Disusun Oleh :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Sasaran dalam bidang
logika adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia, dengan berpikir dimaksudkan kegiatan
akal untuk mngelolah pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditunjukkan
untuk mencapai kebenaran. Jadi dengan istilah berpikir ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal
yang khas dan terarah, melamun tidaklah sama dengan berpikir demikian pula merasakan
pekerjaan panca indra melihat, mendengar dan sebagainya. Dan kegiatan ingatan dan khayalan
meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir tetapi berpikir juga dapat berarti kegiatan
kenyataan yang menggerakan pikiran. Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan
berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri didalam batin. Mempertimbangkan,
merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik
kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran. Mencari berbagai hal yang berhubungan satu sma yang
lain, serta membahas suatu realitas.1
(menurut saya, apa yang dijelaskan diatas benar, yang bahwasanya ilmu logika atau ilmu
mantiq adalah ilmu yang mengajarkan seseorang berpikir lurus dan benar yang kebenarannya
dapat dibuktikan. Ilmu mantiq memiliki beberapa istilah, salah satunya disebutkan dalam kitab
al-awsath al-kabir, bahwa ilmu mantiq juga disebutkan dengan sebutan pengukur akal. Salah satu
filsuf islam yaitu Ibnu sina juga menyebutkan ilmu mantiq dengan sebutan ilmu alat dan banyak
istilah lain sebagainya. Jadi tidak heran bahwa ilmu logika atau ilmu mantiq ini adalah alat untuk
membimbing seseorang bagaimana berpikir yang benar dan lurus. Ibnu sina pernah mengetakan
“yang dimaksud dengan ilmu mantiq adalah alat yang berisikan kaidah-kaidah untuk menjaga
manusia dari ketergelinciran dalam berpikir.”)
1
W. Poespoprodjo. Logika Ilmu menalar (Bandung: pustaka grafika, 1999) hal 13
BAB II
a. Perjalanan Hidup
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di stageira, suatu kota diyunani utara. Bapaknya
adalah dokter pribadi Amyntas II, raja Macedonia. Pada waktu masa mudanya ia hidup diistana
raja Macedonia, tepatnya dikota pella dan ia mewarisi minatnya yang khusus untuk ilmu
pengetahuan empiris itu dari bapaknya. Pada usia 17 tahun aristoteles di kirim ke athena, supaya
ia belajar di academia plato. Ia tinggal disana sampai plato meninggal pada tahun 384/7 jadi kira-
kira 20 tahun lamanya. Pada waktu ia berada di academia, aristoteles menerbitkan beberapa
karya. Ia juga mengajar anggota-anggota akademia yang lebih muda tentang mata pelajaran
logika dan retorika 2
(menurut saya, dari yang saya baca aristoteles lahir di stageira suatu kota diyunani utara.
Atau yang lebih tepatnya lagi dikota stageira semenanjung kalkidike di Trasia (balkan) pada
tahun 384 SM, dan aristoteles meninggal dikalkis pada tahun 322 SM. Dia adalah anak dari
Nichomacus. Ayahnya meninggal saat aristo masih berusia anak-anak, kemudian dia di didik
oleh ayah angkatnya, yaitu proxenus sampai berusia 18 tahun. Pada umur ini aristoteles
kemudian dikirim oleh ayah angkatnya untuk belajar ke academika plato di athena).
2
K. Bertens, sejarah filsafat yunani, (yogyakarta: PT, Kanisius, 1999) hlm 154-155
Hermeias ini memaksa Aristoteles mening- galkan Assos menuju Mytilene di
pulau Lesbos, dan di sana ia bersahabat dengan Theophrastos.3
menarik dari sudut ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Aristoteles
dan Alexander sebagai guru dan murid sampai saat itu cukup harmonis.5
5
K, bertens, sejarah. 126
6
Henry J Schmand, filsafat politik: kajian historis dari zaman yunani kuno sampai zaman modern,
(yogyakarta: pustaka pelajar, 2005), hlm 84.
b. Karya-karya Aristoteles
2. Filsafat alam:
a) Physica (Physics).
b) De Caelo (On the Heavens)
c) De Generatione et Corruptione (On Coming-to-be and Passing Away).
d) Meteorologica (Meteorologics).
