Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FIQIH SYIASAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

ILMU FIQIH

Dosen Pengampu: Fahrurozi, S.Pdi, M,Pd

Disusun oleh :
M. Faris Musthofa (NIM :
Bambang Waspodo

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL’ULUM SURAKARTA

A. PENDAHULUAN

0
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang

telah memberikan kesempatan waktu bagi penulis dalam menyusun tugas ini. Dan

tak lupa Shalawat beserta salam, penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah memberikan inspirasi kepada penulis akan arti dan penerapan

bidang-bidang Fiqh Siyasah.

Makalah ini berjudul Siyasah (politik islam modern) yang ditulis sebagai

tugas mata kuliah Fiqh. Dan tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui

pengertian fiqh siyasah (Siyasah Syar’iyyah) , hubungannya dengan lmu Fiqh ,

dan manfaat mempelajarinya, serta memahami istilah – istilah yang berhubungan

dengan pemerintahan islam.

Serta Tiada Gading Yang Tak Retak, begitupun dengan makalah ini.

Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena

itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang

membangun. Dan dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

BAB I

PENDAHULUAN

Kajian fiqih siyasah terus berkembang seiring perkembangan dunia

politik yang semakin pesat dengan munculnya isu-isu politik mutakhir, seperti

demokrasi, civil society, dan hak asasi manusia. Ditambah lagi dengan isu-isu

pemikiran seperti sekularisme, liberalisme dan sosialisme yang mesti mendapat

respon dari Islam. Perkembangan tersebut tentunya menghadirkan banyak

pemahaman-pemahaman baru yang dikembangkan oleh para tokoh fiqih siyasah

1
yang menciptakan sejumlah perbedaan pemikirinan tentang konsep fiqih siyasah

dimaksud.

Di kalangan umat islam ada yang berpendapat bahwa Islam adalah

agama yang komprehensif. Di dalamnya terdapat sistem politik dan

ketatanegaraan, sistem ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Misalnya Rasyid

Ridha, Hasan Al-Banna dan Al-Maududi meyakini bahwa ”Islam adalah agama

yang serba lengkap”. Di dalam ajarannya antara lain terdapat sistem

ketatanegaraan atau politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam

hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu atau

bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan barat. Sistem ketatanegaraan atau

politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh

Nabi Besar Muhammad SAW dan oleh empat Khulafa al-Rasyidin.

Untuk melakukan kajian tentang fiqih Siyasah secara luas dan mendalam

dalam hubungannya sebagai ilmu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

yang muncul seiring perkembangan zaman, tentunya harus memahami secara

benar tentang konsep dasar fiqih siyasah dari berbagai sudut pandang. Oleh

karena itu, penulis merasa penting mengangkat masalah kajian Fiqih Siyasah

dalam sebuah makalah yang berjudul “fiqih syiasah ( politik dalam islam)”

Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1.Apa yang di maksud dengan fiqih syiasah ( politik islam )?

2.Apa saja kaidah-kadiah fiqih?

3.Bagaimana kedudukan fiqih siyasah dalam sistematika hukum islam?

2
4.Apa saja bagian-bagian fiqih siyasah?

5.Bagaimana hubungan antara fiqih syiasah dengan islam?

6.Apa manfaat mempelajari fiqih syiasah?

7.Batasan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini penulis hanya membatasi masalah

tentang pengertian fiqih syiasah, hubungan antara fiqih syiasah dengan islam dan

manfaat kita mempelajari fiqih syiasah.

Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam pembahasan makalah ini adalah

sebagai berikut

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fiqih syiasah ( politik islam ).

Untuk mengetahui apa saja kaidah-kadiah fiqih.

Untuk mengetahui bagaimana kedudukan fiqih siyasah dalam sistematika hukum

islam.

Untuk mengetahui apa saja bagian-bagian fiqih siyasah.

Untuk mengetahui hubungan antara fiqih syiasah dengan islam.

