BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS sebagai
bahan baku menjadi CPO (crude palm oil) dan inti sawit dengan menggunakan
dan mutu. Dari kedua produk dan hasil olahan pabrik kelapa sawit (PKS) tersebut
terdapat perbedaan angka rendemen yang sangat jauh berbeda. Dimana rendemen
CPO selalu menjadi rendemen premier, sedangkan rendemen PKS selalu menjadi
rendemen sekunder. Padahal jika rendemen inti (kernel) dapat ditingkatkan lagi,
Menurut Hanny, dkk (2018) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya
mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa
sawit Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel). Proses pengolahan kelapa
sawit sampai menjadi minyak sawit CPO terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
untuk meliputi berat. Perinsip kerja dari jembatan truk yang melewati jembatan
timbang tidak berhenti, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
selisih berat awal dan berat akhir adalah berat TBS yang diterima oleh pabrik.
Fungsi :
2. Menimbang seluruh hasil produksi CPO dan Kernel yang akan dikirim ke luar
pabrik. Menimbang material lain yang masuk serta keluar dari pabrik (seperti
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis Tenera dan
jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan
kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan
Fungsi :
Kapasitas beban pintu loading 10 ton, dan jumlah pintu loading ramp 15 pintu
jadi kapasitas beban semua pintu 150 ton untuk 1 loading ramp, ada 3 loading
ramp maka, kapasitas seluruh loading ramp yang mampu ditampung oleh pabrik
dimanaproses perebusan TBS dilakukan secara kontinu. Sistem ini hanya dikenal
satu jenis saja yaitu system Continous Sterilizer. Prinsip pengoperasian yang
a. Menggunakan live steam injection dengan tekanan 14,7 psi (1 bar) atau low
pressure sterilizing.
b. TBS direbus melalui conveyor dua tingkat yang berada di dalam
kompartemen sterilizer.
c. Proses perebusan continous single pressure.
d. Siklus perebusan 60 – 70 menit. Tahap-tahap system continoussterilizer.
2.1.4 Proses kerja continous sterilizer
Tahap-tahap system continoussterilizer adalah sebagai berikut :
1. Tahapan sebelum Sterilization TBS dikondisikan dengan cara merobek
janjang TBS menjadi dua menggunakan alat FFB Crusher. Tujuannya adalah
agar memudahkan penetrasi steam sampai ke dalam rachis mengingat
tekanan perebusan yang digunakan adalah pada tekanan atmosfer.
2. Tahap Sterilization TBS direbus secara kontinyu pada tekanan atmosfer (Low
Pressure Sterilizing) dengan cara melewatkan TBS yang telahdirobek
melalui suatu kompartemen menggunakan conveyor yang kemudian
10
berlangsung akibat terbantingnya tandan buah secara berulang - ulang di dalam alat
Gambar 2. 4 Thresher
Gambar 2. 5 PH Cooker
a. Digaster
Setelah buah dipisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digaster dengan
cara masuk ke Under Threser Conveyor yang berfungsi untuk membawa buah
ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke
Distribusi Conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digaster.
Didalam Digaster tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian
poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah
dari digester ke screw press.
13
Gambar 2. 6 Digester
b. Screw Press
minyak kasar. Buah- buah yang telah diaduk secara bertahap dengan
Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas
CBC adalah suatu unit sistem yang memiliki motor pengerak, Screw Coveyor
( ulir dan poros) dan sistem transmisi, unit CBC pada pabrik kelapa sawit
memiliki 4 unit masukan yang digunakan untuk melayani 4 unit mesin press dan 1
unit keluaran yang digunakan untuk melakukan transfer ampas dan biji kelapa
sawit pada stasiun proses berikutnya. Bagian-bagian pokok dari model metering
device tipe screw conveyor dengan dua adalah screw conveyor , hopper, sistem
nut (cake) hasil dari keluaran press sehingga akan memudahkan pemisahan fiber
dan nut pada depericarper (fiber cylone), di CBC juga terjadi proses penguapan
15
akibat hamburan "cake" yg terjadi selama proses transportasi. Disamping itu juga
sebagai alat transportasi "cake" dari press ke 1st Depericarper (nut ke polishing
drum dan fibre dihisap oleh fibre cyclone). Jika pemisahan tidak optimal dan basah
bisa menyebabkan fiber terikut ke polishing drum. Design CBC yang perlu
Ampas kempa (cake) dari stasiun Press akan langsung jatuh ke Cake breake
didalam pemisahan antara Fiber dan Nut. Fiber akan terhisap oleh Depericarper
untuk selanjutnya dibawa ke Fiber Hopper sebagai bahan bakar Boiler. Sedangkan
Nut akan jatuh menuju Nut Polishing drum untuk selanjutnya akan dibersihkan
serabut-serabut halus yang masih menempel pada bagian luar Nut yang dapat
yang umum digunakan pada industri bahan baku sebagai suatu sistem yang
digunakan untuk melakukan transfer bahan baku adapun rinci dari bagian screw
No Bagian Fungsi
4 D Trough Ends
17
F Nu-Weld® Flange
Adapun fungsi dari bagian bagian dari mesin Cake Breaker Conveyor
adalah sebagai berikut :
1. Screw adalah sebuah alat dari mesin Cake Breaker Conveyor yang berbentuk
seperti ulir dan panjang nya 30 meter yang berfungsi Memecahkan gumpalan
fiber dan nut (cake) hasil dari keluaran press sehingga akan memudahkan
pemisahan fiber dan nut pada depericarper (fiber cylone).