3. Psikologi:
a) De Anima (perihal jiwa).
b) Parva Naturalia, merupakan karangan-karangan kecil yang meliputi:
De Sensu et Sensibili, De Memoria et Reminiscentia, De Somno, De
Insomniis, De Divinatione per Somnum, De Longitudine et Brevitate
Vitae, De Vita et Morte, De Respiratione.
7
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm 55.
Pemikiran filsafat Aristoteles mengalami perkembangan dari masa ke
masa. Sudah barang tentu, perkembangan pemikiran ini diikuti dan
diindikasikan oleh perkembangan karya-karyanya. Para pakar, biasanya
membagi perkembangan intelektual berdasarkan karya-karya Aristoteles
menjadi tiga periode diantaranya:
(pada periode pertama saat aristoteles masih berguru pada plato, tentu
dalam karangannya ini banyak tercantum hasil diskusi plato dengan
aristoteles. Sehingga saling melengkapi atau menyempurnakan karya-karya
yang dihasilkan pada periode ini. Kemudian pada periode yang kedua yakni
saat aristoteles berada di assos dan mytelene. Yang mana pada periode
beberapa pendapat-pendapat aristoteles mulai menyimpang dari gurunya.
Masa ini adalah transisi pemikiran aristoteles. Yang terakhir periode ketika
aristoteles berada di sekolah lyceum. Nah, pada periode ini pula aristoteles
akhirnya benar-benar lepas dari gurunya.)
8
Joko siswanto, sistem-sistem metafisika barat dari aristoteles sampai derrida, (yogyakarta: pustaka
pelajar, 1998) hlm 7-8
logika menurut Aristoteles bukan suatu ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi alat
berfikir secara ilmiah yang mendahului ilmu pengetahuan.9
(dari yang saya baca, para ahli filsafat modern, membagi mata pelajaran menjadi dua
jenis yaitu pelajaran mengenai alat (tool studis) dan pelajaran mengenai bahan (contens studios).
Dalam lapangan filsafat tool studies adalah logika sedangkan contens studies adalah fisika.
Metafisika dl.)
11
K bertens, sejarah filsafat, 138 ; Ali Mudlofir, kamus Filsafat Barat (yogyakarta: pustaka pelajar, 2001), 27-
28.
BAB III
(dari yang saya baca, umat islam banyak mengadopsi filsafat yunani tetapi sebenarnya
kebangkitan intelektual islam arab lebih banyak ditentukan oleh faktor luasnya wilayah
pemerintahan, kebudayaan arab yang prural dan mantapnya sistem daulah arabiyah.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan bangsa arab islam maju pada saat itu.)
(dari yang saya baca, hippocrates lahir pada tahun 460 SM dan meninggal tahun 370 SM.
Ia merupakan bapak kedokteran yang membahas kepribadian manusia dari titik tolak
konstitusional. Dan Euclide merupakan seorang ahli matematika yang hidup pada tahun 300 SM,
karyanya adalah stoicheia terdiri dari 13 jilid salah satunya membahas mengenai kontruksi
sederhana ilmu ukur sampai dalil pytagoras.)
Irak, Syria, dan Mesir, yang pada saat itu merupakan pusat-pusat studi filsafat
Yunani.14
(menurut ali al-nasysyar ada tiga sebab utama mengapa umat islam pada waktu itu begitu
mudah menerima tradisi budaya lain, termasuk filsafat yunani dan logika aristoteles. Pertama,
karena adanya paham kesetaraan (tidak adanya diskriminasi) antara umat islam dan non islam.