Untuk mengetahui manfaat mempelajari fiqih syiasah.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Fiqih Syiasah (politik islam)

Kata “fiqih siyâsah” yang tulisan bahasa Arabnya adalah “” berasal dari dua kata

yaitu kata fiqih (‫ )الفقه‬dan yang kedua adalah al-siyâsî (‫)السياسي‬.

3
Kata fiqih secara bahasa adalah faham. Ini seperti yang diambil dari ayat

Al-Qur’an {‫ول‬QQ‫ا تق‬QQ‫}قالوا يا شعيب ما نفقه كثيرا مم‬, yang artinya “kaum berkata: Wahai

Syu’aib, kami tidak memahami banyak dari apa yang kamu bicarakan”.

Secara istilah, menurut ulama usul, kata fiqih berarti:

{‫ }العلم باألحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية‬yaitu “mengerti hukum-

hukum syariat yang sebangsa amaliah yang digali dari dalil-dalilnya secara

terperinci

Sedangkan al-siyâsî pula, secara bahasa berasal dari “‫”ساس – يسوس – سياسة‬

yang memiliki arti mengatur (‫دبّر‬/‫)أمر‬, seperti di dalam hadis: “‫كان بنو إسرائيل يسوسهم‬

‫”أنبياؤهم أي تتولى أمورهم كما يفعل األمراء والوالة بالرعية‬, yang berarti: “Adanya Bani Israil

itu diatur oleh nabi-nabi mereka, yaitu nabi mereka memimpin permasalahan

mereka seperti apa yang dilakukan pemimpin pada rakyatnya”. Bisa juga seperti

kata-kata “‫أمره‬QQ‫ام ب‬QQ‫ره وق‬QQ‫ة أي دب‬QQ‫ه سياس‬QQ‫ر أي يسوس‬QQ‫د األم‬QQ‫اس زي‬QQ‫ ”س‬yang artinya: “Zaid

mengatur sebuah perkara yaitu Zaid mengatur dan mengurusi perkara tersebut”.

Sedangkan kata mashdar-nya yaitu siyâsah itu secara bahasa bermakna: “‫القيام على‬

‫لحه‬QQ‫ا يص‬QQ‫يء بم‬QQ‫ ”الش‬yang artinya “bertindak pada sesuatu dengan apa yang patut

untuknya”.

Secara terminologis dalam lisan Al-Arab, Siasah adalah mengatur atau

memimpin sesuatu dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan di

dalam Al-Munjid di sebutkan, Siasah adalah membuat kemaslahatan manusia

dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan. Dan siasah adalah

ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu

4
politik dalam negeri dan pilitik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur

kehidupan atas dasar keadilan dan istiqomah.

Sementara itu secara etimologi, mengenai asal kata siyasah terdapat

beberapa pendapat yang berbeda dikalangan ahli fiqih, diantaranya:

1).Sebagaimana dianut Al Maqrizy mengatakan bahwa kata siyasah berasal

dari bahasa mongol yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan sin berbaris

kasra diawalnya sehingga dibaca siayasah. Pendapat tersebut didasarkan pada

sebuah kitab undang-undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa yang berisi

panduan pengelolaan negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku

pindak pidana tertentu.

2).Sebagaimana yang dianut Ibn Taghri Birdi, Siyasah berasal dari campuran

dari tiga bahasa, yakni bahasa Persia, Turki dan Mongol. Partikel Si dalam

Bahasa Persia berarti 30, yasa dalam bahasa Turki dan Mongol berarti larangan

dan karena itu ia dapat juga dimaknai sebagai hukum atau aturan.

3).Sebagaimana dianut Ibnu Manzhur menyatakan siyasah berasal dari Bahasa

Arab, yakni bentuk mashdar dari tashrifan kata sasa-yasusu-siyasatan, yang

semula berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususya kuda.

(“Mujar Ibnu Syarif dan KhamamiZada;2008”).

