LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH:
Nim : 19 03 041
Grup :B
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PENENTUAN KADAR VFA
KATA PENGANTAR
iii
Perkembangan ilmu pengetahuan ini semakin bertambah maju, khususnya
dalam bidang ilmu pengetahuan yang sepadan dengan kemajuan teknologi. Dalam
dunia industri atau pun perguruan tinggi industri banyak sekali dipelajari tentang
pengolahan air bersih dan analisa karakteristiknya.
Laporan praktikum ini berisikan hasil praktikum penentuan kadar VFA .
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
terlibat sehingga praktikum tersebut dapat berjalan dengan lancar hingga laporan
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selain itu, penulis juga ingin memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan laporan ini baik dari segi tata tulis laporan maupun pemilihan
kata yang digunakan dalam laporan ini. Semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca terkhusus untuk penulis. Serta penulis
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk laporan
kedepannya.
(Putra Saibastian)
DAFTAR ISI
iv
Halaman
SAMPUL LAPORAN.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN...........................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................…v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum............................................................................1
1.2 Landasan Teori................................................................................1
1.2.1 Limbah ..................................................................................1
1.2.2 Pengaruh air limbah dengan metode adsorpsi dan filtrasi.....2
1.2.3 Analisa Kadar VFA..............................................................3
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Halama
n
Tabel 1.1 Data Pengamtan…………………………………………...9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
Gambar 1.1. Bagan Pengolahan Air Limbah dan Analisa Kadar
VFA………………………………………….8
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
biasanya mengndung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta menganggu
kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun
kualitasnya mungkin baik.
2. Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan,
bangunan, perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Aliran
terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai
beberapa kamar mandi, mesin cuci, dan peralatan lain yang
menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair rumah tangga
yang mencakup limbah cair dari perumahan dan perdagangan,
ditambah dengan rembesan air tanah.
3. Limbah cair Industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya
karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk
dibuang (Asmadi, 2012).
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik limbah cair terkait denga estetika karena sifat
fisiknya yang mudah terlihat dan dapat diidentifikasi secara
langsung. Karakteristik limbah cair meliputi :
a. Padatan Total (Total Solid)
Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan sampel
limbah cair pada temperatur 103 – 105 oC.
b. Bau
Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah.
Penyebab adanya bau pada air limbah karena adanya bahan
2
volatile, gas terlarut dan hasil samping dari pembusukan bahan
organik.
c. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu parameter yang penting dalam
air. Temperatur pada air dapat menentukan besarnya kehadiran
species biologi dan tingkat aktivitasnya. Pada temperatur yang
rendah aktivitas biologi seperti pertumbuhan dan reproduksi
akan menjadi lebih lambat. Sebaliknya jika suhu meningkat
maka aktivitas biologi juga akan meningkat.
d. Kepadatan (Density)
Kepadatan limbah cair didefinisikan sebagai massa per volume.
Densitas merupakan karakteristik penting dalam limbah cair
karena dapat memberikan informasi tingkat densitas air limbah
dalam bak sedimentasi maupun unit lain dalam instalasi
pengolahan air limbah.
e. Warna
Air murni tidak berwarna tetapi seringkali diwarnai oleh bahan
asing. Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih
ada setelah penghilangan partikel suspended disebut warna
sejati.
f. Kekeruhan
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat
organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda terapung yang
tidak mengendap dengan segera. Kekeruhan yang ada dalam air
buangan disebabkan oleh berbagai macam suspended solid yang
ada.
2. Karakteristik Kimia
Kandungan bahan kimia dalam air limbah dapat merugikan
lingkungan. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen
dalam sungai serta akan menimbukan rasa dan bau yang tidak
sedap pada pengolahan air bersih. Secara umum, karakteristik
3
kimia limbah cair dapat dibedakan menjadi zat organik dan zat
anorganik.
a. Zat Organik
Air limbah mengandung lebih kurang 75 % susspended solid
(SS) dari padatan yang dapat disaring dalam bentuk zat organik.
