Anda di halaman 1dari 6

ANTROPOLOGI KAMPUS

Oleh : Aris Gunawan

Mahasiswa sebagai kaum intelektual atau kaum cendekiawan oleh masyarakat. Gabungan antara
kesadaran akan amanah dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi
kaum intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan Indonesia hebat.
Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. terutama dalam dunia pendidikan. Pada
kenyataannya, mahasiswa zaman sekarang cenderung mengagungagungkan kesenangan dan
kenikmatan dalam menjalani hidup. Kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan sekitar
terlupakan dan tergantikan dengan kenikmatan sesaat. Fenomena hurahura oriented kerap
ditemui di kampus. Semakin jarang terdengar percakapan akademis di lingkungan mahasiswa.
Percakapan mereka lebih didominasi masalah fashion, sinetron dan film terbaru, serta aneka
bentuk hedonisme lainnya. Oleh karena itu penting dilaksanakan suatu kegiatan kepemimpinan
dalam upaya membentuk karakter mahasiswa sebagai pemimpin yang berdaya saing.

Universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and
managerial know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan
ideology, di lapanga pikiran. Jangan sekali-kali Universitas menjadi tempat perpecahan.

(Soekarno, Kulih umum di Universitas Padjajaran, Bandung, 1958).

Kampus boleh dikatakan miniatur negara. Di dalamnya ada politik dan budaya yang bermacam-
macam. Kampus tidak dapat difahami hanya sebagai gelanggang akademis dan ilmu
pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian. Kampus terlibat dalam proyek dan
pembangunan melalui pemberian legitimasi ‘ilmiah’.
Sementara mahasiswa memiliki tipologi yang beragam, dari mahasiswa religius, hedonis, aktivis,
study-oriented dan lain sebagainya. Sebagai sebuah gelanggang semi terbuka, kampus
merupakan tempat potensial bagi kader GMNI untuk mengasah mental dan pengalaman
kepemimpinan melalui pengenalan mendalam terhadap kehidupan nyata kampus.

Antropologo Kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana kehidupan (manusia)


dalam lingkungan kampus, khususnya mahasiswa sebagai pemeran utama. pemeran utama.
A. Antropologi, Kampus dan Norma Kampus
1. Pengertian Antropologi
Ditinjau dari segi bahasa antropologi terdiri dari dua kata, yaiti antropos dan logos. Antropos
yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, jadi antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dan kehidupannya atau penyelidikan tehadap manusia dan kehidupanya.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Secara
garis besar antropologi bisa dibagi menjadi dua macam. Yang pertama ialah antropologi fisik,
yang obyek kajiannya berupa manusia sebagai organisme biologis. Sedangkan kedua ialah
antropologi budaya, yang obyek kajiannya terkait manusia sebagai makhluk sosial (ber)budaya.
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
2. Pengertian Kampus
Kampus, berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti “lapangan luas”, “tegal”. Dalam
pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan
kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi.
Kampus merupakan tempat belajar-mengajar berlangsungnya misi dan fungsi perguruan tinggi.
Dalam rangka menjaga kelancaran fungsi-fungsi tersebut, Institut Agama Islam Sukabumi
sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi,
memerlukan penyatuan waktu kegiatan beserta ketentuan-ketentuan di dalam kampus.
Dalam hubungannya dengan mahasiswa, rektorat membentuk sistem yang mengatur posisinya
dengan mahasiswa, dari mulai stuktural, birokrasi sampai kepada norma-norma yang diciptakan
sesuai dengan kondisi sosial yang ada, misalnya pada kampus berlatar Islam tentunya ada adat-
adat yang harus bernafaskan Islam, dsb. Dan, begitu pula halnya pada hubungan antara
mahasiswa dengan mahasiswa.
3. Norma Akademik (Etika Kampus)
Norma akademik adalah ketentuan, peraturan dan tata nilai yang harus ditaati oleh seluruh
mahasiswa Institut Agama Islam Sukabumi berkaitan dengan aktivitas akademik. Adapun tujuan
norma akademik adalah agar para mahasiswa mempunyai gambaran yang jelas tentang hal-hal
yang perlu dan/seharusnya dilakukan dalam menghadapi kemungkinan timbulnya permasalahan
baik masalah-masalah akademik maupun masalah-masalah non akademik.
Masalah akademik adalah masalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan kurikuler, Masalah
non akademik adalah masalah yang terkait dengan kegiatan non kurikuler. Sedangkan
Pelanggaran adalah perilaku atau perbuatan, ucapan, tulisan yang bertentangan dengan norma
dan etika kampus. Etika kampus adalah ketentuan atau peraturan yang mengatur perilaku/atau
tata krama yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa Institut Agama Islam Sukabumi. Etika
kampus meliputi 2 hal penting yaitu ketertiban dan tata krama.
Setiap lembaga pendidikan atau kampus biasanya mempunyai menentukan norma akademik
(etika kampus) masing-masing sesuai dengan status kampusnya, misalnya, kampus negeri umum
yang menginduk ke Dirjen Dikti Diknas RI, di samping terikat oleh aturan yang dibuat oleh
Dirjen Dikti tersebut. Demikian juga kampus yang dalam koordinasi Dirjen Dikti Agama Islam
Depag seperti kampus UIN, IAIN dan STAIN, juga mengikuti aturan ketentuan norma akademik
yang dibuat oleh Depag. Sama halnya dengan kampus swasta milik NU seperti UWH atau
STAINU yang berada dalam koordinasi APTINU (Asosiasi Perguruan Tinggi NU) juga
mengikuti aturan norma akademik diatur oleh APTINU, di samping juga mengikuti aturan Dirjen
Dikti dan aturan internal kampus yang biasanya disusun oleh pimpinan kampus.
Adapun kampus yang langsug dibawah aturan KEMENDIKBUD RISTEK DIKTI kampus
NEGRI seperti UI, UGM UNJ dll. Kampus Swasta STHI, UNISBA, Universitas Telkom
Bandung dll.

