Anda di halaman 1dari 20

`

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MEKANISASI KELAPA SAWIT

STASIUN PEREBUSAN (STERILIZER)

KELOMPOK :5

NAMA : ELKANA HUTABALIAN (15 02 073)

ELLY SATRIA ZIDUHU BATE’E (15 02 074)

ENDRIK SYAHPUTRA (15 02 075)

FREDDY SIMORANGKIR (15 02 077)

GRUP :C

JURUSAN : II TM B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

PTKI MEDAN

2017
`

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas segala kasih dan karunia-Nya yang berlimpah dalam
kehidupan kita, serta penyertaan-Nya yang tak berkesudahan hingga
sampai saat ini. Dengan kasih dan anugerah yang diberikan-Nya,
penyusunan laporan Proses Mekanika Kelapa Sawit sebagaimana
praktikum telah berlangsung sebelumnya dapat terselesaikan.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak/asisten Proses


Mekanika Kelapa Sawit yang telah membimbing praktikan selama
praktikum berlangsung.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan saya


sekalian selaku jurusan II TM B Grup C yang telah membantu dan
bersama-sama menjalani praktikum hingga pada penyusuna laporan
ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan ini dapat


memenuhi sebagai hasil akhir dari parktikum yang telah dilakukan.

Medan, 10 Maret 2017

(Penyusun)
`

Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................1
Daftar Isi......................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................3
a. Latar Belakang.............................................................3
b. Maksud dan Tujuan......................................................4
BAB II ISI...................................................................................5
A. Landasan Teori.............................................................5
B. Fungsi Alat...................................................................8
C. Spesifikasi....................................................................14
D. Gambar Alat.................................................................16
`

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan


tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae.Tanaman ini
berasal dari dataran Afrika dan mulai dikenal di Indonesia sejak tahun
1848.Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman industri mulai
diusahakan secara komersil di Indonesia sejak 1991.Berdasarkan hasil
penelitian kondisi iklim dan keadaan tanah wilayah Sumatera Utara
dianggap cocok untuk pengembangan tanaman kelapa sawit sehingga
pihak Belanda, Inggris, dan Belgia mulai untuk mendirikan
perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan
Indonesia, di karenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara
tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun,
kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan
minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya
hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha
(Sunarko,2007).        
            Kenyataan lain yang perlu disadari adalah keterbatasan
mahasiswa pertanian dalam mengembangkan potensi dalam hal
budidaya kelapa sawit. Sehingga perlu adanya suatu tindakan yang
konkrit untuk menggali lebih dalam tentang pembibitan kelapa sawit
di lapangan. Kegiatan tersebut akan dapat tersalurkan melalui Praktek
`

Kerja Lapangan (PKL) sehingga dapat mengetahui masalah dan usaha


yang dilakukan untuk mengatasi problema tersebut dalam hal
budidaya kelapa sawit.
Sekarang ini prospek dari kelapa sawit sangat menguntungkan
hal ini disebabkan karena hasil akhir dari pengolahan kelapa sawit
seperti minyak goreng memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.

b. Maksud dan tujuan

1.         Tujuan Umum


a.    Untuk meningkatkan penalaran dalam menghadapi permasalahan di
lapangan.
b.     Untuk mengetahui dan menyelesaikan berbagai macam masalah di
lapangan.
c.     Mampu melihat hubungan antara teori dan aplikasi di lapangan
dengan segala faktor yang mempengaruhinya.
2.    Tujuan Khusus
a.    Memperoleh pengetahuan tentang tekhnik mekanisme kelapa sawit.
b.    Mengetahui persoalan yang timbul di lapangan mengenai proses
mekanismekelapa sawit.
c.    Mengetahui atau memahami pelaksanaan setiap tahapan proses dan
pengenalan peralatan yang digunakan.
`

BAB II
ISI

A. Landasan Teori

Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan


untuk merebus FFB dengan menggunakan uap (steam) yang
dikirim dari BPV (Break Pressure Vasel) pada tekanan 0 kg/cm2
s/d 3 kg/cm2 dengan temperatu 138-142oC dan lama perebusan
adalah 95 menit serta interval perebusan adalah 30 menit.
Sterilizer yang dipakai di pabrik mini kelapa sawit adalah
Vertical sterilizer.
Dalam sistem pengolahan kelapa sawit, salah satu
prosesnya adalah proses rebusan yang dilaksanakan pada
stasiun rebusan. Proses rebusan kelapa sawit dilakukan dengan
proses tekanan uap air. Variabel yang berperanan penting dalam
proses rebusan ini adalah jumlah buah kelapa sawit dan tekanan
uap air dalam Sterilizer (salah satu bagian dari stasiun rebusan).
Semakin besar buah kelapa sawit mendapat tekanan uap air
untuk waktu tertentu, semakin cepat terjadi pemasakan.
Ada dua macam  type sterilizer yang biasa di gunakan
yaitu sterilizer  yaitu vertical dan horizontal. Sterilizer vertikal
berbentuk silinder dengan muatan 2-6 ton TBS. Buah di isi
melalui pintu atas dan di keluarkan melalui pintu pengeluaran
sebelah sisi depan  bawah. Pada bagian sterilizer  dialasi dengan
plat berlubang yang di pasang menurun kearah pintu sehingga
memudahkan untuk mengeluarkan isinya.
`

Sterilizer Vertikal

Sedangkan sterilizer horizontal berbentuk silinder yang dipasang


mendatar, ditumpu  sesuai panjangnya. Sterilizer horizontal ada yang
berpintu satu dan ada  yang berpintu dua. Sterilizer ini di isi dengan
tandan buah yang di masukan kedalam lori. Lori ini ada yang
berkapasitas 1,5 ton dan 2,5 ton TBS. Sterilizer horizontal dapat di
muati 8 – 10 lori untuk satu kali perebusan dengan muatan perlori 2,5
ton TBS.

                                                                                               

Sterilizer Horizontal

`Perbedaan antara kedua sterilizer tersebut adalah :


1. Sterilizer vertical lebih sederhana dalam bentuk serta lebih rendah
biaya investasinya di bandingkan dengan sterilizer horizontal.
`

2.   Kapasitas olah sterilizer vertical lebih kecil di bandingkan dengan


sterilizer horizontal karena sterilizer vertical hanya dapat di
pergunakan  di pabrik yang berkapasitas terbatas.
3.   Pada sterilizer horizontal kerugian minyak didalam janjangan kosong
dan di dalam air embun perebusan lebih tinggi dari pada sterilizer
vertical, hal itu di sebabkan buah mengalami kerusakan sewaktu
pengisian karena berbenturan dengan pintu isian dan bantingan yang
dialami sewaktu di masukan.
4.   Diperlukannya waktu yang lama untuk membongkar isi sterilizer
vertical karena di lakukan dengan tangan manusia jika di bandingkan
dengan sterilizer horizontal yang di lakukan dengan mekanik.
`

B. Fungsi Alat

Perkembangan    alat    perebusan   yang  terakhir  adalah  sterilizer 


mendatar.
Sterilizer ini pada umumnya di lengkapi dengan :
1.   Pipa uap masuk
Ukuran pipa ini harus cukup besar untuk mempercepat kenaikan
tekanan dalam sterilizer dan umumnya dipakai pipa berukuran 6
inchi.Disamping adanya pelat pembagi uap dalam sterilizer juga di
tambah dengan pipa uap yang terpasang di luar sebelah atas sterilizer.
                                                                                               
2.   Pipa pengeluaran uap dan kondensat
Pipa pengurasan/pembuangan uap terletak di atas sterilizer.Ukuran
pipa pembuangan ini biasanya 8 inchi.Pipa ini di lengkapi dengan
peredam suara. Lubang pengeluaran di tutup dengan kotak plat
berlubang untuk penahan buah dan  kotoran lain. Pipa pengurasan
kondensat di pasang di bagian bawah sterilizer. Selain pipa ini  ada
pula pipa samping (by pass pipe) yang berukuran 3 inchi untuk
pembuangan air kondensat.
3.  Alat-alat pembantu dan pengaman pada sterilizer
Adapun diantaranya adalah :
a.     Manometer, untuk melihat gerak tekanan uap selama perebusan.
b.    Thermometer Gauge, untuk mengetahui besarnya temperature pada
perebusan yang  berbanding lurus dengan kenaikan tekanan.
c.    Buterfly valve, untuk penyekat aliran seperti globe valve dan gate
valve. Pada butterfly valve terdapat penutup aliran dilakukan pada
pemutaran disc (cakra) pada porosnya yang tegak lurus dengan sumbu
pipa ataupun penutup aliran dapat dilakukan secara otomatis.
d Check valve,untuk mengarahkan aliran searah, jika terjadi aliran yang
berlawanan arah maka katub akan menutup.
e.    Safety valve, untuk mengatasi tekanan uap yang terlalu tinggi yang
masuk ke dalam sterilizer.
f.   Lori, untuk menempatkan buah yang akan di rebus. Lori tempat buah
dibuat berlubang dengan diameter 0,5 inchi, yang berfungsi untuk
mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat
diantara buah.
g.   Capstand, sebagai alat bantu guna memasukkan dan mengeluarkan lori
dalam rebusan. Alat ini di gerakkan oleh motor listrik.
h.    Jaringan rel, jaringan rel ini harus rata dan tidak naik turun, tidak
bengkok dan jembatan rel sewaktu di gunakan harus duduk tepat pada
`

rebusan dan sewaktu tidak di gunakan kedudukannya tegak lurus pada


rel dan lubang.
Selain alat Bantu dan pengamanan di atas, pada sterilizer juga di
lengkapi dengan wearing plate yang berfungsi untuk menghindari
kerusakan pada sterilizer terutama pada lantai dasar sterilizer.Wearing
plate ini di las pada tepi plat tersebut. Plat tersebut dari baja st 37 dan
bentuknya harus sesuai dengan bentuk sterilizer tersebut.                                               
Untuk menghindari pengembangan plat akibat adanya kebocoran pada
sambungan yang disebabkan tekanan uap, maka di pasang pipa kecil
pada badan sterilizer bagian bawah.

Pipa ini berguna untuk memberi tanda pada operator apakah ada plat
yang mengalami pengikisan atau kebocoran dan pipa ini juga dapat
membuang uap yang bocor sehingga menghindari pembuangan plat
yang dapat menyebabkan kerusakan sterilizer.
Perlakuan Perebusan.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, tahap pertama setelah
penimbangan yang harus di jalani oleh buah kelapa sawit  dalam
pengolahan untuk memperoleh minyak secara rasional adalah proses
perebusan atau lazim di sebut dengan proses sterilizer.
Di dalam proses ini buah kelapa sawit di biarkan selama beberapa saat
berada di bawah pengaruh panas dari uap air. Uap yang masuk
kedalam sterilizer pada mulanya memanaskan buah yang berada di
bagian bawah. Panas yang di terima oleh setiap lapisan uap tidak
sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih bawah
menyebabkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan berlangsung
lebih lama apa bila lapisan buah yang di lalui uap semakin banyak.
`

Prinsip/Proses Kerja

Adapun tujuan perebusan yang di lakukan pada pengolahan kelapa


sawit adalah sebagai berikut :

1.      Menghentikan aktifitas enzim


Dalam buah yang di panen terdapat enzim lipase dan oksidase yang
tetap bekerja dalam buah sebelum enzim di hentikan dengan
pelaksanaan tertentu. Enzim dapat di hentikan  dengan cara fisika dan
kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan dengan suhu yang
dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak sebagai
katalisator dalam pembentukan trigleserida dan kemudian
memecahkannya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Enzim
oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang
kemudian dioksidasikan lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan
kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam.
Jadi ALB yang terdapat dalam minyak  terdiri dari enzim tanaman
(plant enzim) dan yang terkontaminasi (misalnya dari jamur) selama
proses penanganan.
Aktifitas enzim semangkin tinggi apabila mengalami kememaran
(luka).Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS di usahakan
agar kememaran buah dalam persentase relatif kecil.Enzim pada
umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50 oC. Oleh sebab itu perebusan
pada suhu 120oC akan menghentikan kegiatan enzim.

2.      Melepaskan  buah dari spiklet


Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk
mempermudah proses ekstrasi pengutipan minyak dan inti sawit, buah
perlu dilepaskan dari spikletnya. Buah dapat terlepas dari spiklet
melalui cara hidrolisa hemiselloulosa dan pektin yang terdapat di
pangkal buah. Hidrolisis dapat terjadi dengan proses kimia dan kimia
fisika serta reaksi biokimia.
Hidrolisis dengan  reaksi kimia biokimia telah terjadi sebagian
dilapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang di tandai dengan
buah membrondol. Reaksi hidrolisis hemisellulosa dan pektin dapat
terjadi dalam ketel rebusan yang di percepat oleh pemansan.Panas uap
tersebut dapat meresap kedalam buah karena adanya tekanan.
Hidrolisis pektin dalam tanki tidak seluruhnya dapat menyebabkan
`

pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan dengan proses
pemipilan pada Threshing Machine.
3.      Menurunkan kadar air
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti,
yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun pada
saat sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan
penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada
perikarp yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi kadar air
dan panas akan buah, akan menyebabkan minyak sawit antar sel dapt
bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah
keluar dari dalam sel sewkatu proses pengempaan  berlangsung.
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan perlakuan panas dan
tekanan akan meningkatkan sifat merah mudah lepas antara  serat satu
dengan nyang lain. Hal ini akan meningkatkan efesiensi digester dan
deperincaper/polishing drum. Air yang terkandung dalam inti akan
menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses
pemecahan biji akan mudah.
4.      Pemecahan emulasi
Minyak dalam perikarp berbentuk emulasi dapat lebih mudah keluar
dari sel jika berubah dari  fase emulasi menjadi minyak. Perubahan ini
terjadi dengan bantuan  pemanasan, yang mengakibatkan
penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang  sama dan
berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing terpisah.
Peristiwa itu akan mempermudah minyak keluar dari perikarp.
Penetrasi uap yang sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang
paling dalam, akan mempertinggi efesiensi  ekstrasi minyak.
Pemecahan emulasi yang telah dimulai dari perebusan akan membantu
proses pemisahan minyak dari air dan padatan lainya pada stasiun
klarifikasi.

5.      Melepaskan serat dan biji


Perebusan buah yang tidak sempurna  dapat menimbulkan kesulitan
pelepasan serat biji dalam polishing drum, yang menyebabkan
pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang
cukup baik akan membantu proses pemisahan serat preikarp dan biji,
yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka
lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji di
pukul dalam alat pemecah biji maka akan terjadi sifat kenyal yang
membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang akan terjadi
adalah pecahan besar yang melekat pada inti.
6.      Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
`

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15


%. Kadar air yang turun 15 % akan menyebabkan  inti susut
sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari
cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo,
sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian
pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau
basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.
Faktor-faktor yang di perhatikan untuk meningkatkan efesiensi
pelepasan buah dalam proses perebusan antara lain :
Mengeluarkan udara dari dalam sterilizer. Bila udara dalam sterilizer
tidak di keluarkan maka tekanan udara didalamnya adalah sama
dengan 1 kg/cm2. bila sterilizer di hubungkan dengan pipa uap
bertekanan 3 kg/cm2, maka pengisian uap akan terhenti setelah
manometer diatas sterilizer menunjukan tekanan 3 kg/cm2. tekanan
yang di tunjukan manometer itu tidak sepenuhnya dari tekanan uap
melainkan campuran dari tekanan uap dan udara, yaitu tekanan udara
1 kg/cm2 dan tekanan uap (3 – 1) kg/cm2. temperatur yang dicapai
lebih kurang 119,6 oC dibawah uap jenuh, sehingga pengembunan
akan mudah terjadi maka menyebabkan kehilangan minyak pada
pengembunan. Hubungan tekanan dan suhu uap yang bercampur
dengan udara dalam bejana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tekanan Absolut Tekanan Gauge Suhu
Kg/cm2 Kg/cm2 (oC)
1,0 0,0 100
2,0 1,0 119,6
                                                                                               
Sebelum dapat mengeluarkan udara dari sela-sela buah pada tandan
perlu sekali untuk terlebih dahulu menguras udara yang berbeda di
sekitar tandan yang mengisi ruang sterilizer. Pengurasan udara
pertama adalah saat bermulanya perebusan TBS. Upaya  untuk
memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a.         Mengatur isi lori agar buah di susun penuh sesuai dengan
kafasitas desain.Keadan ini  sering tidak di sadari oleh operator, yang
perlu di perhatikan bahwa pengisian lori yang lain penuh selain
mengurangi jumlah udara dalam bejana juga mempertahankan
kapasitas olah. Namun pengisian lori yang terlalu penuh juga tidak
baik, karena dapat menyebabkan buah terjatuh saat melalui pintu
sterilizer sehingga dapat menimbulkan kerugian
b.         Melakukan deaerasi, yaitu pembuangan udara dari bejana
dengan cara pemusiran oleh uap. Uap di masukan dari atas bejana
`

karena berat jenis udara lebih besar dibandingkan dengan uap air.Pada
suhu 100 oC berat jenis uap adalah 0,598 kg/cm2, sedangkan udara
yang bercampur dengan uap air pada suhu 50 oC berat jenisnya adalah
1,043 kg/cm2.
Pembuangan yang terlalu cepat dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi uap yaitu percampuran antara udara dengan uap yang
menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi yang lebih lama. Oleh karena
itu pemasukan uap pada permulaan perebusan  haruslah bersamaan
dengan pembuangan udara.
a.         Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana yang merupakan
penghambat  dalam proses perebusan. Air yang terdapat dadalam
rebusan akan mengasorbsi panas yang di berikan sehingga jumlah air
akan bertanbah. Pertambahan ini akan memperlambat usaha mencapai
tekanan puncak.
Di perkirakan jumlah air kondensat 10 % dari jumlah TBS yang di
rebus, sehingga oleh beberapa pabrik di lakukan blowdown secara
terus menerus melalui pipa di bawah bejana rebusan.
3.    Pembuangan uap
Pembuangan uap di lakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan.
Umumnya ukuran pipa pembuangan uap lebih besar dari pipa  uap
masuk sehingga pembuangan uap dilaksakan dengan cepat sehingga
buah lebih mudah lepas dari tankinya dan buah dapat lekang dari
batoknya.
                                                                                               
Pembuangan uap pada puncak-puncak sebelum akhir perebusan
dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan
maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat.Pada
akhir perebusan sebelum pembuangan uap (exhaust), air kondensat di
buang terlebih dahulu sehingga buah yang di rebus kering.
C. Kebutuhan Uap
Uap dapat di bedakan atas tiga keadaan yaitu :
1.      Uap basah
Yaitu uap yang masih mengandung butiran-butiran air yang masih
halus dimana temperatur masih sama.
2.      Uap jenuh
Yaitu  uap yang mengandung  rrbutiran-butiran air yang lepas, dimana
pada tekanan yang tertentu berlaku suhu tertentu  yang berlainan.

3.      Uap kering


`

Yaitu uap yang tidak  sama sekali mengandung butiran-butiran air,


dimana pada tekanan tertentu dapat di peroleh tekanan yang berlainan.
A. Fungsi Sterilizer

Fungsi dan tujuan perebusan TBS adalah sebagai berikut :

1. Menonaktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan


kenaikan ALB, karena enzym lipase non aktif pada suhu 45
derajat celcius.
2. Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang
3. Melunakkan fruitlet, sehingga memudahkan pemisahan antara
daging buah dan biji pada proses digestion dan depericarper.
4. Mengkondisikan daging buah, sehingga sel minyak dapat
terlepas untuk diekstraksi di stasiun press dan dimurnikan di
stasiun klarifikasi.
5. Mengurangi kadar air pada biji, sehingga memudahkan
pemecahan dan menaikkan efisiensi pemecahan.

C. Spesifikasi Alat

Spesifikasi peralatan pada sterilizer dibuat berdasarkan ukuran


dan kapasitas sterilizer.

- Safety Valve:

Type S3F IR

SIZE 25 MFG NO.3252

SET PRESS 10 KGF/CM2

ORIFICE DIA mm

Capacity 251 kg/hr

Valve lift 0,6 mm

DATE 13,2
`

TONE.S (MFG) TRADING INC


`

- MOTOR:

Western Electric Motor

IEC 60034/60072 TYPE 1AII 2M-4

IP55 IMB3 38,4 kg BRGDE 6306 C3 BRG NDE 6306


C3 ThC1F

50 Hz 220/280 V A/y

4 kw 15.24/8.82 A

EFF 84% COS 0 6,82 1430 r/min

210-230/360-400 V A/y 4 POLE

15,95-14,58/9,31-8,3 A

60 Hz 440 v Y

4,8 kw 8,82 A

EFF 84% COS 0 0,82 1716 r/min

420-460 v Y

9,31-8,38 a

SERIALNO. 1106710783

Macam Perebusan

 Single Peak tekanan 1,5 bar


 Double Peak tekanan 2,5 bar
 Triple Peak  tekanan 3 bar
`

Panduan Umum Cycle Time

Single Double Triple


No Components Peak Peak Peak
(Menit) (Menit) (Menit)
1 Waktu Pemasukan TBS 5 – 10 5 – 10 5 – 10
Waktu Penaikan
2 10 – 15 10 – 15 10 – 15
Tekanan
Waktu Penurunan
3 0 6–8 6–8
Tekanan (Condensate)
Waktu Penaikan
4 0 10 – 15 10 – 15
Tekanan
Waktu Penurunan
5 0 0 6–8
Tekanan (Condensate)
Waktu Penaikan
6 0 0 10 – 15
Tekanan
Waktu Penahanan
7 30 – 45 30 – 45 30 – 45
Tekanan
Waktu Penurunan dan
Pembuangan
8 5–8 6–8 6–8
(Condensate and
Exhaust)
Waktu Pengeluaran
9 5 – 10 5 – 10 5 – 10
TBS Masak
Total Waktu Perebusan 66 - 88 82 - 111 98 – 134

Keterangan:

1. Safety Valve
2. Pressure Gauge
3. Rantai
4. Gear Box
5. Motor
6. Katup (Valve)
7. Pipa
8. Thermocouple
`

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan serta pengamatan di lapangan pada Stasiun


Perebusan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Rata-rata waktu perebusan adalah 95 menit.
2.    Perebusan yang tidak sempurna dapat menyebabkan :
·         Rendemen rendah
·         Fiber banyak yang lengket pada nut
·         Losses diatas standar
·         USB tinggi
3.    Suhu yang terdapat dalam continous strerilizer tergantung dari steam
yang terdapat pada boiler, jika boiler dalam kondisi baik maka suhu
dapat dipertahankan secara berlanjut.
4.    Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam proses perebusan, yaitu :
·         Tekanan & Temperatur
·         Waktu
·         Kualitas dan Ukuran TBS
·         Sistem Perebusan
5.    Proses perebusan juga dapat mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya
dalam menghasilkan CPO, karena buah yang telah matang sempurna
mudah diolah dan menghasilkan minyak yang cukup.

5.2.  Saran
1.    Agar operator dapat menjaga waktu perebusan yang sesuai SOP.
2.    Menjaga kebersihan sterilizer.
`

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2004. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan


Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Ginting. 2000. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri.


Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama.


Cetakan Pertama. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Hidayat,M.A. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude


palm oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung

Anda mungkin juga menyukai