Kedua adanya jaminan kebebasan berpikir dan berpendapat bagi penduduk negara yang telah
ditaklukkan, ketiga adanya penerimaan (well come) dan penghargaam umat islam terhadap ilmu
pengetahuan.)
a. Karya-karya Plato
Karya-karya Plato agak sukar untuk dipahami karena gaya yang dipakai
dalam mengutarakan ide-ide dengan dialog yang berpindah-pindah dari satu
tema ke tema lain. Ini mengakibatkan sulit untuk mensistemati- sasikan
karya-karya tersebut. Adapun buku-buku Plato yang berhasil diter-
jemahkan ke dalam bahasa Arab adalah:
b. Karya-karya Aristoteles
17
Ahmad hanafi, pengantar filsafat islam, ( jakarta: bulan bintang, 1996), 44
buah. Oleh karenanya tidak mengherankan, kalau filsafat Aristoteles,
khususnya logika, banyak mempengaruhi umat Islam pada waktu itu.
Karangan-karangan Aristoteles yang diterjemahkan di antaranya adalah:
(buku rethorika dan poetica dalam pengklasifikasian karya aristoteles oleh pemikir
barat tidak dimasukkan dalam bagian logika tetapi bagi filosof muslim dua karya itu disebut
sebagai bagian dari karya logika aristoteles).
b) Buku-buku Fisika.
Buku De Caelo diterjemahkan menjadi Kitâb al-Samâ’ oleh
Ibn Petrik dan diulas lagi oleh al-Fârâbi. Abû Hâsyim al-
Jubbâ’i juga mengulasnya dengan nama al-Mutasaffih.
c) Buku Etika.
18
Ahmad hanafi, pengantar filsafat, hal 46
Ethica Nicomachaea. Beberapa buku syarah atau komentar tentang
Ethica Nicomachaea adalah:
Al-Akhlâq karangan al-Fârâbi.
d) Buku Metafisika.
(sebenarnya masih banyak buku yang diterjemahkan kedalam bahasa arab tidak
hanya terbatas pada karangan plato dan aristoteles. Tetapi buku-buku neoplatonisme juga banyak
mengomentari kedua filosof besar itu. Berdasarkan ini jelas bahwa ilmu-ilmu pengetahuan yang
diambil dari buku terjemahan sebenarnya berasal dari berbagai sumber dan budaya seperti
yunani, cina, india dll. Namun yang paling menonjol dari budaya itu adalah budaya filsafat
yunani. Kemudian dari berbagai paham filsafat yang paling berpengaruh didunia islam adalah
filsafat aristoteles).
19
Ahmad hanafi, pengantar filsafat, hlm 46.
memberikan pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan
kebudayaan Islam, terutama perkembangan ilmu pengetahuan. Namun
demikian, filsafat Yunani dan logika Aristoteles, meski terbukti sebagai
“amunisi” peledak semangat intelektual Islam, mendapatkan tanggapan
yang beraneka ragam. Paling tidak, umat Islam terbagi menjadi tiga
kelompok dalam mensikapi filsafat Yunani khususnya logika Aristoteles,
yaitu kelompok Pro, kontra, dan netral. Pada masa awal persentuhan kaum
muslimin dengan filsafat dan logika Aristoteles, hampir semua eleman
umat Islam waktu itu begitu antusias menerima budaya baru ini, sehingga
ranah-ranah pemikiran khas Islam, seperti kalam, tasawuf, dan hukum
berebut meminjam filsafat Yunani dan logika Aristoteles sebagai alat
pemicu pengembangan ilmu-ilmu tersebut. Euphoria intelektual yang
gegap gempita ini, telah menempatkan filsafat dan logika sebagai “menu
utama” kajian-kajian ilmiah kaum muslimin. Paling tidak ada empat
filosof muslim yang begitu memperhatikan dan memperjuangkan logika
Aristoteles dalam percaturan pemikiran di dunia Islam, yaitu al-Fârâbi
(870-950 M), Ibn Sînâ (980-1037 M), al-Ghazâli (1059-1111 M), dan Ibn
Rusyd (1126-1198 M). Keempat filosof ini sependapat bahwa logika
Aristoteles sebagai metode berfikir tidak perlu diper- tentangkan dengan
ajaran agama, karena sebenarnya ia bisa mendukung ajaran-ajaran
agama sehingga menjadi lebih baik. Lebih dari itu, tujuan agama dan
filsafat termasuk logika sebenarnya adalah sama, yaitu menerangkan
tentang baik dan benar, serta filsafat tentang Tuhan.22 Usaha pemaduan
antara filsafat termasuk logika dan agama (al-tawfîq bayn al-dîn wa al-
falsafah) ini pada akhirnya menjadi tema sentral para filosof muslim.
