Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ILMU USHUL FIQIH DENGAN

PERMASALAHAN KEDOKTERAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata ushul fiqh adalah kata ganda yang terdiri dari kata ushul (‫ )ﺃﺻﻮﻝ‬dan kata fiqh
(‫)ﺍﻟﻔﻘﻪ‬. Kata ushul yang merupakan jamak dari kata ashal (‫ ) ﺍﻷﺻﻞ‬secara etimologi berarti
sesuatu yang menjadi dasar bagi yang lainnya. Arti etimologi ini tidak jauh dari maksud
definitive dari kata ashal tersebut karena ilmu ushul fiqh itu adalah suatu ilmu yang
kepadanya didasarkan fiqh.
Kata fiqh (‫ )ﺍﻟﻔﻘﻪ‬secara etimologi berarti paham yang mendalam. Arti fiqh dari segi
istilah hukum sebenarnya tidak jauh berbeda dari artian etimologi sebagaimana
disebutkan di atas yaitu ilmu tentang hukum-hukum syara yang bersifat amaliah yang
digali dan dirumuskan dari dalil-dalil tafsili . Dari arti fiqh secara istilah tersebut dapat
dipahami dua bahasan pokok dari ilmu fiqh, yaitu bahasan tentang hukum-hukum syara’
yang bersifat amali dan kedua tentang dalil-dalil tafsili.
Dengan demikian ushul fiqh secara istilah teknik hukum berarti ilmu tentang kaidah-
kaidah yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara’ dari dalilnya yang
terinci atau dalam artian sederhana adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalinya. 1
Setiap manusia pastilah membutuhkan interaksi dengan orang lain, baik dalam urusan
umum atau keagamaan. Manusia tidak dapat terlepas dari hal ini karena manusia adalah
makhluk sosial dan bukanlah makhluk individu yang dapat hidup sendirian tanpa
membutuhkan orang lain. Terutama sebagai seorang dokter tentunya kita akan sering
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Di saat berhubungan dengan orang lain
ada aturan-aturan yang harus dilakukan dan dijaga agar hubungan orang lain itu terjaga
kebaikannya.
Selain berhubungan dengan orang lain, pastilah berhubungan juga dengan Allah SWT.
Islam dalam hal ini telah diatur semuanya dalam ilmu fiqh dengan segala ketentuannya
yang berlaku. Ilmu fiqh telah membahas semua tanpa terkecuali, akan tetapi pada
masalah yang dahulu belum ada dan belum terpikirkan, fiqh tidak membahasnya.
Berdasarkan yang terjadi pada saat ini banyak kasus-kasus yang terjadi seperti kasus
sewa rahim yang sedang marak dilakukan. Kasus ini masih menjadi perdabatan tentang
bagaimana hukum kasus ini dalam islam. Untuk itu sebgai seorang dokter harus
berpegang teguh terhadap ajaran islam dalam segala tindakan yang akan dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian ushul fiqih?
2. Bagaimana pandangan ushul fiqh terhadap sewa rahim dan dokter kandungan laki-
laki?
3. Bagaimana pentingnya ushul fiqih dalam bidang kedokteran?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian ushul fiqh.
2. Untuk mengetahui pandangan ushul fiqih terhadap sewa rahim dan dokter kandungan
laki-laki
3. Untuk mengetahui pentingnya ushul fiqh dalam bidang kedokteran.

