Anda di halaman 1dari 10

tafsi munir "wahbah zuhaili"

Tafsir munir Pendahuluan Al-Quran merupakan pedoman bagi keseluruhan umat manusia, baik didalam permasalahan yang global maupun yang sangat trperinci. Didalamnya menjelaskan berbagai permasalahan mulai dari masalah individu maupun hubungan social. Tatacara dan aturan yang menyangkut hubungan vertical dan horizontal. Bahkan, teknik hidup sukses dunia dan akhirat. Manusia perlu untuk mencari sebuah pemahaman atas sebuah teks ayat al-Quran demi tesampaikannya pesan-pesan yang tekandung didalanya. Rasululah sebagai penyampai risalah telah memberikan penjelasan (bayan) mengenai ayat-ayat yang diturunkan kepadannya. Bayan tersebut sepeninggal rasulullah kemudian berkembang menjadi penafsiran-penafsiran. Seorang mufassir cenderung memberikan penafsiran sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dikuasainnya. Meskipun, terkadang ada pula mufassir yang menulis tafsir berbeda dengan basic keilmuannya.Wahbah Zuhaili merupakan seorang ulama ahli fiqih yang berusaha menguraikan ayat al-Quran dengan sumber,cara dan metode yag dapat diterimah oleh wilayah kontemporer. Wabah Zuhaili, dalam muqaddimahnya tafsir munir mengatakan bahwa, yang terpenting didalam sebuah penafsiran adalh dapat membantu didalam tadabbur terhadap ayat-ayat al-Quran. Karena semestinya tujuan diturunkanya al-Quran adalah agar dapat diperoleh hikmah didalmnya dan sebagai bahan pemikiran bagi orang-orang yang berakal. Lebih husus, dalam tafsir munir ini adalah bertujuan untuk memberikan pengarahan kepada umat islam agar dapat berpegang teguh kepada al-Quran secara ilmiah. Karena agama islam mengajak kepada para pengikutnya untuk befikir dan mengidupkan hati serta akal. Allah dan rasullah melalui wahyunya menyeru kepada segala hal yang memberi fasilitas kehidupan kepada manusia. Akan tetapi, seruan tersebut tidak aka terlaksana maksud dan tujuannya jika tidak dapat dipahami melalui penafsiran, dan Wahbah Zuhaili memberikan penafsiran yang gambling mengenai ayat tersebut dengan bahasa yang sederhana. Beliau menuturkan dengan bahasa yang mudah supaya penjelasannya mudah dipahami dan akhirnya memberikan kontribusi melalui penafsirannya. Biografi Wahbah Zuhaili dilahirkan didesa Dir Athiyah, daerah Qalmun, Damshiq, syiriah pada 6 maret 1932 M\1351H.Ayahnya seorang hafidz al-Quran, bernama Mustofa Zuhaili. Beliau bekerja sebagai seorang petani,akan tetapi,beliau adalah sosok yang selalu mendorong anak-anaknya untuk senantiasa menuntut ilmu. Pada tahun 1946, beliau mendapat pendidikan dasar didesanya. Kemudiaaann melanjutkan ditingkat menengah selama 6 tahun pada jurusan shariah di Damshiq. Dalam waktu yang bersamaan,setelah mendapat ijazah sekolah menengah, beliau masuk pada fakultas syariah dan bahasa Arab di al-Azhar dan fakultas shariah di universitas Ain sham. Ketika itu beliau mendapat tiga ijazah sekaligus antara lain: 1. Ijazah B.A. dari fakultas shariah universitas al-Azhar pada tahun 1956. 2. Ijazah Tahassus pendidikan dari fakultas bahasa Arab universitas al-Azhar pada tahun 1957. 3. Ijazah B.A. dari fakultas shariah universitas Ain sham pada tahun 1957. Kemudian beliau melanjutkan ketingkat pasca sarjana di universitas kairo selama dua tahun dengan judul tesis al-ZiraI fi as Siyasi as shariiyah wa al fiqh al islami. Merasa kurang puas, beliau melanjutkan ke program doctoral dengan judul disertasi Athar al Harb fi al fiqh alislami. Adapun diantara guru-guru beliau adalah Muhammad Hasyim al Khatib al

