Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PAHAM ASWAJA DALAM


BIDANG AKIDAH, AKHLAQ DAN FIQIH

(untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Aswaja)

Dosen Pengampu: Mutiara Fahriani, M.Pd.

Dibuat oleh: Kelompok 1

 Mohammad Hisyam Khotibul U (19120371)


 Kania Damayanti (19120091)
 Muna Nihayatuz Zain (19120101)
 Rubiah Wahdah Maulidah (19120161)

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT , atas limpahan rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PENGERTIAN
DAN PRINSIP-PRINSIP PAHAM ASWAJA DALAM BIDANG AKIDAH,
AKHLAQ DAN FIQIH” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pengampu pada mata kuliah Aswaja.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mutiara Fahriani, M.Pd. ,


selaku dosen mata kuliah Aswaja yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari mata Dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Tasikmalaya, 17 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Aswaja.........................................................................................3

B. Prinsip-Prinsip Aswaja..................................................................................4

C. Prinsip-prinsip Paham Aswaja Dalam Bidang Akidah, Akhlaq dan Fiqih...4

1. Dalam Bidang Akidah...............................................................................4

2. Dalam Bidang Akhlaq/ Tasawuf.................................................................6

3.Dalam Bidang Fiqih.......................................................................................7

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang rahmatan Lil ‘alamiin. Satu-satunya agama
samawi yang di Ridhoi Allah SWT. Karena berpengaruh teguh pada kalamNya
yang di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW yang merupakan mukjizatnya
yang paling besar yakni Al Qur’an.

Pada zaman Islam baru-baru muncul yaitu pada zaman Rasul masih hidup,
semua permasalahan apapun yang terjadi pada saat itu, Rasulullah lah yang
menjadi penasihat, hakim serta pemberi fatwa yang sesuai dengan tuntunan Al-
Qur’an secara langsung. Islam masih berkembang namun penuh dengan
kedamaian walaupun tidak di pungkiri konflik terjadi dimana-mana.

Setelah Rasulullah wafat, eksistensi Islam mulai sedikit meredup bahkan


banyak sekali kehancuran. Apalagi pada masa itu, terjadi pertikaian politik yang
menyebabkan Islam tercampur adukan dengan masalah-maslah politik tersebut
sehingga muncullah beberapa golongan. Dalam salah satu hadits riwayat
Tirmidzi, Rasulullah menyebutkan bahwa umat islam akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga (73) golongan.

Abdul Razzaq Al-Kailani dalam bukunya Syaikh Abdul Qadir Jailani: Guru
Para Pencari Tuhan menjelaskan, satu dari 73 golongan yang selamat adalah ahlu
sunnah wal jamaah. Sedangkan 72 dari 73 golongan dalam Islam lainnya adalah
sesat. Di dalam makalah ini, insyaallah kami akan memaparkan tentang salah satu
golongan yang kental dengan hukum Islam. Dengan ini, diharapkan akan
menambah wawasan bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Aswaja?

1
2. Bagaimana prinsip-prinsip Aswaja?
3. Bagaimana prinsip-prinsip paham aswaja dalam bidang Akidah,
Akhlaq dan fiqih?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Aswaja.
2. Agar mengetahui dan memahami prinsip-prinsip Aswaja.
3. Agar mengetahui dan memahami prinsip-prinsip paham aswaja dalam
bidang Akidah, Akhlaq dan fiqih.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aswaja
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Menurut
pengertian bahasa, kata Ahlussunnah berarti orang yang beri’tiqad sesuai dengan
sunnah Nabi. Sedangkan Ahlul Jama’ah adalah pengikut para sahabat. Jadi,
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mereka yang mengikuti Nabi dan para sahabat.
I’tiqad dan ajaran Nabi Muhammad dan para sahabat telah termaktub dalam Al
Qur’an dan sunnah Nabi secara terpencar-pencar. Tetapi kemudian dikumpulkan
dan disistemasikan oleh Abu Hasan Al Asy’ari (260-324 H).
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mendapat petunjuk Allah dan
mengikuti sunnah Rasulullah, mengamalkan ajaran Al Qur’an dan Sunnah dalam
praktek dan menggunakannya sebagai manhaj (metode berfikir dan bertingkah
laku dalam kehidupan seharihari).1