2. Pen ( pengunci)
Pen adalah besi yang dimasukan kedalam lubang As yang berfungsi untuk
mengunci dari pada sambungan antara kopling dan As Screw.
3. Bearing
Bearing berfungsi agar As Screw dapat berputar dengan baik dan menjaga agar
As Screw tidak bergesekan dengan gantungan metal blok.
4. Cover kopling /Pembatas
Cover kopling /Pembatas adalah berfungsi sebagai pembatas antara bak
conveyor dengan kopling.
5. Cover Screw
Cover Screw adalah berfungsi sebagai pentup atau pembatas Screw agar biji
olahan sawit tidak lompat keatas.
6. Feed and Discharge spouts
Feed and Discharge spouts berfungsi sebagai kedudukan dari pada bak
Conveyor.
7. kopling
18
Kopling adalah bagian dari pada mesin (Cake Breake Conveyor) yang
digunakan menghubungkan dua poros pada kedua ujungnya yang bertujuan untuk
Ada 2 jenis kopling pada mesin CBC (Cake Breake Conveyor) yaitu :
1. Kopling Flexible
Persediaan stok spart part kopling flexible tersebut dapat diperbanyak didalam
Kopling flexibel lebih cepat rusak atau pecah saat pengoprasian mesin CBC
2. Kopling rantai/gigi
Lebih tahan lama dari pada jenis kopling flexible, karna jenis kopling
Harus lebih sering dilakukan penyecekan penyetelan rantai karan kalau tidak
akan terjadi kekenduran rantai yang mengakibatkan rantai terlepas dari gigi,
dan Jika metal blok ada keausan putaran Screw tidak stabil, mengakibatkan
c. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk meisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah
tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh
fan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke NutPolishing Drum.
Gambar 2. 10 Depericarper
d. Nut Silo
Nut silo berfungsi untuk pemeraman biji, biji mengandung pektin yang
terdapat antara inti dengan tempurung sebagai perekat. Silo dibuat berbentuk
mill maka pektin ini perlu dirombak melalui proses kimia seperti fermentasi.
Dalam alat ini dilengkapi dengan injeksi udara panas yang terletak dibagian
bawah. Dengan pemakaian suhu 80-90ºC di nut silo maka kadar air dalam biji
berkurang sehingga biji akan lekang dari intinya. Atau dapat dikatakan untuk
e. Ripple Mill
Fungsi dari Ripple Mill adalah untuk memecahkan nut.Pada Ripple Mill
terdapat rotor bagian yang berputar pada Ripple Plate bagian yang diam. Nut
masuk diantara rotor dan Ripple Plate sehingga saling berbenturan dan
f. Hydrocyclone
Gambar 2. 13 Hydrocyclone
g. Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan
mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga
tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70°C, tengah 60°C dan bawah
50°C.Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50°C,
tertentu (Sudrajat, 2011). Kemudian dengan penekanan inti definisi yang sejalan
maintenance sebagai konsepsi dari semua aktivitas yang di perlukan untuk menjaga
yaitu :
1. Mengurangi total biaya pemeliharaan (biaya suku cadang dan biaya overtime)
2. Memiliki stabilitas proses yang lebih baik
3. Memperpanjang usia peralatan dan mesin
4. Mengoptimalkan jumlah suku cadang
5. Meningkatkan keselamatan karyawan/operator
6. Mengurangi kerusakan lingkungan sekitar.
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)dilakukan guna
memperpanjang umur sistem ataumemperpanjang umur sistem ataupun
meningkatkan kehandalan dari sistem tersebut. Tindakan pemeliharaan ini
bervariasi mulai dari perawatan ringan yang membutuhkan durasi kegagalan
24
2. Corrective Maintenance
4. Predictive Maintenance
didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang
seharusnya dilakukan untuk menjamin setiap aset fisik atau suatu sistem dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi yang diinginkan oleh penggunanya.