Dalam kehidupan perkuliahan, mahasiswa cenderung memiliki sikap aktualisasi dan apresiatif.
Yakni sikap atau tindakan unjuk kemampuan dan kehebatan sesuai bakat serta karakter
pribadinya masing-masing. Hal ini merupakan sisi positif yang dimiliki oleh seorang mahasiswa.
Sehingga diperlukan adanya sebuah sarana dan prasarana dalam menyalurkan bakat dan
kreatifitas mereka dan nantinya diharapkan menjadi suatu hal yang produktif dalam
meningkatkan pembangunan dan pendidikan negeri ini. Aktualisasi ini bisa berupa bidang
olahraga dan seni, kepemimpinan, religi, hingga dana usaha yang mendukung perekonomian
kampus menuju kampus yang mandiri. Sumber daya ini begitu sia-sia ketika pihak birokrat
kampus tidak memanfaatkannya dengan baik, bahkan melakukan tindakan ‘pembunuhan
karakter’ kepada mahasiswa. Padahal SDM seperti inilah yang nantinya mampu melakukan
akselerasi pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Paling tidak, negara
secara tidak langsung diuntungkan dengan berbagai macam potensi anak-anak bangsa yang
artinya kaya dengan SDM.

B. Tipologi Mahasiswa
Dalam dunia kampus pasti tidak akan pernah lepas dari kata mahasiswa. Mahasiswa merupakan
komponen utama, karena disitulah para mahasiswa itu berproses mengembangkan dirinya. Selain
itu, mahasiswa merupakan unsur terbanyak diluar civitas akademika yang ada. Mahasiswa yang
banyak itu, pastinya juga membawa karakter dan budaya yang berbeda-beda karena datang dari
berbagai penjuru daerah.
Sebagai anggota GMNI yang juga merupakan mahasiswa perlu memahami tipe-tipe dari
mahasiswa, sehingga mampu menempatkan dirinya dalam tipe yang seperti apa. Dalam
pengklasifikasian ini sifatnya tidak bisa dibilang paten, karena setiap diri kita bisa membuat
tipologi sesuai dengan yang kita lihat dan rasakan. Yang paling penting dari pengklasifikasian
mahasiswa ini adalah, kita mampu memetakan jenis-jenis mahasiswa sehingga mampu
“bermain” dalam lingkungan tersebut.
a. Akademis
Mahasiswa seperti ini biasanya adalah mahasiswa yang menonjol dalam bidang nilai akademik.
Waktunya kebanyakan digunakan untut menuntut ilmu. Dan yang parah dari mahasiswa ini
adalah, ketika mereka hanya berorientasi nilai saja.
b. Aktivis
Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang bergabung dalam organisasi tertentu, baik ekstra maupun
intra. Sekarang, banyak anggapan negative bagi mahasiswa aktivis ini. Mulai dari sering bolos,
sampai dengan sering membantah dosen. Sayangnya pendapat ini memang digunakan oleh
orang-orang yang kurang suka pada aktivis dan ingin menjatuhkannya.
c. Hedonis (Mahasiswa Hura-hura)
Yaitu mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, up to date, gaul dan
populer, namun usaha mengikuti perkembangan zaman tidak dibarenge dengan kesadaran bahwa
perkembangan zaman bersifat absurd yakni menawarkan kesenangan tanpa manfaat.
Bersinggungan dengan label hedoni ini, kita mengenal istilah borjuis, yaitu golongan kaya
dengan kehidupan mewah yang membangun tembok besar dengan orang-orang proletar dan anti
borjuasi, golongan ini biasanya bersikap apatis terhadap realitas sosial-politik.
d. Mahasiswa Apatis
Mahasiswa apatis : mahasiswa seperti ini sering disebut juga mahasiswa kupu-kupu (kuliah
pulang-kuliah pulang). Mereka lebih sering bersikap bodoamat terhadap kondisi social
sekelilingnya
e. Mahasiswa konservatif
Mahasiswa seperti ini merupakan mahasiswa yang sulit untuk menerima perbedaan, mahasiswa
yang kaku, dan berpikiran pendek sehingga jatohnya Mahasiswa yang Egois mahasiswa yang
kaku, ambisius, dan ingin memaksakan kehendaknya untuk disepakati orang lain.