Mengenai pengertian Ahlussunnah wal Jama'ah, KH. Hasyim Asy'ari


sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama memberikan tasawwur (gambaran) tentang
Ahlussunnah wal Jama'ah, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qānun al-Asasī.
Menurut KH. Hasyim Asy'ari, paham Ahlussunnah wal Jama'ah versi Nahdlatul
Ulama yaitu suatu paham yang mengikuti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur
al-Maturidi, dalam teologi mengikuti salah satu empat madzhab fiqih (Hanafi,
Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali) dan mengikuti al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi
dalam tasawuf. 2

1
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama DIY, Ke-NU-an Ahlussunnah
Waljama'ah An-Nahdliyyah, (Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
DIY,2017), hlm. 2
2
( Nawawi, Ilmu Kalam: dari Teosentris Menuju Antroposentris, (Malang: Genius
Media, 2014), hlm. 85

3
B. Prinsip-Prinsip Aswaja
Ahlussunnah Waljama’ah memiliki empat prinsip, yaitu
tawasuth(pertengahan/jalan tengah), i’tidal (tegak), tawazun (seimbang). dan
Tasamuh (Toleran).3

1. Tawasuth merupakan sikap pertengahan, tidak ekstrim ke kiri ataupun ke


Kanan. Artinya, selalu bersikap seimbang dalam menghadapi dan
menyikapi berbagai macam persoalan.
2. I’tidal artinya tegak lurus atau bersikap adil. Artinya, dalam menyikapi
berbagai macam persoalan harus berani mengatakan yang haq itu adalah
haq , dan yang bathil itu adalah bathil walaupun terhadap orang lain yang
berbeda agama, ras, suku dan kebangsaannya.
3. Tawazun artinya keseimbangan. Artinya dalam menyikapi berbagai
macam persoalan, menyikapinya dengan pola yang terukur, terarah,
terkonsep dan tersusun dengan metodologi yang bisa
dipertanggungjawabkan.
4. Tasamuh artinya Toleran. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati
orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti
mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam
meneguhkan apa yang diyakini.

C. Prinsip-prinsip Paham Aswaja Dalam Bidang Akidah, Akhlaq


dan Fiqih
1. Dalam Bidang Akidah

Akidah Ahlussunnah Waljama’ah adalah akidah yang moderat. Tidak


terlalu ekstrim ke kanan seperti Jabbariyah tidak terlalu ekstrim ke kiri
(Qadariyah). Ahlussunnah mengakui bahwa perbuatan manusia itu diciptakan
oleh Tuhan, tetapi manusia memiliki andil juga dalam perbuatannya yang disebut

3
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama DIY, Op.cit. hlm. 9

4
dengan kasab. Sementara golongan Jabbariyah berpendapat bahwa semua
perbuatan manusia diciptakan oleh Allah dan manusia tidak memiliki andil sama
sekali dalam perbuatannya. Sebaliknya golongan qadariyah berpendapat bahwa
perbuatan manusia diciptakan oleh dirinya sendiri. Tuhan tidak turut campur
dalam perbuatan manusia. 4

Dalam soal mengkafirkan orang lain, Ahlussunnah juga sangat berhati-


hati. Ahlussunnah tidak menganggap orang mukmin yang berbuat dosa itu kafir
dan tidak pula fasik. Tetapi ia adalah mukmin yang berdosa. Kelak di akhirat
dihukum sesuai dengan dosa yang dilakukannya di dunia.

Dalam hal melihat Allah, Ahlussunnah berpendapat bahwa kelak di surga


orang mukmin bisa melihat Allah sedangkan di dunia manusia tidak bisa melihat
Allah. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Mu’tazilah yang menyatakan orang
mukmin tidak bisa melihat Allah di dunia dan di akhirat.