Berdasarkan ini, maka tidak heran kalau Ibn Rusyd mengatakan bahwa
kebutuhan agama dan kebutuhan filsafat adalah satu, meskipun dinya-
takan dengan lambang yang berbeda. Selanjutnya Ibn Rusyd menggam-
barkan hubungan filsafat dengan agama bagaikan dua saudara kembar
yang menyusu pada satu ibu.20
20
Muhammad yusuf musa, ketuhanan dalam ibn sina dan ibn rusyd, (jakarta: bulan bintang, 1984), 8-10.
(dari yang saya baca, logika menurut al-ghazali adalah sarana berpikir yang tidak
memiliki kaitan dengan agama. Agama bahkan tidak menghukumi boleh atau tidak boleh
atas jenis ilmu ini. Lebih jauh lagi logika ialah cara memahami keruntunan argumen dan
alasan kalo sifatnya demikian maka logika al-ghazali sama dengan argumen ahli kalam dan
ahli pikir. Dan karenanya bagi al-ghazali logika tidak berbeda dari cara berpikir ahli kalam
dan ahli pikir ini).
1) al-Fârâbi (870-950)
Ibn Sînâ adalah seorang yang sangat cerdas dan pintar dalam
menulis, maka tidak heran kalau karangannya sangat banyak dan
meliputi berbagai disiplin keilmuan, dan salah satunya adalah logika.
Logika pada masa Ibn Sînâ ini mencapai zaman keemasannya. Salah
satu faktornya adalah sosialisasi Ibn Sînâ yang fasih dalam menulis ini.
Kepiawaian Ibn Sînâ dalam berbagai disiplin keilmuan, membuatnya
digelari dengan al-Syaikh al-Ra’îs (Syeh Utama). Logika yang
dikembangkan Ibn Sînâ hampir sama dengan corak logika yang
dikembangkan oleh Aristoteles dan al-Fârâbi dalam klasifikasi,
pengertian dan tujuannya. Hanya ada sedikit perbedaan mengenai
konsep logika Ibn Sînâ, yaitu dalam pengertian logika sebagai alat.
Menurut Ibn Sînâ di samping logika sebagai alat pengukur benar atau
salah ilmu-ilmu lain, ia juga merupakan bagian dari ilmu, artinya logika
merupakan suatu disiplim kajian ilmu. Logika merupakan bagian dari
filsafat, sebab bagian dari usaha mengetahui tentang wujud dan hal-hal
wujud serta bagaimana cara mengetahui hal-hal yang belum diketahui
dari hal-hal yang sudah diketahui.22
(dari yang sudah dijelaskan diatas bahwa logika menurut ibnu sina adalah
sebuah alat atau ilmu alat, dikarenakan ia merupakan ilmu pengukur ilmu-ilmu lainnya.
Dan logika ini bagian dari cabang ilmu menurut ibnu sina, artinya logika merupakan
22
Ibnu sina, mantiq al-masyiriqiyyin, (kairo: al maktabah al salafiah, 1910), 56.
kajian disiplin ilmu karena logika merupakan bagian dari filsafat. Dalam hal ini ibnu sina
dari satu sisi tetap mengikuti aristoteles dan al-farabi ketika mengatakan logika sebagai
alat, dan juga mengikuti stoa ketika mengatakan logika sebagai bagian dari filsafat).