Senyawa organik biasanya terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen
serta nitrogen. Beberapa bentuk senyawa organik dalam limbah
antara lain ialah protein, minyak dan lemak, karbohidrat,
pestisida dan detergen atau surfaktan.
b. Zat Anorganik
Parameter limbah cair yang tergolong dalam zat anorganik
antara lain ialah pH, alkalinitas, logam dan gas.
3. Karakteristik Biologi
Air limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang
memiliki peranan penting dalam pengolahan air limbah secara
bilogi, tetapi ada juga mikroorganisme yang membahayakan bagi
kehidupan. Mikroorganisme tersebut antara lain bakteri, protozoa
dan alga (Suharto, 2012).
4
sedikit dibandingkan metode yang lainnya. Analisa kadar VFA
banyak digunakan untuk instalasi pengolahan air limbah untuk
melacak status mikroorganisme. Pada prosedur destilasi memberikan
hasil yang kasar dan 15-32 % VFA hilang selama destilasi. Analisa
kadar VFA dengan metode destilasi uap lebih lebih tepat dari dua
metode sebelumnya. Kromaografi memberikan hasil yang paling tepat
dan akurat (Juna, Sihombing. 2019).
5
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Alat filtrasi : 1 unit
2. Beaker Glass 1000 ml : 2 buah
3. Corong kaca : 1 buah
4. Labu ukur 1000 ml : 1 buah
5. Pipet tetes : 1 buah
6. Pipet volum 25 ml : 1 buah
7. Pipet ukur 10 ml : 1 buah
8. Bola hisap : 1 buah
9. Labu destilasi 1000 ml : 1 buah
10. Erlenmeyer 500 ml : 1 buah
11. Buret 50 ml : 1 buah
12. Beaker glass 100 ml : 1 buah
13. Kondesor : 1 unit
14. Batu didih : 4 buah
15. Dongkrak : 1 buah
16. Beaker glass 50 ml : 1 buah
17. Erlenmeyer bertutup : 1 buah
18. Aluminium foil : secukupnya
2.1.2. Bahan
1. Aquadest : 1000 ml
2. Limbah laundry : 500 ml
3. Limbah laundry hasil filtrasi : 500 ml
4. NaOH 0,5 N : 250 ml
5. H2SO4 15 % :100 ml
6. Air keran : Secukupnya
7. Indikator PP : 100 ml
8. HCl 0,5 N : 500 ml
9. Destilat Limbah laundry : 150 ml
10. Destilat Limbah laundry hasil filtrasi : 150 ml
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Prosedur Kerja Filtrasi
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Media filtrasi dibersihkan secara berulang sampai 3 kali
3. Setelah sudah benar-benar bersih, kemudian sampel limbah laundry
difiltrasi
4. Hasil filtrasi ditampung ke dalam beaker glass 1000 ml
2.2.2 Prosedur Kerja Destilasi
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Alat destilasi dirangkai
3. Aquadest dimasukkan sebanyak 1000 ml kedalam labu destilasi,
kemudian dimasukkan batu didih sebanyak 4 buah.
4. Sampel dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer 500 ml, lalu ditambahkan H2SO4 15 % sebanyak 1 ml.
5. Larutan NaOH 0,5 N sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam
erlenmeyer bercorong yang terpasang pada alat destilasi.
6. Lalu Heating Mantle dihidupkan dan diatur skala hingga no.8
7. Air keran dialirkan menuju kondensor dan selanjutnya menuju
wastefel
8. Destilat dihentikan sampai tercapai volume destilat sebanyak 150
ml.
