Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DAN METODOLOGI HUKUM ISLAM

Disusun oleh :

NAMA NIM

ADRIAN MAULANA (21120003)

ARIE PURNAMA AJI (21120006)

ASEP SUHENDAR (21120007)

AGUNG TRESNO UTOMO (21116057)

FAKULTAS TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SERANG RAYA

(2020)

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah swt yang telah
melimpahkan taufiq, rhmat, hidayah, serta karunianya kepada kita semua. Berkat rahmat dan
bimbingannya kami bisa menyelesaikan tugas diskusi kelompok mata kuliah pendidikan agama
islam selanjutnya dengan judul “IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DAN METODOLOGI
ISLAM”. Setelah bagaimana sebelumnya kita membahas apa metodologi tersebut dalam konteks
memahami islam.

Untaian sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada insan termulia baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan terbaik pada semua aspek kehidupan,
serta memberikan tuntutan dan pelajaran kepasda kita semua, semoga kita semua dapat
mencontoh akhlak dan kepribadian tyersebut yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluargaya dan para sahabatnya serta para pengikutnya kita semua semoga mendapat syafaat di
hari ahir kelak. Aamiin.

Dengan terselesaikannya tugas diskusi kelompok ini kami menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kata sempurna. Dalam penulisan tugas diskusi kelompok ini kami sudah
berusaha semaksimal mungkin dalam penyajian serta tata bahasnya. Akhirnya dengan segala
bentuk kekurangan dan kesalahan, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat
membangun guna perbaikan selanjutnya. Kami berharap sungguh dengan rahmat, bimbingan,
dan ridho-Nya mudah-mudahan penulisan tugas diskusi kelomok ini bermanfaat bagi kami
khususnya bagi para pembaca.

Terimakasih ..

Serang, 15 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar isi iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Ijtihad 2


2.2 Fungsi Ijtihad 3
2.3 Dasar dan Kedudukan Ijtihad 4
2.4 Macam- Macam Metode Ijtihad 5
2.5 Ijtihad Sebagai Sumber Dinamika Islam 6

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan 7
3.2. Saran 7

Daftar Pustaka 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan berubahnya zaman setiap tahun dan abadnya membuat peradaban disetiap bangsa
memiliki budaya adat dan khas yang berbeda-beda sesuai ajaran leluhur ataupun inovasi dan
perkembangan dari budaya sebelumnya. Disini bisa dibedakan manakah yang terdapat pada
hukum dan syariat islam atau tidak, untuk itu perlu sebuah perundingan dari setiap tokoh-tokoh
pada bangsa tersebut.

Mengingat pentingnya dalam syari’at Islam yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan
Assunah, secara komprehensif karena memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang
sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian secara
sungguh-sungguh atas persoalan-persoalan yang tidak ditunjukan secara tegas oleh nas itu. Maka
untuk itu ijtihad menjadi sangat penting. Kata ijtihad terdapat dalam sabda Nabi yang artinya
“pada waktu sujud” bersungguh-sungguh dalam berdo’a.

Dan ijtihad tidak membatasi bidang fikih saja dan banyak para pendapat ulama
mempersamakan ijtihad dengan qiyas. Adapun dasar hukum itu sendiri adalah Al-Qur’an dan
Assunah. Maka dari itu karena banyak persoalan di atas, kita sebagai umat Islam dituntut untuk
keluar dari kemelut itu yaitu dengan cara melaksanakan ijtihad.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengetian ijtihad.
b. Fungsi dari pada ijtihad.
c. Apakah dasar-dasar kedudukan ijtihad.
d. Sebutkan macam macam ijtihad.
e. Ijtihad sebagai sumber ajaran dan dinamika islam.
1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui mengetahui pengertian, fungsi, dan dasar-dasar ijtihad.
b. Untuk mengetahui metode ijtihad
c. Dapat memahami dan ijtihad sebagai sumber ajaran islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Ijtihad

Sebelum mangulas peranan ijtihad sebagai sumber hukum Islam, kalian perlu untuk
mengenali penafsiran ijtihad terlebih dulu. Kata Ijtihad sendiri berasal dari kata ijtahada
yajtahidu ijtihadan yang memiliki makna mengerahkan seluruh kemampuan yang terdapat pada
diri dalam menanggung beban. Bagi bahasa, ijtihad bisa di artikan dengan bersungguh- sungguh
dalam mencurahkan seluruh isi pikiran.