Reliability Centered Maintenance adalah suatu proses untuk menjamin suatu aset
a) Orientasi Fungsi
b) Sistem Terfokus
RCM lebih peduli menjaga fungsi sistem daripada fungsi komponen individu.
c) Keandalan Terpusat
usia operasi dan kegagalan yang dialami penting. RCM tidak terlalu peduli
desain asli. Selain itu RCM mengakui bahwa perbedaan sering ada diantara
desain untuk masa pakai dan desain intrinsik atau aktual, dan perbedaan ini
Keselamatan harus terjamn pada biaya apapun setelah itu, efektivitas biaya
menjadi kriteria.
dan pemeliharaan untuk meminimalkan risiko dan dampak dari kegagalan dalam
fasilitas dan utilitas peralatan dan sistem (Sari, 2016). Hal ini memungkinkan
sistem dan fungsi peralatan untuk dipertahankan dengan cara yang paling
ekonomis. Tujuan RCM spesifik seperti yang dinyatakan adalah sebagai berikut
adalah:
a. Untuk memastikan realisasi tingkat keamanan dan keandalan yang melekat pada
peralatan.
d. Untuk mencapai tujuan ini dengan total biaya minimum, termasuk biaya
operasional.
maintenance (PM).
kehandalan.
keandalan dari peralatan dan struktur dari kinerja yana akan dicapai adalah fungsi
yang bersifat fisik dalam konteks operasinya. Secara mendasar, metodologi RCM
menyadari bahwa semua peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki tingkat
prioritas yang sama. RCM menyadari bahwa desain dan operasi dari peralatan
berbeda beda sehingga memiliki peluang kegagalan yang berbeda beda juga(Ratna
&Sudiyono, 2015).
koreksi pada kerusakan yang kecil untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih
efektif, diperlukan beberapa hal yang diantaranya adalah historical records dari
manual), identifikasi dari semua komponen, peralatan pengujian dan alat bantu,
30
diambil.
b. Reactive Maintenance
replacement hanya pada saat item menghasilkan kegagalan fungsi. Pada jenis
diterapkan, tingkat pergantian part yang tinggi, usaha maintenance yang jarang
dilatih dengan efektif hanya jika dilakukan sebagai sebuah keputusan yang sangat
kerusakan.
c. Proactive Maintenance
efektif, memastikan bahwa tidak berpengaruh perawatan yang terjadi dalam isolasi
metode perawatan dengan teknologi pada masing – masing aplikasi. Hal tersebut
dari kandungan teknis dan performa jarak yang terjadi antara maintenance task yang
satu dengan yang lain, meningkatkan fungsi dengan mendukung perawatan dalam
d. Predictive Maintenance
ini akan memprediksi kapan akan terjadinya keruskan pada komponen tertentu pada
berikut:
1. Pemilihan Sistem
32
Pada saat kita akan menggunakan RCM pada fasilitas ada dua hal yang
Proses analisis RCM pada tingkat sistem kita akan memperoleh informasi yang
b. Seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak dilakukan pemilihan
sistem
Biasanya analisis tidak dapat dilakukan pada semua sistem. Hal ini dikarenakan
bila dilakukan proses analisis secara bersamaan untuk dua sistem atau lebih
proses analisis akan sangat luas. Sehingga, kita dituntut untuk melakukan
analisis secara terpisah, sehingga dapat lebih mudah untuk menunjukkan setiap
2. Pengumpulan Informasi
pengertian yang lebih jelas mengenai suatu sistem dan bagaimana suatu sistem itu
definisibatas sistem. Lebih jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk
dan cara sistem beroperasinya dapat dipakai sebagai informasi untuk membuat
diagram fungsi dengan blok diagram fungsi lainnya. Melalui pembuatan blok
diagram fungsi suatu sistem maka masukan, keluaran dan interaksi antara sub-sub
Pada bagian ini, proses analisis lebih difokuskan pada kegagalan fungsi,
bukan kepada kegagalan peralatan karena kegagalan komponen akan dibahas lebih
lanjut di tahapan berikutnya (FMEA). Biasanya kegagalan fungsi memiliki dua atau
lebih kondisi yang menyebabkan kegagalan parsial, minor maupun mayor pada
sistem.
bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari komponen dan
34
khusus yang kritis dapat dinilai dan tindakan-tindakan perbaikan diperlukan untuk
dituliskan pada sebuah FMEA Worksheet. Risk Priority Number (RPN) adalah
sebuah pengukuran dari resiko yang bersifat relatif. RPN diperoleh melalui hasil
RPN = S * O * D
beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen
1. Severity (S)
Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode
kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Nilai rating Severity antara 1 sampai 10.
Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat besar
terhadap sistem.
2. Occurrence
akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurence antara 1 sampai
36
10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki nilai kumulatif yang
3. Detection
1 Pasti terdeteksi
prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan
fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama (Denur,dkk 2017). Prioritas
Pada bagian kolom tabel LTA mengandung informasi mengenai nomor dan
nama kegagalan fungsi, nomor dan mode kerusakan, analisis kekritisan dan
mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang penting dalam
a) Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi
c) Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian
mesin terhenti?
pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori,
yakni:
Pada diagram 2.1 dapat dilihat struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis (LTA).
39
Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini
akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tugas
(Syahruddin,2018).
40
majemuk sampai suatu batas yang dapat diterima, maka perlu dilakukan tugas
b. Jika tindakan pencegahan dilakukan, akan tetapi biaya proses total masih lebih
maintenance terjadwal (jika hal ini telah dilakukan dan ternyata konsekuensi
operasional yang terjadi masih terlalu besar, maka sudah saatnya untuk
c. Jika dilakukan tindakan pencegahan, akan tetapi biaya proses total masih lebih
besar dari pada jika tidak dilakukan tindakan pencegahan, yang dapat
adalah tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal, akan tetapi apabila biaya
perbaikannya terlalu tinggi, maka sekali lagi sudah saatnya dilakukan desain
Pada gambar 2.3 berikut dapat dilihat Road map pemilihan tindakan dengan
penggantian komponen.
langsung terhadap sumber kerusakan yang didasarkan pada waktu atau umur
komponen.
42
3. Finding Failure (F.F), tindakan yang diambil dengan tujuan untuk menemukan
Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab Akibat adalah alat yang
mungkin dari suatu masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini
“Ishikawa" karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa, atau diagram “fishbone” atau
“tulang ikan" karena tampak mirip dengan tulang ikan. Diagram fishbone ini dapat
digunakan ketika :
1. Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari akibat, masalah,
atau kondisi tertentu.
2. Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai faktor yang
mempengaruhi akibat atau proses tertentu.
3. Menganalisa masalah yang ada sehingga tindakan yang tepat dapat diambil.
sebagai berikut :
43
Penyebab mental adalah lingkungan yang tidak bersih, usia sudah tua dan motivasi
kurang, belum ada SOP pemeliharaan dan kurang pelatihan tentang perawatan
Faktor mesin yang menyebabkan delay yaitu penurunan fungsi dan kegagalan
3 Faktor Material
bahan alat perbaikan yang memadai dan belum ada penjadwalan spare part
cadangankomponen kritis.
yangdiperoleh dari belum adanya SOP pada perawatan mesin. Faktor Lingkungan
(Media).
44
terstruktur.
suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan
Kerusakan
cake breaker
conveyor
Lingkungan Metode
- Banyaknyan sisa biji biji kelapa sawit - Pemeliharaan
disekitaran mesin cake breaker /perbaikan dilakukan
conveyor pada terjadi
kerusakan
2.4 Realibility
Keandalan atau realibility merupakan besarnya probabilitas suatu
komponen atau sistem untuk dapat beroperasi atau melaksanakan fungsinya dalam
jangka waktu dan kondisi waktu tertentu (Ebeling, 1997). Dengan kata lain,
mengalami kegagalan atau dapat melaksanakan fungsinya selama periode waktu (t)
berikut.
