ 103
xi
DAFTAR TABEL
xii
ABSTRAK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II.5 Struktur Organisasi Pabrik dan jumlah tenaga kerja per stasiun Serta Tugas
Dan Wewenangnya
2. Asisten Kepala
a. Membantu pengurus mengawasi semua prosedur pekerjaan lapangan.
b. Membuat perencanaan pekerjaan harian dan bulanan dilapangan
berdasarkan pedoman dari pengurus perusahaan.
3. Tekniker I
a. Menjaga dan memperbaiki mutu produksi.
b. Memelihara keadaan pabrik, instalasi, alat-alat, perumahan dan bangunan
milik perusahaan serta pengiriman hasil produksi.
c. Mengawasi pengolahan agar berjalan efisien baik dari segi proses maupun
dari segi biaya.
d. Membuat dan merencanakan program investasi setiap tahun dalam bidang
teknik.
8
4. Tekniker II
a. Membantu tugas tekniker I.
b. Mengawasi secara langsung kelancaran proses produksi dalam pabrik.
c. Memberi instruksi dan petunjuk kepada mandor atau operator/karyawan
untuk kelancaran proses produksi.
d. Mengambil alih fungsi Tekniker I pada waktu Tekniker I tidak di
tempat/berhalangan.
e. Mempunyai garis komando langsung.
f. Bertanggung jawab kepada Tekniker I.
5. Kerani I
a. Ukur dan hitung produksi.
b. Isi buku produksi ( Croop Book ) MKS / IKS
c. Isi / ketik berita acara pemeriksaan persediaan MKS / IKS akhir bulan.
d. Isi / ketik laporan MKR.
e. Ketik laporan waktu tiba buah di pabrik
f. Ketik laporan pengangkutan buah.
g. Ketik laporan kapasitas angkut rata-rata / unit / hari.
h. Ketik laporan pemeriksaan alat-alat berat.
i. Ketik laporan pemeriksaan ketel uap.
j. Isi / ketik laporan statistik bulanan perkebunan.
k. Buat surat-surat pabrik POM.
l. Pengarsipan surat.
m. Laporan tahunan.
9
Struktur tenaga kerja pabrik di PKS Tanah Gambus terdiri dari Pengurus yang
membawahi Tekniker I selanjutnya Tekniker II bertanggung jawab kepada
Tekniker I dan membawahi mandor dan mandor mengkoordinasi kepada setiap
karyawan per stasiun.
Untuk mendukung kelancaran operasional pabrik, PKS Tanah Gambus
mempunyai tenaga kerja/karyawan sebanyak 127 orang.
Karyawan pelaksana terdiri dari :
1) Karyawan Pimpinan = 4 orang
2) Karyawan Bagian Kantor = 4 orang
3) Karyawan Pengolahan
a) Mandor MKS = 2 orang
b) Mandor IKS = 2 orang
c) Timbangan = 2 orang
d) Loading Ramp = 6 orang
e) Rebusan = 4 orang
f) Capstand = 4 orang
g) Hoisting crane = 2 orang
h) Pressan = 2 orang
i) Klarifikasi = 4 orang
j) Kernel = 6 orang
k) Balen Janjang Kosong = 2 orang
l) Fat pit = 2 orang
m) Op. W. Tractor Langsir = 4 orang
n) Bak Limbah = 1 orang
o) Water treatment = 2 orang
p) Mandor Boiler = 1 orang
q) Boiler = 6 orang
10
Produk samping:
1) Fiber (Serabut) Dan Cangkang Kelapa Sawit
a) Fiber (Serabut) kelapa sawit adalah bagian terluar dari kelapa sawit yang
mengandung minyak, setelah melalui proses pengolahan dan diambil
minyaknya maka serabut akan menjadi kering dengan Nilai Kalor
2.770,544 kkal/Kg, sehingga serabut dapat dijadikan sebagai bahan bakar
utama boiler (75% dari kebutuhan).
b) Cangkang kelapa sawit adalah bagian keras yang terdapat pada buah
kelapa sawit yang berfungsi melindungi isi atau kernel dari buah sawit,
cangkang kering memiliki Nilai Kalor 3.881,15 kkal/Kg sehingga
cangkang yang telah terpisah dari intinya dan kering kemudian
dimanfaatkan sebagai bahan bakar tambahan boiler (25% dari
kebutuhan) dan sebagian dijual ke konsumen.
5) Jumlah : 1 Unit
6) Kapasitas : 20 Ton/jam
7) Steam Outlet : Superheated Steam
8) Steam Temperature Max : 270 °C
9) Feed Water Temperature Max : 80-90 °C
10) Air Temperature : 25-30 °C
11) Tekanan Kerja : 20 bar
12) Tekanan Maksimum : 34 bar
2. Turbin
1) Merk : Allen KKK
2) Type : CF-5-GS
3) Tahun Buatan : 1980
4) Jumlah : 2 Unit
5) Tekanan Uap Masuk : 19-20 Kg/cm2
6) Tekanan Uap Keluar : 3,1 Kg/cm2
7) Konsumsi Steam : 23-27 Kg/kW
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Incinerator lori
Tandan Kosong
lumpur minyak
Sludge Tank
Fase Minyak Oil Tank
Decanter
Solid Container Fase Solid Oil Vacuum
Fase Air
Decanting Tank
CPO Daily Tank
Vertical Dekantasi
Boiler
Screw Press
Cangkang
Polishing drum Inti pecah
Depericarper
Shell Separator Claybath
Biji
Biji bulat
Nut Silo Biji bulat
Fase Air Cangkang
Biji kering
Inti Inti pecah
Nuts Size grading
Shell
Ripple Mill Kernel Tank Shell Tank Hydrocyclone
Inti dan
Cangkang Biji bulat
Cangkang
Kernel Hydrocyclone Inti
Inti Inti pecah
Kernel Dryer
Kernel container
Gambar 3. 6 Capstand
Bagian-bagian Capstand : Spesifikasi Capstand :
a) Elektromotor a). Jumlah : 2 unit
b) Kopling b). Panjang Tali : 45 meter
c) Gearbox c). Elektromotor : 7,5 HP
d) Roller penarik
e) Tali manila
III.1.4 Sterillizer
Sterillizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus
TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated steam (uap
basah) dengan tekanan 2,3–2,8 kg/cm2 dan suhu 120–140oC yang diinjeksi dari
Back Pressure Vessel (BPV) untuk mencapai suatu kondisi tertentu pada buah yang
dapat digunakan untuk pencapaian tujuan proses berikutnya.
Dimana :
S = Jumlah sterilizer yang ada di Pabrik
N = Jumlah Lori yang dapat ditampung dalam 1 tabung rebusan
C = Kapasitas / isi masing-masing lori
T =Waktu perebusan (Steam Time + Waktu buka dan tutup Rebusan)
3) Tutup pintu bagian belakang dan depan rebusan dengan rapat sampai
batas engsel kunsi kemudian kunci pintu rebusan.
4) Tutup valve blowdown steam.
5) Pasang kertas grafik recorder dan periksa tinta recorder.
6) Buka valve steam inlet sampai tekanan2,3 kg/cm2 (puncak pertama).
7) Setelah dicapai tekanan 2,3 kg/cm2, tutup steam dari kran inlet,
kemudian blowdown steam dengan cara membuka valve blowdown
sampai tekanan 0,5 kg/cm2.