Adapun menurut Terminologi Ulama, pengertian fiqih siayasah adalah

sebagai berikut:

1. Menurut Ahmad Fathi, fiqih siyasah adalah Pengurusan kemaslahatan

umat manusia sesuai dengan ketentuan syara (Ahmad Fathi Bahantsi

dalam al-siyasah al-jinaiyyah fi al-syari’at al-Islamiyah).

5
2. Menurut Ibnu’Aqil, dikutip dari pendapat Ibnu al-Qoyyim, bahwa fiqh

siyasah adalah Perbuatan yang membawa manusia lebih dekat pada

kemalahatan (kesejahteraan) dan lebih jauh menghindari mafsadah

(keburukan/ kemerosotan), meskipun Rasul tidak menetapkannya dan

wahyutidakmembimbingnya.

3. Menurut Ibnu ’Abidin yang dikutip oleh Ahmad Fathi adalah

Kesejahteraan manusia dengan cara menunjukkan jalan yang benar

(selamat) baik di dalam urusan dunia maupun akhirat. Dasar-dasar siyasah

berasal dari Muhammad saw, baik tampil secara khusus maupun secara

umum, datang secara lahir maupun batin.

4. Menurut Abd Wahab al-Khallaf, Siyasah syar\’iyyah adalah pengurusan

hal-hal yang bersifat umum bagi negara Islam dengan cara menjamin

perwujudan kemaslahatan dan menghindari kemadaratan (bahaya) dengan

tidak melampaui batas-batas syari\’ah dan pokok-pokok syari’ah yang

bersifat umum, walaupun tidak sesuai dengan pendapat ulama-ulama

Mujtahid.

Maksud Abd Wahab tentang masalah umum negara antara lain adalah ;

Pengaturan perundangan-undangan negara.-

Kebijakan dalam harta benda (kekayaan) dan keuangan.-

Penetapan hukum, peradilan serta kebijakan pelaksanaannya, dan-

Urusan dalam dan luar negeri.

5. Menurut Abd al-Rahman Taj; siyasah syar’iyah adalah hukum-hukum

yang mengatur kepentingan negara dan mengorganisir urusan umat yang

6
sejalan dengan jiwa syari’at dan sesuai dengan dasar-dasarnya yang

universal (kully), untuk merealisasikan tujuan-tujuannya yang bersifat

kemasyarakatan, meskipun hal tersebuttidak ditunjukkan oleh nash-nash

yang terinci dalam Al-Qur’an maupun al-Sunnah.

6. Ibn Taimiyah menganggap bahwa norma pokok dalam makna kontekstual

ayat 58 dan 59 surat al-Nisa, tentang dasar-dasar pemerintahan adalah

unsur penting dalam format siyasah syar’iyah. Ayat pertama berhubungan

dengan penguasa, yang wajib menyampaikan amanatnya kepada yang

berhak dan menghukumi dengan adil, sedangkan ayat berikutnya berkaitan

dengan rakyat, baik militer maupun sipil, yang harus taat kepada mereka.

Jika meminjam istilah untuk negara kita adalah; Penguasa sepadan dengan

legislatif, yudikatif dan eksekutif (trias politika)dan rakyat atau warga

negara.

7. Sesuai dengan pernyataan Ibn al-Qayim, siyasah syar’iyah harus bertumpu

kepada pola syari’ah. Maksudnya adalah semua pengendalian dan

pengarahan umat harus diarahkan kepada moral dan politis yang dapat

mengantarkan manusia (sebagai warga negara) kedalam kehidupan yang

adil, ramah, maslahah dan hikmah. Pola yang berlawanan dari keadilan

menjadi dzalim, dari rahmat menjadi niqmat(kutukan), dari maslahat

menjadi mafsadat dan dari hikmah menjadi sia-sia.