1
Yusuf, Wakid. Ushul Fiqh 1|Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Perkembangan dan Aliran dalam Ushul Fiqh. Murid Aswaja
NU. https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/05/pengertian-tujuan-ruang-lingkup-perkembangan-dan-aliran-dalam-ushul-fiqh/.
Diakses tanggal 2 September 2018
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ushul Fiqih
Pengertian Ushul Fiqh dapat dilihat sebagai rangkaian dari dua buah kata, yaitu kata
ushul dan kata fiqh; dan dapat dilihat pula sebagai nama satu bidang ilmu dari ilmu-ilmu
Syari'ah. Dilihat dari tata bahasa (Arab), rangkaian kata ushul dan fiqh tersebut
dinamakan dengan tarkib idlafah sehingga dari rangkaian dua buah kata itu memberi
pengertian ushul bagi fiqh.
Kata ushul adalah bentuk jamak dari kata ashl yang menurut bahasa berarti sesuatu
yang dijadikan dasar bagi yang lain sehingga ushul fiqh dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dijadikan dasar bagi fiqh. Sedangkan menurut istilah, ashl dapat berarti dalil, seperti
dalam ungkapan yang dicontohkan oleh Abu Hamid Hakim “Ashl bagi diwajibkan zakat,
yaitu Al-Kitab; Allah Ta'ala berfirman: "...dan tunaikanlah zakat!." Ashl juga dapat pula
berarti kaidah kulliyah yaitu aturan/ketentuan umum, seperti dalam ungkapan yang
artinya “kebolehan makan bangkai karena terpaksa adalah penyimpangan dari ashl, yakni
dari ketentuan/ aturan umum, yaitu setiap bangkai adalah haram; AllahTa'alaberfirman:
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai...". Dengan melihat pengertian ashl menurut
istilah, dapat diketahui bahwa Ushul Fiqh sebagai rangkaian dari dua kata, berarti dalil-
dalil bagi fiqh dan aturan-aturan/ ketentuan-ketentuan umum bagi fiqh.
Fiqh menurut bahasa berarti paham atau tahu. Sedangkan menurut istilah,
sebagaimana dikemukakan oleh Sayyidal-Jurjaniy, pengertian fiqh yaitu Ilmu tentang
hukum-hukum syara' mengenai perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Yang
dimaksud dengan dalil-dalilnya yang terperinci ialah bahwa satu persatu dalil menunjuk
kepada suatu hukum tertentu, seperti firman Allah yang menunjukkan kepada kewajiban
shalat terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 77 yang artinya: ".....dirikanlah shalat...." atau
seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan jual beli khamar (benda yang memabukkan)." (HR Bukhari dan Muslim
dari Jabir bin Abdillah). Hadits tersebut menunjukkan kepada keharaman jual beli
khamar.
Tidak lepas dari kandungan pengertian Ushul Fiqh sebagai rangkaian dari dua buah
kata tersebut, para ulama ahli Ushul Fiqh memberi pengertian sebagai nama satu bidang
ilmu dari ilmu-ilmu syari'ah. Misalnya Abdul Wahhab Khallaf memberi pengertian Ilmu
Ushul Fiqh dengan arti "Ilmu tentang kaidah-kaidah (aturan-aturan/ ketentuan-ketentuan)
dan pembahasan-pemhahasan yang dijadikan sarana untuk memperoleh hukum-hukum
syara' mengenai perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci."
Maksud dari kaidah-kaidah itu dapat dijadikan sarana untuk memperoleh hukum-
hukum syara' mengenai perbuatan, yakni bahwa kaidah-kaidah tersebut merupakan cara-
cara atau jalan-jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh hukum-hukum syara'
sebagaimana yang terdapat dalam rumusan pengertian Ilmu Ushul Fiqh yang lebih
mendetail, dikatakan oleh Muhammad Abu Zahrah bahwa Ilmu Ushul Fiqh adalah ilmu
yang menjelaskan jalan-jalan yang ditempuh oleh imam-imam mujtahid dalam
mengambil hukum dari dalil-dalil yang berupa nash-nash syara' dan dalil-dalil yang
didasarkan kepadanya, dengan memberi 'illat (alasan-alasan) yang dijadikan dasar
ditetapkannya hukum serta kemaslahatan-kemaslahatan yang dimaksud oleh syara'. Oleh
karena itu Ilmu Ushul Fiqh juga dikataka sebagai: "Kumpulan kaidah-kaidah yang
menjelaskan kepada faqih (ahli hukum Islam) cara-cara mengeluarkan hukum-hukum
dari dalil-dalil lsyara'."2