8) Tutup valve steam blowdown.
9) Buka valve steam inlet sampai tekanan 2,5 kg/cm2 (puncak kedua).
10) Setelah dicapai tekanan 2,5 kg/cm2, tutup steam dari kran inlet,
kemudian blowdown steam dengan cara membuka valve blowdown
sampai tekanan 0,5 kg/cm2.
11) Tutup valve steam blowdown.
12) Buka valve steam inlet sampai tekanan 2,8 kg/cm2 (puncak ketiga).
13) Setelah dicapai tekanan 2,8 kg/cm2, tutup valve steam inlet dan steam
tahan selama 40 menit pada tekanan 2,8 kg/cm2. Jika tekanan steam
<2,8 kg/cm2, buka valve steam inlet langsung dari boiler. Tutup valve
steam inlet jika tekanan telah mencapai 2,8 kg/cm2.
14) Buka valve blowdown sampai tekanan steam 0 kg/cm2.
15) Buka pintu depan dan belakang, keluarkan lori buah dari rebusan.
Gambar 3. 8 Sterilizer
Spesifikasi Sterillizer :
Jumlah : 3 Unit
Kapasitas : 6 lori/sterilizer (23 ton/jam)
Tekanan : 2,8 Kg/Cm2
10) Centilever Rail Bridge berfungsi sebagai jembatan untuk masuk dan
keluarnya lori buah dari Sterilizer.
11) Air compressor berfungsi untuk mensupply udara yang dipakai untuk
mengaktifkan pneumatic valve.
12) Rail track, berfuingsi sebagai jalan lori didalam sterilizer.
13) Pondasi, berfungsi sebagai tempat kedudukan sterilizer.
TBS yang telah direbus pada sterillizer kemudian dikeluarkan dari sterilizer,
selanjutnya lori dikeluarkan dari sterillizer dengan ditarik menggunakan capstand
sampai berada tepat dibawah jalur hoisting crane. Lori yang berisi buah rebusan
30
Ket :
HCT : Waktu siklus pemindahan tiap lori
V1 : Kapasitas lori TBS
HC : Jumlah hoisting crane beroperasi
Vs : Jumlah lori/sterillizer
QPKS : Kapasitas TBS olah desain
Jika waktu pengangkatan lori TBS ke thresher tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan maka :
Kapasitas lebih ataupun kurang dari 23 ton/jam.
USB tinggi (kerugian minyak karena buah terikut pada tandan kosong)
Losses minyak yang terserap dalam tandan kosong tinggi
31
jatuh, sehingga brondolan akan terlepas jatuh ke under thresher dan tandan
kosongnya akan terdorong keluar tromol karena dorongan plat strip pada tromol
kemudian di teruskan oleh empty bunch conveyor dan ditampung di empty bunch
hopper.
2) Thresher
Thresher merupakan alat penebah yang berbentuk drum, dengan
diameter ±2657 mm, panjang ± 6000 mm dengan kecepatan putaran 23- 26 rpm
dan kemiringan drum tresher 15o. Berdasarkan fungsi sebagai penebah, maka
pada bagian drum dibuat celah sebagai tempat jatuhnya buah berondolan yang
terlepas dari janjangannya dan terdapat kisi-kisi di sepanjang drum yang
berfungsi untuk mendorong TBS kedepan.
Gambar 3. 12 Thresher
Bagian-bagian thresher :
a. Elektromotor, berfungsi untuk menggerakan putaran drum.
b. Gear box siloid 1455 rpm menjadi 23-26 rpm, berfungsi untuk mereduksi
putaran elektromotor.
c. Sprocket, berfungsi sebagai untuk mentransmisikan putaran dari
elektromotor dan gearbox.
d. Lifting bar, berfungsi untuk melemparkan buah rebusan kearah keluar
34
drum.
e. Main Shaft, berfungsi sebagai poros penggerak drum.
f. Spider Arm (jari-jari drum), berfungsi untuk menyanggah drum terhadap
poros.
g. Kisi–kisi, berbentuk strip plat berfungsi sebagai celah jatuhnya buah
brondolan kedalam under thresher.
Spesifikasi thresher:
Jumlah : 1 Unit
Kapasitas : 20-30 ton/jam
Elektromotor : Asea, 15 KW, 1450 rpm
3) Under Thresher
Under thresher berfungsi sebagai conveyor penampungan brondolan yang
telah dipisahkan dari tandannya oleh thresher dan kemudian di teruskan ke
bottom cross conveyor.
keatas.
f) Badan silinder bejana pengaduk sekelilingnya dilengkapi mantel uap,
untuk sarana pemanasan masa adukan, agar tercapai pelumatan yang baik
dengan suhu 90°C.
g) Pengeluaran masa adukan dari bejana pengaduk, akibat dorongan pisau
lempar (expeller arm).
Gambar 3. 17 Digester
Bagian-bagian digester beserta fungsinya:
1. Gear reducer berfungsi untuk menggerakkan poros pisau (Gierratio).
2. Copling berfungsi sebagai penghubung dan mengatur putaran dari motor
penggerak keporos digester.
3. Isolator berfungsi sebagai dinding yang dibuat di sekeliling digester pada
bagian luar.
4. Pipa uap masuk berfungsi sebagai tempat pemasukan uap kedalam
digester.
5. Steam mantel berfungsi sebagai pengaman uap panas didalam digester.
6. Pipa injeksi uap berfungsi untuk menginjeksikan uap panas kedalam
40
digester.
7. Pisau pengaduk berfungsi untuk melumatkan daging buah yang telah
direbus.
8. Corong digester berfungsi untuk mengalirkan buah yang telah dilumatkan
ke screw press untuk selanjutnya dipress
Spesifikasi digester :
Jumlah : 3 Unit
Kapasitas : 3,2 Ton
Electromotor : Elektrim poland, 30 HP, 1450 rpm
2. Proses Pengempaan/Pressing
Tujuan Proses Pengempaan yaitu:
a) Untuk dapat memisahkan (mengambil) bagian minyak dari ampas, dengan
cara pengempaan (dipress).
b) Pengempaan dilakukan didalam silinder tertutup dan berlubang (saringan)
dan dengan tekanan tertentu, untuk memungkinkan dalam proses
pengempaan minyak yang dihasilkan tidak tercampur serabut.
c) Sarana pengempaan berbentuk kempa ulir agar memungkinkan dapat
bekerja terus menerus (kontinue).
Minyak dan
Sludge
Continuous Settling
Tank
Oi udge
l
Coil Steam 90- Oil Tank TankSludge
95oC Tank
Sludge Tank
Sludge
Balance Tank
Continuous Settling Tank
Sludge
Fat - Pit
Oil Phase
Water Delution
Vertikal Decanting
for Press
1) Vibrating Screen
Vibrating screen berfungsi memisahkan kotoran, pasir dan serabut pada
minyak dengan cara bergetar. Minyak yang sudah tersaring kemudian dialirkan
masuk ke crude oil tank sedangkan kotoran dan serabut yang tidak tersaring
akan dibawa ke fruit elevator dan masuk kembali ke digester. Vibrating screen
terdiri dari 2 lapisan saringan yaitu:
a) Lapisan saringan I, berukuran 20 mesh.
b) Lapisan saringan II, berukuran 40 mesh.