shafie(W.1958). ilmu adith dari Muhammad Yasin(w. 1948) Tafsir dari Hassan Habnakah alMadani(W.1978)Bahasa Arab dari Mhamad saleh Farrur(W1986). Dan selama di Mesir beliau berguru kepada Muhammad Abu Zuhra(1995)Muhammad Shaltut(1963)Abdul Rahman Taj Isa Manun(W1376H) Ali Muhammad Khafif (W1978). Karya-karya 1. Athar al- Harb fi al- Fiqh al- Islami Dirasat Muqaranah, 1963 2. al Wasit fi ushul al fiqh.1966 3. al Fiqh al Islami fi Uhsul al Jadid. 1967 4. Nazariat al Darurat al syariyyah. 1969 5. Nazariat al Daman. 1970 6. Al Ushul al Ammah li Wahdah al Din al Haq.1972 7. Al alaqah al Dawliah fi al Islam.1981 8. Al Fiqih al Islami wa adilatuh (8 jilid).1984 9. Ushul al fiqih al islami (2jilid)1986 10. Juhud taqnin al fiqh al Islami 1987 11. Fiqh al Mawarist fi al Syariat al Islamiyah 1987 12. Al Wasaya wa al Waqf fi al Fiqh al Islami. 1987 13. Al Islam Din al Jihad la al Udwahn. 1990 14. Al Tafsir al Munir fi al Aqidah wa al Syariat. 1991 15. Al Qisah al Quraniyyah Hidayah wa Bayan.1992 Dll. Pendapat Ulama Muhammad Ali Ayazi dalam bukunya al Mufassirun Hayatuhum wa Manahijuhum berpendapat bahwa, dari segi bahasa yang digunakn dalam tafsir munir memakai gaya bahasa dan ungkapan yang jelas dan kontemporer sehingga mudah dipahami bagi generasi sekarang. Terdapat pembagian ayat yang berdasarkan topic dengan tujuan memelihara bahasa dan penjelasan yang adadidalamnya. Ali Ayazi juga menambahkan, bahwa tujuan penulisan tafsir al-Munir adalah memadukan keorsinilan antara keindahan tafsir kontemporer dan tafsir klasik. Hal tersebut dikarenakan menurut Dr. Wahbah Zuhaili seringkali ditemukan pendapat orang yang menyudutkan tafsir klasik yang dianggap tidak mampu memberikan solusi terhadap problematika kontemporer. Sedangkan,para mufassir kontemporer banyak melakukan penyimpangan terhadap interpretasi terhadap ayat al-Quran dengandalih pembaharuan. Sebagaimana penafsiran yang dilakukan oleh mufassir yang basic keilmuannya sains. Oleh karenanya, menurut Wahbah Zuhaili, tafsir klasik harus dikemas dengan gaya bahasa kontemporer dan metode yang konsisten sesuai dengan ilmu pengetahuan modern tanpa ada penyimpangan Interpretasi. Wahbah Zuhaili dalam menulis karya, seolah olah beliau adalah as-suyuti kedua (as-sayuti alThami) pada zaman ini dengan mengambil sample imam shafiiyah yaitu imam al-sayuti. Metode dan corak penafsiran a).Metode Kitab tafsir ini menggunakan gabungan antara tafsir bi al rayi dan bi al mastur. Pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan kandungan surat. Serta memberikan tema yang terkait secara garis besar. Dan dalam setiap tema membahas dari aspek bahasa dan menjelaskan istilah yang terdapat dalam sebuah ayat ser

Ta menyertakan keterangan dari segi balaghah dan gramatikal bahasanya. Maka bias disimpulkan metode yang dipakai adalah metode tahlili. b). Corak (Laun) Ada tujuh corak penafsiran sebagaimana dikemukakan oleh Abdul al-Hayy al Farmawi dalam buknya muqaddimah Fi al Tafsir al Maudhui diantaranya adalah: al Tafsir bi al Mastur,al tafsir bi al rayi, al tafsir falsafi,al tafsir al sufi,al tafsir al fiqh,al tafsir al ilm dan al tafsir adabi ijtimai. maka corak tafsir al munir jika dilihat dari criteria diatas bias disimpulkan bahwa tafsir tersebut bercorak adabi ijtimaI dan fiqh. Selain beluai memang ahli dalam bidang fiqih, penafsiranya pun disesuaikan dengan situasi yang berkembang dan sedang dibutuhkan di kalangan masyarakat. Meskipun tergolong tfsir ilm, akan tetapi, beliau hanya sedikit sekali memberikan penjelasan . karena pada dasarnya, sebagaimana dijelaskan bahwa tujuan tafsir al munir adalah akan meng-counter beberapa penyimpangan dari tafsir kontemporer. c). Karakteristik Wahba Zuhaili didalam menulis tafsir memiliki karakteristik sebagaimana berikut: 1. Membagi ayat-ayat al-Quran dalam satu tema. 2. Memberikan penjelasan pada tiap-tiap awal surat secara global. 3. Menyajikan al Irab, al Balaghah al Mufradat al Lughawiyah, asbab an Nuzul, at tafsir wa al Bayan dan fiqh al Hayat aw al ahkam pada tiap-tiap tema atau ayat yang dikelompokka. 