Anda di halaman 1dari 20

Relasi Agama, Sains, dan Filsafat

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu : Novia Balliane, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Syahrul Ghufron 2120207036
Dilla Octaviani 2120207044
Karina Hamidah Putri 2120207035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Relasi Agama, Sains, dan Filsafat”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Palembang, 16 September 2022
Penyusun

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Pengertian Sains......................................................................................................1
B. Pengertian Agama...................................................................................................2
C. Pengertian Filsafat...................................................................................................6

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................7
A. Hubungan Sains dan Agama...................................................................................7
B. Hubungan Sains dan Filsafat...................................................................................9
C. Hubungan Agama dan Filsafat..............................................................................10

BAB III : KESIMPULAN................................................................................................14


DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Pengertian Sains
Dalam bahasa Arab kata “Al-Ilm” berarti pengetahuan (knowledge).
Sedangkan kata ilmu dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata
science. Ilmu pada dasarnya merupakan pengetahuan mengenai sesuatu hal atau
fenomena, baik itu terkait alam atau kehidupan yang ada di masyarakat yang
didapat manusia melalui berpikir. Hal itu berarti bahwa setiap ilmu adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu tersebut. Sains
dalam bahasa Inggris yakni science. Kata science berasal dari bahasa Latin yaitu
scire yang berarti mengetahui atau scientia (pengetahuan). Sedangkan dalam
bahasa Yunani adalah episteme (pengetahuan). Secara bahasa kata science
bermakna keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti
knowledge atau mengetahui, yang sering dibedakan dengan intuisi dan
kepercayaan. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan dan perkembangan
makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari pengkajian,
observasi, dan percobaan yang dilakukan guna menentukan sifat dasar atau prinsip
terkait hal yang dikaji. Dengan perubahan makna tersebut, maka dunia sains
mempunyai batasan hanya terkait pengetahuan yang sistematis tentang alam dan
dunia fisik.1
Definisi ilmu pengetahuan (sains) secara umum ialah suatu pengetahuan
terkait objek tertentu yang dirangkai secara sistematis, rasional, objektif, dan
empiris sebagai hasil.
Ada beberapa karakteristik khusus sains atau ilmu pengetahuan, yaitu
sebagai berikut.2
a. Disusun secara sistematis, metodis, dan bertalian (kohern) terkait suatu
bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
b. Dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala tertentu pada bidang
pengetahuan atau ilmu tersebut. Unsur penting sains ialah penataan

1
Indira Syam, Komunikasi Lintas Perspektif (Hubungan Sains dan Agama), Jurnal Dakwah Tabligh,
16 (1), 2015, hal 32.
2
Abu Tamrin, Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu, Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 6 (1), 2019, hal 73.

1
dengan rinci dan mampu memperjelas sebuah bidang pengetahuan.
Semakin dalam sains menggali dan menekuni hal yang bersifat khusus
dari realita, semakin nyata tuntutan untuk mencari tahu mengenai semua
kenyataan. Semakin dalam pencarian kebenaran suatu fenomena maka
semakin cermat juga ilmu tersebut.
Ada beberapa fungsi ilmu pengetahuan (sains) yaitu sebagai berikut.
a. Dapat berfungsi secara fungsional pada suatu sistem, berarti sesuatu
yang terdiri dari bagian-bagian dan antar bagian saling berhubungan satu
sama lain.
b. Dapat mengetahui berbagai pengetahuan yang telah dirangkai dan
disusun dengan sistematis berdasarkan syarat dan metode untuk dapat
menjadi ilmu pengetahuan atau sains.
c. Dapat mengendalikan berbagai hal berdasarkan teori-teori yang ada
dalam ilmu pengetahuan atau sains.
d. Dapat membuat hipotesa yang nantinya akan diuji kebenarannya.