Norma yang diharapkan dari hasil perlakuan pada alat ini adalah :
(a) Kadar air : 33-43%.
(b) Kadar minyak : 33-43%
(c) NOS (Non Oil Solid) : 12-14%
(d) Temperatur :90-95°C
Spesifikasi COT :
Jumlah : 1 Unit
Electromotor : teco, 10 HP, 1450 Rpm
Kapasitas : 10 ton
c) Suhu didalam oil tank dijaga tetap pada temperatur 90-95 oC dengan steam
coil, agar minyak mudah dipisahkan pada proses selanjutnya.
d) Minyak yang tertampung di oil tank kemudian dialirkan ke vacuum dryer.
e) Didalam vacuum dryer minyak dipisahkan dengan air didalam ruang hampa.
f) Setelah minyak dari vacuum dryer kemudian dialirkan menuju ke daily tank,
didalam daily tank minyak disimpan semetara sebelum di alirkan menuju ke
storage tank.
Alat-alat proses yang digunakan pada proses dan pemurnian minyak yaitu:
1. Oil Tank
Oil tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai tangki
penampung sebelum minyak masuk ke dalam vacuum dryer, dengan dibantu
pemanasan oleh steam coil sehingga didapatkan temperatur 90-95°C . Panas
tersebut menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari CST akan turun pada
lapisan bawah. Kotoran ini di blowdown dialirkan ke sludge tank dan minyak
dari oil tank kemudian dialirkan ke vacuum dryer.
2) Vacuum Dryer
Vacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi yang akan dipasarkan dengan cara penguapan hampa, dimana
minyak yang diumpankan kedalam vacuum dryer disemprotkan
menggunakan nozzle sehingga minyak berbentuk kabut sehingga air yang
terkandung didalamnya mudah diupakan dan dihisap oleh pompa untuk
kemudian di embunkan kembali, temperatur minyak 90°C supaya kadar air
cepat menguap. Dengan tekanan vacum berkisar antara -760 mm/Hg ( -0.8-1
bar ) dan suhu 80-90°C minyak yang telah bersih keluar dari vacuum dryer
dan selanjutnya dipompakan ke daily tank.
3) Daily tank
Daily tank berfungsi untuk penampungan sementara sebelum minyak
masuk ke storage tank, tanki ini terisi penuh saat pabrik beroperasi secara
penuh selama 12 jam, kapasitas dari tanki ini adalah 50 ton dan terdapat 2 tanki.
4) Storage Tank
Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim ke pihak/tempat lain, sedangkan dispath tank
berfungsi untuk untuk memblending minyak- produksi untuk mencapai mutu
produksi yang diinginkan.
Alat-alat yang digunakan pada proses pemisahan sludge dari minyak yaitu:
1. Sludge Tank
Sludge tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge
dari Continuous Settling Tank (CST) sebelum diolah lagi untuk mendapatkan
minyak, kebersihan dalam tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi
presentase NOS dalam sludge, sehingga harus dilakukan blowdown secara
rutin, yaitu setiap 3-4 jam sekali. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan
steam injeksi untuk mendapatkan temperatur 90oC.
tank.
b) Pipa uap masuk, berfungsi untuk saluran uap panas masuk kedalam sludge
tank.
c) Pipa uap keluar, berfungsi untuk saluran keluar uap panas sesudah dari
sludge tank.
d) Pipa penghisap sludge, berfungsi untuk mengalirkan sludge kedalam
rotary bush strainer.
e) Pipa blowdown, berfungsi untuk mengeluarkan padatan-padatan yang
terendapkan didalam sludge tank.
2. Balance Tank
Balance tank berfungsi untuk penyeimbang laju aliran fluida sludge ke
decanter yang sebelum nya dialirkan dari sludge tank, balance tank ini
bertujuan agar pemberian umpan ke decanter secara konstan dan kontiniu
untuk pengoptimalan kinerja dari decanter itu sendiri.
3. Decanter
Sludge phase yaitu cairan lumpur dari continuous settling tank yang masih
mengandung minyak maksimum 8% dan diolah lebih lanjut oleh decanter. Alat
ini bertujuan untuk memisah sludge ke fraksi minyak (crude oil), fraksi cair
(water phase), dan fraksi padat (solid). Prinsip kerja alat ini adalah gaya
56
putaran lebih kurang 3000 rpm dimana fraksi yang lebih padat akan keluar
melalui ujung decanter dan akan keluar sebagai solid. Oil phase yang keluar
menuju COT , water phase menuju decanting tank, sedangkan solid phase
menuju solid tank.
Gambar 3. 29 Decanter
Spesifikasi decanter :
Jumlah : 2 Unit
Merk / Type : Loher
Elektromotor : 22 KW, 20 Ampere
Putaran : 2950 rpm
Kapasitas : 6 ton / jam
4 Decanting Tank
Decanting tank berfungsi untuk menampung water phase yang
dihasilkan oleh decanter yang selanjutnya akan diproses kembali, tangki ini
memilii prinsip pengendapan yaitu oil phase berada di atas,water phase
berada di tengah sedangkan sludge akan berada dibagian bawah. Oil phase
dari decanting tank kemudian dipompakan menuju CST. Sedangkan water
phase dan sludge dialirkan menuju Fat-Pit.
5 Vertical Decanting
Vertical decanting berfungsi sebagai pengutip oil dan air kondensat dari
proses sterilisasi dan juga sebagai tempat penampungan minyak yang dialirkan
dari fat-fit. Over flow dari tanki ini dialirkan menuju mesin press yang
digunakan sebagai water delution sedangkan under flow nya menuju fat-fit .
Cangkang
Polishing drum Inti pecah
Depericarper
Shell Separator Claybath
Biji Biji bulat
Nut Silo Biji bulat
Fase Air
Cangkang
Biji kering
Inti Inti pecah
Wet Nut Conveyor
Shell
Ripple Mill Kernel Hyd. Shell Hyd.
Inti dan Hydrocyclone
Cangkang Biji bulat
Kernel Hydrocyclone Cangkang
Inti
Inti Inti pecah
Wet Vibrating kernel
Inti
Pecah
Kernel Dryer
Kernel Bin
Alat – alat yang digunakan pada proses pemisahan biji dan cangkang yaitu:
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Cake Breaker Conveyor terdiri dari satu lubang yang mempunyai dinding
rangkap, di tengah CBC terdapat poros screw yang mepunyai pisau pemecah
(screw blade), yang berfungsi untuk memecah gumpalan ampas dan nut yang
masih basah agar mudah dipisahkan.
water phase dari shell grading dan kernel hydrocyclone. Kernel yang
tertampung kemudian dipompa menuju kernel hydrocyclone, sedangkan
cangkang dipompa menuju cangkang hydrocyclone.
c) Kernel dan cangkang kemudian dipompa menuju kernel hydrocyclone. Kernel
hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan antara kernel dengan cangkang
yang masih terikut. Gaya sentrifugal fluida membuat kernel yang ringan akan
naik ke atas menuju wet vibrating kernel sedangkan cangkang yang lebih berat
akan menuju dasar hydrocyclone dan keluar menuju separating shell tank dan
akan diproses ulang kembali.
d) Kernel dari hasil hydrocyclone kemudian masuk menuju wet vibrating kernel.