4. Mencantumkan materi-materi yang dimuat dalam ushul al Fiqh. 5. Mengakomodir peerdebatan yang terjadi antar ulama madzab pada ayat-ayat yang mengandung unsure hukum (ayat ahkam). 6. Mencantumkan catatan kaki. d) Madzab Di tinjau dari segipemikirannya, beliau termasuk didalam kalangan ulama yang dibesarkan dan mengikuti mazdab Hanafi. Meskipun demikian, beliau tidak fanatic dan sangat menghargai pendapat madzab lain. Hal tersebut terbukti ketika beliau menafsiri didalam ayat ahkam. Dalam membangun argument, Wahba Zuhaili memakai analisis yang lazim dipakai dalam fiqh. Meskipun terkadang juga menggunakan alas an medis. Referensi madzb yang dipakai juga simbang dan netral. Karena beliau mengambil semua pendapat dari berbagai ulama madzab seperti mengutip dari ahkam al Qyran karya al Jashas dalam mengambil mazdab Hanafi,Ahkam al Quan karya Qurtubi madzab Maliki. Dalam masalah Theologis beliau mengikuti faham ahl al sunnah dan tidak fanatis terhadap madzab lain. e). Sistematika Pada setiap awal surat, Wahba Zuhaili selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan kendungan surat. Kemudian memberikan tema yang terkait secara garis besar dan dalam setiap tema mengandung tiga aspek pembahasan. Pertama,aspek bahasa, yaitu menjelaska istilah-istilah yang termaktub dalam sebuah ayat. Baik dari segi balaghah dan gramatikal bahasanya.kedua,tafsir dan bayan. Yaitu deskripsi yang komprehensif terhadap ayat-ayat sehingga mendapatkan kejelasan makna yang terkandung didalam ayat serta menjelaskan kesahhan hadith yang terkait. Mengenai aspek kedua ini, beliau tidak terlalu memperpanjang penjelasan jika sekirannya dalam ayat tersebut tidak terdapat masalah. Sebaliknya, jika dianggap perlu untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan sebagai pertimbangan, maka beliau akan mengulas secara rinci sebagaimana dalam ayat 106 surah al-Baqarah yang menjelaskan mengenai nasakh mansukh. Ketiga,Fiqh al Hayt wa al Ahkam. Yaitu, perincian dari beberapa kesimpulan yang diambil dari beberpa ayat dan berhubungan dengan raelita kehidupan manusia. Jika ada Permasalahan baru,

beliau berusaha menjelaskan sesuai dengan ijtihadnya. Contoh penafsiran Sesuai dengan sistematika yang ada, Wahbah Zuhaili, diawal surah akan dijelaskan secara rinci mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan surat tersebut. Sebagaimana contoh yang ada didalam surah al-Baqarah. Diawali dengan tempat turunnya ayat,yaitu dikota Madinah,tepatnya di Mina dan ketika itu rasulullah sedang melaksanakan hajji Wada. Kemudian dilanjutkan dengan kandungan yang terdapat didalamnya. Berupa penjelasan bahwa,surat tersebut merupakan surat yang terpanjang didalam al-Quran. Serta surat pertama kali yang turun dikota Madinah. Keterangan tersebut beliau kutip dari kitab Asbab an-Nuzul li al-Wahidi an Naisaburi hal 11. didalam surat alBaqarah juga mengatur tentang tatacara kehidupan social dikota Madinah,yang menyatukan antara agama dan pemeintahan. Syariat yang berjalan dikota Maidinah dilandasi dengan adanya aqidah kesalaman dan dimulai dengan iman kepada Allah serta iman kepada sesuatu yang ghaib. Percaya bahwa al-Quran itu benar dari Allah yang diturunkan melalui utusannya,serta beramal shaleh sebagai interpretasi dari sebuah keimanan. Amal shaleh merupakan penghubung antara manusia dengan tuhannya dengan perntara shalat. Penyampaian tentang penetapan aqidah yang membahas sifat-sifat orang mukmin,kafir dan munafiq untuk menentukan perbandingan antara orang yang beruntung dan orang yang celaka. Disebutkan juga cerita tentang bukti kekuasaan Allah yang menciptakan makhluk mulia berupa Adam sebagai bapak manusia dengan kehurmatannya sehingga mengharuskan Malaikat untuk bersujud kepadanya. Kemudian diciptakan pula istrinya Hawwa sampai pada