Kaidah-Kadiah Fiqih Syiasah, Kaidah-kadiah fiqih yang dapat digunakan

untuk mempelajari dan mengembangkan siyasah antara lain:

7
• “Perubahan hukum dengan sebab berubahnya zaman, tempat, situasi, adat dan

niat”

• “Kemaslahatan yang umum didahulukan atas kemaslahatan yang khusus”

• “Kesulitan membawa kepada kemudahan”

• “Tindakan atau kebijaksanaan kepala Negara terhadap rakyat tergantung kepada

kemaslahatan.”

• “Apa yang tidak bisa dilaksanakan seluruhnya (secara sempurna) janganlah

ditinggalkan seluruhnya.”

Kaidah-kaidah tersebut menegaskan bahwa suatu kebijaksanaan,

keputusan, peraturan, perundang-undangan atau hukum di bidang muamalah yang

ditetapkan pada suatu waktu dan tempat tertentu dapat diubah atau diganti oleh

pemegang kekuasaan/ pemerintah. Perubahan perlu apabila ia tidak lagi relevan

dengan realpolitic. Sebab perubahan zaman, tempat, situasi dan kultur dengan

suatu peraturan dan undang-undang yang lebih sesuai dengan waktu berakhir.

Perubahan atau pergantian tentu tidak asal berubah saja. Tetapi perubahan yang

tetap berorientasi kepada nilai-nilai dan jati diri manusia dan kemanusian.

Muatannya tidak bertentangan secara subtansial dengan nash-nash syariat yang

bersifat universal pada setiap zaman dan tempat. Ia juga harus bersifat transparan,

sehingga dapat mengantisipasi perkembangan zaman yang dihadapi dan mampu

menampung aspirasi masyarakat bagi kemajuan social budaya, ekonomi dan

politik untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

Contoh kaidah-kaidah fiqhiyah dipergunakan dalam fiqih siyasah adalah :

a. ‫الحكم يدو ر مع علته وجو د ا و عد ما‬.

8
”Hukum selalu konsisten dengan illatnya (alasan-alasannya), ada dan

tidakadanya hukum tergantung dengan ada dan tidak adanya alasan tersebut”

Contoh, menurut ’Abduh jika disuatu negara masih ada perjudian, dana judi

kemudian diberikan kepada fakir miskin, maka mereka dapat memanfaatkan dana

tersebut untuk kebutuhan primer mereka. Pada suatu saat Umar ibn Khattab tidak

memvonis pencuri-pencuri dipotong tangan, karena kejadian tersebut berada masa

paceklik. Muallaf qlubuhum dipandang tidak ada pada saat itu, sehingga satu

asnaf tidak diberi jatah zakat.

b. ‫تغير األحكام بتغير األزمنة واألمكنة واألحوال والعوائد والنيــــا ت‬.

”Perubahan hukum sejalan dengan dimensi ruang dan waktu, keadaan,

kebiasaan dan niat (hukum adalah bersifat kondisional)”.

Contoh pada masa Orba UUD 45 hampir tidak tersentuh oleh perubahan.

Sesudah reformasi amandemen UU D 45, dilakukan karena pertimbangan

kepentingan/kebutuhan bangsa dan rakyat Indonesia.

c. ‫د فع المفـــــا سد وجلب المصــالح‬.

”Menghindari bahaya agar dapat memperoleh maslahat (kebaikan secara umum)”.

Contoh UU Perkawinan di Indonesia dengan menggunakan azaz

monogami merupakan keinginan bangsa Indonesia, agar menghargai terhadap

perempuan. Praktik ilegal gami dilakukan oleh laki-laki karena kepentingan seks

dan dilakukan dengan main kuncing-kucingan.

Kedudukan Fiqh Siyasah dalam sistematika hukum Islam

Secara umum kajian keIslaman dibagi dua macam;

9
a).secara vertikal hubungan manusia dengan Allah, kemudian disebut bidang

’ubudiyyah.

b).secara horizontal hubungan antara individu manusia dengan manusia yang

lain bahkan kelompok, kemudian menggunakan istilah mu’amalah.