Wet vibrating kernel berfungsi untuk memisahkan antara kernel dengan
cangkang dan kotoran yang masih terikut ke dalam proses. Water phase (air,
kotoran, cangkang halus) hasil dari wet vibrating kernel dialirkan menuju
separating shell tank. Kernel kemudian masuk ke kernel silo untuk dikeringkan
dengan pemberian steam.
e) Sedangkan proses selanjutnya adalah proses recycling, yaitu proses
pengambilan kernel yang masih tersisa pada proses sebelumnya. Adapun
cangkang yang berasal dari output kernel hydrocyclone masuk menuju
separating shell tank, disini cangkang dipompa menuju cangkang
hydrocyclone. Shell hydrocyclone berfungsi sebagai pengutip kernel yang
masih tersisa saat pengumpanan dari separating shell tank. Di dalam alat ini
terjadi pemisahan antara kernel dengan cangkang, nut utuh, dan kernel pecah.
Kernel yang terpisah akan masuk menuju separating kernel tank dan akan di
proses kembali sedangkan untuk cangkang, nut utuh dan kernel pecah akan
menuju shell grading dan akan dipisah-pisah menurut ukuran menggunakan
shell grading.
f) Feed yang berasal dari shell hydrocyclone yang berupa cangkang, nut utuh, dan
kernel pecah kemudian masuk ke shell grading. Shell grading adalah sebuah
drum yang berfungsi untuk memisahkan beberapa feed tergantung dengan
ukurannya.Umpan yang masuk terdiri dari cangkang, nut utuh, dan kernel
pecah yang berasal dari shell hydrocyclone. Kemudian hasil dari proses ini
67
seperti cangkang dan kernel pecah dibawa menuju claybath sedangkan nut utuh
masuk ke conveyor nut silo dan kemudian diproses kembali di ripple mill.
Water phase nya dialirkan menuju separating kernel tank.
g) Feed dari shell grading yang berupa cangkang dan kernel pecah kemudian
dibawa menuju claybath. Claybath berfungsi untuk memisahkan antara
cangkang dan kernel pecah dengan cara perbedaan berat jenis keduanya
menggunakan media lumpur. Lumpur ini mempunyai berat jenis diantara
cangkang dan kernel, sehingga cangkang yang memiliki massa jenis yang lebih
berat akan tenggelam dan kemudian diambil dengan bucket diteruskan ke
penampungan cangkang. Sedangkan kernel pecah akan mengapung kemudian
diambil menggunakan bucket dan dihembuskan menuju wet vibrating kernel.
Proses :
a) Hasil pemecahan biji berupa kernel dan cangkang dari ripple mill
semuanya masuk kedalam separating tank sisi kernel terlebih dahulu.
b) Kernel dan cangkang kemudian dipompa menuju kernel hydrocyclone,
fraksi cangkang keluar melalui bagian bawah sedangkan kernel keluar
melalui babagian atas.
68
(a) (b)
Gambar 3. 38 (a) Kernel Hydrocyclone dan (b) Shell Hydrocyclone
3. Shell Grading
Shell grading adalah sebuah drum yang berfungsi untuk memisahkan
beberapa feed tergantung dengan ukurannya. Umpan yang masuk terdiri dari
70
nut utuh, cangkang dan kernel pecah yang berasal dari shell hydrocyclone.
Kemudian hasil dari proses ini seperti cangkang dan kernel pecah dibawa
menuju claybath sedangkan nut utuh masuk ke conveyor nut silo dan kemudian
diproses kembali di ripple mill. Water phase nya dialirkan menuju separating
kernel tank.
4. Clay Bath
Claybath didesain untuk memisahkan antara kernel pecah dan
cangkang dari shell grading dengan menggunakan campuran air dan lumpur
yang sudah diproses terlebih dahulu. Untuk proses pemisahannya, claybath
terdiri dari : vibrator, pompa, dan mixer.
Specific Gravity (SG) untuk kernel basah sekitar 1,07 dan cangkang
sekitar 1,30 bila cairan lumpur mempunyai SG 1,15-1,20, maka kernel akan
terapung dan shell akan tenggelam. SG dapat diukur dengan hydrometer.
Kernel yang mempunyai SG lebih rendah dari SG lumpur terapung
dipermukaan dan diambil dengan bucket dan dibawa ke wet vibrating screen
dan kemudian kernel di jatuhkan ke timba-timba wet elevator yang terletak di
depan vibrating screen. Sedangkan cangkang yang tenggelam kemudian
diambil menggunakan bucket dan dibawa menuju shell hopper dan akan
digunakan sebagai bahan bakal boiler.
71
Gambar 3. 40 Claybath
Claybath diberi lumpur yang sebelumnya telah diaduk terlebih dahulu
pada bak terpisah sebelum dipompakan ke claybath.Cangkang yang berada
pada bagian bawah tangki diambil dengan bucket (timba) setiap 20 menit sekali
dengan memeriksa ketebalan cangkang di dasar bak 30 cm. Kerugian kernel
pecah yang terbawa dalam cangkang maks 1%. Inti pecah pada permukaan
cairan lumpur diambil dngan timba secara terus-menerus, kemudian dengan
menggunkan blower dihembuskan ke wet vibrating kernel. Pemeriksaan berat
jenis lumpur dilakukan setiap 1 jam sekali menggunkan hydrometer.
tingkatan yaitu bagian atas 60oC, dibagian tengah 70oC, dan di bagian bawah
80oC.
d) Pengeringan dilakukan didalam kernel silo selama 5-8 jam.
e) Inti yang telah berkurang kandungan airnya dan memiliki kadar air sesuai
dengan standar norma inti produksi kemudian disimpan didalam kernel storage
untuk selanjutnya dipasarkan melalui truk pengangkut. Kadar air inti yang
terlalu rendah atau tidak kering menyebabkan:
(1) Inti kadar berjamur.
(2) Kadar ALB dalam minyak inti tinggi.
(3) Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. 43 (a) IDF, (b) TAF, (c) SAF dan (d) CAF
Dalam menjalankan tugasnya, boiler memiliki beberapa instrument penting
yang semuanya memiliki fungsi masing – masing. Instrument – instrument pada
75
boiler tersebut pada saat dioperasikan memerlukan pengawasan karena jika tidak
dilakukan pengawasan pada saat pengoperasian dapat berakibat fatal. Berikut
adalah instrumentasi dari boiler beserta fungsinya :
1) Roster
Berfungsi sebagai lantai bahan bakar
2) Sight glass
Berfungsi sebagai alat pengukur level air pada upper drum
3) Safety valve
Berfungi untuk menjaga tekanan berlebih yang dihasilkan oleh boiler,
biasanya safety valve harus minimal sama dengan kapasitas boiler.
4) Chimney
Berfungsi sebagai cerobong asap pada boiler
5) Continous blowdown
Berfungsi sebagai jalur keluarnya uap berlebih jika hasil uji air boiler telah
melebihi ambang baku mutu.