C. Organisatoris
a) Mahasiswa pemimpin : mahasiswa seperti ini biasanya memiliki pribadi yang bijak dalam
pikiran, perkataan, dan perbuatan. Mampu mengayomi anggota dan mampu memposisikan
dirinya sesuai tempatnya.
b) Mahasiswa inisiator : mahasiswa seperti ini biasanya memiliki pemikiran yang bagus, dan
sering menginisiasi suatu kegiatan atu agenda.
c) Mahasiswa konseptor : mahasiswa seperti ini cenderung lebih suka berfikir dalam membuat
teknis-teknis suatu kegiatan.
d)Mahasiswa eksekutor : mahasiswa seperti ini lebih aktif geraknya dan lemah dalam membuat
konsep maupun mengisiasi suatu kegiatan. Setelah mengetahui tipologi mahaiswa, diharapkan
anggota GMNI mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa sekaligus
sebagai seorang organisatoris yang baik. Diamana anggota GMNI memiliki jiwa social, peka
terhadap sekitar, memiliki pemikiran yang kritis, dan menjadi pribadi bertangung jawab.

D. Mahasiswa dan Organisasi


Seakan dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, karena dengan organisasi inilah mahasiswa
dapat mengembangkan diri dalam wawasan, dan potesi yang dimilkinya.Tapi hal itu tidak
disadari oleh setiap mahasiswa, sebagian lain –justru dalam golongan yang lebih besar-
organisasi dijadikan “momok” atau penghambat dalam akademiknya. Kebanyakan mereka
berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai anjlok, prestasi buruk, juga
menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Tetapui sedikit sekali yang berfikir tentang dampak
positif yang nantinya menjadi bekal kelak kembali ke masyarakat.
INSTITUT AGAMA ISLAM SUKABUM yang terdiri dari empat fakultas, delapan prodi/
jurusan, dan satu prodi dengan cirri dan karakter yang berebeda ternyata sangat berpengaruh
pada cara berpikir mahasiswa dalam menilai suatu masalah.
Pada kampus ini organisasai bisa dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus (OMIK)
dan organisasi ekstra kampus (OMEK). Organisasi intra kampus adalah organisasi yang secara
administrative dan struktural berhubungan dengan kampus, sedangkan organisasi ekstra kampus
adalah organisasi independen yang baik struktur dan administrasinya lepas dari manapun serta
mempunyai aturan–aturan secara mandiri, dan lepas dari pengawasan manapun. Sehingga organ
ini lebih berani menyuarakan aspirasi secara lantang.
Organisasi intra kampus (OMIK) merupakan seperti, SEMA/ DPM -U, DEMA/BEM-U,
SEMA/DPM-F, DEMA/BEM-F, HMJ/HIMAPRODI, UKM dan UKK. Organisasi ini
menyerupai miniatur Negara dengan tujuan .

Adapun organisasi Ekstra kampus (OMEK) merupakan seperti, HMI, GMNI, PMII, PMKRI,
GMKI, IMM, KAMMI dll. Yang tergabung dalam kelompok Cipayug Plus.

E. GMNI dan Kampus

GMNI harus hadir ditengah-tengah Perguruan Tinggi karena untuk meng counter isu-su
Radikalisme,sara,ras budaya, sehingga mahasiswa harus berfikir akademik, GMNI sebagai
organsasi yang berjwa Nasionalisme yang meningkatkan kestuan dan perstuan oleh karena itu
keberadaan organisasi Ekstra termasuk GMNI akan menjadi pembawa gerakan perubahan untuk
membuka wawasan pola pikir yang kritis.

Anggota GMNI akan memiliki cara pandang yang luas dan pasti terlibat dalam setiap
perkembangan kampusnya, karena sikap demokratis yang sering di kedepankan, agar mahasiswa
mampu ber dialiktika dan ber dinamika dalam setiap perkembangan zaman. Tiak menutup
kemungkinan stiap perolean prestasi yang di miliki untuk kemajuan kampusnya itu merupakan
hasil ddari kader-kader GMNI dan organ ekstra lainnya.

Menjadi mahasiswa tidak cukup belajar di perkuliahan saja , aka tetapi harus menciptakan ruang-
ruang diskusi untuk mningkatkan jati dirinya karena itu bentuk implementasi dari Tri Darma PT.
proses kolaborasi, gotong royong,problem solping ,sulutif dan asfiratif GMNI akan tetap berada
pada barisan orang-orang yang tertindas oleh sitem. Maka tak heran anggota GMNI sering
melakukan Advokasi ke lapangan , pengorganisiran massa untuk mendrobrak para Penguasa,
sering dilakukan Aksi Demonstrasi merupakan brntuk sikap kritis dan hasil-hasil aspirasi dari
masyarakat yang menerima dampak atas persoalannya.

Anda mungkin juga menyukai