Bagian pertama dikemas dalam kajian shalat, zakat, puasa dan haji. Bagian

yang kedua dikemas dalam urusan muamalah secara luas. T.M. Hasbi ash-

Shiddieqie (1904-1975 M), membagi sistematika hukum Islam menjadi;

 Ibadah kepada Allah seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

 Hukum keluarga seperti nikah, thalak dan ruju’

 Hukum kebendaan seperti jual-beli, sewa-menyewa.

 Hukum tentang perang damai dan jihad (siyar).

 Hukum acara di peradilan. (al-ahkam al-murafa’at).

Hukum ahlak (adab).

Bagian-bagian Fiqih Siyasah

Setelah kita mengetahui tentang pengertian dan penamaan Politik Islam

dalam Islam adalah Fiqih Siyasah. Maka dalam kajian kali ini akan dibahas

mengenai bidang-bidang Fiqih Siyasah. Dan Fiqih Siyasah ini menurut Pulungan

(2002, hal:39) terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Siyasah Dusturiyah

2. Siyasah Maliyah

3. Siyasah Dauliyah

4. Siyasah Harbiyah

5. Siyasah Dusturiyah

10
Siyasah Dusturiyah menurut tata bahasanya terdiri dari dua suku kata

yaitu Siyasah itu sendiri serta Dusturiyah. Arti Siyasah dapat kita lihat di

pembahasan diatas, sedangkan Dusturiyah adalah undang-undang atau peraturan.

Secara pengertian umum Siyasah Dusturiyah adalah keputusan kepala negara

dalam mengambil keputusan atau undang-undang bagi kemaslahatan umat.

Sedangkan menurut Pulungan (2002, hal:39) Siyasah Dusturiyah adalah

hal yang mengatur atau kebijakan yang diambil oleh kepala negara atau

pemerintah dalam mengatur warga negaranya. Hal ini berarti Siyasah Dusturiyah

adalah kajian terpenting dlam suatu negara, karena hal ini menyangkut hal-hal

yang mendasar dari suatu negara. Yaitu keharmonisan antara warga negara

dengan kepala negaranya.

Siyasah Maliyah

Arti kata Maliyah bermakna harta benda, kekayaan, dan harta. Oleh

karena itu Siyasah Maliyah secara umum yaitu pemerintahan yang mengatur

mengenai keuangan negara.

Djazuli (2003) mengatakan bahwa Siyasah Maliyah adalah hak dan

kewajiban kepala negara untuk mengatur dan mengurus keungan negara guna

kepentingan warga negaranya serta kemaslahatan umat. Lain halnya dengan

Pulungan (2002, hal:40) yang mengatak bahwa Siyasah Maliyah meliputi hal-hal

yang menyangkut harta benda negara (kas negara), pajak, serta Baitul Mal.

Dari pembahasan diatas dapat kita lihat bahwa siyasah maliyah adalah

hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan negara yang berasal dari

11
pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara yang tidak bertentangan dengan

syari’at Islam.

Siyasah Dauliyah

Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta

kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala

negara untuk mengatur negara dalam hal hubungan internasional, masalh

territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan tawanan politik,

pengusiran warga negara asing. Selain itu juga mengurusi masalah kaum Dzimi,

perbedaan agama, akad timbal balik dan sepihak dengan kaum Dzimi, hudud, dan

qishash (Pulungan, 2002. Hal:41).

Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah lebih mengarah pada

pengaturan masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta kedaulatan negara.

Hal ini sangat penting guna kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara lain.

Siyasah Harbiyah

Harbiyah bermakna perang, secara kamus Harbiyah adalah perang,

keadaan darurat atau genting. Sedangkan makna Siyasah Harbiyah adalah

wewenang atau kekuasaan serta peraturan pemerintah dalam keadaan perang atau

darurat.