6) Dust Collector
Berfungsi untuk menyaring debu pada asap pembakaran
7) Superheater
Berfungsi untuk memanaskan kembali uap basah sehingga membentuk uap
kering
8) Condensat
Berfungsi sebagai keluaran air kondensat dari boiler
9) Drum atas
Berfungsi sebagai wadah uap basah dan air
10) Drum bawah
Berfungsi sebagai wadah air
mengalir didalam pipa – pipa yang menghubungkan drum atas dan drum bawah.
Kapasitas boiler 1 ialah 15 ton/jam sementara kapasitas boiler 2 yaitu 20 ton/jam.
Bahan bakar yang digunakan dalam boiler di PKS Bangun Bandar yaitu
cangkang dan fibre dengan perbandingan 3:1. Pembakaran dimulai dengan
memberi sumber api dari luar ruang dapur. Dengan adanya oksigen yang berada
di lorong api, dan dibantu dengan IDF dan TAF maka pembakaran akan
terjadi secara sempurna. Oksigen akan menyebar diruang dapur melalui ribuan
lubang berdiameter 2 mm yang terletak dilantai ruang pembakaran.
Perpidahan panas yang terjadi dimulai dengan radiasi pancaran api, hal ini
dilanjuti dengan perpindahan panas secara konduksi, dimana panas yang telah
diserap dipermukaan pipa akan berpindah ke seluruh bagian pada pipa. Transfer
panas pada pipa dan air yang mengalir dalam pipa terjadi secara konveksi sehingga
menghasilkan uap basah yang akan bergerak ke drum atas.
Uap yang dihasilkan masih berupa uap basah sehingga pemanasan lanjutan
perlu dilakukan. Uap basah akan dipanaskan pada superheater yang memiliki
banyak pipa – pipa didalamnya. Transfer panas akan berlangsung dengan adanya
panas yang juga akan diserap dari ruang dapur. Setelah menjadi uap kering dengan
tekanan 20 bar dan suhu 200 – 260oC, uap tersebut siap dikirim ke turbin uap di
kamar mesin melalui Main Pipe.
Selama proses berlangsung tekanan harus selalu diperhatikan. Jika
manometer menunjukan tekanan berada dibawah 20 bar, maka bahan bakar harus
ditambahkan. Selain itu, air pada drum atas harus selalu penuh, hal ini dapat
ditunjukan pada sight glass (gelas penduga).
Air umpan boiler hasil treatment harus memiliki pH 10,5 – 11,5, kadar silica
kurang dari 150 ppm, dan TDS (total dissolve solid) kurang dari 1200 ppm,
kevacuman ruang bakar adalah 0 sampai -5 mmHg, suhu air umpan boiler ialah
85– 100oC. jika umpan yang dialirkan dari daerator berbentuk uap, maka
proses harus dihentikan atau dikontrol melalui katub aliran umpan sehingga tidak
menyebakan ledakan.
77
Pipa – pipa air sebagai tempat pemanasan air ketel yang dibuat sebanyak
mungkin, sehingga penyerapan panas lebih merata dengan efisiensi tinggi.
Didalam boiler terdiri dari 2 ruang pembakaran. Ruang pertama, berfungsi sebagai
ruang pembakaran yang dihasilkan dan diterima langsung pipa air yang berada
dalam ruangan dapur tersebut, yang terdiri dari pipa – pipa air dari drum ke header
samping kanan dan kiri. Dalam ruang ini udara pembakaran ditiupkan oleh
blower pengehembus udara melalui lubang lubang kecil sekeliling dinding
pembakaran dan melalui kisi – kisi bagian bawah dapur.
Ruang kedua merupakan ruang gas panas dari uap diterima dari hasil
pembakaran dari ruang pertama. Dalam ruang kedua ini sebagian besar dari panas
dari uap diterima oleh pipa – pipa drum atas ke drum bawah. Jumla udara yang
diperlukan diatur oleh valve yang dikendalikan oleh planel. Sedangkan dalam
ruang kedua gas panas dihisap oleh blower hisap sehingga terjadi aliran panas dari
ruang pertama ke ruang kedua dapur pembakaran. Didalam ruang kedua dipasang
sekat – sekat sedemikian rupa yang dapat memperpanjang permukan yang dialui
gas panas tersebut dapat memanasi seluruh bagian luar drum bawah.
Blowdown (ablas) dilakukan 1 kali dalam 1 – 2 jam dengan tujuan
mengurangi konduktivitas (pengendapan) akibat silica dalam boiler. Blowdown
akan dilakukan sesuai dengan instruksi dari water treatment yang telah mengukur
kadar silica pada air keluaran boiler. Cerobong blowdown dilengkapi dengan
suatu sekat yang dapat membentuk gaya sentrifugal sehingga air dan uap dapat
dipisahkan, air akan dialirkan ke dalam bak penampung, sementara uap dengan
sedikit kandungan air dihembuskan ke udara melalui cerobong.
Abu sisa pembakaran pada boiler dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu
abu silica dan abu pada dust collector. Abu silica ialah abu boiler yang megandung
silica tinggi, teksturnya yang keras dan besar dan dikeluarkan secara manual dari
ruang dapur. Sementara abu yang ringan akan dihisap oleh IDF. Sebelum
dibuang ke udara, abu ringan akan dipisahkan dari asap pembakaran di dalam dust
collector yang berbentuk cyclone. Didlam dust collector ini, terdapat banyak
rongga berbentuk botol yang mengahasilkan gaya sentrifugal sehingga abu
akan terpisah dari asap. Abu ini akan dihantarkan oleh conveyor menuju ash
78
hopper yang akan dijadikan bahan baku pembuatan kompos. Sementara asap yang
bersih dari abu akan dibuang ke udara melalui chimney.
(a) (b)
Gambar 3. 44 (a) Dust Collector dan (b) Chimmey
Boiler juga dilengkapi dengan 2 cerobong (blow up) sebagai tempat keluaran
uap berlebih jika tekanan pada boiler lebih besar dari 20 bar. Blow up diatur oleh
safety valve secara otomatis. Kedua cerobong tersebut terletak secara
berdampingan pada bagian ujung drum atas.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian ketel uap
(boiler) diantaranya yaitu menjaga ketinggian air di upper drum (60 -70%),
melakukan pemeriksaan pada system otomatis dan peralatan pompa dalam
keadaan baik yang dapat dikontrol dengan gelas penduga, menjaga tekanan steam
pada tekanan kerja (18 – 20 kh/cm2), melakukan pemeriksaan terhadap ruang
bakar agar bahan bakar tidak menumpuk dengan cara menyetel dumper IDF dan
mengorek kerak dari ruang bakar secara manual.
Zat – zat yang larut dalam air seperti natrium, magnesium, kalsium, garam
bikarbonat, sulfat, silica, klorida, terdapat ion asam , basa maupun garam.
2) Zat – zat yang tersuspensi/melayang dalam air
Zat – zat yang tersuspensi dalam air biasanya zat yang memiliki struktur
yang ringan, biasanya berbentuk padatan halus (contohnya pasir halus),
lumpur, dan zat zat organic yang berasal dari tumbuhan/hewan. Zat – zat
tersebut akan menyebabkan kekeruhan pada air
3) Gas gas yang terlarut dalam air
Contohnya oksigen, nitrogen dan karbon dioksida. Oksigen dan nitrogen
banyak terdapat dalam air permukaan dan sedikit pada air tanah
karbondioksida banyak terdapat pada air tanah dan sedikit pada air
permukaan.
