Anda di halaman 1dari 15

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Perbandingan Mazhab M. Ihsanul Arief, S. Th. I, M. Ag.

Mazhab Maliki

Oleh :
Kelompok 6

M. Fauzan Shalihin : 170102010990


Muhammad Zaki Afifi : 170102011354

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur selalu tercurah kan ke hadirat Allah Swt., yang telah
memberikan kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “Daya Beda Butir Soal”. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada  beberapa pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah tentang pembahasan mengenai daya beda butir soal ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Mazhab. Penulis sangat
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sangat
mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan,
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Mazhab M. Ihsanul
Arief, S. Th. I, M. Ag. agar penulis bisa mengembangkan ilmu  pengetahuannya.

Banjarmasin, 11 Maret 2020

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
2
3
4
4
4
4
5
5
6
C. Metode Istinbath Mazhab Maliki...............................................................................8
D. Kitab-Kitab Karangan Imam Maliki .......................................................................12
E. Contoh Masail dalam Mazhab Maliki......................................................................12

14
14
.15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah SAW, atau sahabat, setiap permasalahan
umat Islam dpat diselesaikan langsung oleh Rasullah SAW, maupun para
sabahat. Akan tetapi, setelah wafatnya Rasulullah SAW dan para sahabat,
para alim ulama dijadikan tempat bertanya tentang permasalahan agama
khususnya hukum Islam. Permasalahan tersebut semakin meluas karena
Islam menyebar ke penjuru dunia. Hal tersebut membuat para ulama
menentukan hukum suatu peristiwa memalui ijtihad. Namun ijtihad
tersebut memunculkan pendapat yang berbeda sesuai dengan daerah
masing-masing. Setelah hukum Islam tersebut dilakukan oleh para ulama
melahirkan mazhab-mazhab.
Di makalah ini, kami akan membahas tentang Mazhab Maliki
secara khusunya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Imam Maliki ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan dan penyebaran Mazhab Maliki ?
3. Bagaimana metode Istinbath Mazhab Maliki ?
4. Apa saja kitab-kitab karangan Imam Maliki ?
5. Apa saja contoh masail dalam Mazhab Maliki ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Biografi Imam Maliki
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Mazhab Maliki
3. Untuk mengetahui metode Istinbath Mazhab Maliki
4. Untuk mengetahui kitab-kitab karangan Mazhab Maliki
5. Untuk mengetahui contoh masail dalam Mazhab Maliki

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Maliki


Imam Malik adalah imam kedua dari imam empat dalam islam dari
segi umur beliau lahir 13 tahun sesudah Abu Hanifah.1 Nama lengkapnya
adalah Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir
bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi.
Beliau merupakan imam dar Al-Hijrah. Nenek moyang mereka berasal
dari Bani Tamim bin Murrah dari suku Quraisy. Malik adalah saudara
Utsman bin Ubaidillah At-Taimi, saudara Thalhah bin Ubaidillah. 2 Beliau
lahir di Madinah tahun 93 H, beliau berasal dari keturunan bangsa Himyar,
jajahan Negeri Yaman.3
Ayah Imam Malik adalah Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Abi
Al-Haris Ibn Sa’ad Ibn Auf Ibn Ady Ibn Malik Ibn Jazid. 4 Ibunya bernama
Siti Aliyah binti Syuraik Ibn Abdul Rahman Ibn Syuraik Al-Azdiyah. Ada
riwayat yang mengatakan bahwa Imam Malik berada dalam kandungan
ibunya selama 2 tahun ada pula yang mengatakan sampai 3 tahun.5
Imam Malik Ibn Anas dilahirkan saat menjelang periode sahabat
Nabi SAW di Madinah.6 Tidak berbeda dengan Abu Hanifah, beliau juga
termasuk ulama zaman, ia lahir pada masa Bani Umayyah tepat pada
pemerintahan Alwalid Abdul Malik ( setelah Umar ibn Abdul Aziz) dan
meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman pemerintahan
Al-Rasyid (179 H).7
1
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1993), h. 71
2
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h.
260.
3
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab, ( Jakarta; Logos, 1997), h.
103.
4
Moenawir Khalil, Biografi Emapat serangkai Imam Madzhab, (Jakarta; Bulan Bintang), h.
84.
5
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan...., h. 103.
6
Abdur Rahman, Syariah Kodifikasi Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 44.
7
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Rosdakaarya,2000),
h. 79

