Syafril
Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FIAI-UNISI Tembilahan
e-mail: syafril1982@yahoo.com
Fiddian Khairudin
Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FIAI-UNISI Tembilahan
Abstrak
Dalam sejarahnya, perkembangan penafsiran al-Qur’an
dapat dipetakan dalam tiga periode; klasik, pertengahan
dan modern/kontemporer. Tafsir al-Qur’an yang lahir dari
ketiga periode tersebut memiliki karakteristik dan
paradigma yang berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan
setting sosial-kultural masyarakat yang menjadi
background pemikiran mufasir dan kecenderungan serta
keilmuan yang ditekuninya. Tulisan ini akan mengkaji
pemikiran seorang mufasir kontemporer- ‘Ali al-Shabuniy
dalam kitab tafsirnya yang berjudul Rawai’u al-Bayan.
Secara lebih spesifik, tulisan ini menelisik karakteristik dan
paradigma tafsir ahkam karya al-Shabuniy dan
perbedaannya dengan tafsir-tafsir ahkam yang muncul
pada periode sebelumnya. Sebagai seorang mufasir
kontemporer, al-Shabuniy sudah membangun suatu
paradigma baru dalam penafsiran ayat-ayat hukum, baik
secara teologis, metodologis, maupun aksiologis.
A. Pendahuluan
Di kalangan para pengkaji al-Qur’an ada satu adagium yang
cukup populer, yakni Qur’an -(kitab suci al, 1القران صالح لكل زمان ومكان
1
Quraish Shihab, Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal
dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 35.
2
Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran al-Qur’an
Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: NUN PUSTAKA, 2003), h. 33-
91.
3
Kategorisasi tafsir di atas mengacu kepada klasifikasi yang dikemukakan
oleh Muhammad Husain al-Zahabi dan Manna’ Khalil al-Qaththan. Selanjutnya dapat
dilihat dalam buku al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2003) jilid
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 109
Syafril & Fiddian Khairuddin
5
Muhammad Husain al-Dzahabi, Al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo:
Maktabah Wahbah, 2003), jilid II, h. 319-348.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 111
Syafril & Fiddian Khairuddin
6
Muhammad ‘Ali Iyaziy, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum,
(Teheran: Mu’assasah al-Tiba’ah wa al-Nasyr, 1415), h. 471.
7
Muhammad Yusuf, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta:
Teras, 2006), h. 56.
112 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
8
Ibid., h. 57.
9
Ibid.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 113
Syafril & Fiddian Khairuddin
10
Muhammad ‘Ali Iyaziy, op cit.
11
Shobirin dan Umma Farida, Madzahib at-Tafsir, (Kudus: STAIN Kudus,
2005), h. 129-130.
114 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
12
Selanjutnya dapat dilihat Ahkamu al-Qur’an karya al-Baihaqi, (Beirut: Dar
al-Fikri, 2005), Ahkam al-Qur’an karya Ibnu al-‘Arabi, (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1988), Ahkam al-Qur’an karya al-Jassas, (Beirut: Dar al-Fikri, 2001).
13
Lihat Tafsir Ayat al-Ahkam karya ‘Ali al-Sayis, (Mesir: Muhammad Ali
Shabih, 1953).
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 115
Syafril & Fiddian Khairuddin
14
Islah Gusmian, op cit., 129.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 117
Syafril & Fiddian Khairuddin
15
Ali al-Shabuni, Rawai’u al-Bayan, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1986), jilid I,
h. 11.
118 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
16
Ibid., h. 259.
17
Ibid.
18
Ibid.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 119
Syafril & Fiddian Khairuddin
a. Analisis Linguistik
Al-Qur’an secara teologis diyakini umat Islam sebagai
firman Allah yang menggunakan bahasa sebagai media untuk
menyampaikan pesannya. Tentu saja bahasa yang dimaksud di
sini adalah bahasa Arab.19 Bahasa adalah alat makna. Tidak
mengenal bahasa akan sulit dalam memahami makna. Oleh
karena itu, dalam konteks penafsiran al-Qur’an, analisis bahasa
menjadi pintu masuk sekaligus sebagai kerangka dasar dalam
menggali dan menentukan makna sebuah ayat yang dikaji.
Sebagaimana mufasir pada umumnya, al-Shabuniy juga
menggunakan analisis linguistik sebagai langkah awal ketika
memulai penafsiran ayat ahkam. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di sini, ketika ia menafsirkan ayat 228-231 surat
al-Baqarah yang menjelaskan persoalan thalaq dalam syari’at
Islam, al-Shabuniy memulainya dengan menganalisis kosa kata-
kosa kata yang dianggap penting untuk dijelaskan.
Adapun kosa kata yang dijelaskannya adalah “قروء, بعولتهن,
درجة, الطالق, تسريح, فبلغن اجلهن, تعضلوهن, ازكى لكم. Ketika menganalisis
19
Aceng Rahmat, “Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Penerjemahan Al-
Qur’an”, dalam Al-Qur’an: Bahasa dan Penafsirannya, Andy Hadiyanto, dkk, (ed),
(Depok: Ulinnuha Press, 2006), h. 196.
120 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
masa, yakni masa suci dan haid”.20 Arti dasar dari kata “”قرء
20
Tafsir Rawai’u al-Bayan, juz I, op cit., 349.
21
Ibid.
22
Ibid.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 121
Syafril & Fiddian Khairuddin
23
Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al-Karim: Tafsir Atas Surat-surat Pendek
Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. vi.
24
Mf. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang
Press, 2008), h. 210.
25
‘Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulumi al-Qur’an, op cit., h. 24.
26
Nurcholish Madjid, Konsep Asbabun Nuzul: Relevansi bagi Pandangan
Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 25.
122 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
27
Tafsir Rawai’u al-Bayan, juz I, op cit., h. 322.
Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer | 123
Syafril & Fiddian Khairuddin
28
Syafruddin, Metode Tafsir Ahkam, (Padang: Hayfa Press, 2010) h. 123.
29
Al-Tarjih merupakan salah satu langkah dalam kajian Ushul Fiqh dan Ilmu
Hadis yang digunakan untuk menyelesaikan dalil-dalil yang secara lahiriah saling
kontradiksi (bertentangan). Dalam kajian Ushul Fiqh, teori ini disebut dengan
124 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
30
Tafsir Rawai’u al-Bayan, h. 6.
31
Ibid., h. 347.
126 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
C. Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diidentifikasi
karakteristik tafsir ahkam Rawai’u al-Bayan yang membedakannya
dengan tafsir ahkam sebelumnya. Perbedaan karakteristik itu dapat
ditinjau dari beberapa aspek;
Pertama, secara teologis, produk-produk tafsir ahkam yang
muncul pada periode klasik berorientasi kepada pembelaan atas aliran
fikih tertentu, sementara tafsir ahkam kontemporer (baca: Rawai’u al-
Bayan) yang “lahir” dari ranah akademik lebih mengakomodir pelbagai
pandangan yang ada dengan tidak memihak apa lagi membela mazhab
tertentu.
32
Tafsir Rawai’u al-Bayan, opcit., jilid I, h. 6.
128 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 1, April 2017
DAFTAR PUSTAKA