B. Pengertian Agama

Kata agama diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan, dan sesuatu yang


menjadi anutan. Dalam Islam, ada beberapa istilah yang merupakan kata lain dari
agama yaitu al-Din, al-Millah, dan al-Syari’at. Bila dihubungkan makna antara
al- Din dan al-Huda, berarti petunjuk. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa
agama adalah seperangkat petunjuk dan pedoman bagi setiap yang menganutnya.
Al-Din atau agama sebagai keyakinan terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat, atau
bahkan beberapa dzat ghaib yang maha tinggi, memiliki perasaan berkehendak,
memiliki wewenang untuk mengurus dan mengatur urusan yang terkait dengan
nasib para manusia. Ia mengatakan juga bahwa agama merupakan keyakinan atau
keimanan suatu dzat yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah atau
persembahan. Daniel Djuned mengatakan bahwa agama merupakan tuntutan yang
diturunkan oleh

2
Allah melalui Rasul-Nya untuk umat manusia yang berakal guna kemaslahatannya
di dunia dan akhirat.3

Ada pula agama berasal dari kata Religion (bahasa Inggris), Din (bahasa
Arab), dan Religic (bahasa Belanda). Agama merupakan kepercayaan seseorang
atau individu terhadap sesuatu yang sifatnya spiritual dan hal-hal yang ghaib
(tidak dapat dilihat oleh mata), yang mana di dalam Islam disebut dengan
keimanan.4

Agama merupakan ajaran yang menjadi pedoman perilaku bagi


pemeluknya. Agama mengatur sebagaimana serharusnya manusia itu berperilaku,
mulai dari perilaku terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap alam,
dan juga perilaku terhadap Sang Pencipta.

Agama menunjukkan kepada jalan yang ditempuh guna mencari ridho dari
Tuhan. Dalam agama ada suatu yang dianggap berkuasa, yaitu Allah, zat yang
memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, yang berkuasa, dan yang
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya.

Esensi agama ialah untuk pembebasan diri manusia dari sebuah penderitaan,
penindasan kekuasaan tiran guna kedamaian dalam hidup. Islam, keberadaannya
bagi manusia sebagai pemeluknya agar berdiri bebas di hadapan Tuhannya secara
benar diaktualisasikan dengan formulasi taat pada Hukum-Nya, saling
menghormati, saling menyayangi sesama, bertindak adil dan menjaga diri dari
perbuatan yang tak baik, serta merealisasikan ketaqwaan.

Agama memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan. Hidup beragama


dasarnya ialah kepercayaan terhadap keyakinan dari adanya kekuatan ghaib, luar
biasa atau supranatural yang mempengaruhi kehidupan seseorang dan lingkungan
masyarakat, bahkan terhadap gejala alam. Kepercayaan tersebut menumbuhkan
perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja, dan lain sebagainya serta menghadirkan

3
Abd. Wahid, Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu, Jurnal Substantia: Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14 (2),
2012, hal 226-227.
4
Abu Tamrin, Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu, Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 6 (1), 2019, hal 87.

3
sikap terhadap mental seseorang, seperti perasaan takut, pasrah, optimis, dan lain
sebagainya dari individu serta masyarakat yang mempercayainya.
Sebagai umat yang memiliki agama, kita sebagai manusia wajib berdoa dan
beribadah kepada Allah SWT, karena umat manusia pada dasarnya adalah
makhluk yang lemah.
Kata agama dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan hadist Nabi bermakna yaitu
pahala atau balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan dan hukum, umat,
kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan,
cahaya, kehidupan yang hakiki, amar ma’ruf nahi munkar, amanat dan menepati
janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.
Menurut sumbernya, agama dibagi menjadi dua, yaitu agama samawi
(agama wahyu atau agama langit), dan agama budaya (agama bumi atau agama
non wahyu).5
Salah satu contoh dari agama samawi (agama langit atau agama wahyu) ini
adalah agama Islam. Agama Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah
SWT kepada Rasul-Nya. Sumber hukum dari agama Islam ini diatur dalam Al-
qur’an yang mana merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW membuktikan
tentang kerasulan dan kenabian. Agama Islam sebagai suatu sistem keyakinan dan
tata aturan yang mengatur segala kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Allah SWT. Sedangkan agama budaya (agama bumi atau agama non wahyu)
merupakan agama ciptaana manusia yang berupa kebudayaan.6
Agama sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Ada beberapa
fungsi agama dalam kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, yaitu
sebagai berikut.
a. Fungsi penyelamat, yang mana dimanapun manusia berada selalu
menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan agama
kepada para penganutnya merupakan keselamatan yang meliputi dua
alam, yaitu dunia dan akhirat.