3) al-Ghazâli (1059-1111 M)
(seperti yang diketahui ibnu rusyd ialah filosof yang memegang aliran filsafat
yunani yang berpaham aristotelianisme. Ia adalah pengagum berat aristoteles sehingga
dapat dikatakan ibnu rusyd mengikuti pemikiran aristoteles dengan kesadaran akal dan
perasaan yang tinggi. Tentu ibnu rusyd mengikuti logikanya aristoteles. Bahkan ibnu rusyd
menganggap seseorang tidak akan memperoleh kebahagiaan tanpa logika aristoteles.)
(dari ungkapan di atas jika dibandingkan dengan ungkapan imam syafi’i menjadikan
pengharan terhadap logika. Yaitu”kebodohan dan kesesatan umat islam tidak akan terjadi
kecuali karena mereka meninggalkan bahasa arab (lisan al arab) dan berpindah kepada logika
yunani (lisan aristo). Namun penggunaan ungkapan al syafi’i ini sebagai dasar penolakan
24
Muhammad athif al-iraqi, al naz’ah al aqliyyah fi falsafah ibn Rusyd (mesir: dar al ma’arif) 287.
25
Abd ar rahman badawi, ed. Al-turas al yunani fi al hadlarah al islamiyyah (beirut: dar al-kalam, 1980) 101.
logika kurang tepat. Karena al syfi’i sebenarnya hanya mewanti-wanti kepada umat islam agar
jangan sampai tersesat ketika mempelajari amntiq aristo. Oleh karenanya harus mempersiapkan
diri duludengan ilmu bahasa dan pokok-pokok agama.)
(seperti yang dijelaskan diatas ibnu taymiyyah menulis dua karya untuk mengkritik dan
penolakan terhadap ilmu logika atau mantiq aristo. Namun menurut jalal al din al suyuti karya
ibnu taymiyyah bukan hanya dua tetapi empat yaitu ditambah nashihah ahl al iman fi al radd
ala mantiq al yunan dan satu kitab lagi yang tidak diketahui judulnya namun ia membuatkan
ringkasannya dan diberi nama juhd al qarihah fi tajrid al nashihah).
(dari yang saya baca Kelompok yang kontra terhadap logika Aristoteles
pasca Ibn Taymiyyah, terbagi menjadi dua; pertama, kelompok yang mengikuti
metode Ibn Taymiyyah, yaitu dengan cara mengkritik dan memaparkan
kekurangan dan kelemahan logika Aristoteles. Ulama yang termasuk kelompok
ini adalah Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, al-Shan’ânî, dan al-Suyûthî. Kedua,
kelompok yang mengikuti metode Ibn al-Shalâh, yaitu dengan cara
mengharamkan mempelajari logika Aristoteles (fatwa saja) dengan tanpa
memaparkan kritik materi dan metodologimya. Ulama yang termasuk
kelompok ini adalah Ibn al-Shalâh dan ‘Abd al-Wahhâb al-Subkî. Meski
26
Muhammad abu zahrah, ibn taymiyyah, (kairo: dar al fikr al-arabi), 236
27
Ibn qayyim al jawziyyah, miftah dar al sa’adah jilid 1, (kairo: al khanji) hlm 167.
kelompok ini “melawan” hegemoni logika hanya dengan fatwa, namun malah
banyak diikuti oleh kaum muslimin, khususnya kalangan Sunni).
BAB IV
SEPUTAR MANTIQ
sebagai manifestasi dari fikiran manusia. Istilah lain yang digunakan sebagai
padanannya adalah “mantiq”, yang diambil dari kata kerja Arab nathaqa yang
berarti berkata atau berucap. Adapun arti logika secara terminologi menurut
George F. Kneller adalah “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-
metode berfikir benar”, sedangkan menurut Louis Ma’luf adalah “hukum yang
(dari yang saya baca menurut taib thahir bahwasabya terminologi logika
(mantiq) itu bermacam-macam. Tetapi pada intinya mengacu pada arti yang
sama yaitu: pertama tentang undang-undang berpikir kedua ilmu untuk
mencari dalil, ketiga ilmu untuk menggerakan pikiran kepada jalan yang lurus
dan memperoleh suatu kebenaran.)