akhirnya keduannya diturunkan kebumi. Dalam surattersebut jug terdapat peringan Allah kepada orang mukmin dengan cerita bani Israil yang berbuat dosa sebaagaimana didalam ayat 47-123. mereka semua ingkar dan kufur dengan nikmat Allah,mereka tidak ditolong dari Firaun,mereka juga menyembah anak sapi,mengkufuri nabi Musa serta menghinannya. Membunuh para nabi,mengingkari janji. Maka mereka semua berhak mendaptkan laknat dan siksaan dari Allah SWT. Allah menjadikan mereka kedalam kehinaan karena dosa-dosa mereka dan dijauhkan dari rahmad Allah. Adanya perpindahan khitab didalam beberapa ayat yang pada awalnya, khitab tersebut ditujukan kepada orang-orang ahl kitab kemudian khitab tersebut berpindah kepada ahl al-Quran,dengan menuturkan hubungan antara qaum nabi Musa as.dengan nabi Muhammad SAW. Yang keduannya merupakan keturunan dari nabi Ibrahim dan kesepakatan atas keutamaan rasullulah,disusul dengan perihal perpindahan arah qiblat. Penjelasan dasar mengenai asas agama yaitu berupa tauhid ketuhanan dengan menentukan tuhan pencipta yang patut untuk disembah. Anjuran syukur kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan berupa diperbolehkannya bersenang-senang dengan rizki yang baik dan diperbolehkannya sesuatu yang hara ketika dalam keadaan terpaksa,serta penjelasan mengenai pokok kebaikan sebagaimana dalam ayat 177. Al-Baqarah, didalamnya juga menjelaskan tentang pokok-pokok syariat Islam kepada orang mukmin didalam masalah ibadah dan muamalah. Mulai dari mendirikan shalat,menngeluarkan zakat,puasa dibulan Ramadlan,hajji kebaitullah,jihad dijalan Allah,peraturan dalam peperangan,pengkokohan bulan Qamariah,infaq dujalan Allah,karena infaq merupakan penolong dari kerusakan,kemudian wasiat kepada orng tua dan kerabat,penjelasan tentang nafaqah,perlakuan terhadap anak yatim dan tatacaranya ketika barang atau harta anak yatim tersebut tercampur dengan harta yang merawatnya. Aturan didalam kehidupan keluarga menyangkut hubungan suami istri,talak,rodlo.iddah,sumpah lian dan permasalahan tentang

wanita. Diharamkannya ilmu sihir dan pembunnuhan tanpa hak serta penetapan hokum qishas. Dilarangnya memakai harta orang lain secara tidak baik. Diharamknnya minuman keras dan memabukkan serta riba. Dilarang menyetubuhi wanita yang sedang haid dan bersetubuh melalui jlan belakang. Surat al Baqarah merupakan surat yang agung yang menjelaskan didalam masalah aqidah dan rahasia ketuhanan. Sebagaimana yang terdapt didalam ayat kursi. Dan pada akhir ayat didalam surat al-Baqarah menjelaskan tentang peringantan hari kiamat yang sangat menakutkan (didalam ayat 281). Surat ini merupakan sutrat yang terpanjang, terdapt pula ayat yang terpanjang diantara ayat yang lain didalam al-Quran, yaitu ayat yang menjelaskan tentang hutang piutang,hokum-hukum hutang didalam transaksi secara tertulis serta persaksiannya, hokum gadai, wajibnya menepati amanah dan diharamkannya menyimpan sebuah persaksian. Diakhir surat al-Baqarah menuturkan tentang masalah taubat dan menetapkan Allah sebagai tempat kembali. Serta dicntumkannya doa-doa yang agung yang mengandunng permintaan tolong didalam menvari kemudahan dan toleransi.menghilangkan duka,tipudaya dan menghindari dari berpaling serta mencari pertolongan dari kejahatan orang kafir. Keseluruhan dari isi surat al-Baqarah tersebut adalah jalan yang lurus bagi orang-orang mukmin,didalam menjelaskan sifat-sifat mereka sifat-sifat yang bertentangan sebagaimana yang terdapat dalam diri orang-orang kafir dan munafiq. Dijelaskan pula metode-metode menjalakan syariat didalam kehidupan baik secara individu dan social. Pengharapan kepada Allah supaya mendapat akhir kehidupan yang baik dan mati dalam keadaan iman. Berbelas kasih didalam kebaikan, serta sebuah pertolongan yang nyata dari