2
Abatasa. Pengertian Ushul Fiqh. http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ushul-
fiqih/allsub/138/pengertian-ushul-fiqh.html. Diakses tanggal 31 Agustus 2018
2.2 Pandangan Islam Terhadap Permasalahan Kedokteran
1. Sewa Rahim
Pandangan fiqih kontemporer tentang metode sewa rahim :
Fiqih kontemporer menyimpulkan bahwa hukum sewa rahim baik dengan sperma
dan ovum dari suami istri yang sah kemudian ditanam dalam rahim wanita lain adalah
haram karena dalam pelaksanaannya sama dengan zina. Hal ini terjadi percampuran
sperma pria dan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah, meskipun bukan zina yang
hakiki (memasukkan kelamin ke dalam lubang vagina)
Selain itu, sewa rahim akan menimbulkan kemudaratan yang jauh lebih banyak
dari pada manfaat yang didapat. Juga akan memunculkan problematika baru dalam
rumah tangga dan merugikan kedua belah pihak dan anak yang dilahirkan, terutama
bagi bayi yang diserahkan kepada pasangan suami istri yang menyewa sesuai dengan
kontrak, tidak akan terjalin hubungan keibuan secara alami.
Dipandang dari segi akadnya pula, sewa rahim merupakan akad yang tidak sah
karena rahim merupakan organ tubuh manusia, sedangkan organ tubuh manusia bukan
komoditi yang boleh untuk dipersewakan dan diperjual belikan.
Konsep ibu sejati dalam Islam adalah yang memenuhi beberapa unsur, yaitu: sel
telur (ovum), hamil, melahirkan dan menyusui. Sedangkan anak kandung adalah anak
yang dihasilkan dari keempat proses tersebut. Jadi, sekiranya keempat unsur tersebut
tidak terpenuhi, maka baik ibu ataupun anak tidak bisa dikatakan sebagai ibu sejati
dari anak tersebut, begitu pula sebaliknya.
2. Dokter kandungan laki-laki
Para ulama membolehkan seorang dokter atau para medis melakukan
pemeriksaan terhadap pasien yang bukan mahramnya jika tidak ada seorang dokter
yang mahramnya. Ibnu Abidin berkata: Dalam kitab AlJauharah disebutkan: “Jika
penyakit tersebut menyerang seluruh tubuh si wanita maka dokter boleh melihatnya
saat pengobatan, kecuali alat kelamin yang vital. Sebab hal itu termasuk darurat. Jika
tempat yang sakit adalah kemaluan, maka hendaknya diajari seorang wanita lain
untuk mengobatinya. Jika tidak ada juga sementara keselamatan jiwanya sangat
mengkhawatirkan atau dikhawatirkan tertimpa penyakit yang tidak mampu ia tahan,
maka hendaklah mereka menutup seluruh tubuhnya kecuali tempat yang sakit itu
(yakni kemaluan) lalu dipersilakan dokter mengobatinya dengan tetap menahan
pandangan semampunya kecuali terhadap bagian yang tengah diobati”.3
Profesi dokter kandungan laki-laki ditinjau dari perspektif hukum Islam, pada
dasarnya tidak dibolehkan “diharamkam” karena objek dari dokter kandungan adalah
wanita, kecuali tidak ada dokter kandungan perempuan yang bisa menangani
kehamilan tersebut dan sejalan dengan pandangan ulama yang membolehkan untuk
melihat bagian tubuh pasien yang mana saja untuk kepentingan pengobatan. Selain itu,
ada beberapa syarat yang diperhatikan ketika seorang dokter laki-laki akan mengobati
pasiennya yang wanita, diantaranya adalah:
1. Tidak ada dokter wanita yang mampu menangani penyakit yang dialami oleh
wanita tersebut
2. Dokter harus bertakwa kepada Allah, dapat dipercaya, adil, mempunyai
keistimewaan dan ilmu pengetahuan pada bidangnya.
3. Jangan membuka bagian-bagian tubuh pasien wanitanya kecuali dengan keperluan
pemeriksaan.
4. Selama pengobatan harus didampingi mahramnya, suami atau wanita yang dapat
dipercaya seperti ibunya atau saudara wanitanya.
5. Seorang dokter tidak boleh non muslim selama masih ada yang muslim.