5
Indira Syam, Komunikasi Lintas Perspektif (Hubungan Sains dan Agama), Jurnal Dakwah Tabligh,
16 (1), 2015, hal 33.
6
Abu Tamrin, Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu, Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 6 (1), 2019, hal 88.

4
b. Fungsi edukatif, agama yang dianut memberikan ajaran-ajaran yang
harus ditaati dan dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi
menyuruh dan juga melarang, yang mana kedua unsur tersebut memiliki
latar belakang dalam mengarahkan dan membimbing agar individu
(penganut) menjadi lebih baik menurut agama dan kepercayaan masing-
masing.
c. Fungsi perdamaian, individu atau seseorang yang merasa bersalah dapat
mencapai kedamaian batin melalui adanya tuntutan agama. Rasa berdosa
dan bersalah akan menjadi hilang dari batinnya jika individu telah
menebus dosa dengan cara bertaubat.
d. Fungsi sosial kontrol, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai
norma, sehingga dalam hal tersebut agama berfungsi pengawas sosial
baik itu dari individu atau kelompok.
e. Fungsi pemupuk rasa solidaritas, para penganut agama yang sama secara
psikologis akan merasa mempunyai kesamaan dalam satu kesatuan,
yaitu iman dan kepercayaan. Hal tersebut akan memberi rasa solidaritas
dalam kelompok maupun individu, serta akan dapat membina
persaudaraan yang kokoh.
f. Fungsi transformatif, ajaran agama dapat mengubah kehidupan dan
kepribadian individu atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya, kehidupan baru yang diterima
berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya mampu mengubah
kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianut.

5
C. Pengertian Filsafat

Secara bahasa, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philein, philos, filo,
yang berarti mencintai, dan sophos, sophia, sofia yang berarti kebijaksanaan. Kata
filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata falsafah dalam bahasa Arab,
philosophy dalam bahasa Inggris, philosopie dalam bahasa Perancis dan Belanda,
atau philosophier dalam bahasa Jerman. Filsafat juga berasal dari kata Latin
philosophia, kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan philosopien sebagai
kata kerjanya. Dengan demikian, secara bahasa kata filsafat dapat diartikan
sebagai cinta akan kebijaksanaan, atau cinta pada pengetahuan yang bijaksana.
Dalam hal ini, arti kebijaksanaan mencakup segala pengetahuan, juga kecakapan.
Kemudian kata filsafat diberi arti yang sempit, dan berarti ilmu pengetahuan,yaitu
ilmu pengetahuan dalam pengertian yang umum, yaitu yang meliputi semua ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hal-hal “yang ada”7.

Secara istilah, filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Berikut ini pengertian filsafat
secara istilah yang dikemukakan oleh Beberapa ahli:

1. Plato (427-347 SM). Filsuf Yunani terkemuka, murid Socrates, guru


Aristoleles. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada.
2. Aristoteles (381-322 SM), mendefinisikan filsafat adalah ilmu yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
3. Al-Farabi (wafat 950 M), seorang filsuf muslim terkemuka,
mengemukakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.
4. Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat merupakan berpikir
menurut tata tertib (logika) dengan bebas dengan sedalam-dalamnya
sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

7
Rina Rehayat, Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan, Pekanbaru, Asau Riau, 2017, hal 1

6
BAB II
Pembahasan

A. Hubungan Antara Sains dan Agama

Kemajuan sains dan teknologi sudah memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat muslim.8 Sains dan agama memiliki perbedaan, sains atau ilmu
pengetahuan dari alam, sumber agama dari Tuhan. Agama berfungsi sebagai
pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia maupun di
akhirat. Sains berfungsi sebagai sarana guna memudahkan aktivitas manusia yang
ada di dunia. Kebahagiaan di dunia menurut agama merupakan prasyarat guna
mencapai kebahagiaan di akhirat. Sains ialah sarana untuk membahagiakan dan
mempermudah aktivitas yang dilakukan manusia di dunia. Dalam pandangan
agama, penting dan perlu karena ketenangan dan kebahagiaan itu membuat umat
manusia menjadi leluasa dalam menjalankan kewajiban dan ajaran-ajaran agama
yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan di akhirat.