Dalam kajian Fiqh Siyasahnya yaitu Siyasah Harbiyah adalah pemerintah

atau kepala negara mengatur dan mengurusi hala-hal dan masalah yang berkaitan

dengan perang, kaidah perang, mobilisasi umum, hak dan jaminan keamanan

perang, perlakuan tawanan perang, harta rampasan perang, dan masalah

perdamaian (Pulungan, 2002. Hal:41).

12
Hubungan antara Fiqih Syiasah dengan Islam

Islam merupakan agama yang mencakup keseluruhan sendi kehidupan

manusia (syamil). Islam bukanlah sekedar agama kerahiban yang hanya memiliki

prosesi-prosesi ritual dan ajaran kasih-sayang . Islam bukan pula agama yang

hanya mementingkan aspek legal formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral.

Politik, sebagai salah satu sendi kehidupan, dengan demikian juga diatur oleh

Islam. Akan tetapi, Islam tidak hanya terbatas pada urusan politik.

Ketika seseorang mendengar istilah Islam Politik, tentu ia akan segera

memahaminya sebagai Islam yang bersifat atau bercorak politik. Dalam hal ini,

Islam memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-

satunya corak yang dimiliki oleh Islam. Sebab jika Islam hanya bercorak politik

tanpa ada corak lainnya yang seharusnya ada, maka Islam yang demikian ialah

Islam yang parsial. Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik yang

amat kuat pada dasarnya didorong oleh kelemahan atau bahkan keterpurukan

politik umat Islam saat ini. Karena kondisi sedemikian ini, politik kemudian

menjadi salah satu PR penting umat Islam saat ini, untuk bisa bangkit dari

kemundurannya.

Adapun istilah Politik Islam tentu akan segera dipahami sebagai politik

ala Islam atau konsep politik menurut Islam. Istilah ini wajar ada karena memang

dalam kenyataannya terdapat banyak konsep politik yang kurang atau tidak sesuai

dengan ajaran Islam. Pertanyaan yang selanjutnya muncul ialah “apakah Politik

Islam itu ada? Apakah Islam mempunyai konsep khusus tentang politik, berbeda

dengan konsep-konsep politik pada umumnya?” Yang jelas, sampai batasan

13
tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang politik. Akan tetapi,

tentu saja Islam tetap terbuka terhadap berbagai konsep politik yang senantiasa

muncul untuk kemudian bisa melengkapi konsep yang sudah dimiliki, sepanjang

tidak bertentangan dengan konsep baku yang sudah ada.

Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari

kenyataan bahwa Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat rinci

dalam segenap masalahnya. Ketidakrincian itu sendiri merupakan bagian dari

kebijaksanaan Allah agar Islam bisa mengembangkan konsep politiknya dari

waktu ke waktu tanpa harus terkungkung oleh rincian-rincian yang sangat

mengikat, sementara kondisi zaman senantiasa berubah dan berkembang. Akan

tetapi, tidak pula berarti bahwa Islam sama sekali tidak memiliki rincian dalam

masalah-masalah politik. Ada masalah-masalah tertentu yang telah ditetapkan

secara rinci dan tidak boleh berubah kapanpun juga, meskipun zamannya berubah.

Dalam hal ini, tidaklah benar pandangan sebagian kalangan yang mengatakan

bahwa dalam masalah politik, Islam hanya memiliki nilai-nilai normatif saja, yang

bisa diturunkan seluas-luasnya tanpa batasan-batasan yang berarti.

Islam Tidak Bisa Dibangun Secara Sempurna Tanpa Politik

Tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi merupakan amanah yang

harus diwujudkan. Hukum-hukum tersebut tidak akan mungkin bisa tegak tanpa

politik pada umumnya dan kekuasaan pada khususnya. Ibnu Taimiyyah

mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal : Al-Qur’an dan

pedang. Al-Qur’an merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan pedang

14
melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-

Qur’an.