(Ca+)Dan magnesium (Mg2+) yang terkandung pada air. Selain dari dua zat
diatas terdapat juga unsur kimia yang dapat menyebabkan kesadahan pada
air yaitu bikarbonat (HCO3) dan sulfat (SO4). Kalsium yang terkandung
pada air biasanya berupa kalsium karbonat (CaCO 3). Satuan kesadahan pada
air dihitung berdasarkan banyaknya milligram kalsium karbonat (CaCO3)
per berapa banyak air tergantung dari satuan yang digunakan. Satuan yang
digunakan oleh PKS Tanah Gambus adalah Parts Per Million (ppm).
Klasifikasi hardness dalam air ditentukan berdasarkan berapa banyak
kandungan CaCO3 yang terkandung dalam air. Dalam penggunaan sebagai
air umpan untu boiler, tingkat kesadahan air tidak boleh melebihi 2 ppm.
2) Total Dissolved Solid ( jumlah padatan yang terlarut )
Total Disoslved Solid atau disingkat TDS adalah pengukuran dari bahan
anorganis dan organik yang terdapat pada molekul air. TDS dapat timbul
dari sumber organik dan non organik. Sumber organik biasanya berupa
plankton yang hidup di air, sedangkan sumber non organik berasal dari
80
material non organik seperti batu dan udara yang mengandung kalsium
karbonat, nitrogen, sulfur, dan mineral seperti garam dan logam. Secara umum
komponen – komponen pada TDS adalah kalsium karbonat, bikarbonat, nitrat,
fosfor, sodium, sulfat, klorin, besi, mangan, magnesium, dana aluminium.
Dalam penggunaan sebagai air umpan untuk boiler tingkat TDS tidak boleh
melebihi 2035 ppm.
3) pH
pH adalah derajat keasaman pada suatu cairan. Range adalah 1-14. pH
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu pH dengan range 1 – 6,9
disebut pH asam, pH 7 disebut pH netral, range 7,1 – 14 disebut pH basa.
Dalam penggunaan sebagai air umpan boiler pH air umpan berada pada
range 10,5 – 11,5.
4) Silica
Silicon dioxide atau lebih dikenal dengan silica adalah zat yang
berasal dari butiran pasir yang larut dalam air dalam bentuk molekul serta
memiliki rumus kimia SiO2. Dalam penggunaan sebagai air umpan untuk
boiler kandungan silica dalam air tidak boleh melebihi 150 ppm.
Gambar 3. 49 Gasifier
Setelah melalui unit kation, air masuk ke gasifier guna
menghilangkan oksigen pada air dan kemudian lanjut ke unit anion.
84
7) Unit Anion
Unit Anion digunakan untuk menghasilkan air dengan
kemurnian yang tinggi dengan menghilangkan anion – anion silica,
klorida dan sulfat. Meskipun air dari penyarinngan sand filter sudah
jernih namun air tersebut masih mengandung zat – zat terlarut yang
membahayakan boiler. Zat-zat tersebut larut di dalam air sebagai
ion – ion yang bermuatan listrik negatif (anion) dan positif (kation).
Oleh karena itu, ion – ion yang tidak dikehendaki harus dihilangkan
dari dalam air dengan cara pertukaran ion. Pertukaran ion dapat
dilakukan dengan menggunakan resin. Resin mengandung gugus ion
aktif yang akan dipertukarkan dengan ion – ion yang terkandung
didalam air. Resin yang terdapat pada unit anion berupa butiran -
butiran berwarna kuning pucat dan jika dilakukan regenerasi maka
resin akan menjadi berwarna merah kehitaman. Apabila telah
mencapai ambang batas baku mutu maka pada unit anion akan
dilakukan regenerasi air dengan menggunakan caustic soda.
Digunakan air sebanyak 300 m3 dilarutkan dengan NaOH sebanyak
50 kg untuk sekali regenerasi. Air dari unit anion selanjutnya akan
dialirkan ke tyreated tank.
endapan – endapan (kerak dan deposit) yang dapat melekat dan mengeras
pada dinding dalam pipa – pipa boiler, dan juga membuat lapisan boiler
lebih tahan terhadap korosi. Adapun bahan kimia yang dimasukan ke
dalam boiler adalah :
- Nalco 2811 (Sulfite) - Nalco 3273 (phospat)
- Nalco 22310 - Caustic soda
Perbandingan bahan kimia yang dimasukan ke boiler yaitu 6,75
kg/10 jam. Untuk memastikan suatu treatment program berfungsi sebgai
mana mestinya, parameter tersebut dibawah ini harus selalu dikontrol
sesuai dengan batas – batas yang direkomendasikan.
III.4 Laboratorium
Pada proses pengolahan kelapa sawit perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui kadar minyak atau losess dan juga kadar kotoran pada stasiun kernel.
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan bahwa minyak
tersebut bermutu baik. Ada beberapa factor yang menentukan standar mutu minyak
kelapa sawit diantaranya kadar air, kadar kotoran dan kadar asam lemak bebas.
Di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus dilakukan analisa pada
minyak kelapa sawit, analisa yang dilakukan yaitu :
1. Analisa kadar asam lemak bebas (free fatty acid)
2. Analisa kadar air minyak keluaran vacuum dryer menuju daily tank
3. Analisa kadar minyak masukan dan keluaran fat fit
4. Analisa kadar minyak water phase dari decanter (ke bak dekantasi)
5. Analisa kadar oil phase sari decanter (ke oil collecting tank)
6. Analisa kadar minyak solid phase dari decanter (ke solid hopper)
7. Analisa kadar minyak pada oil vibrating screen
8. Analisa kadar minyak keluaran bak dekantasi
9. Analisa kadar minyak pada sludge di sludge tank
10. Analisa kadar minyak oil tank
11. Analisa kadar minyak pada air lumpur dari balance tank menuju decanter
12. Analisa kadar minyak di air untuk oil vibrating screen (dari vertical fat fit)
13. Analisa kerugian minyak diampas keluaran screw press
14. Analisa kadar minyak pada biji keluaran derpericarper
15. Analisa kerugian pada ampas press
B. Bahan
1). Alcohol 97 %
2). Indicator phenolpthalein (Pp)
3). Larutan natrium hidroksida (NaOH)
C. Prosedur kerja
1). Erlenmeyer kosong ditimbang, dicatat hasilnya
2). Sampel dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu ditimbang, dicatat hasilnya.
Selisih antara Erlenmeyer barisi sampel dengan Erlenmeyer kosong menjadi
berat sampel. Dimana dalam analisa ini diambil berat sampel yaitu 7 gram.
3). Tambahkan larutan alcohol 97% sebanyak 75 ml kedalam sampel lalu
ditambahkan indicator Phenolpthalein sebanyak 3 tetes
4). Sampel dipanaskan selama 2 menit sampai terbentuk gelembung
5). Titrasi dengan NaOH 0,2510 N hingga sampel berwarna merah tua
6). Lalu dicatat volume NaOH yang terpakai.