Sebaliknya untuk penafsiran ijtihad dilihat dari isitilah yaitu mencurahkan seluruh tenaga
dan pikiran serta bersungguh- sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Maka dari itu tidak
disebut ijtihad bila tidak adanya unsur kesulitan pada sesuatu pekerjaan. Sebagian besar ulama’
pada umumnya menyebutnya dengan menggunakan istilah ijtihad, dan sebagian lainnya lebih
suka menunjuknya dengan menggunakan terminologi ar-ra’yu. Meskipun terdapat perbedaan di
kalangan ulama’ dalam hal penyebutan, namun dapat ditegaskan bahwa sesungguhnya istilah
ijtihad sudah begitu populer dan lebih terkenal ketimbang terminologi ar-ra’yu, dan oleh karena
inilah dalam pembahasan ini lebih dipilihistilah ijtihad untuk menunjuk sumber ketiga ajaran
Islam ini—setelah al-Qur’an dan as-Sunnah Secara terminologis.

Berijtihad ialah mencurahkan seluruh kemampuan dalam mencari syariat dengan


memakai metode tertentu. Ijtihad sendiri dipandang sebagai sumber hukum Islam yang ketiga
sesudah Al- Qur’ an dan hadits. Ijtihad pula menjadi pemegang peranan berarti dalam penetapan
hukum Islam. Orang yang melakukan Ijtihad disebut dengan Mujtahid, dimana orang tersebut
merupakan orang yang ahli tentang Al- quran serta hadits

2
2.2 Fungsi Iijtihad

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam
dipandang sebagai sumber hukum ketiga setelah Al Quran dan hadits. dungsi ijtihad sebagai
sumber hukum Islam adalah untuk mendapatkan sebuah solusi hukum jika ada suatu masalah
yang harus di tetapkan hukumnya, akan tetapi tidak di temukan baik di Al-Quran atau hadits.
Bebrapa fungsi ijtihad.

➢ Terciptanya suatu keputusan bersama antara para ulama dan ahli agama yang berwenang
utuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian suatu perkara yang tidak ditentukan
secara eksplisit oleh al-quran dan hadits.
➢ Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil ijtihad yang tidak bertentangan dengan Al-
quran dan Al- hadits.
➢ Dapat ditetapkannya suatu hukum terhadap persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan
kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan dan syariat berdasarkan prinsip-
prinsip umum ajaran islam.

Oleh karena itu, dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad memiliki
kedudukan dan legalitas dalam Islam. Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak dapat di lakukan
oleh sembarang orang artinya hanya orang-orang tertentu saja, yang memenuhi syarat khusus
yang boleh berijtihad. Beberapa Syarat tersebut di antaranya adalah :

• Mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam


• Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan
tarikh (sejarah).
• Mengetahui cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas.
• Mempunyai akhlaqul qarimah.

Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk kehidupan
umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukuk ketiga setelah
Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak bisa sembarangan
orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam akan mempengaruhi semua orang
Islam di dunia.

3
2.3 Dasar dan Kedudukan Ijtihad

Adapun yang menjadi dasar ijtihad ialah AL-Quran dan Al-sunnah. Diantara ayat
alquran yang menjadi dasar ijtihad adalah sebagai berikut. Perihal kebolehan melakukan ijtihad
dalam Islam didasarkan pada sejumlah ayat al-Qur’an dan as-Sunah. Diantara ayat al-Qur’an
dimaksud, adalah: Qs. An-Nisa’ (4): 59 dan 105; Qs. Ar-Rum (30): 21; Qs. Az-Zumar (39): 42;
dan Qs. al-Jatsiyah (45): 13. Adapun redaksi firman Allah SWT dalam Qs. an-Nisa’ (4)
dimaksud adalah:

‫يا أيها الذ ين أ منوا أ طيعوا هلال و أطيعوا الرسول وأولي األمر منكم فإن تنا زعتم في شيئ فرد وه إلي هلال والرسول إن كنتم‬
‫ ذ لك خير و أ حسن تأويال‬,‫تؤ منو ن باهلل واليوم األ خر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-(Nya) dan ulil amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu (urusan) maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah-Nya, jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya. (Qs. an-Nisa’/4: 59). Selain Qs. an-Nisa’ (4) ayat 59 tersebut, keberadaan ijtihad
sebagai sumber ajaran Islam, setelah al-Qur’an dan as-Sunnah, didasarkan juga pada sabda
Rasulullah saw berikut ini:

‫ فإ ن‬: ‫ قا ل‬, ‫ أقضى بما قضى به رسو ل هلال‬: ‫ فإ ن لم تجد فى كتا ب هلال ؟ قا ل‬: ‫ قا ل‬.‫ بما فى كتا ب هلال‬:‫بم تقضى ؟ قا ل‬
‫ الحمد هلل الذى وفّقرسول رسو له‬: ‫لم تجد فيما قضى به رسو ل هلال ؟ قال‬

Artinya: Dengan apa kamu memutuskan perkara Mu’adz? Mu’adz menjawab: “Dengan sesuatu
yang terdapat dalam kitabullah”. Nabi bersabda, “kalau kamu tidak mendapatkannya dari
kitabullah ? Mu’adz menjawab: saya akan memutuskannya dengan sesuatu yang telah
diputuskan oleh Rasulullah. Nabi berkata, kalau kamu tidak mendapatkan sesuatu yang telah
diputuskan oleh Rasulullah ? Mu’adz menjawab, saya akan berijtihad dengan pikiran saya. Nabi
bersabda, segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan dari rasul-Nya.

Adapun as-Sunah yang menjadi dasar keberadaan ijtihad, tentu dalam kapasitasnya
sebagai sumber ajaran Islam, antara lain adalah hadis ‘Amr bin Ash yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari, Muslim dan Ahmad berikut ini :

ّ ‫م إ ذا حكم ا لحا كم فاجتهد فأ صا ب فله اجرا ن وإ اخطأذا حكم فاجتهد ثفله أجر واحد‬

4
Artinya: Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian dia benar maka
ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi, jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu salah maka
ia mendapatkan satu pahala (HR. Imam Muslim).

2.4 Macam- Macam Metode Ijtihad

Setelah mengetahui fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, kamu juga perlu mengenal
berbagai macam bentuk ijtihad. Dengan fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang sangat
penting, pengetahuan tentang ijtihad tentunya juga harus dimiliki oleh setiap muslim. Berikut
jenis atau macam-macam ijtihad:

➢ Ijma’ : adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para ulama
tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
➢ Qiyas : adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah ada
sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah lain
sehingga ditetapkan hukum yang sama.
➢ Maslahah Mursalah : adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada pertimbangan
manfaat dan kegunaannya.
➢ Sududz Dzariah : adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh atau
haram demi kepentingan umat.
➢ Istishab : adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat untuk
mengubah ketetapan tersebut.
➢ Urf : adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.
➢ Istihsan : adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya karena
adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

5
2.5 Ijtihad Sebagai Sumber Dinamika Islam

Dewasa ini umat Islam dihadapkan kepada sejumlah peristiwa kekinian yang menyangkut
berbagai aspek kehidupan. Peristiwa-peristiwa itu memerluk penyelesaian secara seksama, lebih-
lebih untuk kasus yang tidak tegas penunjukannya oleh nas. Di samping itu, kata Rager Graudi,
sebagai dikutip oleh Jalaludin Rahmat, tantangan umat Islam sekarang ada dua macam, yakni
taklid kepada Barat dan kepada masa lalu. Taklid model pertama terjadi karena ketidakmampuan
melakukan pemilahan antara modernisasi dan cara hidup Barat; sedangkan taklid model kedua
muncul karena ketidakmampuan dalam membedakan antara agama (wahyu) dengan pemikiran
ulama masa lalu.Melihat persoalan-persoalan di atas, umat Islam dituntut untuk keluar dari
kemelut itu, yaknia dengan cara melakukan ijtihad. Oleh karena itu, ijtihadmenjadi sangat
penting meskipun tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Adapun kepentingannya itu disebabkan
oleh hal-hal berikut ini.