2.2.3 Prosedur Kerja Titrasi
1. Destilat dipipet sebanyak 25 ml kedalam erlmenyer
2. Indikator pp ditambahkan 3 tetes lalu dititasi dengan HCl 0,5 N
sampai tercapai warna merah muda
3. Kadar VFA dihitung
7
2.2.4. Bagan Tahapan Pengolahan Air Limbah dan Analisa Kadar
VFA
a. Air Sungai
AIR SUNGAI
MEDIA FILTRASI
TIDAK SESUAI
SNI
YA
AIR BERSIH
8
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Pengamatan
A. Data
Sampel : 1. Limbah air laundry Sebelum Filtrasi
2. Limbah air laundry Sesudah Filtrasi
9
1000 ml/L
VFA Total = ( b - s ) x N HCl x mM
5 ml/L
1000 ml/L
VFA Total = (6,5 ml – 3 ml) x 0,5 N x mM
5 ml/L
VFA Total = 350 Mm
3.2.2 Reaksi
10
Larutan ungu
Merah muda
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Asam lemak volatile (VFA) adalah jenis asam karboksilat rantai pendek
yang mudah menguap dan memiliki bobot molekul rendah, VFA merupakan
unsur penting dalam mengendalikan proses pencernaan anaerobic. VFA memiliki
dua peranan penting dalam pembusukan bahan organic dan menghasilkan gas
metana dan karbon dioksida. Pada percobaan ini dilakukan perbandingan total
VFA pada air limbah tahu sebelum dan sesudah filtrasi dengan menggunakan
metode yaitu destilasi uap. Proses destilasi ini digunakan terhadap campuran
senyawa dan titik didih 200°C hingga lebih. Jenis destilasi ini akan menguapkan
senyawa pada suhu yang mendekati 100°C pada tekanan atmosfer disertai uap
ataupun air yang mendidih. Pada pratikum ini dilakukan penambahan asam sulfat
yang berfungsi untuk mempercepat proses penguapan asam lemak. Prinsip kerja
destilasi uap yaitu memisahkan campuran yang memiliki titik didih yang tinggi
dengan cara mengalirkan uap kedalamanya. Dimana senyawa yang memiliki titik
didih yang tinggi sebelum mencapai titik didih dimurnikan dengan menggunakan
uap atai air mendidih.
Hasil yang didapat yaitu nilai VFA pada limbah laundry setelah filtrasi
lebih tinggi dibandingkan nilai VFA pada limbah laundry sebelum filtrasi yaitu,
total VFA pada limbah tahu sebelum filtrasi sebesar 290 mM sedangkan pada
limbah tahu setelah filtrasi sebesar 350 mM. Hal tersebut terjadi karena pada air
limbah laundry yang telah difiltrasi akan meningkatkan asam organik pada
limbah tahu sehingga limbah laundry yang telah difiltrasi lebih tinggi dari pada
limbah laundry sebelum filtrasi.
Faktor yang mempengarui destilasi uap adalah suhu atau pemanasan,
tekanan, kelelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain-lain. Faktor yang peling
mempengarui dalam destilasi adalah suhu atau pemanasan jika pemanasan terlalu
besar dikhawatirkan akan terjadi flooding (banjir).
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar VFA pada air limbah laundry sebelum dan sesudah filtrasi secara
berturut-turut setelah dilakukan analisa yaitu 290 mM dan 350 mM.
2. Metode destilasi yang digunakan pada praktikum ini yaitu destilasi uap.
Proses destilasi ini digunakan terhadap campuran senyawa dan titik didih
200 °C hingga lebih. Jenis destilasi ini akan menguapkan senyawa pada
suhu yang mendekati 100 °C pada tekanan atmosfer disertai uap ataupun
air yang mendidih.
3. Dari hasil analisa maka dapat dibandingkan berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahwa kadar VFA yang didapat
sebesar 60 mM dan 120 mM menunjukkan ini bahwa sampel yang
dianalisa tidak sesuai dengan kadar yang sudah ditetapkan.
5.2. Saran
Untuk setiap praktikan disarankan nantinya untuk melakukan
percobaan dengan berhati-hati, teliti dan sesuai dengan prosedur kerja
supaya didapat hasil percobaan yang akurat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14