Agama dan sains sebenarnya saling membutuhkan. Agama membutuhkan


penjelasan dari sains atau ilmu pengetahuan mengenai fakta-fakta yang ada di
alam, yang mana ada dalam kitab suci al-qur’an, yang menjelaskan untuk selalu
meneliti peredaran planet-planet dan meneliti kejadian yang ada di langit dan
bumi. Sains atau ilmu membutuhkan agama untuk memberikan dasar moral guna
penerapan dan kegunaan ilmu tersebut bagi kehidupan umat manusia dan juga
lingkungan sekitar. Hal tersebut lah yang merupakan kunci dari kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia.

Beberapa tipologi yang berbicara mengenai hubungan antara sains dan


agama, diantaranya, konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Pertama,
konflik, yang mana pandangan ini memposisikan sains dan agama ke dalam dua
ekstrim yang saling bertentangan dan bersebrangan. Kedua, independensi, yang
mana pemisahan antara sains dan agama ke dalam dua wilayah yang berbeda,
sains dan

8
Ali Muchasan, Relasi Agama dan Sains, Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama dan
7
Kebudayaan, 6 (1), 2020, hal 72.

8
agama dianggap memiliki kebenaran sendiri-sendiri yang terpisah antara satu
sama lain, sehingga dapat hidup berdampingan dengan damai, sains berhubungan
dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai. Ketiga, dialog, yang menawarkan
hubungan antara sains dan agama dengan interaksi yang lebih konstruktif
dibandingkan pandangan konflik dan independensi, sains dan agama memiliki
kesamaan yang dapat didialogkan dan dapat saling mendukung satu sama lain.
Keempat, integrasi, yang mana pandangan tersebut menghadirkan hubungan yang
lebih baik dan bersahabat dibandingkan ketiga pandangan sebelumnya, sains dan
agama dianggap valid dan menjadi sumber yang koheren dalam pandangan dunia,
pemahaman mengenai dunia yang didapat melalui sains diharapkan memperkaya
pemahaman tentang keagamaan bagi manusia yang beriman.

Sains atau ilmu pengetahuan mencari hal baru, tak terikat dengan etika,
progresif, inklusif dan objektif. Sedangkan agama mengedepankan moralitas dan
menjaga tradisi yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Walaupun sains dan
agama mempunyai perbedaan, tetapi keduanya mempunyai kesamaan, yakni
sama- sama bertujuan memberikan ketenangan. Agama memberikan ketenangan
dari segi batin sebab ada janji kehidupan setelah mati, dan sains memberikan
ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan yang ada di dunia ini.

Sains tidak dapat dipisahkan dari agama. Al-quran merupakan sumber


intelektualitas dan spiritualitas, yang menjadi sumber rujukan bagi agama dan
segala pengembangan sains atau ilmu pengetahuan yang ada, al-quran merupakan
sumber utama umat Islam tentang keterkaitan sains dan agama. Umat manusia
mendapatkan pengetahuan dan ilmu dari berbagai macam sumber, namun semua
pengetahuan tersebut pada akhirnya berasal dari Allah SWT. Al-quran bukan
kitab ilmu pengetahuan atau sains tersebut, namun al-quran memberikan
pengetahuan mengenai prinsip sains yang selalu dihubungkan dengan
pengetahuan metafisik dan spiritual, al-quran “membaca dengan Nama Tuhanmu”
dapat dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk
pengetahuan ilmiah didasarkan pada pengetahuan terkait realitas Tuhan. Ilmu
pengetahuan (sains) disebut ilmu

9
pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan mengenai dunia dan
pengetahuan Prinsip tuhan.9