kekejaman musuh Allah. Diantara bidikan paling utama yang terdapat dalam surat ini adalah,penjelasan bahwa kebaikan didunia dan akhirat adalah mengikuti agama, sedangkan pokok-pokok didalam agama itu ada tiga poin.yaitu,iman kepada Allah dan utusannya, beriman dengan hari akhir serta beramal shaleh. Kemudian diwajibkan bagi pemerintah, hendaknya dipilih dari golongan orang-orang yang ahli iman dan istiqamah. Akan tetapi, perlu diingat bahwa, memaksakan didalam agama itu dicegah didalm Islam. Adapun sebab-sebab penamaan surat al-Baqarah, adalah dikarenakan didalamnya mengandung cerita tentang sapi betinah yangmana Allah telah memerintahkan kepada bani Israil untuk membunuhnya dengan tujuan untuk membongkar misteri pembunuhan seorang manusia,yaitu dengan cara memukul tubuh simayit dengan salah satu anggota tubuh sapi tersebut. Atas izin Allah, pukulan tersebut mengakibatkan simayit hidup kembali dan dia menceritakan Kemudian, ayat-ayat diberi tema sesuai dengan penjelasan yang terkandung didalamnya. Sebagaimana dalam ayat 119-121. tema yang tertulis adalah Peringatan bagi orang yang mengikuti orang Yahudi dan Nasrani. 119. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. 120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. 121. Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan

bacaan yang sebenarnya [84], mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. A). Qiraah Adapun dalam masalah qiraah terdapat perbedaan bacaan pada lafadz .menurut ulama Jumhur, Ta dan Lam dibaca Dhummah, sedangkan menurut imam Nafi membaca dengan huruf Ta yang di Fathah dan Lam di sukun. B). Irab, Balaghah dan Mufradat al Lughawi Lafadz berkedudukan sebagai hal dari lafadz . Hal adalah sebuah kedudukan yang menjelaskan keadaaan sebuah obyek. Disini yang dimaksud adalah Nabi Muhammad. aku mengutus kepadamu (Muhammad)sebagai pembawa kabar gembira dan menakut-nakuti. Sedang lafadz ( menakut-nakuti) merupakan Athaf dari lafadz Sedangkan pada lafadz jika dibaca rafa maka huruf disana bermakana Nafi (meniadakan). Tapi, apabila dibaca Jazem maka disebut Nahi(Mencegah) terdapat dua makna.pertama,mengira-ngirakan adanya Lafadz & "tidak ada bagimu penolong dari siksa Allah. Kedua, dapat dimaknai( ) Allah bukanlah penolong dan wali bagimu. Lafadz merupakan isim Mausul,dan berkedudukan sebagai mubtada.sedangkan Shilahnya adalah pada lafadz . merupakan jumlah Filiyah kemudian pada lafaadz adalah Khobar dari lafadz C). Balaghah Merupakan gambaran bagi orang kafir dan orang yang berdusta dan sebagai balasan bagi mereka. Karena setelah datangnya hari kiamat, iman mereka tidak akan berarti disisi Allah. Pengertian lafadz yang disertai dengan Dhamir Munfasil memiliki faidah Qoshru al Hidayah didalam agama Allah,yakni berupa Qoashru as Shifah ala Mausuf. Sedangkan lafadz()termasuk didalam bab al Tahyij. Yaitu perkara yang menimbulkan fitnah dan menyebabkan kemarahan Allah. D). Al Mufrad al Lughawiyah bermakna yakni agama, bermakna Islam, Lam berfaidah sumpah, merupakan wahyu Allah, adalah Dzat yang memelihara, yang mencegah dari siksa, yang dimaksud adalah orang-orang jafir ahli kitab yang akan hokum, adalah orang yang merugi. E). Sabab Nuzul Pada ayat 119,didalam hadith mursal di riwayatkan bahwa, Rasulullah bersabda: Seandainya Allah menurunkan bahaya kepada orang-orang yahudi,niscaya mereka akan beriman. maka kemudian turunlah ayat yang brtujuan menegur nabi. Sedangkan pada ayat 120, ketika itu orang-orang kafir meminta Hudnah kepada Nabi, jika keinginan mereka dituruti, maka mereka akan menuruti nabi. Ibnu Abbas ra. Berkata. Ayat ini merupakan ayat yang menerangkan masalah qiblat. Ketika itu orang yahudi dan nasrani mengharapkan agar Rasulullah shalat dengan menghadap kepada arah yang sama dengan arah qiblah mereka.Akan tetapi,ketika Allah benar-benar memindahkan qiblah kearah Kabah, justru mereka takut dan hawatir, karena dihati mereka merasa engggan untuk mengikuti rasulullah. Kemudian turunlah ayat tersebut. Pada ayat 121, Ibnu Abbas berpendapat bhwa, ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang sedang menaiki perahu bersama Jafar bin Abi Thalib dari Habasayah. Mereka berjumlah sebanyak 40 orang laki-laki dari Syam dan dari Habasyah. Sedangkan Imam Dhahak, berpendapat bahwa,ayat ini turn kepada orang-orang yang beiman kepada orang yahudi. Adapun

