Anda di halaman 1dari 14

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Studi Kitab Tafsir M. Adriani Yulizar, S.Ag., MA

STUDI KITAB TAFSIR AL-NIBRAS FI TAFSIR AL-QUR’AN


AL-KARIM KARYA SYEKH ALI JUM’AH

Oleh:
Muhammad Hafi Zaki (220103020192)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN

Tafsir merupakan ilmu syariat yang paling agung dan tinggi kedudukannya. Ia
merupakan ilmu yang paling mulia obejk pembahasannya dan tujuannya, serta sangat
dibutuhkan bagi umat Islam dalam mengetahui makna dari Al-Qur‟an sepanjang
zaman. Tanpa tafsir seorang muslim tidak dapat menangkap mutiara-mutiara
berharga dari ajaran Ilahi yang kandung dalam Al-Qur’an. Tafsir adalah salah satu
upaya dalam memahami, menerangkan maksud, mengetahui kandungan ayat-ayat Al-
Qur‟an. Upaya ini telah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW, sebagai utusan-Nya
yang ditugaskan agar menyampaikan ayat-ayat tersebut sekaligus menandainya
sebagai mufassir awwal (penafsir pertama). Sepeninggalan nabi hingga saat ini, tafsir
telah mengalami banyak perkembangan yang sangat bervariatif dengan tidak melepas
kategori masanya. Dan tak lepas keanekaragaman secara metode (manhaj thariqah),
corak (laun’) maupun pendekatan-pendekatan (alwan) yang digunakan merupakan
hal yang tidak dapat dihindari dalam sebuah karya tafsir hasil manusia yang tak
pernah sempurna.

Disini akan coba diperlihatkan salah satu kitab tafsir hasil dari seorang ulama,
beliau adalah Syekh Ali Jum’ah. Kitab tafsir al-Nibras merupakan salah satu karya
beliau dalam memahami beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang akan coba diterangkan
secara singkat mengenai kitab tafsir tersebut. Akan tetapi, alangkah baiknya untuk
mengetahui siapa sosok yang bernama Syekh Ali Jum’ah tersebut pula.

1
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Ali Jum’ah

Ayah beliau bernama Jum`ah bin Muhammad dan ibunda Fathiyah Hanim
binti Ali bin `Id alim dalam bidang fiqih dan merupakan lulusan Universitas Kairo,
Jurusan Hukum. Kedua orang tuanya merupakan keluarga yang dikenal baik dan
beradab. Nama asli beliau adalah Abu Ubadah Nuruddin Ali bin Jum`ah bin
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Salim bin Abdullah bin Sulaiman, al-Azhari al-
Syafi`i al-Asy`ari. Beliau lahir di provinsi Bani Suef pada hari Senin 7 Jumadal Akhir
1371 H/3 Maret 1952 M. Masa kecilnya tumbuh besar bersama orang tuanya, belajar
agama dengan tekun semenjak kecil. Syekh Ali Jum'ah kecil dikenal berkahlak mulia,
menghabiskan kesehariannya dengan mengkhatamkan buku di perpustakaan milik
ayahnya.

Tahun 1963 (umur lima tahun) beliau mendapatkan ijazah madrasah


Ibtidaiyah di Provinsi Bani Suef, kemudian dilanjutkan dengan ijazah madrasah
Tsanawiyah pada tahun 1966, disamping itu beliau juga telah mengkhatamkan
hafalan Al-Qur'annya kepada beberapa guru. Beliau berpindah ke kota Kairo bersama
kakak perempuannya dan menamatkan jenjang pendidikan madrasah Aliyah pada
tahun 1969. Syekh Ali Jum`ah muda kemudian masuk ke Universitas Ain' Syams dan
mendapatkan gelar sarjana di fakultas perdagangan pada bulan Mei 1973. Selanjutnya
Ali Jum'ah melanjutkan belajar di al-Azhar, beliau bertemu dengan para guru dan
ulama besar pada masa itu. Beliau menghafal berbagai kitab ilmu-ilmu dasar, seperti
kitab Tuhfatul Athfal (Ilmu Tajwid), kitab al-Rahabiyah (Ilmu Mawaris), Alfiyah
Ibnu Malik (Ilmu Nahwu), al-Ghayah wa al-Taqrib (Ilmu Fikih), al-Mandzumah al-
Bayquniyah (Mustalah Hadis) dan beberapa kitab dasar ilmu penunjang pemahaman
Islam. Tahun 1979 Ali mendapatkan gelar sarjana (License) dari Fakultas Dirasat
Islamiyah wa al-`Arabiyah Universitas al-Azhar Kairo. Pengajian dengan ulama besar
tidak beliau tinggalkan dan beliau juga fokus pada pendidikan formal. Tahun 1985

2
mendapatkan gelar Master dengan peringkat cum laude di kuliah pascasarjana
Universitas al-Azhar Kairo di fakultas Syari`ah wal Qanun jurusan Usul Fikih. Gelar
Doktor beliau raih pada tahun 1988 dengan peringkat summa cum laude.

Syekh Ali Jum'ah dikenal mempunyai guru yang banyak dan alim di segala
bidang, diantara guru yaitu Syeikh Abdullah bin Siddiq al-Ghumari, pakar hadis pada
zamannya, menghafal lebih dari lima puluh ribu hadis lengkap dengan sanadnya.
Syekh Ali membaca kitab Shahih Bukhari, kitab Muwattha Imam Malik, kitab al-
Luma` fi Ushul Fiqh karya Imam Syairazi dihadapan Syeikh Gumari. Hingga Syeikh
Abdullah al-Ghumari memberikan beliau ijazah dalam meriwayatkan hadis serta
memberi beliau ijazah dalam berfatwa.

Diantara Jasa Syekh Ali Jum'ah terhadap dunia Islam yaitu pada tahun 1990
beliau berhasil menghidupkan kembali tradisi pengajian pelajaran agama di masjid al-
Azhar yang telah lama dilarang dan ditututup oleh pemerintah, pembelajaran di
ruwaq-ruwaq (tempat belajar di sekitar mesjid) di Mesjid terbuka untuk umum
sehingga orang-orang yang ingin lebih mendalami tentang agama bisa mengikuti
pelajaran ini. Jelas hal ini menghidupkan kembali ruh Islam Manhaj Washatiyah
rahmatan lil A'lamin. Sykeh Ali Jumah mulai bergabung dengan lembaga fatwa atas
persetujuan Syeikh Jadulhaq Ali Jadulhaq saat tersebut beliau sebagai mufti Mesir.
Singkatnya, pada tahun 2003 Syekh Ali Jum'ah ditunjuk sebagai Grand Mufti Mesir.
Nah, ketika beliau menjabat sebagai Grand Mufti Republik Arab Mesir, beliau
membuat Dar al-Ifta al-Misriyyah menjadi sebuah institusi modern dengan dewan
fatwa dan sistem checks and balances. Hingga institusi tersebut memiliki teknologi
yang mumpuni dengan dikembangkannya sebuah website dan call center dimana
orang semakin mudah untuk meminta fatwa tanpa harus datang ke kantor Dar al-Ifta
al-Misriyyah.

B. Karya-karya Intelektual Ali Jum’ah

3
Syekh Ali Jum’ah disamping menjadi ulama yang paling berpengaruh di
negaranya sendiri, Mesir, beliau Juga menjadi rujukan ulama-ulama dunia abad ini.
Sehingga tidak heran bila beliau memiliki buah tangan yang terbilang banyak atau
sangat produktif. Diantara sekian karya-karya beliau adalah sebagai berikut. Pertama,
di bidang Tafsir dal Ulum al-Qur’an ada al-Nibras fi Tafsir al-Qur’an al-Karim dan
Al-Wahyu al-Qur’an al-Karim. Kedua, di bidang tasawwuf ada Baramij al-Tarbiyah
al-Akhlaqiyah fi al-Sunnah al-Nabawiyah, Al-Tarbiyah wa al-Suluk, Al-Du’a wa al-
Dikzr, Sabilu al-Mubtadi’in (Sharh al-Bidayat min Manazil al-Sa’), Al-Tariqu ila
Allah, Majalis al-Salihin al-Ramadaniyah dan Khatawat al-Khuruj min al-Ma’asi.
Ketiga, di bidang Sejarah Nabi Muhammad ada Sayyiduna Muhammad Rasulullah li
al-Alamin dan Man Nabiyyuka? Huwa Sayyiduna Muhammad al-Mustafa Sallahu
alaihi wa Sallam. Keempat, di bidang Usul al-Fiqh dan fikih ada Al-Bayan Lima
Yushghilughu al-Adhhan, al-Hukmu al-Shar‘i ‘inda al-Usuliyyin, al-Awamir wa an-
Nawahi ‘inda al-Usuliyyin, al-Ijma’ ‘inda al-Usuliyyin, al-Qiyas ‘inda al-Usuliyyin,
Ta‘arudh al-Aqisat ‘inda al-Usuliyyin, Qaulu al-Sahabi ‘inda al-Usuliyyin, Atharu
Dzhihab al-Mahal fi al-Hukm, Mada Hujjiyat al-Ru’ya ‘inda al-Usuliyyin, Al-Tajdid
fi Usul al-Fiqh, Qadiyatu al-Mustalah al-Usuli ma‘a al-Tatbiq ‘ala Sharh Ta‘rif al-
Qiyas, Al-Naskh ‘inda al-Usuliyyin, ‘Ilmu Usul al-Fiqh wa ‘Alaqatuhu bi al-Falsafah
al-Islamiyah, Ru’yah Fiqhiyyah Hadariyyah li Tartibi al-Maqasid al-Shar‘iyyah, Al-
namadziju al-Arba‘ah min Hadyi an-Nabi fi al-Ta‘ayush ma‘a al-Akhar, Al-Madkhal
li Dirasat al-Madhahib al-Fiqhiyyah al-Islamiyyah, Al-Imam al-Shafi‘I wa
Madrasatuhu al-Fiqhiyyah, Fatawa al-Bayti al-Muslim, Al-Din wa al-Hayah, Fatawa
Mu‘asarah, Fatawa al-Nisa’, Al-Tariq ila al-Thuarath al-Islami, Qadaya al-Mar’ah fi
al-Fiqhi al-Islami, Al-Mayakil wa al-Mawazin, Wa Qala al-Imam, al-Mabadi’
al-‘Udzma dan Dawabit al-Tajdid al-Fiqhi.

C. Selayang Pandang Kitab Tafsir Al-Nibras Karya Ali Jum’ah

Kitab al-Nibras ini sebagaimana diungkapkan Syeikh Usamah al-Sayyid


dalam karyanya Asanid al-Misriyyin, adalah salah satu karya diantara sekian karya

4
Syekh Ali Jum‘ah. Kemudian diketahui bahwa kitab ini pada dasarnya bukanlah
murni sebuah tulisan tafsir Al-Qur’an, melainkan hasil dari kumpulan muhadarah-
muhadarah Syekh Ali terkait penafsiran Al-Qur’an, yang berlangsung di masjid Al-
Azhar, masjid al-Sultan Hasan Kairo atau di masjid-masjid lainnya. Penulisan kitab
semacam ini, yang berawal dari paparan-paparan para mashayikh dalam muhadarah-
muhadarah yang disampaikan di majelis-majelis ilmu, tidak hanya berlaku pada
Syekh Ali, melainkan sudah banyak dari mashayikh-mashayikh sebelum beliau atau
yang hidup semasa dengan beliau. salah satu contohnya adalah tafsir al-Sha‘rawi,
sebuah karya tafsir yang berawal dari kajian-kajian seputar penafsiran Al-Qur’an di
majelis ilmu. Demikian juga dengan tafsir al-Nibras tersebut.

Pada bagian Mukadimah dari tafsir al-Nibras, sebenarnya, yang menulis karya
tafsir ini merupakan murid beliau. Bernama Usamah al-Sayyid al-Azhari, salah satu
murid senior Syekh Ali Jum‘ah. Sekaligus menjadi murid yang diamanahi Syekh Ali
untuk membuat tulisan tentang sebuah pengantar kepada ilmu tafsir.

Sekalipun penulis kitab tafsir ini adalah Syekh Usamah al-Sayyid, bukan
berarti beliau bebas di dalam mencatat dan menghimpun hasil dari kajian-kajian
seputar penafsiran Al-Qur’an yang disampaikan oleh Syekh Ali Jum‘ah. Namun,
Syekh Ali Jum‘ah juga yang telah memberikan izin penulisan kajian tafsir beliau,
sekaligus berada di bawah pengawasan dan koreksi dari beliau. Sehingga pembaca
tidak perlu heran, bila mendapati adanya tulisan Syekh Usamah al-Sayyid di dalam
karya tafsir Syekh Ali Jum‘ah. Penyuguhan tulisan Syeikh Usamah pada awal tafsir
al-Nibras ini pun tidak bisa terlepas dari arahan atau petunjuk Syeikh Ali Jum‘ah.
Sehingga bila pembaca membuka kitab tafsir karya Syekh Ali Jum‘ah ini, khususnya
lembaran-lembaran awal dari jilid satu, maka akan didapati tulisan dengan judul, al-
Madkhal ila Usul al-Tafsir‛ karya Syeikh Usamah.

1. Identifikasi Kitab

5
Allah Pada pemaparan sebelumnya, diungkapkan bahwa kitab tafsir al-
Nibras karya Syekh Ali Jum‘ah ini, adalah hasil dari kumpulan-kumpulan
muhadarah. Artinya proses pemindahan muhadarah tersebut ke dalam bentuk
tulisan tidaklah mudah, dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Hingga
kini hanya masih bisa melacak dan menemukan tafsir al-Nibras ini hanya satu
jilid saja, yaitu juz pertama. Isinya terdiri dari mukaddimah yang ditulis oleh
Syekh Usamah al-Sayyid, kemudian tafsir surat QS. Fatihah dan ayat 1
sampai 25 ayat surat QS. Baqarah. Kitab ini pun masih di cetak oleh satu
percetakan. percetakan al-Wabil al-Sayb li al-Intaj wa al-Tawzi‘ wa al-Nashr
mencetaknya untuk kali pertama pada tahun 2009 M.

Di Indonesia, masih terbilang minim orang-orang yang mengenal kitab


ini, terkecuali bagi alumni-alumni lulusan Al-Azhar. Keberadaannya pun di
Kairo tidak begitu tersebar di semua toko. Oleh sebab itu, menjangkau kitab
al-Nibras ini masih bisa dibilang tidak semudah menjangkau semisal tafsir al-
Sha‘rawi ataupun kitab-kitab tafsir lainnya.

2. Metode Penafsiran

Metode yang digunakan dalam menafsirkan kitab tafsir al-Nibras


ditinjau dari beberapa aspek. Diantaranya, yaitu ditinjau dari aspek cara
penjelasannya, Keluasan Penjelasan dan sasaran serta tertib ayat-ayat yang
ditafsirkan. Pertama, cara menjelaskan. Tafsir syekh Ali Jum’ah apabila
dilihat dari cara penjelasannya, menggunakan metode tafsir muqarin, sebab
beliau sering menyertakan beberapa ayat dengan ayat yang sedang ditafsirkan.
Artinya korelasi ayat satu dengan yang lain begitu sangat terlihat di dalam
tafsir al-Nibras ini. Kedua, keluasan Penjelasan. Bila dilihat dari aspek
keluasan penjelasannya, metode penafsiran tafsir al-Nibras termasuk golongan
tafsir tafsili, sebab penafsiran di dalamnya dilakukan dengan cara menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an secara mendetail atau rinci, dengan uraian-uraian yang

6
panjang lebar, sehingga cukup jelas dan bukan termasuk tafsir ijmali. Ketiga,
sasaran dan Tertib Ayat-ayat yang ditafsirkan. Tafsir al-Nibras juga termasuk
tafsir tahlili apabila ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayat-ayat yang
ditafsirkan. Karena pembaca akan disuguhi penafsiran seputar Surat Al-
Fatihah di permulaan tafsir al-Nibras, yang kemudian dilanjutkan ke Surat Al-
Baqarah dari ayat 1 hingga 25. Juga bisa dilihat bahwa Syekh Ali di dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berurutan sesuai mushaf, sekalipun karya
tafsir ini masih belum tuntas, atau bisa dibilang masih permulaan dalam
pembukuan.

3. Corak Penafsiran

Tafsir al-Nibras memiliki beberapa corak, sekalipun yang paling


dominan adalah corak lughawi dan corak adabi ijtima‘i. Pertama, corak
Lughawi. Syekh Ali Jum’ah dikenal sebagai salah satu ulama yang begitu
memahami dengan detail kesusastraan Arab, bahkan pemakaian-pemakaian
kalimat bahasa Arab di tempat-tempat tertentu hingga rahasia-rahasia yang
terdapat di dalam bahasa Arab. Jika pembaca berinteraksi langsung dengan
tafsir al-Nibras, maka bisa dipastikan banyak pembahasan-pembahasan
seputar bahasa. Dalam masalah bahasa yang ada dalam tafsir al-Nibras belum
bisa dikatakan mewakili luasnya pembahasan-pembahasan seputar
kebahasaan dalam tafsir al-Nibras. Bahkan, tidak jarang Syekh Ali mengajak
pembaca untuk mendalami bahasa Arab, baik dari kaidah-kaidahnya,
keindahan-keindahannya dan bahkan rahasia-rahasia di dalamnya. Kedua,
corak Adabi Ijtima‘i. Corak ini juga bisa disebut dengan corak sosial budaya
kemasyarakatan (meminjam bahasa Quraish Shihab), yakni satu corak tafsir
yang menjelaskan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an, yang berkaitan langsung
dengan kehidupan masyarakat, serta usaha untuk menanggulangi penyakit
atau masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat, dengan mengemukakan

7
petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah didengar.
Tafsir al-Nibras tidak bisa dilepaskan dari corak ini, sebab tafsir ini lahir
dizaman meningkatnya problem-problem kemasyarakatan.

4. Rujukan Penafsiran

Sumber-sumber penafsiran yang dirujuk oleh Syekh Ali Jum'ah


mencakup sumber al-Naql dan al-'Aql yaitu Al-Qur'an, hadis, qaul sahabat,
qaul tabi'in, kitab-kitab dan pendapat ulama, pemikiran akal, bahasa Arab,
penemuan ilmiah atau teori ilmu pengetahuan dan realitas. Melihat keluasan
ilmu Beliau dan berbagai sumber yang beliau sebutkan ketika menafsirkan
sangat luas, sehingga sangat kompleks bagi Syekh Usamah untuk
menyatakannya. Dengan demikian, beliau hanya menuturkan secara umum
rujukan Penafsiran dalam kitab tafsir tersebut. Beliau menggunakan berbagai
kitab tafsir, baik kitab tafsir bi al-Iqtiran (perpaduan antara bi al-Manqul dan
bi al-Ma'qul) maupun bi al-Itnabi.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan kitab tafsir al-Nibras ini adalah dengan


menyebutkan satu ayat Al-Qur’an kemudian ditafsirkan. Atau dua ayat yang
masih berkaitan (seperti ayat 11-12 QS. Baqarah), lalu ditafsirkan. Terkadang
lebih dari dua ayat, semisal tatkala Syekh Ali menafsirkan ayat 17, 18 dan 19
QS. Baqarah, atau bahkan lebih dari itu, artinya apabila antara satu ayat
dengan ayat setelahnya masih berkaitan atau dengan kata lain satu tema, maka
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dikumpulkan dan disebutkan sebelum
penafsiran.
Dalam kitab tafsir ini, seakan-akan pembacanya sedang diajak bicara
oleh pemilik karya tafsir. Salah satu faktornya menurut Abdul Aziz adalah
karena faktor tafsir hasil dari kumpulan muhadarah Syekh Ali Jum‘ah. Faktor

8
selanjutnya, tidak jarang akan ditemukan oleh pembaca, bahwa di dalam tafsir
ini banyak uslub tanya jawab. Tafsir al-Nibras ini juga sering membahas
seputar kebahasaan, utamanya ishtiqaq al-Lughah yaitu perubahan kata antara
satu kata dengan yang lain tetapi memiliki hubungan makna. Manhaj yang
ditempuh oleh Syekh Ali di dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah
menggunakan pendekatan usul al-Fiqh, artinya selalu mengajak pembaca
sadar akan makna-makna terdalam (al-Tadqiq fi al-Fahm) yang dikandung
dalam Al-Qur’an.
D. Contoh Penafsiran Ayat

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ِبْس ِم الّٰل ِه الَّر ْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 1).

Dikala menafsirkan ayat basmalah di dalam surat Al-Fatihah. Beliau


membandingkan antara bahasa Arab dengan bahasa Inggris, mana yang paling
unggul. Beliau menjelaskan tentang Nama yang Maha Mulia ‫هّٰللا‬. Beliau menyebutkan
bahwa Lafadz ‚ ‫ هّٰللا‬dari bahasa Arab dan bahasa-bahasa lain tidak ada yang mampu
menandingi. Sebab setiap huruf dari lafadz ‫ هّٰللا‬semuanya menunjukkan kepada Allah
SWT. Dari alif-nya, dua lam hingga ha’nya. Jika alif-nya dihapus, maka akan terbaca
‚lillah‛, dan bila lam pertama juga dihapus, maka akan terbaca ‚lahu‛, dan jika pun
lam yang ke dua juga ikut dihapu dan tersisa satu huruf, yaitu ha’, maka akan terbaca
‚hu‛, La ilaha illa Hu. Jadi semua huruf dalam lafadz Allah, semuanya menunjukkan
tentang Allah, sekaligus isyarat bahwa tujuan (makhluk) semuanya yang
sesungguhnya adalah Allah semata.

9
Kata tuhan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah GOD. Bila
salah satu hurufnya dihapus, maka huruf tidak akan menunjukkan kepada sesuatu apa
pun. Sekalipun di muka bumi ini ada 3600 macam bahasa, namun tidak ada satu pun
yang dapat menunjukkan kepada Allah sebagaimana yang terdapat dalam bahasa
Arab, ‫هّٰللا‬. Oleh karena itu, Allah menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab.
Contoh lainnya pada (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 6 dan 7).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ َخَتَم الّٰل ُه َعٰل ى ُقُل ْو ِبِه ْم َو َعٰل ى‬. ‫ِاَّن اَّل ِذ ْيَن َكَف ُر ْو ا َس َو ٓاٌء َعَلْيِه ْم َءَاْن َذ ْر َتُه ْم َاْم َلْم ُتْن ِذ ْر ُه ْم اَل ُيْؤ ِم ُنْو َن‬

‫َسْم ِعِه ْم َو َعٰل ۤى َاْبَص ا ِر ِه ْم ِغ َش اَو ٌة َّو َلُه ْم َعَذ ا ٌب َعِظ ْيم‬

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau


(Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan
beriman." "Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka
telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat." (QS. Al-Baqarah 2:
Ayat 6 dan 7).

Di dalam menafsirkan ayat tersebut Syekh Ali membahas tentang masalah


penyampaian (agama) atau kepada para da’i khususnya. Bahwa Allah pada ayat 6-7
ini seakan-akan memberikan sebuah kaidah-kaidah dan undang-undang dalam
mengatur etika-etika para da’i, bahwa di dalam mengajak kepada agama Allah
disamping ia harus bersungguh-sungguh, ia juga harus berkorban. Disisi lain, ia harus
tetap sadar diri bahwa hidayah itu bukanlah miliknya melainkan kehendak Allah. Ia
juga harus sadar diri bahwa tugas utamanya adalah menyampaikan, untuk masalah
hati orang yang diajak menerima atau tidak sama sekali bukan andilnya, sehingga
Allah berfirman, yang dengan firman-Nya ini seakan-akan Allah ingin menghibur
hati para da’i. Pernyataan tersebut mendapat dukungan pada (QS. al-Qasas 20: ayat
56) dan (QS. Ali-Imran 3: 128).

10
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َلْيَس َلَك ِم َن اَاْل ْم ِر َش ْي ٌء َاْو َيُتْو َب َعَلْيِه ْم َاْو ُيَعِّذ َبُه ْم َفِا َّنُه ْم ٰظِلُمْو َن‬

Artinya: "Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima


tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 128).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ِد‬ ‫ِب‬ ‫ٰل ِك ّٰل ِد‬ ‫ِد‬ ‫ِا‬


‫َّنَك اَل َتْه ْي َمْن َاْح َبْبَت َو ـ َّن ال َه َيْه ْي َمْن َّيَش ٓاُء ۗ َو ُه َو َاْع َلُم ا ْلُم ْهَت ْيَن‬

Artinya: "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk


kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 56).

PENUTUP
Syekh Ali Jum’ah merupakan seorang Grand Mufti Mesir yang terkenal juga
mempunyai banyak karya-karya tulis. Salah satunya kitab tafsir al-Nibras fi tafsir Al-
Qur’an al-Karim yang ditulis oleh salah satu murid beliau bernama Syekh Usamah
as-Sayyid melalui kegiatan Muhadarah-muhadarah Syekh Ali di berbagai mesjid di
Mesir maupun tempat kajian lain. Kitab Tafsir Al-Nibras sampai saat ini hanya
menafsirkan QS. Al-Fatihah ayat: 1 sampai QS. Al-Baqarah ayat: 25. Corak yang
terkandung dalam penafsiran kitab tersebut ada dua, diantaranya corak Lughawi dan
Adabi ‘Ijtima’i. Metode dalam kitab tafsir tersebut ditinjau dari aspek cara
penjelasannya, Keluasan Penjelasan dan sasaran serta tertib ayat-ayat yang
ditafsirkan. Demikian, sebahagian kecil yang bisa diterangkan dalam makalah ini

11
karena melihat luasnya wawasan beliau sehingga hanya bisa diterangkan secara
singkat saja.

DAFTAR PUSTAKA

Usamah al-Sayyid al-Azhari, Asanid al-Misriyyin, cet. I (Kairo: Dar al-Faqih, 2011),
Usamah al-Sayyid al-Azhariy, Asanid al-Misriyyin cet. I (Kairo: Dar al-Faqh, 2011),
539.
QS. Al-Qasas: 56: Departemen Agama, Mushaf Alquran dan Terjemahnya Special
for Women (Bandung: PT. Shamil Cipta Media, 2005 M), 392.

--
Aziz, Moh. Ali. Mengenal Tuntas Al-Qur’an, Surabaya: Imtiyaz, 2018.

12
Departemen Agama, Mushaf Alquran dan Terjemahnya Special for Women,
Bandung: PT. Shamil Cipta Media, 2005.
Namr (al), Abd al-Mun‘im. ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, Beirut: Dar al-Kitab, 1983.
Jum’ah, Nur al-Din Ali. al-Nibras fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Kairo: al-Wabil al-
Sayb, 2009.
Dhahabi (al), Husein. al-Tafsir wa al-Mufassirun, vol.2 Kairo: Maktabah Wahbah,
t.th

13

Anda mungkin juga menyukai