Menurut Amstal didalam bukunya Filsafat Agama, bahwa agama cenderung


mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan, eksklusif dan
subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat
dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya
memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi
ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji
kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus
kemudahan bagi kehidupan di dunia. Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama
adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara
keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan
mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu
pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu
para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami
akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengatasinya.10

B. Hubungan Antara Sains dan Filsafat

Secara historis sains dan filsafat merupakan suatu kesatuan, tetapi dalam
perkembangannya mengalami divergensi (kondisi berlawanan) yang mana ilmu
lebih mendominasi dalam mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi tersebut
mendorong upaya untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas
wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya, melainkan agar lebih
jernih dalam melihat hubungan antara sains dan filsafat dalam konteks lebih
memahami khazanah manusia.11

9
Indira Syam, Komunikasi Lintas Perspektif (Hubungan Sains dan Agama), Jurnal Dakwah Tabligh,
16 (1), 2015, hal 34.
10
Ibid, hal 34.
11
Abd. Wahid, Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu, Jurnal Substantia: Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14 (2),
2012, hal 229.

10
Ada persamaan dan juga perbedaan antara sains dan filsafat. Persamaan atau
persesuaian antara sains dan filsafat ialah keduanya menggunakan berpikir
reflektif guna berupaya dalam menghadapi dan memahami fakta dunia dan
kehidupan, filsafat maupun sains bersikap kritis, berpikir secara terbuka dan
konsen terhadap kebenaran, pengetahuan yang sistematis dan terorganisir.12

Sedangkan perbedaan antara sains dan filsafat berkaitan dengan titik tekan,
yang mana sains mengkaji bidang yang terbatas, bersifat analitis dan deskriptif,
menggunakan observasi, bereksperimen dan klasifikasi guna berupaya
menemukan hukum atas gejala-gejala tersebut, sementara filsafat melakukan
pengkajian pengalaman secara menyeluruh, sehingga bersifat inklusif dan
mencakup hal umum di berbagai bidang pengalaman umat manusia, filsafat
mengkaji hubungan antara temuan-temuan sains dengan klaim pada agama, seni
dan moral. Filsafat memiliki batasan yang luas dibandingkan sains, hal ini
bermakna bahwa apa yang tidak bisa dijawab oleh sains maka filsafat berupaya
mencari jawaban dan kebenarannya, sains tersebut juga dapat dipertanyakan dan
juga bisa dijadikan bahan (objek) kajian filsafat itu sendiri. Sains (ilmu
pengetahuan) mengkaji hal-hal yang sifatnya empiris dan bisa dibuktikan, filsafat
mencoba mencari jawaban terhadap masalah yang tidak dapat dijawab dan
ditemukan oleh sains, sementara agama ialah jawaban terhadap masalah yang
tidak dapat dijawab oleh filsafat dan jawabannya sifatnya mutlak. Sains dan
filsafat mempunyai wilayah kajiannya masing-masing. Ilmu (sains) memberikan
kita pengetahuan, sementara filsafat memberikan hikmat.13

C. Hubungan Antara Agama dan Filsafat

Agama dan filsafat merupakan dua bentuk menuju jalan kebenaran. Agama
diartikan sebagai kepercayaan kepada Sang Pencipta, filsafat diartikan sebagai
proses berpikir. Orang yang meyakini agama tertentu ingin juga agar orang lain
ikut

12
Abd. Wahid, Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu, Jurnal Substantia: Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14 (2),
2012, hal 229.
11
13
Ibid, hal 229

12
bersamanya. Filsafat sebagai jalan kebenaran, dan diikuti pula oleh orang lain.
Agama dan filsafat merupakan dua entitas yang sama-sama memiliki kekuatan
yang berpengaruh di dunia, bahkan menguasai paradigma dunia.