5
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3
anak laki-laki (Muhammad, Hammad dan Yahya) dan seorang anak
perempuan (Fatimah yang mendapat julukan Umm al-Mu’minin). Menurut
Abu Umar, Fatimah temasuk di antara anak-anaknya yang dengan tekun
mempelajari dan hafal dengan baik Kitab al-Muwatta’.
Imam Malik terdidik dikota Madinah pada masa pemerintahan
Khalifah Sulaiman Ibn Abdul Malik dari Bani Umayyah, pada masa itu
masih terdapat beberapa golongan pendukung islam antara lain sahabat
Anshar dan Muhajirin. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah al-
Qur’an yakni bagaiman cara membacanya, memahami makna dan
tafsirnya. Beliau juga hapal al-Qur’an diluar kepala. Salain itu beliau juga
mempelajari hadts Nabi SAW, Sehingga belaiau dapat julukan sebagai ahli
Hadts.
Sejak masa kanak-kanak Imam Malik sudah terkenal sebagai ulama
dan guru dalam pengajaran islam. Kakeknya yang senama dengannya,
merupakan ulama hadts yang terkenal dan dipandang sebagai perawi hadts
yang hidup sampai Imam Malik berusia 10 tahun. Dan pada saat itupun
Imam Malik sudah mulai bersekolah, dan hingga dewasa beliau terus
menuntut ilmu. 8

B. Sejarah Perkembangan dan Penyebaran Mazhab Maliki


Ada 3 hal yang membantu perkembangan mazhab Maliki.
1. Pertama, pemikiran Imam Malik terkodifikasi dengan baik.
Imam Malik menulis kitab yang memuat pandangan-pandangan
fikihnya. Salah satunya adalah kitab Al-Muwaththa', yang berisi hadis-
hadis Nab Muhammad SAW. dan fatwa para sahabatnya yang menjadi
dasar fatwa Imam Malik.
Karena isinya didominasi hadis-hadis Nabi, banyak pihak yang
menyebut Al-Muwaththa' sebagai karya bidang hadis dibanding
sebuah karya dalam fikih. Karya lain Imam Malik adalah kitab Al-

8
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan...., h. 103.

6
Mudawwanah. Kitab ini membuat fatwa-fatwa Imam Malik yang
mencapai kurang lebih 6200 fatwa, yang disusun dengan sistem
berdasar tema-tema fikih seperti yang dikenal saat ini.
Jika kitab-kitab tersebut diamati, dengan mudah kita
menemukan jawaban mengapa mazhab Malik sering dijuluki dengan
mazhab Ahlul Atsar atau Ahli Hadis. Seringkali sebutan ini
dibandingkan dengan mazhab Ahlur Ra'yi, yang merujuk kepada
Mazhab Hanafi.
Dalam beberapa abad, mazhab Maliki dan mazhab Hanafi
bersaing memperebutkan pengaruh masyarakat Muslim seperti dapat
ditemukan di Afrika Utara dan Andalusia.
2. Kedua, murid-murid Imam Malik berdedikasi menyebarkan fatwa dan
metode berfikir mazhab.
Abu Zahrah dalam buku Tarikh Al-Madzahib Al-Islamiyyah
mencatat di antara murid Imam Malik yang berjasa menyebarkan
mazhabnya ke Mesir adalah Usman bin Hakam Al-Judzami (w. 163
H.), Abdurrahman bin Al-Qasim (w. 191 H.), dan Abdurrahim bin
Khalid (w. 163 H.).
Usman bin Hakam Al-Judzami membawa fikih aliran Maliki ke
Mesir. Usaha menyebarkan Mazhab Maliki dilanjutkan Abdurrahman
bin Al-Qasim. Pada era Abdurrahman bin Al-Qasim, Mazhab Maliki
berhasil menggeser dominasi Mazhab Hanafi yang terlebih dahulu
berkembang.
Pada tahun 200 Hijriah, Mazhab Syafi'i menggeser dominasi
Mazhab Maliki. Sekalipun bersaing dengan Mazhab Syafi'i, pengaruh
Mazhab Maliki masih cukup kuat dibanding Mazhab Hanafi.
Keduanya menjadi dua mazhab yang paling banyak dianut di Mesir.
Al-Maqrizi mencatat kedua mazhab ini selalu menjadi rujukan umat
muslim di Mesir. Ulama kedua mazhab mengisi posisi-posisi penting
dalam kehakiman.