Imam Qatadah dan Ikrimah berpendapat, ayat ini ditujukan kepada Rasullah secara murni. F). Munasabah Ayat Selama Allah memberikan penjelasan tentang ayat-ayat yang diturunkanNya, Allah senantiasa memberikan Khitab kepada Rasulullah dengan tujuan supaya beliau mengeetahui bahwa Rasulullah adalah yang dimaksud didalam ayat-ayat tersebut sebagai utusannya. Kemudian setelah Allah menjelaskan pada ayat lalu (didalam ayat 118)yang membahas tentang ke-Esa-an Allah dan kemudian disusul dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang pengukuhan terhadap kenabian yang dibawa oleh Rasulullah. G).At Tafsir wa al Bayan Poin berikutnya adalah penafsiran dan keterangan ayat diatas. Ayat 119 merupakan sebuah penghibur bagi Rasulullah supaya hati beliau tidak galau. Ayat tersebut merupakan sebuah penetapan atas diutusnya beliau kepada manusia dengan membawa kabar gembira bagi orang orang mukmindan menakuti orang kafir. Rasulullah menolong dengan membawa akidah dan hukum syariat. Diberikannya urga bagi orang yang taat dan neraka bagi orang yang mkasiat.disana juga dijelaskan bhwa sesungguhnya yang menjadi tugas rasul adalah menyampaikan risalah saja, dan tidak akan berdosa bagi Nabi jika orang-orang kafir tetap membangkang. Sebagaimana yang dijelaskan didalam Qs.Al anam 25,Fathir 8,dan Al-Kahfi 6. Rasulullah juga dilarang untuk bertanya kepada Allah tentang orang orang ahli neraka yang membangkang kepada nabi. Karena mereka tidak akan mencelakai rasul.dan Allah melarang Rasulullah unutk bersedih atas tingkah laku mereka. karena sekali lagi, rasul hanya diutus untuk menyampaikan dan tidak untuk memaksa dan berbuat kekerasan jika mereka tidak mauberiman. Akan tetapi rasul diutus untuk menyampaikan hikmah dan hidayah dengan Mauidho al hasanah. Didalam hati Nabi, sebenarnya mengharapkan keimanan orang orang ahl kitab. Akan tetapi mereka justru berkata Hai Muhammad, meskipun kau datangkan kepada kami bukti dan perbuatan yang membuat hati kami rela,maka kami tetap tidak akan rela kepadamu. ()adalah jalan yang disyariatkan kepada hamba-hamba Allah. Orang kafir hanya memiliki satu millah saja yang disebut dengan agama. Karena seorang Ibad itu mengikuti kepada orang yang sebelumnya dalam hal syariah. Kemudian Allah memberikan jawaban kepada orang orang kafir, bhwa,sesungguhnya hidayah Allah adlah agamanya,yaitu Islam yang diturunkan melalui nabi-nabi yang membawa petunjuk dan wajib untuk diikuti.maka yang selain itu,disebut orang yang mengikuti hawa nafsu dan syahwat, mereka adalah orang yahudi dan nasrani yang selalu menghina kalam Allah. Maka pada akhirnya Allah tidak akan menolong mereka,lalu jika demikian,siapakah lagi yang dapat menolong? Dan Allah telah menurunkan wahyu kepada Rasulullah agar tetap tenang. Maka ayat ini diturunkan untuk memutus angan-angan nabi tentang keislaman merka,karena kerelaan orang yahudi dan nasrani digantungkan kepada sesuatu yang mustahil yaitu masuk dan mengikuti agama mereka. Ayat ini juga bertujuan mengingkat nabi dan memberikan janji janji. Meskipun khitabnya ditujukan kepada nabi,akan tetapi yang dituju adalah menusia secara keseluruhan.karena nabi adalah pemimpin umat manusia. Allah kemudian menunjukkan kebiksanaan dan kekuasaanya kepada Rasulullah dengan tujuan supaya beliau tidak putus asa, yaitu dengan adanya keimanan orang-orang ahl kitab. Keimanan mereka didasari karena mereka membaca dan mengangan angan kitab Taurat serta memahaminya. Mereka juga meminta surga,memohon pertolongan dari neraka, merka juga menemukan bahwa yang dibawa oleh nabi adlah sebuah kebenaran. Keimanan mereka didasari oleh keimanannya terhadap kitab Taurat,yangn kemudian disusul