28
Burhanuddin salam, logika formal filsafat berpikir, (jakarta: bina aksara, 1988) 2
menyelidiki argumentasi yang bertitik tolak dari putusan yang benar, dan
dialectic untuk menyelidiki argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis
yang tidak pasti kebenarannya. Sedangkan istilah logika (logike) pertama kali
digunakan oleh Zeno dalam arti “seni berdebat”, dan oleh Alexander
Aphrodisiasda lam arti logika yang sekarang, yaitu ilmu yang menyelidiki
lurus tidaknya suatu pemikiran.29
a. Categoriae (Categories).
29
Mundiri, logika, (jakarta: raja grafindo persada, 1996)
(situasi), mendengarkan (aktivitas) ceramah (passivitas).13
e. Topika (Topics).
Buku ini terdiri dari delapan jilid dan menelaah tentang hukum- hukum
perbantahan secara dialektik, semacam pedoman berdiskusi yang
melibatkan argumentasi valid.
“Konsep” adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin conceptus
yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio. Kata
conceptus berarti “serapan, bayangan dalam fikiran, pengertian dan tangkapan”.
Kata “Konsep” merupakan padanan kata Yunani íδέα (idea) atau εíδoς (eidos)
yang berarti “pengli- hatan, persepesi, bentuk, rupa, atau gambar”. Jadi, konsep
atau idea memiliki arti yang sama, yaitu gambar atau bayangan dalam fikiran
yang merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap sesuatu entitas yang
menjadi obyek pikiran. Dengan kata lain, konsep adalah sesuatu yang abstrak,
yang dihasilkan oleh pemikiran secara bersahaja, tanpa memberi pernyataan
positif atau negatif.31
30
Burhanuddin salam, logika formal, 53
31
Abd al-lathif muhammad al-abd al-tafkir al manthiqi, (kairo: dar al nahdlah al-arabiyah, 1978)
dalam usaha menyelidiki dan membentuk asas-asas pemikiran dan penalaran
yang lurus, tepat, dan benar, seseorang harus mengetahui unsur-unsur
pembentuk pembentuk konsep yang merupakan dasar dari penalaran, yaitu
pembahasan tentang term, makna-makna, dan substansi konsep atau definisi.
C. Term
Term adalah kata atau beberapa kata yang memiliki satu pengertian yang
membuat konsep menjadi nyata. Jadi term merupakan pernyataan lahiriah dari
konsep atau ide. Namun, tidak semua kata disebut sebagai term logika, hanya
kata-kata yang menyatakan konsep saja yang bisa disebut term logika.
Selanjutnya pembahasan term secara khusus tidak diperoleh secara langsung
dari Aristoteles, para filosof muslimlah (al-Fârâbi, Ibn Sînâ, al-Ghazâli, dan Ibn
Rusyd) yang mengembangkannya sehingga menjadi lebih sistematis.
Peripatetik Muslim tersebut, membagi term menjadi lima bagian:
(menurut saya, term adalah kata atau rangkaian kata yang berfungsi sebagai subjek atau
prediket dalam suatu keputusan (kalimat). Misal kucing itu tidur kata kucing merupakan subjek
dan kata tidur merupakan prediketnya dalam logika. Kata-kata hanya penting sebagai term
artinya kata-kata itu hanya penting sebagai sujek atau prediket dalam suatu kalimat.)
D. Predicable
Guna mewujudkan definisi yang benar dan tepat, maka harus
memperhitungkan jenis-jenis predikat yang berhubungan dengan subyek,
atau yang lazim disebut predicable. Predicable adalah nama jenis-jenis
predikat dalam hubungannya dengan subyek. Guna mengetahui makna suatu
kalimat dengan tepat, maka seseorang harus mengetahui adanya hubungan
subyek predikat (predicable) dalam suatu kalimat. Aristoteles, dalam
Posterior Analytics menyebutkan bahwa ada lima jenis predicable, yaitu
genus, spesies, differentia proprium, dan accident. Masing-masing predicable
ini memainkan peran penting dalam menentukan makna suatu definisi.33
(menurut saya predicble itu sendiri tidak lain dari pada prediket yang diterapkan untuk
memahami subjek yang hendak diuraikan. Subjek tersebut dalam definisi adalah yang disebut
definiendum. Ada banyak prediket yang dapat diterapkan untuk membuat subjek lebih dapat
dipahami.)