Mengenai Al-Qur’an, Ahlussunnah berpendapat bahwa Al-Qur’an itu


adalah kalamullah dan bukan makhluk. Berbeda dengan pendapat Mu’tazilah
yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk.
Mengenai antropomorfisme, Ahlussunnah percaya bahwa Allah memiliki mata
dan tangan, tetapi tidak bisa disamakan dengan mata dan tangan manusia.
Sedangkan Ahlussunnah Maturidiyah berpendapat bahwa ayat-ayat tentang
antropomorfisme harus ditakwilkan. Tangan Allah berarti kekuasaan Allah, wajah
Allah berarti Dzat Allah, dan mata Allah berarti pandangan Allah.5

Mengenai sifat, Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah memiliki sifat


tetapi sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk. Berbeda dengan muktazilah yang
berpendapat bahwa Allah tidak memiliki sifat.

Mengenai keadilan Tuhan, Ahlussunnah berpendapat bahwa keadilan


Tuhan itu adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempat yang sebenarnya.

4
Ibid, hlm. 11
5
Antropomorfisme adalah suatu paham yang menyebutkan bahwa Tuhan itu mempunyai
sosok kebertubuhan sebagaimana sosok tubuh yang ada pada makhluk-Nya.

5
Jadi, tidak ada sesuatupun yang mewajibkan Tuhan. Sebab jika Tuhan memiliki
kewajiban berarti Tuhan terpaksa. 6

2. Dalam Bidang Akhlaq/ Tasawuf


Dalam Agama Islam dikenal istilah iman, islam, dan ihsan. Tasawuf
adalah cerminan dari ihsan. Menurut Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan
dari Umar bin Khathab, ihsan adalah:

َ َّ‫ َكاَن‬bَ ‫أَ ْنتَ ْعبُ َدهّٰللا‬


َ ‫ك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا‬
‫ك‬

Artinya: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya,


meskipun kau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”(HR Muslim).

Banyak ulama yang mendefinisikan tasawuf tersebut. Salah satunya


adalah Syekh Abul Qasim Al-Junaidi bin Muhammad Al-Kazzaz AnNahwandi
yang mendefinisikan tasawuf sebagai berikut:

‫ص ُّوفُ اَ ْن تَ ُكوْ نَ َم َع هّٰللا ِ بِاَل َعاَل قَ ٍة‬


َ َّ‫الت‬

Artinya: “Tasawuf adalah, hendaknya engkau senantiasa bersama Allah tanpa


adanya perantara”.

Kalangan Ahlussunnah Waljama’ah tidak menolak adanya tasawuf ini


sebagaimana orang-orang yang sering membid’ahkannya. Akan tetapi, dalam
tasawuf pun kalangan Ahlussunnah Waljama’ah juga selektif, artinya kalangan
Ahlussunnah Waljama’ah tidak menerima faham wahdatul wujud (manunggaling
kawula Gusti).

Dalam perspektif Ahlussunnah Waljama’ah tasawuf harus berlandaskan


syari’at. Salah satu platform Ahlussunnah Waljama’ah adalah:

‫اَ ْل َحقِ ْيقَةُ بِاَل َش ِر ْي َع ٍة بَا ِط ٌل َوال َّش ِر ْي َعةُ بِاَل طَ ِر ْيقَ ٍة عَا ِط ٌل‬

6
Ibid, hlm. 12

6
Artinya: “Hakekat tanpa syari’at adalah bathil sedangkan syariat tanpa hakekat
adalah sia-sia.”

Kalangan Ahlussunnah Waljama’ah menolak tasawuf yang mengatakan


bahwa apabila manusia sudah mencapai hekekat maka ia tidak lagi menjalankan
syari’at sebab kewajiban menjalankan syariat itu agar manusia menjadi baik. Jika
sudah baik, untuk apa lagi syari’at? Bagi kalangan Ahlussunnah Waljama’ah
kewajiban menjalankan syari’at berlaku bagi siapa saja. Nabi Muhammad yang
merupakan manusia terbaik saja tetap menjalankan syari’at, apalagi orang lain?
Oleh karena itu, yang menjadi tokoh-tokoh panutan dalam tasawuf adalah seperti
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Imam Al-Ghazali, Syaikh Junaid Al-Baghdadi,
Abu Hasan As Syadzili dan para tokoh-tokoh tasawuf lain yang tidak
meninggalkan syari’at. 7