Manfaat Mempelajari Fiqih Syiasah, Manfaat mempelajari fiqih siyasah adalah:

Mengatur peraturan dan perundang-undangan Negara sebagai pedoman

dan landasan idiil dalam mewujudkan kemashalatan umat.

Pengorganisasian dan pengaturan untuk mewujudkan kemaslahatan.

Mengatur hubungan antara pengusaha dan rakyat serta hak dan kewajiban masing-

masing dalam usaha mencapai tujuan Negara.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fiqh siyâsah memainkan peranan penting di dalam hukum Islam. Ini

dikarenakan, fiqh siyâsah-lah sebuah disiplin ilmu yang akan mengatur

pemerintah dalam menjalankan hukum Islam itu sendiri bagi masyarakatnya.

Tanpa keberadaan pemerintah yang Islami (dalam hal ini pemerintah yang

menjalankan konsep fiqh siyâsah), maka sangat sulit terjamin keberlakuan hukum

Islam itu sendiri bagi masyarakat muslimnya.Imam al-Ghazâlî juga secara tegas

menjelaskan ini di dalam kitabnya yang berjudul al-`Iqtishâd fî al-`I’tiqâd.

Buktinya, tanpa pemerintah yang minimal peduli dengan fiqh siyâsah, tidak

mungkin akan mengeluarkan salah satu produk hukum Islam sebagai hukum

positif untuk rakyatnya yang muslim. Indonesia misalnya, pada tahun 1974 telah

berhasil melahirkan undang-undang No. 1, tahun 1974 tentang Perkawinan yang

mengatur bahwa semua penduduk asli Indonesia yang beragama Islam untuk

15
mematuhi peraturan pernikahan tersebut yang terbentuk dari dasar-dasar Islami.

Tanpa ini, tentu konsep fiqh munâkahah tidak dapat diaplikasikan secara positif di

Indonesia.

Setelah membahas secara mendalam, maka kesimpulan yang didapatkan adalah

sebagai berikut:

1. Fiqh siyâsah adalah sebuah disiplin ilmu yang isinya adalah membahas

hukum-hukum pemerintahan dan konsep menjalankan pemerintahan yang

berlandaskan syariat Islam dengan tujuan memberi kemaslahatan bagi rakyatnya.

2. Ruang lingkup fiqh siyâsah secara keseluruhan dan secara umum, dapat

dikelompokan kepada empat (4) kelompok: 1. Siyâsah dustûriyyah; 2. Siyâsah

khârijiyyah; 3. Siyâsah mâliyyah; 4. Siyasah Harbiyah

3. Kedudukan fiqh siyâsah di dalam sistematika hukum Islam adalah berada di

bawah fiqh mu’âmalat yang diartikan secara luas, sedangkan peranannya jelasnya

adalah sangat penting bagi masyarakat muslim, karena ia adalah kunci dapat

dijalankannya hukum Islam di dalam sebuah negara yang mayoritas rakyatnya

adalah beragama muslim, selain di satu sisi fiqh siyâsah sendiri sangat

mementingkan kemaslahatan untuk rakyat dan berusaha menghilangkan

kemudaratan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://hardiananto.wordpress.com/2009/04/25/siyasah (diakses Maret

2013)

http://languagecommunity.blogspot.com/2011/12/makalah-fiqh-

siyasah.html (diakses Maret 2013)

http://diyaasaviella.blogspot.com/2012/02/pengertian-siyasah-hukum-

islam.html (diakses Maret 2013)

http://makalahchayya.blogspot.com/2011/10/fiqih-siyasah-politik.html

(diakses Maret 2013)

http://menaraislam.com/content/view/73/40 (diakses Maret 2013)

http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/siyasah-politik-islam.html

(diakses Maret 2013)

http://www.aminazizcenter.com/2010/12/kuliah-fiqh-siyasah-politik-

islam (diakses Maret 2013)

Pulungan, Dr. J. Suyuthi, Fiqih Siyasah; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,

Rajawali Pers, Jakarta;1993

17

Anda mungkin juga menyukai