D. Perhitungan
𝑉𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑃𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
%FFA = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000 𝑥 100 %
III.4.2 Analisa Kadar Air Minyak Keluaran Vacum Dryer dan Oil Tank
A. Alat
1). Desikator
2). Neraca analitik
3). Oven
90
4). Erlenmeyer
B. Prosedur
1). Ambil sampel minyak masing – masing 200 ml dari keluaran Vacuum dryer
dan Oil tank 2 jam dan 4 jam setelah pengolahan
2). Kedua sampel tersebut kemudian masing – masing diambil sebanyak 5
gram dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
C. Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
%Kadar air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 100 %
4. (b)
Gambar 3. 53 Pengambilan Sampel Uji Kadar Air Keluaran (a). Vacum Drier
dan (b). Oil Tank
3). Centrifuge
B. Prosedur
1). Masing – masing diambil sampel sebanyak 200 ml dari unit pengolahan
2). Kemudian masing – masing sampel diambil sebanyak 10 ml dan
dimasukan kedalam tabung ukur menggunakan corong glass
3). Tabung ukur kemudian dimasukkan ke dalam centrifuge selama 5 menit
dan diatur kecepatan 1800 rpm
4). Setelah 5 menit, terbentuklah beberapa lapisan didalam tabung ukur yaitu
lapisan minyak, emulsi, air dan lumpur
5). Minyak yang berada dilapisan atas diukur dan dicatat volumenya, begitu
juga lapisan emulsi, air dan lumpur diukur dan dicatat volumenya.
Gambar 3. 54 Centrifuge
C. Perhitungan
C. Perhitungan
III.4.6 Analisa Kadar Minyak Solid, Lumpur dan Cairan Hasil Ekstraksi
Analisa kadar minyak kering dilakukan untuk melihat kerugian minyak pada
masukan dan keluaran fat – fit, water phase decanter, oil phase decanter, solid
phase decanter, minyak di oil vibrating screen, keluaraan bak dekantasi, sludge di
94
sludge tank, dan keluaran balance tank dan keluaran fat – fit. Analisa kadar minyak
ini dilakukan setelah melalui proses pengeringan dioven untuk mendapatkan
kandungan air sampel, setelah itu dilakukan ekstraksi dengan soxhlet dengan
menggunakan pelarut n-hexane untuk mendapatkan kandungan minyak pada
sampel. Selain itu, ekstraksi ini dapat juga untuk mengukur kadar lumpur, dan
kadar minyak terhadap lumpur kering.
A. Alat
1). Neraca analitik
2). Soxhlet
3). Desikator
4). Labu bulat
5). Wadah sampel
B. Bahan
1). N-hexane
C. Prosedur
1). Timbang sampel dalam cawan porcelain sebelum pengeringandi oven.
2). Timbang kembali sampel dalam cawan porcelain setelah pengeringan
dioven
3). Ditimbang berat labu kosong.
4). Sampel kering dari cawan porcelain dimasukan kedalam labu, lalu
dihitung berat bersih sampel.
5). Masing – masing sampel dimasukkan ke timble, lalu ditutup dengan
kapas.
6). Timbel dimasukan kedalam soxhlet dan lakukan ekstraksi dengan larutan
n-hexane selama 4 jam
7). Keringkan n-hexane.
8). Keringkan labu yang berisi minyak kedalam oven selama 30 menit pada
d) Perhitungan
𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% Minyak Ekstrak =𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑂𝑣𝑒𝑛 𝑋 100%
𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
%Minyak terhadap lumpur kering =𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝑣𝑒𝑛 𝑋 100%
B. Prosedur
1). Diambil sampel ± 1 kg untuk dianalisa secara manual
2). Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP), dan Cangkang/Ampas
3). Ditimbang masing – maisng fraksi
4). Dihitung kerugian pada ampas press
C. Perhitungan
%Kerugian =% 𝐵𝑖𝑗𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
2). Soxhlet
3). Desikator
4). Labu bulat
5). Wadah sampel
B. Bahan
1). N – hexane
C. Prosedur
1). Timbang sampel biji dalam wadah sebanyak 80 gram, dimana dipilih biji
yang bagus dan tidak sompel.
2). Ditimbang berat labu kosong.
3). Sampel biji dimasukkan ke timble.
4). Dimasukkan n – hexane sebanyak 180 ml kedalam labu.
5). Timble disambung dengan soxhlet dan lakukan ekstraksi dengan larutan
n – hexane selama 4 jam.
6). Keringkan n – hexane.
7). Keringkan labu yang berisi minyak dalam oven selama 30 menit pada suhu
105 – 110oC.
8). Kemudian keluarkan dan keringkan dalam desikator selama 15 menit.
9). Timbang berat labu yang berisi minyak .
D.Perhitungan
𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% Minyak Pada Biji =𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑂𝑣𝑒𝑛 𝑋 100%
Tank, analisa cracking effect pada ripple mill, analisa kadar kotoran pada kernel
vibrating, analisa kadar kotoran pada kernel drier serta analisa kadar air dan kadar
kotoran pada inti kelapa sawit.
3). Perhitungan
Kerugian = % 𝐵𝐵 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑃 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑡 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
2) Prosedur
a). Diambil sampel ± 1 kg untuk dianalisa secara manual
c). Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP) dan Cangkang/Ampas
(C/A)
c). Ditimbang masing – masing fraksi
d). Untuk biji bulat dan biji pecah dipecahkan secara manual dengan batu
e). Setelah terpisah antara cangkang dan inti maka inti ditimbang
f). Kadar inti pada biji dapat dihitung dengan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑖
Kadar Inti = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑖𝑗𝑖
3). Perhitungan
Kerugian = % 𝐵𝐵 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑃 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑡 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
3) Perhitungan
Kerugian = % 𝐵𝐵 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑃 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑡 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
2) Prosedur
a) Diambil sampel ± 1 kg untuk dianalisa secara manual.
b) Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP) dan Cangkang/Ampas
(C/A).
c) Ditimbang masing – masing fraksi.
d) Untuk biji bulat dan biji pecah dipecahkan secara manual dengan batu.
e) Setelah terpisah antara cangkang dan inti maka inti ditimbang.
f) Kadar inti pada biji dapat dihitung dengan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑖
Kadar Inti = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑖𝑗𝑖
3). Perhitungan
Kerugian = % 𝐵𝐵 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑃 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑡 + % 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑐𝑎ℎ
100
2). Prosedur
a) Diambil sampel ± 1 kg untuk di analisa secara manual.
b) Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP), dan Cangkang/Ampas.
c) Ditimbang masing – masing fraksi.