3.Dalam Bidang Fiqih


Dalam Syari’ah atau fiqih NU yang berfahamkan Ahlussunnah wal
Jama’ah mengakui kebenaran empat madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hambali. Dan bagi orang yang belum memiliki kemampuan untuk berijtihad,
maka ia harus mengikuti kepada salah satu dari keempat madzhab di atas. 8

Golongan Ahlussunnah Waljama’ah berpendapat bahwa sumber hukum


dalam fikih itu adalah Al-Qur'an, Hadits dan Ijtihad.

Al-Qur’an dan hadits menjadi sumber hukum pertama dan kedua dalam
Agama Islam adalah kesepakatan seluruh ulama. Adapun ijtihad, ada banyak
ragamnya. Ada ijtihad kolektif yang biasa disebut dengan ijmak dan ada ijtihad
individu. Ijtihad individu menggunakan qiyas atau analogi, istihsan, dan
sebagainya.

Menurut paham Ahlussunnah Waljama’ah seseorang yang tidak memiliki


kemampuan untuk berijtihad tidak diperbolehkan mengambil hukum langsung
dari sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan hadits sehingga ia harus memilih salah satu
7
Ibid, hlm. 14
8
Ibid, hlm. 4

7
madzhab. Sebab jika ia langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan hadits berarti dia
telah berijtihad sendiri. Padahal syarat-syarat ijtihad sangat berat. Diantaranya
adalah harus betul-betul memahami Al-Qur’an dan hadits, mengetahui asbabun
nuzul dan asbabul wurudnya, mengetahui tafsirnya, memahami bahasa Arab, dan
masih banyak syarat lain yang sulit untuk dicapai oleh orang pada zaman
sekarang.9

9
Ibid, hlm. 13

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aswaja atau Ahlussunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah, mengamalkan ajaran Al
Qur’an dan Sunnah dalam praktek dan menggunakannya sebagai manhaj
(metode berfikir dan bertingkah laku dalam kehidupan seharihari).

Ahlussunnah Waljama’ah memiliki empat prinsip, yaitu


tawasuth(pertengahan/jalan tengah), i’tidal (tegak), tawazun (seimbang). dan
Tasamuh (Toleran).

Dalam bidang akidah, Akidah Ahlussunnah Waljama’ah merupakan


akidah yang moderat. Yaitu tidak terlalu ekstrim ke kanan seperti Jabbariyah
tidak terlalu ekstrim ke kiri (Qadariyah). Dalam bidang tasawuf, prinsip
ahlussunah Waljama'ah yaitu tasawuf harus berlandaskan syariat. Karena
Hakekat tanpa syari’at adalah bathil sedangkan syariat tanpa hakekat adalah
sia-sia. Kemudian Dalam Syari’ah atau fikih NU yang berfahamkan
Ahlussunnah wal Jama’ah mengakui kebenaran empat madzhab, yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Dan bagi orang yang belum memiliki
kemampuan untuk berijtihad, maka ia harus mengikuti kepada salah satu dari
keempat madzhab di atas.

B. Saran
Bila ada kesalahan dalam menulis kata atau kalimat maupun kutipan
mohon maaf dari penulis. Dan jika ada koreksi atau masukan, penulis
menerimanya dengan senang hati agar makalah ini terus berkembang.

9
10
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama DIY. 2017. Ke-NU-an
Ahlussunnah Waljama'ah An-Nahdliyyah. Yogyakarta.

Nawawi. 2014. Ilmu Kalam: dari Teosentris Menuju Antroposentris. Malang:


Genius Media.

https://www.wattpad.com/498957429-ala-nu-aqidah-ahlussunnah-wal-jamaah-
empat-prinsip

11

Anda mungkin juga menyukai