dimana :
konsep yang dipakai dalam pengukuran tingkat keandalan (reliability) suatu sistem
(continuous) dan bersifat probabilistik dalam selang waktu (0, ∞). Pengukuran
3. Fungsi Keandalan
Bila variabel acak dinyatakan sebagai suatu waktu kegagalan atau umur
komponen maka fungsi keandalan dinotasikan dengan 𝑅(𝑡) memiliki range 0 <
𝑅 (𝑡 ) = 1 − 𝑃 (𝑇 < 3 ) (2.1)
∞
𝑅(𝑡) = ∫ 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 (2.2)
𝑡
𝑅 (𝑡 ) = 1 − 𝑓 (𝑡 ) (2.3)
dimana:
𝑛 : Jumlah penggantian pencegahan yang telah dilakukan sampai
kurun waktu 𝑡
panjang interval waktu mendekati nol, maka fungsi laju kerusakan adalah laju
kerusakan sesaat. Laju kegagalan (λ) adalah banyaknya kegagalan per satuan
banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu tertentu dengan total
waktu operasi komponen atau sistem. Laju kegagalan dalam beberapa kasus
sebagai penurunan atau decreasing failure rate (DFR), dan sebagai konstan
atau constant failure rate (CFR), pada saat fungsi laju kegagalan λ(t) adalah
1. Distribusi Normal
Distribusi normal atau biasa disebut distribusi gaussian merupakan salah
satu jenis distribusi yang paling sering digunakan untuk menjelaskan penyebaran
data. Probability Density Function (PDF) dari distribusi normal adalah simetris
terhadap nilai rata-rata (mean). Dispersi terhadap nilai rata-rata distribusi normal
diukur berdasarkan nilai standar deviasi. Dengan kata lain parameter distribusi
normal adalah mean dan standar deviasi. PDF dari distribusi normal dapat ditulis
1 1 𝑡−𝜇 2
𝑓 (𝑡 ) = exp [− 2 ( ) ] (2.6)
𝜎√ 2π 𝜎
2. Distribusi Lognormal
Pada saat variabel acak T (waktu kegagalan) mempunyai distribusi
1 1 𝐼𝑛 𝑡−𝜇 2
𝑓 (𝑡 ) = 𝑒𝑥𝑝 [− 2 ( ) ] (2.9)
𝜎𝑡√ 2𝜋 𝜎
𝑡 1 1 𝐼𝑛 𝑡−𝜇 2
𝑅(𝑡) = 1 − ∫0 𝜎𝑡 𝑒𝑥𝑝 [− 2 ( ) ] 𝑑𝑡 (2.10)
√ 2𝜋 𝜎
𝑓 (𝑡 )
λ(t) = (2.11)
𝑅 (𝑡 )
50
3. Distribusi Weibull
periode kerusakan yang terjadi, yaitu periode awal (early failure), periode normal
dan periode pengausan (wear out). Periode tersebut tergantung dari nilai parameter
menurun untuk β < 1, laju kerusakan konstan β = 1 dan laju kerusakan naik β > 1.
𝛽 𝑡 𝛽−1 𝑡 𝛽
𝑓 (𝑡 ) = 𝛼 ( 𝛼 ) 𝑒 [− (𝛼 ) ] (2.13)
Distribusi Eksponensial
Distribusi Reyleigh
Distribusi Normal
Tabel 2.6 Decrising Failure Rate (DFR) dan Eksponential Distribution (CFR)
Value Bentuk Grafis Jenis Maintenance
Time
Time
𝛽 >1 Preventive dan time based
Fr
Time
(Sumber : Anthony Smith, 1999)
pendekatan Linear Regresi. Misalkan t1, t2, t3,......,tn adalah sejumlah data
waktu antar kerusakan sistem yang telah disusun menurut urutan terkecil, untuk
Xi = In ti (2.17)
1
Yi = 𝐼𝑛 [𝑛 ] (2.18)
1−𝐹(𝑡𝑖)
Dimana :
𝑖−0.5
F(ti) = [ ] (2.19)
𝑁
Setelah itu dengan menggunakan metode Least Square, nilai konstan α dan 𝛽 dapat