Agama dan filsafat pada dasarnya memiliki persamaan, yang mana


keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang hakiki.
Agama dalam hal ini adalah agama samawi (agama wahyu) yang diwahyukan
oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Dalam agama ada beberapa poin penting,
yakni Tuhan, kebajikan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lainnya yang
berkaitan dengan agama, yang akan diselidiki oleh filsafat. Agama sering disebut
sebagai kepercayaan, karena agama tersebut telah diwahyukan oleh Allah dan
harsu dipercayai. Kebenaran yang dicapai oleh agama dan filsafat hampir sama,
tetapi agama tidak bisa disamakan dengan filsafat.

Filsafat sebuah metode berpikir yang sistematis, ialah salah satu pendekatan
tersendiri dalam memahami kebenaran. Dalam filsafat dibicarakan pula mengenai
keberadaan Tuhan, persoalan kenabian, wahyu, penciptaan manusia dan ibadah
yang dilakukan oleh manusia. Pertanyaan tentang bagaimana Tuhan, manusia, dan
lainnya pun dalam Islam merupakan sesuatu yang dapat menjadikan para pemikir
menjadi yakin akan keberadaan Tuhan. Para Ulama Islam memikirkan sesuatu
dengan jalan filsafat, yang biasa dikenal dengan filosuf. Hal ini pula semakin
menjadikan hidup menjadi lebih bermakna dengan mencari kebenaran.

Dengan adanya kekuatan antara agama dan filsafat, individu menjadikan


agama dan filsafat sebagai sumber kekuatan dan kebenaran. Bagi para penganut
agama yang taat dan patuh, maka sumber kebenaran dan kekuatannya adalah
agama, yang menjadi perintah Allah melalui wahyu-Nya. Sementara bagi orang
yang menjadikan filsafat sebagai pedoman dan pegangan hidupnya dalam mencari
kebenaran, maka kebenaran tersebut berdasarkan filsafat yang dianut dan
dipegangnya.14

14
Mahfud, Dialetika Agama dan Filsafat Sepanjang Sejarah, Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan,
Keilmuan, dan Teknologi, 18 (1), 2019, hal 12.

13
Filsafat bermula dari keraguan, sedangkan aga dari keyakinan. Titik
awalnya berbeda. Tapi baik filsafat dan agama sama-samamenghargai fungsi dan
peran akal. Dalam perenungan filsafat digunakan kemampuan optimal akal untuk
menemukan hakikat tentang wujud. Alam fisik dan metafisik. Manusia dan wujud
di luar dirinya. Perenungan agama juga menggunakan kemampuan optimal akal
untuk memahami ayat-ayat Allah15.

Ibnu Rusyd, adalah seorang filosof besar yang berusaha mencari titik temu
atau hubungan antara filsafat dan agama. Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa antara
filsafat dan syariat seperti dua koin yang sama, hanya pada ungkapannya saja
yang membuat filsafat dan syariat menjadi terlihat berbeda sedangkan esensinya
tetap sama, yaitu mencari suatu kebenaran.16

Dalam pemikirannya mengenai hubungan antara filsafat dan agama, ada tiga
asumsi yang mendasari pemikiran tersebut:

1. Ad-Din Yujibu at-Tafalsuf (Agama mengandalkan dan mendorong untuk


berfilsafat). Pandangan tersebut senada dengan yang dinyatakan
Muhammad Yusuf Musa bahwa Thabi'ah al-Qur'an Tad'u li at-Tafalsuf
(Karakter Alquran mengajak untuk berfilsafat). Terbukti banyaknya ayat
yang menganjurkan untuk melakukan tadabbur, perenungan, pemikiran
tentang alam, manusia dan juga Tuhan.
2. Anna as-Syar'a fihi Dhzahirun wa Batinun, yaitu bahwa Syariat itu terdiri
dari dua dimensi, yaitu lahir dan batin. Dimensi lahir itu untuk konsumsi
para fuqaha', sedang dimensi batin itu untuk konsumsi para filusuf.