7
3. Ketiga, keterlibatan penguasa dalam penyebaran mazhab. Hal ini dapat
dipotret dalam perkembangan Mazhab Maliki di wilayah Afrika Utara,
dan Andalusia.
Wilayah Afrika Utara, seperti Tunisia dan sekitarnya pada
mulanya didominasi pengikut Mazhab Hanafi. Belakangan,
pengaruhnya digeser oleh Mazhab Maliki.
Mazhab Maliki mencapai puncak pengaruhnya ketika Al-Mu'izz
bin Badis (w. 454 H.)menguasai Tunisia dan sekitarnya. Keterlibatan
kekuasaan dalam penyebaran Mazhab Maliki juga terjadi di Andalusia.
Abu Zahra mencatat, Yahya bin Yahya Al-Laitsi (w. 234 H.), murid
Imam Malik punya hubungan dekat dengan penguasa Dinasti
Umayyah di Andalusia. Beliau diangkat menjadi hakim berpengaruh.
Pengangkatan hakim baru selalu melalui rekomendasi beliau.
Sampai saat ini, Mazhab Maliki masih mendominasi praktik
keagamaan umat Islam di Afrika Utara dan pantai barat Afrika,
Maroko. Di antara praktik keagamaan yang dipengaruhi Mazhab
Maliki di negeri tersebut adalah penggunaan batu sebagai media
bersuci dan azan tiga kali sebelum salat.9

C. Metode Istinbath Mazhab Maliki


Imam Malik merupakan imam mazhab yang memiliki perbedaan
Istimbat hukum dengan imam mazhab lainnya. Imam Malik sebenarnya
belum menuliskan dasar-dasar fiqhiyah yang menjadikan pijakan dalam
berijtihad, tetapi pemuka-pemuka mazhab ini, murid-murid Imam Malik
dan generasi yang muncul sesudah itu, mengumpulkan dasar-dasar
fiqhiyah Imam Malik kemudian menulisnya. Dasar-dasar fiqhiyah itu
kendatipun tidak ditulis sendiri oleh Imam Malik, akan tetapi mempunyai
kesinambungan pemikiran, paling tidak beberapa isyarat itu dapat
dijumpai dalam fatwa-fatwa Imam Malik dalam bukunya “almuwatha’ ”.

Zuhri, Ir. Muh. Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah,( Jakarta : PT Raja Grafindo persada ,
9

1996).

8
dan dalam almuawatha’ , secara jelas Imam Malik menerangkan bahwa
dia mengambil “tradisi orang-orang Madinah” sebagai salah satu sumber
hukum setelah al-Qur’an dan as sunnah.
Secara garis besar, dasar-dasar Imam Malik dalam menetapkan suatu
hukum dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan bahasa Arab yang di riwayatkan secara mutawatir dan
tertulis dalam mushaf. Dalam mengambil hukum di dalam al-Qur’an
beliau berdasarkan atas dzahir nash Al-Qur’an atau keumumannya,
meliputi mahfum al-muwafaqoh dan mahfum aula dengan
memperhatikan illatnya.
2. Sunnah (Hadts)
Ialah segala perakataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan) Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum. Dalam mengambil
hukum, Imam Malik mengikuti cara yang dilakukan dalam mengambil
hukum di dalam al-Qur’an. Beliau lebih mengutamakan makna yang
terkandung dalam sunnah dari pada dhahir sunnah ( sunnah Mutawatir
atau masyhur)
3. Amal Ahli Madinah
Mazhab maliki memberikan kedudukan yang penting bagi
perbuatan orang-orang Madinah, sehingga kadang-kadang
mengenyampingkan hadts ahad, karena amalan ahli Madinah
merupakan pemberitaan oleh jama’ah sedangkan hadts ahad
merupakan pemberitaan perorangan. Apabila pekerjaan itu
bertentangan denganng dan pekerjaan orang Madinah, menurut
pandangannya sama kedudukannya dengan yang diriwayatkan mereka,
dimana mereka mewarisi pekerjaan tersebut dari nenek moyang
mereka secara berurutan sampai kepada para sahabat.
Imam Malik menggunakan dasar amal ahli Madinah karena
mereka paling banyak mendengar dan menerima hadts. Amal Ahli