3). Perhitungan
% umpan Separating Tank = 100 – (BB + BP)
3). Perhitungan
% umpan Separating Tank = 100 – (BB + BP)
c) Batu
2). Prosedur
a) Diambil sampel ± 1 kg untuk dianalisa secara manual
b) Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP), dan Cangkang/Ampas
c) Ditimbang masing – masing fraksi
d) Untuk biji bulat dan biji pecah dipecahkan secara manual dengan batu
e) Setelah terpisah antara cangkang dan inti maka cangkang ditimbang
f) Kadar cangkang pada biji dapat dihitung dengan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
Kadar Cangkang = 𝑋 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑖𝑗𝑖
3). Perhitungan
Kadar kotoran = % cangkang BB + % pada BP + % ampas
2). Prosedur
a) Diambil sampel ± 1 kg untuk dianalisa secara manual
b) Dipisahkan masing – masing fraksi pada sampel, yaitu : Biji Bulat (BB),
Biji Pecah (BP), Inti Bulat (IB), Inti Pecah (IP), dan Cangkang/Ampas
c) Ditimbang masing – masing fraksi
d) Untuk biji bulat dan biji pecah dipecahkan secara manual dengan batu
e) Setelah terpisah antara cangkang dan inti maka cangkang ditimbang
102
3). Perhitungan
Kadar kotoran = % cangkang BB + % pada BP + % ampas
3). Perhitungan
Kadar kotoran = % cangkang BB + % pada BP + % ampas
103
(a) (b)
Gambar 3. 56 (a) Kolam Limbah dan (b) Saluran Limbah
Limbah merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam
suatu industry. Limbah yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
masalah terhadap lingkungan industry. PT.Socfindo Tanah Gambus merupakan
pabrik industry pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Dalam proses produksi
CPO ini dihasilkan 4 jenis limbah yaitu limbah padat, limbah cair, limbah gas, dan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
3.5.1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit di PKS
Tanah Gambus meliputi serabut tandan kosong (Empty Fruit Bunch atau EFB) hasil
dari Empty Fruit Bunch Press, serabut daging buah (fibre) dan cangkang kelapa
sawit (shell). Selain itu, limbah padat lain yang dihasilkan ialah abu sisa
pembakaran boiler dan fasa solid dari decanter.
PKS Tanah Gambus memanfaatkan semua limbah padat sehingga tidak
ada limbah padat yang terbuang. Fibre dan cangkang digunakan sebagai bahan
bakar boiler dan sisa cangkang yang tidak terpakai biasanya dijual kepada
pihak lain, Sementara EFB, ash boiler dan solid digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kompos.
tersebut dialirkan menuju kolam fat fit untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam air limbah. Dari limbah cair di horizontal fat fit. Kolam limbah
adalah tempat penampungan akhir sisa pengolahan CPO (Crude Palm Oil) yang
berasal dari fat fit. Di PT.Socfindo Tanah Gambus terdapat 4 buah kolam limbah.
limbah B3 berupa buangan tube bekas tinta dn lampu bekas. Limbah B3 ini
dikumpulkan didalam gudang limbah B3. Selanjutnya limbah B3 akan ditangani
oleh pihak ketiga yng memiliki izin untuk mengangkut dan mengolah limbah B3.
106
BAB IV
PEMBAHASAN
Cara mengatasinya :
1) Perlunya ada perbaikan atas kebocoran pada tabung sterillizer agar tekanan
pada saat proses perebusan dapat tercapai sesuai dengan waktu normalnya
sehingga efisiensi perebusan dapat terpenuhi.
2) Lebih memperhatikan sambungan lori agar tidak putus saat ditarik capstand.
3) Bagi karyawan agar selalu memperhatikan dan membersihkan jalur rail lori
agar tidak terjadi gangguan pada sistem jalur lori.
Cara mengatasinya :
1) Perlunya penerapan cycle time yang lebih tegaslagi, sehingga buah rebusan
bisa yang diumpankan dari auto feeder ke thresher menjadi kontinue dan sesuai
kapasitas.
2) Kordinasi antara pekerja di stasiun rebusan dan hoisting crane agar buah
rebusan selalu tersedia tepat waktu sesuai kapasitasnya.
serat-serat buah tidak habis dilarutkan sehingga massa buah akan mengelincir
sewaktu pengempaan dikempa ulir.
3) Terdapat banyak biji yang pecah akibat tekanan conish yang terlalu besar.
Cara mengatasinya :
1) Pada proses sortasi buah yang tidak memenuhi standar dipisahkan.
2) Peoses perebusan dengan tepat sehingga kematangan buah akan maksimal.
3) Mengatur tekanan conish agar sesuai dengan jumlah umpan yang masuk dan
tidak mengakibatkan banyaknya biji yang pecah.
IV.5 Problematika yang Ada pada Stasiun Pemurnian dan Cara Mengatasinya
Problematika yang terjadi :
1) Kadar kotoran dan air yang tinggi dari vakum dryer.
2) Tempat kerja yang berminyak dan kotor mengakibatkan susah untuk berjalan
dan rawan terjadi kecelakaan kerja.
3) Kurangnya perhatian terhadap pengadaan form standar pengoperasian alat.
2) Banyaknya nut utuh yang tidak terpecah didalam ripple mill disebabkan karna
pemeraman yang kurang baik, sehingga nut utuh harus di kembalikan lagi
kedalam nut silo untuk di lakukan pemeraman kembali dan hal tersebut
menyebabkan kapasitas olah menurun.
3) Proses pembersihan dan pemisahan kotoran didalam hydrocyclone yang tidak
berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan kotoran dan inti pecah yang
terikut didalam kernel yang akan dikeringkan masih banyak.
4) Banyak nut dan fiber kering yang berserakan di depan nut polishing drum yang
bisa menurunkan nilai estetika pabrik.
Cara mengatasinya :
1) Melakukan perbaikan diantara sambungan depericarper dan nut polishing
drum, agar celah sambungan yang terbuka bisa tertutup sehingga nut dari
depericarper tidak tercecer.
2) Suhu pemeraman harus disesuaikan agar pemeraman maksimal dan pemecahan
nut didalam ripple mill menjadi lebih efisien.
3) Melakukan pembenahan pada hydrocyclone, dengan mengecek putaran drum,
jumlah air dan hisapan pompa, agar inti pecah dan kotoran yang terhisap benar-
benar maksimal, sehingga kadar kotoran kernel bisa diminimalisir.
4) Melakukan pembersihan rutin terhadap nut dan fiber yang berserakan, atau
membuat penutup agar nut dan fiber tidak keluar saat proses.
110
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Pabrik kelapa sawit (PKS) Socfindo Kebun Tanah Gambus didirikan pada
tahun 1982 diatas lahan seluas 62.151,4 m2 dengan luas bangunan Pabrik 59.447,4
m². PKS tanah Gambus memiliki kapasitas olah 23 ton TBS/jam dan didukung oleh
112 pegawai/karyawan (pengurus dan pegawai/karyawan POM) serta disuplai oleh
kebun milik sendiri (Tanah Gambus) seluas 3.373,11 Ha.
PKS Tanah Gambus rata-rata mengolah 295 Ton TBS/hari dan rata-rata
menghasilkan Minyak Sawit (CPO)70,8 Ton/hari serta Inti Sawit 10,8 Ton/hari,
dengan rendemen minyak sawit antara 23-24% dan rendemen inti sawit 3,40% s/d
3,65%. Pabrik beroperasi rata-rata 12-18 jam setiap hari.
PKS Kebun Tanah Gambus memiliki peralatan utilitas sebagai penunjang
operasional pabrik diantaranya :
a) 1 unit boiler type SF MV-1157 buatan PT. ATMINDO dengan kapasitas 30
ton/jam dan tekanan 20 bar serta temperature 270oC.
b) 2 unit Turbin uap merk Allen KKK.
c) 1 unit Generator berkapasitas 625 KVA.
V.2 SARAN
Setelah pelaksanaan dari PKL ini saran yang dapat diberikan bagi perusahaan
antara lain :
1) Pengendalian Sumber Daya Alam (Air, Listrik, BBM, Oli dan Bahan Kimia)
dalam proses sangat efektif dan efisien sehingga perlu dipertahankan.
111
xiv