3
Raddul Mukhtar V/237 dan lihat juga Al-Hidayah Al-'Aladiyah, hlm.245
2.3 Pentingnya Ushul Fiqih dalam Dunia Kedokteran
Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai dokter muslim, ilmu ushul fiqih ini sangat
penting. Karena dalam menjalani profesi ini, kita akan menemukan berbagai hal yang
tidak hanya berkaitan dengan masalah medis, tetapi juga berhubungan erat dengan ajaran
Islam. Oleh karena itu, ilmu ushul fiqih penting dipelajari oleh seorang calon dokter
sebagai pegangan dan bekal sebelum terjun langsung ke masyarakat.4
Sekarang ini, perkembangan teknologi dan perkembangan sains di bidang kedokteran
makin pesat. Perkembangan ini tentunya merupakan hal yang positif. Sebagai sebuah
pembaruan, keberadaannya bukan merupakan hal yang harus dihindari oleh umat islam.
Umat Islam berhak bahkan sudah seharusnya mengadopsinya selama itu tidak
bertentangan dengan hukum syara’ dan bermanfaat untuk kemaslahatan.
Pandangan hidup Islam mengharuskan manusia menstandarisasi seluruh perbuatannya
dengan tolok ukur Islam, yaitu halal dan haram semata. Hukum-hukum untuk halal dan
haram ini diambil dari nash-nash syara’ yang termaktub dalam Al Kitab dan As-Sunnah,
dan dari sumber hukum lain yang telah ditunjukkan oleh Al Kitab dan As-Sunnah, yaitu
Qiyas dan Ijma’ Sahabat. Yang halal boleh diambil dan yang haram harus ditinggalkan,
tanpa melihat lagi aspek kemaslahatan dan kemafsadatan serta aspek kemanfaatan dan
kemudlaratan.5
Oleh sebab itu, kendatipun penemuan ilmiah bersifat universal atau tidak secara
khusus didasarkan pada pandangan hidup tertentu, akan tetapi penggunaannya tetap
didasarkan pada huku-hukum ashlnya.
Dengan mempelajari ilmu ushul fiqih ini, kita dapat memetik beberapa manfaat yang
akan berguna bagi kehidupan kita dengan berprofesi sebagai dokter muslim, diantaranya:
a. Dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teori
kedokteran dan kesesuaiannya dengan ajaran islam.
b. Sebagai pegangan dalam menghadapi kasus yang berkaitan dengan masalah hukum
islam.
c. Sebagai penuntun dalam perwujudan ajaran islam dalam profesi sebagai dokter
muslim.

4
Ilyas Saputera, Ushul Fiqih Kesehatan. Muslim Doctor Notes.
http://doktermuslimyonirazer.blogspot.com/2012/10/ushul-fiqih-kesehatan.html. Diakses tanggal 2
September 2018.

5
Muttaqien, Fauzan, Beberapa Hukum Fiqh Terkait Kesehatan Kontemporer, Dokter Muda Liar.
https://doktermudaliar.wordpress.com/2009/04/26/beberapa-hukum-fiqh-terkait-kesehatan-kontemporer/,
Diakses tanggal 2 September 2018
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ushul Fiqh merupakan landasan atau kumpulan kaidah-kaidah yang dijadikan oleh
faqih (ahli fiqh) dalam mengambil hukum-hukum berdasarkan dalil isyara’.
2. Permasalahan di bidang kedokteran seperti sewa rahim di bidang kedokteran,
haram hukumnya karena hal tersebut sama dengan tindakan zina tanpa dilakukan
secara langsung. Sedangkan untuk permasalahan dokter kandungan laki-laki
diperbolehkan apabila memang dalam keadaan darurat.
3. Ilmu ushul fiqh sangatlah penting dalam profesi kedokteran karena di dalamnya
dijadikan sebagai acuan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan tentang teori
kedokteran dan kesesuaiannya dengan ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abatasa. Pengertian Ushul Fiqh. http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ushul-
fiqih/allsub/138/pengertian-ushul-fiqh.html. Diakses tanggal 31 Agustus 2018
Amka, Yasin. 2015. Hukum Sewa Rahim Tinjauan Fiqih Kontemporer. Yasin Amka.
http://yasinamka.blogspot.com/2015/02/hukum-sewa-rahim-tinjauan-fiqh.html.
Diakses tanggal 31 Agustus 2018
Hapsari, E. 2013. Sewa Rahim, Bolehkah dalam Islam?. Republika.co.id.
https://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/09/19/mtcdqp-sewa-rahim-
bolehkah-dalam-islam. Diakses tanggal 31 Agustus 2018
Muttaqien, Fauzan. 2009. Beberapa Hukum Fiqh Terkait Kesehatan Kontemporer. Dokter
Muda Liar. https://doktermudaliar.wordpress.com/2009/04/26/beberapa-hukum-fiqh-
terkait-kesehatan-kontemporer/. Diakses tanggal 2 September 2018
Saputera, M. Ilyas. 2012. Ushul Fiqih Kesehatan. Muslim Doctor Notes.
http://doktermuslimyonirazer.blogspot.com/2012/10/ushul-fiqih-kesehatan.html.
Diakses tanggal 2 September 2018
Yusuf, Wakid. 2017. Ushul Fiqh 1|Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Perkembangan dan
Aliran dalam Ushul Fiqh. Murid Aswaja NU.
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/05/pengertian-tujuan-ruang-lingkup-
perkembangan-dan-aliran-dalam-ushul-fiqh/. Diakses tanggal 2 September 2018

Anda mungkin juga menyukai