9
Madinah yang digunakan sebagai dasar hukum merupakan hasil
mencontoh Rasulullah SAW bukan dari Ijtihad ahli Madinah, serta
amal ahli Madinah sebelum terbunuhnya Usman Bin Affan.
4. Fatwa sahabat
Fatwa sahabat merupakan fatwa yang berasal sahabat besar yang
didasarkan pada al-naql. Dan fatwa sahabat itu berwujud hadts yang
wajib diamalkan, karena menurut Imam Malik sahabat tersebut tidak
akan memberikan fatwa kecuali atas dasar apa yang dipahami dari
rasulullah SAW, dalam hal ini Imam Malik mensyaratkan fatwa
sahabat tersebut harus tidak bertentangan dengan hadts marfu’. 10
5. Qiyas
Qiyas merupakan menghubungkan suatu kejadian yang tidak
ada nash kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang
telah ditetapkan oleh nashnya karena adanya kesamaan dua kejadian
itu didalam “illat hukum’. Dan qiyas ini merupakan pintu awal dalam
ijtihad untuk menentukan hukum yang tidak ada nashnya baik dalam
al-Qur’an atau sunnah.11
6. Maslaha Al-Mursalah
Maslahah Mursalah yaitu memilihara tujuan-tujuan syara’
dengan jalan menolak segala sesuatu yang menolak mahluk.
Sedangkan isthisan adalah menurut hukum dengan mengambil
maslahah yang merupakan bagian dalam dari dalil yaitu bersipat kulli
(menyeluruh) dengan maksud mengutamakan al-istidlal al-mursal dari
pada qiyas, sebab menggunakan isthisan itu, bukan berarti hanya
mendasarkan pada pertimbangan perasaan semata, melainkan
mendasarkan pertimbangannya pada maksud pembuat syara’ secara
keseluruhan.12

10
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan...., h. 107
11
Prof. Dr. Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2002), h. 74
12
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan...., h. 109

10
Dalam hal ini, ketika Imam Malik menemui sebuah kasus dan
tidak menemukan pemecahanya pada al-Qur’an, sunnah, serta ijma’
sahabat Madinah. Barulah ia mengqiyaskan kasus yang baru itu
dengan kasus yang mirip yang pernah terjadi. Jika pada dua kasus
terjadi banyak illat (sebab, alasan) yang serupa atau hampir serupa.
Akan tetapi jika hasil pengqiyasan itu ternyata berlawanan dengan
kemaslahatan umum, baginya lebih baik menetapkan keputusan
hukumnya atas dasar prinsip kemaslahatan umum.
Imam Malik menggunakan maslahah mursalah pada
kepentingan yang sesuai dengan semangat syariah dan tidak
bertentangan dengan salah satu sumbernya serta pada kepentingan
yang bersipat dharury (meliputi pemiliharaan agama, kehidupan, akal,
keturunan dan kekayaan).
7. Istihsan
Selanjutnya metode Istihsan hukum yang digunakan Imam
Malik adalah Maslahah yang bersifat umum bukan sekedar Maslahah
yang hanya berlaku untuk orang tertentu. Selain itu maslahah tersebut
juga tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Nash (baik al-Quran
maupun Sunnah).
8. Zadd al-zarai’
Imam Malik menggunakan zadd al-zarai’ sebagai landasan
dalam menetapkan hukum, karena menurutnya semua jalan atau sebab
yang menuju kepada yang haram atau larangan, hukumnya haram. Dan
semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang halal, halal pula
hukumnya.

D. Kitab-kitab Karangan Imam Maliki


Di antara karya Imam Malik adalah kitab Al-Muwatha’ yang ditulis
pada tahun 144 H. atas anjuran khalifah Ja’far Al-Mansyur, menurut