15
Jallaludin, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sejarah dan Pemikirannya, Jakarta, Kalam Mulia,
2011 hal 36
16
Fatimah, Sahilah Masarur. Hubungan Filsafat Dan Agama Dalam Persepektif Ibnu Rusyd.
SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-i. LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, February 9, 2020. Hal 71

14
3. Anna at-Ta'wil Dharuriyyun li al-Khairi as-Syari'ah wal Hikmah aw ad-
Din wal Falsafah. Artinya, ta'wil merupakan suatu keharusan untuk
kebaikan bagi syariat dan filsafat.17

17
Ibid, hal 72

15
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, secara garis
besar terdapat relasi yang sangat kuat antara Agama, Filsafat, dan Sains. Agama
yang di turunkan Allah SWT sebagai petunjuk dari Tuhan kepada manusia,
memberikan tuntunan mengenai hakikat keberadaannya di bumi sebagai manusia.
Firman Allah tersebut di wahyukan kepada Rasulullah yang kemudian
terangkum dalam kitab suci Alquran, menjadi doktrin keimanan dan menjadi
acuan muslim untuk mempelajarinya.
Dalam ajaran Islam, para muslim diwajibkan untuk menuntut segala
macam ilmu, dalam rangka memperkuat keimanannya. Sebab, dalam Alquran
terdapat banyak sekali petunjuk, bahkan tantangan dari Tuhan agar manusia
membuktikan kebenaran ayat-ayat Tuhan yang tertulis (ayat Qauliyah) dan ayat
yang tidak tertulis (Ayat Qauniyah).
Ilmu filsafat sendiri mulai berkembang di dunia Islam sekitar tahun 1000
masehi, yang dimulai dari maraknya penerjemahan gulungan-gulungan Yunani
kedalam Bahasa arab. Muslim mengenal filsafat Yunani dan pemikiran filusuf
terkenal seperti Aristotales, Plato, dan sebagainya.
Perkembangan filsafat memberi pengaruh sangat kuat bagi para muslim
hingga terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara besar-
besaran. Nama-nama besar filusuf muslim sangat terkenal bahkan karya-karyanya
hingga kini menjadi acuan ilmu pengetahun modern. Seperti Ibnu Sina bapak Ilmu
Kedokteran, Ibnu Khaldun bapak ilmu sosial, dan banyak lagi lainnya.
Konsep dalam petunjuk Tuhan didalam Alquran yang kemudian di
kembangkan dalam teori-teori pemikiran filsafat, harus di uji dengan pembuktian
secara empiris. Dunia modern saat ini berupaya sekuat tenaga untuk
“membendakan” hal tersebut. Yang pada akhirnya mengungkap berbagai bukti
kebenaran Firman-firman Allah SWT dalam Alquran.
Hal inilah yang kemudian memperkuat keimanan muslim bahwa apa yang
tertulis dalam Alquran benar-benar datang dari Allah SWT. Bahkan hasil dari
ilmu- ilmu tersebut sangat berguna bagi seluruh umat manusia.

16
Daftar Pustaka

Daniel Djuned. (2004). “Konflik Keagamaan dan Solusinya” dalam Syamsul Rijal
et.al, Filsafat, Agama dan Realitas Sosial, Banda Aceh: Fakultas
Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.

Fatimah, S. M. (2020). Hubungan Filsafat dan Agama Dalam Persepektif Ibnu


Rusyd. In SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i (Vol. 7, Issue 1, pp.
65–74). LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i1.13787

Jallaludin, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sejarah dan Pemikirannya, Jakarta,


Kalam Mulia, 2011 hal 36

Mahfud. (2019). Dialetika Agama dan Filsafat Sepanjang Sejarah. Jurnal Lentera:
Kajian Keagamaan, Keilmuan, dan Teknologi , 18 (1), 1-22.

Muchasan, A. (2020). Relasi Agama dan Sains. Inovatif: Jurnal Penelitian


Pendidikan, Agama dan Kebudayaan , 6 (1), 69-87.

Rina Rehayat, Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan, Pekanbaru, Asau Riau,
2017, hal 1

Syam, I. (2015). Komunikasi Lintas Perspektif (Hubungan Sains dan Agama).


Jurnal Dakwah Tabligh , 16 (1), 31-41.

Tamrin, A. (2019). Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu.
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i , 6 (1), 71-96.

Wahid, A. (2012). Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu. Jurnal Substantia , 14 (2),
224-231.

17

Anda mungkin juga menyukai