dengan keimanan kepada al Quran dan nabi. Sebaliknya, barang siapa yang tidak beriman kepada Taurat, maka mereka tidak akan beriman kepada al-Quran dan rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang mengganti petunjuk dengan kesesatan. Sedangkan yang dimaksud dalam lafadz()adalah kitab Taurat. Berbeda pendapat dengan imam Qatadah yang menafsiri tersebut dengan al Quran. Imam Qurtubi mengatakan,yang dimaksud dari lafadz tersebut adalah ayat secarah umum. Adapaun lafadz()ialah mengikuti al Quran sebagai petunjuk dengan meninggalkan yang dilarang serta menjalankan yang diperintah, tidak menyembunyikan kebanaran dan ilmu yang telah diketahui. F). Fiqh al Hayat wa al Ahkam. Agama Islam itu mengandung kemudahan dan tidak mempersulit bagi pengikutnya. Didalamnya memiliki dua keistimewaan didalam segi asas.yaitu, pemahaman secara akal dan bermusyawarah.. semua kewajiban yang ditetapkan, boleh dilajalankan semampunya.kemudian yang terpenting didalam tugas nabi adalh bukan untuk memaksa manusia supaya mengikuti sebuah kepercayaan. Cukuplah dengan menyampaikan saja, siapa yang beriman dan yang kufur, tergantung pada pribadinya masing-masing. Nabi juga tidak akan ditannnya dari hasil dakwah dan tidak disiksa dalam kegagalannya. Al Quan diturunkan sebagai penjelas dan Ibarah. Membaca al Quran sebaikanya diikuti dengan mengangan-angan maknanya dan memahaminya. faidah dari alQuran dapat terasa ketika apa yang didalamnya dapat diaamalkan dengan baik. Sebagaimana dalam hadith() al Quran dapat memberikan kemanfaatan dan bahaya barang siapa yang membaca al Quran tetapi dia berpaling dari beramal maka diangggap telah melecehkan al Quran. Dan bagi orang-orang yang awam dianjurkan untuk bertanya kepada ulama supaya dapat membantu didalam memahami maknanya. Sedangkan khitab yang dimaksud didalam lafadz()adalah rasulullah,tapi yang dituju adlah umat secara keseluruhan. Imam Ahmad mengambil dalil pada ayat()bahwa, barang siapa yang berkeyakinan bahwa al Quran adlah mkhluk, maka, dia termasuk kafir. Sebagaimana didalam QS. Al Radu () karena al Quran bersumber dari ilmu Allah. Maka barang siapa yang mengatakan itu makhluk, dihukumi kafir. Yang dimaksud didalam petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenar-benarnya adalah mengikuti kebenaran sebagaimana yang telah dijelaskan didalam al Quran. Abu Musa al Asari berkata, barang siapa yang mengikuti petunjuk dari al Quran maka,bagi mereka perkebunan surga. Hasan al Bisri berkata, mereka adalah orang-orang yang menjalankan sesuai dengan peraturan. Setelah Syaikh Wahbah Zuhaili memberikan penjelassan mengenai fiqh al Hayat, kemudian disusul dengan pergantian topic atau tema dengan ayat-ayat berikutnya. Yaitu ayat 122 dan 123 dengan tema mengingat kenikmatan dan memperingatkan tentang kehidupan akhirat. Akan tetapi, berbeda dengan 3 ayat yang lalu, dimaan semua point dari sistematika yang telah ditetapkan didalam penulisna tafsir ini terdapat didalamnya. Sedangkan didalam ayat berikutnya,hanya beberapa point saja dan meninggalkan beberapa yang lain. Ini membuktikan b hwa, sistematika yang telah ada, tidak semua akan selalu dihadirkan dan dimunculkan. Jika dianggap tidak perlu,maka tidak dijelaskan. Adapun poin yang tertulis pada tema dari ayat 122 dan 123 adalah al mufradat al lughawiyah, tafsir wa al bayan dan fiqh al hayat.

122. Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melabihkan kamu atas segala umat. 123. Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. Al mufradat al lughawiyah yang dipaparkan tidak terlalu banyak. Diantaranya adalh lafadz yang diartikan dengan lafadz dan lafadz yang dimaksud adalah tidak dicukupkan. adalah tebusan. Sedangkan lafadz adalah tidak ada penolong yang mencegak dari siksa Allah . Sedangkan penjelasan yang ada didalam al tafsir wa al bayan diantaranya adalah, bahwa Allah mengulang-ulang pentaukitan kepada orang orang yahudi supaya mengingat kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada mereka, memotivasi supaya beriman dan mengikuti nabi sebagaimana yang telah mereka ketahui sifat dan perilaku nabi didalam kitab mereka. kemudian Allah menakut-nakuti dengan siksa pada hari kiayam jika mereka kufur. Pada ayat pertama (122) Allah menasihati orang yahudi, yang mana mereka adalah orang-orang yang berada pada masa dimana diturunkannya kenikmatan kepada mereka. serta menginggatkan kepada mereka atas kenikmatan yang banyak,baik dari segi duniwi maupun agamawi yang diberikan kepada leluhur mereka. dengan terselamatkannya dari musuh-musuhnya, diturunkannya al Manna wa al salwa, diutusnya rasul kepada mereka, diungulkan diantara golongan dizamannya Ketika mereka patuh kepada rasul, membenarkan apa yang dibawahnya. Sehinggah rasul membawa mereka pergi dari kesesatan. Diantara kenikmatan yang lain adalah, diturunknnya kitab Taurat, maka baranga siapa yang bersyukur dari nikmat Allah dan beriman, bahwa yang memberikan keseluruhan dari nikmah tersebut adalah Allah maka mereka juga beriman kepada nabi Muhammad. Sedangkan didalam ayat kedua (122) Allah memperingatkan kepada mereka dengan siksa hari kiamat. Dikarenakan hinaan mereka kepda kitab Taurat dan mendustai rasulnya. Pada hari itu tiap diri tidak akan bisa menebus dari diri yang lain. Seseorang tidak akan disiksa karena dosa yang diperbuat oleh orang lain begitu pula sebaliknya. Seseorang tidak bisa menolong orang lain, bahkan tidak akan diterimah tebusan apapun untuk menolong dari neraka. Siapa yang berhak memberi syafaat tidak dapat lagi dipilih syafaatnya. Tidak ada penolong dan tidak ada yang dapat mencegh mereka dari menerima siksaaan Allah. Kemudian yang terakhir adalah fiqh al hayat. Poin ini akan selalu hadir didalam tiap tema yang disajikan. Ada dua poin yang terdapat didalam kedua ayat ini. Ayat pertama membahas motivasi terhadap orang yahudi dan selain mereka untuk mengikuti rasulnya yang bersifat ummi, serta sifat-sifat yang sudah ditegaskan didalam kitab Taurat, perintah membanngkitkan keimanan dengan cara mengingat nikmat dunia dan agama yang Allah berikan kepada nenek moyang mereka. meninggalkan sifat hasud terhadab bani yang lain dari golongan orang Arab terhadab rizki yang Allah berikan kepada mereka berupa Rasulullah sebagai penutup. Karena sifat Hasud tersebut yang mendorong diri mereka untuk memusuhi dan mendustasi rasulnya. Sedangkan poin kedua adalah, membahas tentang balasan bagi orang-orang yang tetap membangkang akan diberi siksa yang keras pada hari kiamat. Tidak ada penolong,pengganti atau tebusan yang dapat bermanfaat dengan tujuan meringankan siksaan. Karena segala sesuatu yang ada pada diri masing masing akan ditanyakan dan tidak akan ditannya dari yang lain.

Kelebihan dan Kelemahan Diantara kelebiahan yang terdapat didalam tafsir ini adalah 1. Menyuguhkan sistematika penulisan tafsir yang jelas dan sususnan yang runtut 2. Menggunakan rujukan yang valid disertai Footnoot 3. Meskipun tergolong mazdhab Hanafi, tapi beliau tidak fanatic. 4. Tidak terdapat cerita israiliyat. 5. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti Sedangkan dari segi kelemahannya diantaranya adalaha: 1. Hadith yang dipakai, sering tidak diserrtai perawi yang lengakap sehinggah sulit untuk menentukan kwalitas hadith 2. Terkadang terkesan temamtik, karena disusun dengan menggunakan tema-tema didalam kumpulan ayat yang berkaitan

Anda mungkin juga menyukai