diperoleh sebagai berikut :
b = 𝑁𝛴𝑋𝑖.𝑌𝑖−(𝛴𝑋𝑖)(𝛴𝑌𝑖)
𝑁(𝛴𝑋𝑖 2 )−(𝛴𝑋𝑖)2
(2.20)
𝛴𝑌𝑖 𝛴𝑋𝑖
a= −𝑏 (2.21)
𝑁 𝑁
a = 𝑒 −𝛼/𝛽 (2.22)
𝛽=b (2.23)
Dimana :
e = 2,718
t = waktu terjadi kerusakan
α = characteristic life (CL)
𝛽 = probabilitas kumulatif dan waktu terjadi kerusakan sebelum atau sama
dengan t
54
distribusi kerusakan maka akan didapat nilai parameter fungsi kerusakan. Setelah
dan ongkos perawatan akan diketahui, kemudian akan didapatkan interval waktu
laplace yang sangat penting dalam matematika dan sebagai dasar dalam
Γ(n)=∫𝑒−𝑦𝑦𝑝−1𝑑𝑦,𝑝>0
f. Fungsi Teta θ
Fungsi Teta juga merupakam salah satu fungsi khusus yang ada di dalam
θ (𝑝,𝑞)=∫𝑥𝑝−1(1−𝑥)𝑞−1𝑑𝑥,𝑝>0,𝑞>010𝐵(𝑝,𝑞)=∫𝑥𝑝−1(1+𝑥)𝑝+𝑞𝑑𝑥,𝑝>0,𝑞>0
55
Fungsi Gamma dan Fungsi Teta Pada penelitian ini fungsi gamma
Maka, dapat disimpulkan nilai Teta dan Gamma adalah bilangan real (0), dan hanya
dapat difungsikan jika nilai Gamma dan Teta itu sendiri harus dikonotasikan dengan
4. Distribusi Ekponensial
PDF distribusi eksponensial ditunjukkan pada Persamaan 2.24 berikut
(Ebeling, 1997) :
1
MTTF = 𝛾 + λ (2.27)
dengan harapan. Ditribusi yang telah diamati harus sesuai dengan nilai teoritis yang
telah ada agar bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Uji kecocokan distribusi yang
gunakan adalah uji Goodness of Fit. Pengujian tersebut digunakan karena memiliki
56
probablitas yang lebih besar dalam menolak suatu distribusi yang tidak sesuai
(Ebeling, 1997).
Uji Goodness of Fit dibagi menjadi dua jenis yaitu uji umum (General Test)
dan uji khusus (Spesific Test). Untuk General Test digunakan untuk ukuran sampel
yang lebih besar dan menggunakan Chi Square Test. Sedangkan untuk Spesific Test
digunakan untuk ukuran sampel yang lebih kecil dan menggunakan Least Square
Test. Yang termasuk dalam Spesific Test yaitu Kolmogorov-Smirnov Test untuk
distribusi normal dan lognormal, Barlett Test digunakan untuk untuk distribusi
𝑡𝑖 − 𝑡̅ 𝑖−1
𝐷1 = 𝑚𝑎𝑥 {𝜙 ( )−( )} (2.29)
𝑠 𝑛
1 𝑡𝑖 − 𝑡̅
𝐷2 = 𝑚𝑎𝑥 {( ) − 𝜙 ( )} (2.30)
𝑛 𝑠
∑𝑛𝑖=1(𝑡𝑖 − 𝑡̅)2
𝑠= √ (2.31)
𝑛−1
keterangan:
𝑠 : standar deviasi
𝑛 : banyaknya data
𝑟
𝑘1 = [ ] (2.33)
𝑛
𝑟−1
𝑘2 = [ ] (2.34)
2
𝑀𝑖 = 𝑍𝑖+1 − 𝑍𝑖 (2.35)
𝑖 − 0,5
𝑍𝑖 = ln [− ln (1 − )] (2.36)
𝑛 + 0,25
keterangan:
1 1
2𝑟 {[ln (( 𝑟 ) ∑𝑟𝑖=1 𝑡𝑖 )] − [(𝑟 ) ∑𝑟𝑖=1 ln(𝑡𝑖 )]}
𝐵= (2.37)
(𝑟 + 1)
1 + 6𝑟
keterangan:
𝑟 : jumlah kerusakan
2
Χ(1− 𝛼
,𝑟−1)
< 𝐵 < Χ(2𝛼,𝑟−1) tabel chi kuadrat
2 2
(2.38)
keterangan:
n : jumlah kerusakan
b. Index of Fit
𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 . 𝑦𝑖 − (∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 )(∑𝑛𝑖=1 𝑦𝑖 )
𝑟= (2.40)
√[𝑛(∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 2 ) − (∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 )2 ][𝑛(∑𝑛𝑖=1 𝑦𝑖 2 ) − (∑𝑛𝑖=1 𝑦𝑖 )2 ]