(Dalam sistem bahasa Inggris dan Arab, istilah kopula bisa berupa “to be”
(is, are, am) atau zhamir (huwa, huma, hum dan seterusnya), sedangkan dalam
tata bahasa Indonesia kopula (seperti kata “adalah”) tidak begitu diperlukan
karena pengertiannya sudah terkandung dalam susunan subyek dan predikat.
Misalnya proposisi “Ali adalah seorang nelayan”, term “adalah” itu dapat
dihilangkan dan tidak merubah arti. Akan tetapi dalam pembahasan logika
dengan pengantar bahasa Indonesia ini, kata “adalah” yang merupakan kopula,
harus tetap ditampilan demi menjaga persyaratan proposisi).
b. Jenis-jenis Proposisi
(menurut saya, proposisi adalah semacam kalimat, akan tetapi tidak semua kalimat
proposisi. Proposisi adalah kalimat berita yang menyatakan pembenaran atau penangkalan.
Karena itu proposisi mengandung sifat benar atau salah.)
36
Richard B angel, reasoning ang logic, (new york: McGraw Hill, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Ali sami al nasysyar, manahij al bash ind mufakkiri al-islam wa naqd al muslimin li al-mantiq al
aristoteles (beirut: dar al fikr, 1947)
Abd ar rahman badawi, ed. Al-turas al yunani fi al hadlarah al islamiyyah (beirut: dar al-kalam, 1980)
Abd al-lathif muhammad al-abd al-tafkir al manthiqi, (kairo: dar al nahdlah al-arabiyah, 1978)
Abu Hamid al-ghazali, al mustashfa min ilm al-ushul, jilid 1 (kairo: dar al kutub al ilmiyyah, 1983)
Bentrand Russel, History of westren philosophy, (london: Gerge Allen & Unwin Ltd, 1961)
Burhanuddin salam, logika formal filsafat berpikir, (jakarta: bina aksara, 1988)
C.A Qadir, filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam, terj, hasan basari (jakarta: yayasan obor
indonesia, 2002)
Frederick copleston, a history of philosophy, (london and new jersey, search press and paulist press,
1946),
Henry J Schmand, filsafat politik: kajian historis dari zaman yunani kuno sampai zaman modern,
(yogyakarta: pustaka pelajar, 2005),
Ibrahim madzkur, fi al falsafah al-islamiah: manhaj wa tathbiquh (mesir: dar al ma’arif, 1976)
Jamil shaliba, al mu’jam al falsafi jilid 1, (beirut: dar al kutub al-libnan, 1978)
Joko siswanto, sistem-sistem metafisika barat dari aristoteles sampai derrida, (yogyakarta: pustaka
pelajar, 1998)
Lous O kattsoff, pengantar filsafat, terj soejono soemargono (yogyakarta: tiara wacana, 1996)
Mahdi fadhl Allah, Madkhal ila ilm al mantiq (Beirut: dar al thali’ah li al thiba wa al nasr, 1977)
Muhammad yusuf musa, ketuhanan dalam ibn sina dan ibn rusyd, (jakarta: bulan bintang, 1984),
Muhammad abu rayyan, tarikh al fikr al falsafi fi al islam, (iskandariah: Dar al ma’rifah al-jamiah,
1980)
Muhammad athif al-iraqi, al naz’ah al aqliyyah fi falsafah ibn Rusyd (mesir: dar al ma’arif)
Richard B angel, reasoning ang logic, (new york: McGraw Hill, 1996).
Yegane shayegan, the tranmision of greek philosophy to the islamic world, (london and new york:
routledge, 1996)