➢ Jarak antara kita dengan masa tasyri’ semakin jauh. Jarak yang jauh ini memungkinkan
terlupakannya beberapa nas, khususnya dalam as-Sunah, yakni masuknya hadis-hadis
palsu dan perubahan pemahaman terhadap nas. Oleh karena itu para mujtahid dituntut
secara sungguh-sungguh menggali ajaran Islam yang sebenarnya melalui kerja ijtihad.
➢ Syariat disampaikan dalam al-Qur’an dan as-Sunah secara komprehensif; memerlukan
penelaahan dan pengkajian yang sungguh-sungguh. Di dalamnya terdapat sejumlah ayat,
yang bisa dikatakan masih dalam kategori memerlukan penjelasan.Dilihat dari fungsinya,
ijtihad sebagai penyalur kretivitas pribadi atau kelompok dalam merespons peristiwa
yang dihadapi sesuai dengan pengalaman mereka. Di samping itu, ijtihad pun memberi
tafsiran kembali atas perundang-undangan yang sifatnya insidental sesuai dengan syarat-
syarat yang berlaku padamasanya dengan tidak melanggar prinsip-prinsip umum, dalail-
dalil kulli dan maqahid asy-syari’ah yang merupakan aturan-aturan pengarah dalam
hidup. Ijtihad juga berperan sebagai interpreter terhadap dalil-dalil yang zhanni ad-
dalalah. Penjelasan terhadap dalil-dalil tersebut memerlukan kerja akal fikiran lewat
ijtihad. Ijtihad diperlukan untuk menumbuhkan kembali ruh Islam yang dinamis
menerobos kejumudan kebekuan, memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari ajaran
Islam, mencari pemecahan islami untuk masalah-masalah kehidupan kontemporer. Ijtihad
juga menjadi saksi keunggulan Islam atas agama-agama lainnya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Problematika hukum yang dihadapi umat islam semakin beragam, seiring dengan
meluasnya agama islam, dan berbagai macam bangsa yang masuk islam dengan membawa adat
istiadat, tradisi dan sistem kemasyarakatan. Sementara itu, nah Alquran dan sunnah telah
berhenti, padahal waktu terus berjalan dengan sejumlah peristiwa yang datang silih berganti.
Oleh karena itu diperlukan usaha penyeledaian secara sungguh sungguh yang situnjukkan secara
tegas oleh nash tersebut.

Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk kehidupan
umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukuk ketiga setelah
Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak bisa sembarangan
orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam akan mempengaruhi semua orang
Islam di dunia.

3.2 Saran

Mempelajari islam harus ditanamkan sedini mungkin. Dimulai dari aktivitas membaca Al
Qur-an beserta artinya dan mempelajari hadist-hadist shohih yang dapat dipercaya sumber dan
keasliannya. Dan apa apa yang belum diketahui sebaiknya di bicarakan kepad aahlinya agama
yakni guru guru kita semua para kyai, ulama, habaib, dan lain sebagainya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Al-Nahlawi, Abdurrahman, (1989), Prinsip-prinsip dan Metodan Pendidikan Islam,


Terjemahan Herry Noer Ali, Bandung: CV Diponegoro.

Nata,Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta:Rajawali Press, 2011, 482 hlm.

Yusuf, Ali Anwar, Studi agama Islam untuk Perguruan Tinggi,Bandung:CV Pustaka
Setia, 2003.

Abdullah, Amien. 1997, falsafat kalam di era post modernisme, Yogyakarta : Pustaka
pelajar.

Al-ghazali, zainab, 1995. Menuju kebangkitan baru, Gema insani Press Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai