Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Studi kitab tafsir II
Dosen Pengampu: HJ. Istianah, M.A
Disusun Oleh:
Izzatul Mila (1630110039)
M. Tobiqullah Riza (1630110065)
Muhammad Hasyim (1630110071)
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk
seluruh yang manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Ia banyak berbicara kepada rasio
dan kesadaran manusia untuk menunjukkan kepada mereka jalan terbaik guna merealisasikan
dirinya dalam menggambarkan pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Shofwah at-Tafasir merupakan kitab tafsir karangan As-Shobuni. Beliau menyebutnya
sebagai kumpulan tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ma’qul. Menyinggung alasan penamaan
kitabnya ini beliau menjelaskan, “aku menamai kitabku Shofwah at-Tafasir karena memuat inti
dari kitab-kitab tafsir besar yang ku susun lebih ringkas, tertib, mudah, jelas, dan lugas “. Tafsir-
tafsir besar yang beliau ambil sebagai rujukan: tafsir at-Thobari, tafsir Kasyaf karya
Zamakhsyari, tafsir Qurthubi, tafsir Ruhul Ma’ani karya Al-Alusi, tafsir Ibnu Katsir, tafsir
Bahrul Muhith karya Abi Hayyan, juga dari beberapa kitab tafsir lain dan buku-buku ulumul
Qur’an. Dalam Muqoddimahnya, as-Shobuni sedikit curhat mengenai proses kreatif penulisan
kitab tafsir ini, “aku merampungkan penulisan kitab ini selama lima tahun siang dan malam. Dan
aku tidak menulis sesuatu dalam kitab tafsir ini kecuali setelah aku benar-benar membaca apa
yang ditulis ulama-ulama tafsir pada kitab mereka. Sekaligus meneliti dengan sungguh-sungguh
supaya aku bisa menilai mana diantara pendapat mereka yang paling benar lalu aku
mengunggulkannya”.
Di antara alasan yang membuat penulis tafsir ini tergerak untuk menyusun kitab tafsirnya
adalah banyaknya kitab tafsir dan ulumul Qur’an yang ditulis oleh para ulama, bahkan di
antaranya merupakan kitab-kitab yang “gemuk” dan pastinya sangat berjasa membantu ulama
dan masyarakat dalam memahami Al-Qur’an secara benar. Namun karena tingkat pendidikan dan
kebudayaan manusia yang berbeda-beda, menjadikan di antara mereka masih merasa sulit
menggapai pesan yang ingin disampaikan seorang mufassir dalam kitabnya. Nah, salah satu
solusi mengatasi hal ini, maka seorang ulama dituntut untuk terus berusaha mempermudah dan
meminimalisir kesulitan dalam kitab tafsirnya, supaya maknanya bisa lebih terjangkau
masyarakat luas.
Syaikhul Azhar DR. Abdul Halim Mahmud memberikan komentar tentang kitab ini,
“Shofwah at-Tafasir adalah hasil penelitian penulis terhadap kitab-kitab besar tafsir, kemudian
ditulis ulang dengan mengambil pendapat terbaik dari kitab-kitab tersebut yang disusun secara
ringkas dan mudah”. Begitu pun yang di sampaikan DR.Rosyid bin Rojih tentang Shofwah at-
Tafasir, “ kitab ini sangat berharga, meringkas apa yang dikatakan ulama-ulama besar tafsir
dengan menggunakan tata bahasa yang sederhana, tekhnik pengungkapan yang mudah dan lugas,
disertai penjelasan dari segi kebahasaannya. Sungguh sangat memudahkan penuntut ilmu dalam
memahaminya”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ali Ash Shobuni?
2. . Apa Permasalahannya dalam kitab Shofwah at-Tafasir?
3. Bagaimana Metode dan sistematika?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Mufasir
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Jamil As-Shobuni. Beliau lahir di kota
Helb Syiria pada tahun 1928 M. Setelah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Syiria,
beliau pun melanjutkan pendidikannya di Mesir, dan merampungkan program magisternya di
universitas Al-Azhar mengambil tesis khusus tentang perundang-undangan dalam islam pada
tahun 1954 M. Saat ini bermukim di Mekkah dan tercatat sebagai salah seorang staf pengajar
tafsir dan ulumul Qur’an di fakultas Syari’ah dan Dirosat Islamiyah universitas Malik Abdul
Aziz Makkah.
Beliau juga dikenal sebagai pakar ilmu Al-Qur’an, Bahasa Arab, Fiqh, dan Sastra Arab.
Abdul Qodir Muhammad Shalih dalam “Al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-A’shri al-hadits”
menyebutnya sebagai akademisi yang ilmiah dan banyak menelurkan karya-karya bermutu”. Di
antara karya-karya beliau: “Al-Mawarits fi al-Syari’ah al-Islamiyyah”, “ al-Nubuwwah wa al-
Anbiya”, “min Kunuz as-Sunnah”, “Risalah as-Shalah”,. Nama besar Syekh Muhammad Ali al-
Shabuni begitu mendunia. Beliau merupakan seorang ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan
keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat wara-nya. nama lengkap beliau adalah Muhammad Ali
Ibn Ali Ibn Jamil al-Shabuni. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 1347 H/1928 M alumnus
Tsanawiyah al-Syari’ah. Syekh al-Shabuni dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar.
Ayahnya, Syekh Jamil, merupakan salah seorang ulama senior di Aleppo. Ia memperoleh
pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di bawah
bimbingan langsung sang ayah. Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan
kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu agama. Di usianya yang masih belia, Al-Shabuni
sudah hafal Alquran. Tak heran bila kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya
belajar sangat menyukai kepribadian al-Shabuni.1
Guru-gurunya Salah satu guru beliau adalah sang ayah, Jamil al-Shabuni. Ia juga berguru
pada ulama terkemuka di Aleppo, seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad al-
Shama, Syekh Muhammad Said al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib al-Tabbakh dan Syekh
Muhammad Najib Khayatah.
Untuk menambah pengetahuannya, al-Shabuni juga kerap mengikuti kajian-kajian para
ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid.Setelah menamatkan pendidikan
dasar, al-Shabuni melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah milik pemerintah, Madrasah al-
Tijariyyah. Di sini, ia hanya mengenyam pendidikan selama satu tahun. Kemudian, ia
meneruskan pendidikan di sekolah khusus syariah, Khasrawiyya, yang berada di Aleppo. Saat
bersekolah di Khasrawiyya, ia tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata
pelajaran umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949.
Atas beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-
Azhar, Mesir, hingga selesai strata satu dari Fakultas Syariah pada tahun 1952. Dua tahun
2 Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, Dar As-Shobuni press, Cairo.
Aksi penolakan ulama-ulama besar saudi ini mau tidak mau memaksa pihak kementrian
badan waqaf Kerajaan Saudi Arabia pada waktu itu menurunkan perintah pelarangan beredarnya
kitab ini. Juga surat edaran dari direktur umum badan waqaf dan masjid di Riyadh bernomor:
945/2/ 16/4/1408 في, صH melarang penyebaran dan memperbanyak kitab tafsir ini sampai ada
perbaikan permasalahan ideologi di dalamnya. Memang benturan ideologi dalam tafsir ini tidak
bisa elakan, karena ada saat as-Shobuni menggunakan penafsiran a la Salafy yang mempraktekan
methode “tafwidh ilallah”.
Dan ada saaat kita akan melihat beliau mengambil penafsiran a la Asy’ari yang
menggunakan methode “ta’wil”. Namun untuk Mu’tazilah beliau menjelaskan tidak mengambil
dari Zamakhsyari kecuali penjelasan tentang masalah bahasa saja. Kenyataan ini membuat kita
sulit mengira-ngira apa gerangan ideologi as-Shobuni. Terlepas dari permasalahan ideologi As-
Shobuni, DR.Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa, “ikhtiyarul mar’i qith’atun min aqlihi”
maka lanjut beliau lagi, bisa dikatakan apapun yang dipilih dan diambil As-Shobuni dari kitab-
kitab tafsir besar merupakan persetujuan beliau terhadap penafsiran-penafsiran itu.4
C. Metode dan sistematika Shafwah at-Tafasir
Kitab ini dinamakan safwat al tafasir, karena kitab ini dihimpun dari berbagai kitab tafsir
besar secara rinci, ringkas, kronologis dan sistematis, sehingga menjadi jelas dan lugas.