4. Estimasi Parameter
Estimasi parameter masing-masing distribusi menggunakan Maximum
Likelihood Estimator (MLE) untuk menentukan estimasi parameter paling
maksimal. Di bawah ini adalah MLE untuk masing-masing distribusi:
1. Distribusi Normal
𝑛
𝜇=∑ 𝑡𝑖 (2.41)
𝑖=1
∑𝑛𝑖=1(𝑡𝑖 − 𝜇)2
𝜎= √ (2.42)
𝑛−1
keterangan:
𝜇 : nilai tengah
𝜎 : standar deviasi
60
2. Distribusi Lognormal
∑𝑛𝑖=1 ln 𝑡𝑖
𝜇= (2.43)
𝑛
∑𝑛𝑖=1[ln(𝑡𝑖 ) − 𝜇]2
𝑠=√ (2.44)
𝑛
𝑡𝑚𝑒𝑑 = 𝑒 𝜇 (2.45)
keterangan:
𝜇 : nilai tengah
𝜎 : standar deviasi
3. Distribusi Weibull
∑ 𝑦𝑖 ∑ 𝑥𝑖
𝛼= − (2.46)
𝑛 𝑛
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝛽=𝑏= (2.47)
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
𝛼
− (2.48)
𝛼=𝑒 𝛽
keterangan:
𝛼 : parameter skala
61
𝛽 : parameter bentuk
4. Distribusi Eksponensial
𝑛
𝜆= (2.49)
𝑇
keterangan:
terjadinya suatu kerusakan saat suatu mesin atau suatu sistem berjalan normal. Di
bawah ini adalah nilai MTTF untuk masing-masing distribusi (Ebeling, 1997):
1. Distribusi Normal
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝜇 (2.50)
2. Distribusi Lognormal
𝑠2
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝑡𝑚𝑒𝑑 . 𝑒 2 (2.51)
62
3. Distribusi Weibull
1
𝑀𝑇𝑇𝑅 = 𝛼Γ (1 + ) (2.52)
𝛽
4. Distribusi Eksponensial
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = (2.53)
𝜆
1. Distribusi Normal
𝑀𝑇𝑇𝑅 = 𝜇 (2.54)
2. Distribusi Lognormal
𝑠2
𝑀𝑇𝑇𝑅 = 𝑡𝑚𝑒𝑑 . 𝑒 2 (2.55)
3. Distribusi Weibull
1
𝑀𝑇𝑇𝑅 = 𝛼Γ (1 + ) (2.56)
𝛽
4. Distribusi Eksponensial
1 (2.57)
𝑀𝑇𝑇𝑅 =
𝜆
5. Diagram Pareto
63
pareto ini. Diagram pareto adalah grafik yang menguraikan klasifikasi data secara
mengidentifikasi masalah dari yang paling besar sampai yang paling kecil.
1) Untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas
dari fenomena tersebut.
2) Untuk dapat menentukan”pangkal persoalan”.
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20%
persentase terhadap total kerusakan dan penyajian data dalam grafik garis dan
Pada model ini penggantian pencegahan dilakukan tergantung pada umur pakai
dari komponen. Tujuan model ini menentukan umur optimal dimana penggantian
𝑇𝑝 . 𝑅(𝑡𝑝) + 𝑇𝑓 [1 − 𝑅(𝑡𝑝) ]
𝐷(𝑡𝑝) = (2.58)
(𝑡𝑝 + 𝑇𝑝). 𝑅(𝑡𝑝) + [𝑀(𝑡𝑝) + 𝑇𝑓 ][1 − 𝑅(𝑡𝑝) ]
keterangan:
dapat meminimalisir wearout suatu komponen atau sistem dan dapat mengetahui
keandalan mesin atau suatu sistem kembali ke kondisi semula setelah dilakukannya
berikut :
untuk 0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑇
untuk 𝑇 ≤ 𝑡 ≤ 2𝑇
keterangan:
masih dalam keadaan baik atau perlu dilakukannya perbaikan atau penggantian.
𝑡
𝜇= (2.62)
𝑀𝑇𝑇𝑅
𝑡
𝑖= (2.63)
𝑡𝑖
𝑘. 𝑖
𝑛=√ (2.64)
𝜇
(2.65)
1
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 = ×𝑡
𝑛
keterangan: