Anda di halaman 1dari 18

Deduksi

Ati Harmoni
ati@staff.gunadarma.ac.id
http://ati.staff.gunadarma.ac.id
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/ati

1
Deduksi
• Deducere (de berarti ‘dari’ dan ducere berarti
‘menghantar’, ‘memimpin’)
• Merupakan suatu proses berpikir (penalaran)
yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah
ada menuju kepada suatu proposisi baru yang
berbentuk suatu kesimpulan
• Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial,
silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau
silogisme alternatif, entinem, rantai deduksi.
2
Silogisme
• Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran
yang berusaha menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan
suatu kesimpulan atau inferensi yang
merupakan proposisi ketiga.

3
1. Silogisme Kategorial
• Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian
yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi
kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada
tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
• Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan,
misalnya:
(1) Semua buruh adalah manusia pekerja
(2) Semua tukang batu adalah buruh
(3) Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.

4
Proposisi Silogisme
• Dalam seluruh silogisme hanya ada 3 term: term
mayor, term minor, dan term tengah
• Tiap silogisme terdapat 3 proposisi: dua
proposisi yang disebut premis, dan satu
proposisi yang disebut konklusi
• Proposisi diberi nama sesuai dengan term yang
dikandungnya: premis mayor, premis minor, dan
konklusi (kesimpulan).
5
Proposisi Silogisme (2)
• Premis mayor:
– premis yang mengandung term mayor
– Proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu
– Contoh: “Semua buruh adalah manusia pekerja” adalah premis
mayor karena akan muncul sebagai predikat dalam konklusi
• Premis minor:
– Premis yang mengandung term minor
– Proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa yang khusus
sebagai anggota dari kelas tertentu
• Kesimpulan:
– Proposisi yang mengatakan bahwa apa yang benar tentang seluruh
kelas, juga akan berlaku bagi anggota tertentu.
6
Kesahihan dan Kebenaran
• Nilai sebuah silogisme:
– Kesahihan (validitas; keabsahan), tergantung pada bentuk
logisnya
– Kebenaran (truth), tergantung dari fakta yang mendukung sebuah
pernyataan
• Bentuk logis sebuah silogisme:
(1) Bentuk logis dari pernyataan kategorial dalam silogisme (premis
mayor harus disebut lebih dahulu, kemudian premis minor, lalu
konklusinya)
(2) Cara penyusunan term dalam masing-masing pernyataan
(proposisi) dalam silogisme.
7
Kaidah Silogisme Kategorial
(1) Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor,
premis minor, dan konklusi. Misalnya:
Premis Mayor: Semua petani desa itu adalah orang-orang jujur.
Premis Minor: Halim adalah seorang petani desa it.
Konklusi: Sebab itu, Halim adalah seorang jujur.

Kalau salah satu premis tidak ada, maka sulit untuk menerima
konklusi
(2) Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor
(term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi),
dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor).

8
Kaidah Silogisme Kategorial (2)
(3) Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar
atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi
Premis Minor: Adi adalah seorang manusia
Konklusi: Sebab it, Adi adalah mahluk berakal budi.
Bila dalam kesimpulan terdapat term yang tidak pernah
disebut dalam premis-premisnya, maka konklusi yang
diturunkan akan tidak logis.
Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi
Premis Minor: Adi adalah seorang manusia
Konklusi: Sebab it, Anita adalah mahluk berakal budi, atau
Sebab it, Adi adalah mahluk yang tidak berakal budi.
9
Kaidah Silogisme Kategorial (3)
(4) Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain
bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat
partikular.
Lihat contoh kaidah (1) dan (3).
Kalau konklusi bersifat universal, maka silogisme akan
ditolak karena tidak logis. Misalnya:
Premis Mayor: Semua mahasiswa adalah orang yang rajin
Premis Minor: Tommy adalah seorang mahasiswa
Konklusi: Sebab it, semua anak bimbingan saya adalah orang yang
rajin.

10
Kaidah Silogisme Kategorial (4)
(5) Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang
diturunkan juga harus bersifat universal.
Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja
Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh
Konklusi: Sebab itu, semua tukang batu adalah orang yang suka bekerja.
Bila konklusi bersifat partikular maka silogisme it tidak logis.
Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja
Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh
Konklusi: Sebab itu, Ali adalah orang yang suka bekerja.
Selain melanggar kaidah (5) silogisme di atas melanggar
kaidah (3).
11
Kaidah Silogisme Kategorial (5)
(6) Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif
dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
Premis mayornya negatif:
Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun
tidak mengikuti perploncoan.
Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun
Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan.

Premis minornya negatif:


Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di bawah 30 tahun
harus mengikuti perploncoan.
Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang tidak berusia di bawah 30
tahun
Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan.
12
Kaidah Silogisme Kategorial (6)
(7) Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik
kesimpulan. Sebab it silogisme berikut tidak sahih dan
tidak logis.
Premis Mayor: Semua koruptor bukan warga negara yang baik.
Premis Minor: Ia bukan seorang warga negara yang baik.
Konklusi: Sebab itu, ia seorang koruptor.
(8) Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat
ditarik kesimpulan yang sahih.
Premis Mayor: Chris John adalah seorang petinju
Premis Minor: Chris John adalah warga negara Indonesia
Konklusi: Sebab itu, petinju adalah warga negara Indonesia.
13
2. Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian
adalah semacam pola penalaran deduktif yang
mengandung hipotese.
Premis mayornya mengandung pernyataan yang
bersifat hipotetis.
Rumus proposisi mayor dari silogisme:
Jika P, maka Q

14
Contoh:
Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi: Sebab itu panen akan gagal.

Atau
Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan turun
Konklusi: Sebab itu panen tidak gagal.

Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial,


yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama
disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Terdapat asumsi: kebenaran antiseden akan mempengaruhi
kebenaran akibat.
15
3. Silogisme Alternatif
• Silogisme alternatif atau silogisme disjungtif:
– proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang
mengandung kemungkinan atau pilihan.
– Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah
satu alternatifnya.
– Konklusi tergantung dari premis minornya.
• Contoh:
Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor: Ayah ada di kantor
Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.

Atau

Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah


Premis Minor: Ayah ada di kantor
Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
16
4. Entimem
• Enthymeme, enthymema (Yunani) berasal dari kata kerja
enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’
• Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.
• Contoh: Silogisme aslinya berbunyi:
Premis Mayor: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup
adalah seorang pemain kawakan.
Premis Minor: Taufik Hidayat terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.
Konklusi: Sebab it Taufik Hidayat adalah seorang pemain (bulu tangkis
kawakan).

Penulis dapat menyatakan dalam bentuk entimem:


“Taufik Hidayat adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan,
karena terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.”

17
5. Rantai Deduksi
• Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem.
Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa
merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang
informal.

Semua buah belimbing masam rasanya. (hasil generalisasi)


Kali ini saya diberi lagi buah belimbing.
Sebab it, buah belimbing ini juga pasti masam rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan buah-buahan yang masam rasanya. (induksi: generalisasi)
Ini adalah buah belimbing masam.
Sebab it, saya tidak suka buah belimbing ini (deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi: generalisasi)
Saya tidak suka buah ini.
Sebab it saya tidak akan memakannya. (deduksi)

18

Anda mungkin juga menyukai