Pemberian nama tersebut dengan harapat dapat menjadi pendorong bagi umat islam dalam
mengantarkan mereka ke arah sirat al muustaqim, dan sekaligus untuk memberi penjelasan
langsung bahwa tafsir ini oleh penulisnya di anggap telah mewakili seluruh tradisi pemikiran
tafsir al-quran di dunia.5
Dari sekian banyak metode yang ada seperti tahlili, ijmali, muqarrin dan maudhu’i maka
kitab tafsir tersebut lebih cenderung menggunakan metode tahlili dengan memadukan
(kompilasi) antara corak bil ma’tsur (tekstualitas) dengan corak bil ma’qul (rasionalitas). Sedang
yang menjadi perhatian utama dalam metode ini adalah berkaitan dengan penjelasan pedoman-
pedoman bahasa, munasabah ayat dengan ayat, asbabun nuzul, hadits-hadits yang berhubungan
dengan ayat.6
Adapun metode yang diterapkan As-Shobuni dalam tafsirnya:
3 Abdul Qodir Muhammad Sholih, al-Tafsir wa almufassirun fi al-Ashri al-Hadits, Dar El-Marefah press,
Beirut,2018.
4 M. Yusuf, dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Cet 1. Yogyakarta : Teras. 2006. Hlm 56
6 Shobirin, dan Hj. Umma Farida, Madzahib At-Tasfsir. Cet 1. Kudus : STAIN Kudus. Hlm 129-130
1) Menjelaskan surat Al-Qur’an secara global, kemudian merinci maksud-maksud yang
terkandung dalam surat tersebut.
2) Menjabarkan hubungan antar ayat sebelum dan sesudahnya.
3) Pembahasan tentang hal yang berhubungan dengan bahasa, seperti akar kalimat, dan bukti-
bukti kalimat yang diambil dari ungkapan orang arab.
4) Pembahasan tentang Asbab an-Nuzul.
5) Pembahsan tentang tafsir ayat.
6) Pembahasan ayat dari segi Balaghohnya.
7) Penjelasan faida-faidah yang bisa dipetik dari suatu ayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad bin Ali bin Jamil As-Shobuni. Beliau lahir di kota Helb Syiria pada tahun
1928 M. Setelah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Syiria, beliau pun melanjutkan
pendidikannya di Mesir, dan merampungkan program magisternya di universitas Al-Azhar
mengambil tesis khusus tentang perundang-undangan dalam islam pada tahun 1954 M.
Beliau juga dikenal sebagai pakar ilmu Al-Qur’an, Bahasa Arab, Fiqh, dan Sastra Arab. Abdul
Qodir Muhammad Shalih dalam “Al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-A’shri al-hadits” menyebutnya
sebagai akademisi yang ilmiah dan banyak menelurkan karya-karya bermutu”. Di antara karya-
karya beliau: “Al-Mawarits fi al-Syari’ah al-Islamiyyah”, “ al-Nubuwwah wa al-Anbiya”, “min
Kunuz as-Sunnah”, “Risalah as-Shalah”,. Nama besar Syekh Muhammad Ali al-Shabuni begitu
mendunia
Dari sekian banyak metode yang ada seperti tahlili, ijmali, muqarrin dan maudhu’i maka kitab
tafsir tersebut lebih cenderung menggunakan metode tahlili dengan memadukan (kompilasi)
antara corak bil ma’tsur (tekstualitas) dengan corak bil ma’qul (rasionalitas). Sedang yang
menjadi perhatian utama dalam metode ini adalah berkaitan dengan penjelasan pedoman-
pedoman bahasa, munasabah ayat dengan ayat, asbabun nuzul, hadits-hadits yang berhubungan
dengan ayat.
REFERENSI
Abdul Qodir Muhammad Sholih, al-Tafsir wa almufassirun fi al-Ashri al-Hadits, Dar El-
Marefah press, Beirut, 2018.
Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, Dar As-Shobuni press, Cairo.
M. Yusuf, dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Cet 1. Yogyakarta : Teras. 2006. Hlm 56.
www.Biografi Ali Ash Shobuni.com. Tgl 06-10-2018.
v Shobirin, dan Hj. Umma Farida, Madzahib At-Tasfsir. Cet 1. Kudus : STAIN Kudus. Hlm
129-130.