11
peneliti Abu Bakar Al-Abhary atsar Rasulullah SAW, para sahabat dan
tabi’in yang tercamtum dalam kitab al-Muwatha’ sejumlah 1.720 orang.13
Pendapat Imam Malik bisa sampai pada kita melalui 2 buah kitab,
yaitu al- Muwatha’ dan Al-Mudawwanah al-Kubro. Kitab al-Muwatha’
mengandung dua aspek yaitu aspek hadits dan aspek fiqih. Adanya aspek
hadts karena al-Muwatha’ banyak mengandung hadts yang berasal
Rasulullah SAW atau dari sahabat atau tabi’in. Hadits itu diperoleh dari 95
orang yang kesemuaannya dari penduduk Madinah, kecuali 6 orang
diantaranya: Abu Al-zubair (Makkah), Humaid al-Ta’wil dan Ayyub Al-
Sahtiyang (basrah), Atha’ bin Abdullah (khurasan), Abdul Karim (jazirah),
Ibrahim ibn Abi Abiah (syam).
Sedangkan yang dimaksud aspek fiqih adalah karena kitab al-
Muwatha’ disusun berdasarkan sistematika dengan bab-bab pembahasan
layaknya kitab fiqih. Ada bab thaharah, sholat, zakat, nikah, dan lain-
lain.23
Kitab lain karangan Imam Malik adalah kitab mudawwanah al-
Kubro yang merupakan kumpulan risalah yang memuat kurang lebih 1.036
masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan oleh As’ad bn al-furaid
Al-Naisabury yang berasal dari tunis yang pernah menajdi murid Imam
Malik.14
E. Contoh Masail dalm Mazhab Maliki
1. Orang yang berhadas kecil dilarang menyentuk mushaf
Menurut Imam Malik, tidak boleh menulisnya, menyentuk kulitnya
walaupun dengan aling-aling, tetapi boleh melafalkan dengan
membaca maupun tidak, atau sentuhannya dengan aling-aling dan
membawa demi menjaganya
2. Lamanya Waktu Haid
Paling banyaknya 15 hari bagi wanita yang tidak hamil, sedangkan
sedikitnya tidak ada batas
13
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h.
144.
14
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan...., h. 117

12
3. Shalat-shalat Sunnah Rawatib
Untuk shalat-shalat sunnah rawatib tidak ada batas tertentu dan tidak
ada pula jumlah khusus, haya yang paling utama adalah: 4 rakaat
sebelum dzuhur dan 4 rakaat setelah magrib.
4. Adzan tidak Boleh pada Hal-hal Berikut
Adzan itu tidak boleh untuk shalat sunnah, shalat yang telah lewat, dan
tidak pula untuk shalat jenazah.
5. Sujud
Yang wajib menempel hanya dahi sedangkan yang lainnya adalah
sunnah.15

15
Muhammad Jawad Mughniyah, FIQIH Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama,
2004). h. 30.

13
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Imam Malik terdidik dikota Madinah pada masa pemerintahan
Kholifah Sulaiman Ibn Abdul Malik dari Bani Umayyah, pada masa itu
masih terdapat beberapa golongan pendukung islam antara lain sahabat
Anshar dan Muhajirin. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah al-
Qur’an yakni bagaiman cara membacanya, memahami makna dan
tafsirnya. Beliau juga hapal al-Qur’an diluar kepala. Salain itu beliau juga
mempelajari hadts Nabi SAW, Sehingga belaiau dapat julukan sebagai ahli
Hadts.
Sejak masa kanak-kanak Imam Malik sudah terkenal sebagai ulama dan
guru dalam pengajaran islam. Kakeknya yang senama dengannya,
merupakan ulama hadts yang terkenal dan dipandang sebagai perawi hadts
yang hidup sampai Imam Malik berusia 10 tahun. Dan pada saat itupun
Imam Malik sudah mulai bersekolah, dan hingga dewasa belaiu terus
menuntut ilmu.

14
Daftar Pustaka

Asy-Syurbasi, Ahmad. 1993. Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Farid, Syaikh Ahmad. 2006. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar.
Yanggo, Huzaemah Thido. 1997. Pengantar Perbandingan Madzhab. Jakarta;
Logos.
Khalil, Moenawir. Biografi Emapat serangkai Imam Madzhab, Jakarta; Bulan
Bintang.
Rahman, Abdur. 1993. Syariah Kodifikasi Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung:
Rosdakarya.
Zuhri, Ir. Muh. 1996. Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta : PT Raja
Grafindo persada.
Khallaf, Abdul Wahab. 2002. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: Raja
GrafindoPersada.
Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2004. FIQIH Lima Mazhab. Jakarta: PT Lentera
Basritama.

15

Anda mungkin juga menyukai