Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH IDEOLOGI SYAFI’IYYAH DENGAN ASY’ARRIYYAH1

Oleh: Amri Ikmal2

I. Prolog
Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul”Pengaruh Ideologi Syafi’iyyah dengan Asy’ariyyah”.

Tak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada jungjunan dan
panutan kita, manusia yang telah dimuliakan oleh Yang Maha Mulia, pembawa cahaya
terang benderang dari kegelapan zaman Jahiliyah. Kepada panutan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umat yang selalu
istiqomah menjalankan ajarannya.

Munculnya berbagai macam golongan-golongan aliran pemikiran dalam Islam, telah


memberikan warna tersendiri dalam agama Islam. Pemikiran-pemikiran ini muncul
setelah wafatnya Rasulullah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
berbagai golongan dengan segala pemikiranya. Diantaranya adalah faktor politik
sebagaimana yang telah terjadi pertentangan antara kelompok Ali dengan pengikut
Mu’awiyah, sehingga memunculkan golongan yang baru yaitu golongan khawarij. Lalu
muncullah golongan-golongan lain sebagai reaksi dari golongan satu pada golongan
yang lain.

Tak ada perbedaan prinsip antara aqidah Imam Syafi'i dan Imam Asy'ari. Kitab-kitab
Asy'ariyah sendiri dan kitab Imam Syafi'i mengajarkan aqidah yang sama persis, kecuali
dalam beberapa hal yang termasuk cabang (furu’). Ulama Syafi'iyah menukil dari Imam
Syafi'i bahwa Allah bukanlah jism (Allah memiliki zat sebagaimana makhluk) Allah
tidak boleh disifati mempunyai tangan atau kaki, sifat Allah harus diarahkan ke makna
yang layak bagi-Nya. Ini adalah aqidah yang sama persis dengan ajaran Imam Asy'ari
dan seluruh Asy’ariyah. Perbedaannya hanya terletak pada bab takwil di mana Imam
Syafi'i dan kebanyakan ulama di masanya tergolong ahli tafwidh (menyerahkan makna
spesifiknya kepada Allah) sehingga biasanya menolak untuk mentakwil kebanyakan
sifat. Dalam ajaran aqidah Asy’ariyah, baik tafwidh maupun takwil dianggap sebagai
pilihan yang benar. Keduanya adalah dua sikap yang valid dan punya dasar dari
pernyataan para sahabat Nabi dan para ulama setelahnya. Maka dari itu akidah siapa yg
dipilih ulama Syafi’iyyah? Dan siapa yg termasuk ulama Syafi’iyyah? Mari kita mengenal
sosok ulama Syafi’iyyah yaitu Imam Abu Ishaq al-Syirazi. Sosok seperti apakah beliau?
Dan siapa guru dan murid murid? Serta berapa banyak karya yang beliau hasilkan
selama hidupnya?.
1
Tulisan ini dipresentasikan pada kajian level empat Muashiriyyun Club Mesir MCM Gami, Senin 13 November 2024.
2
Mahasiswa tingkat IV Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ulum Qur’an, Universitas Al-Azhar.
II. Ulasan Tema
A. Sejarah hidup imam ibn asakir

Beliau adalah Abu al-Qasim al-Hafidz Tsiqatuddin Ali bin Abi Muhammad Al-Husain
bin Hibatullah bin Abdullah bin al-Husain ad- Dimasyqi al-Syafi’i atau lebih dikenali
dengan Ibn ‘Asakir.
Beliau lahir pada 499H/1105M dan meninggal pada 571H/ 1176M di usia 71 tahun. Saya
kerap kali menziarahi makamnya semasa sedang menuntut di Syria yang terletak di
kota Damsyiq. Di situlah terletak beberapa makam para sahabat.

Ayahnya adalah seorang ulama yang ahli fiqh mazhab al-Syafi’ dan beliau wafat 519
H/1125 M. Imam Ibnu Asakir mempunyai empat orang adik beradik (termasuk Ibnu
Asakir), tiga orang lelaki dan seorang perempuan.

Abangnya yang pertama bernama Hibatullah Al-Hasan al-Sha’in (w. 563 H/1167 M),
seorang ahli fiqh yang thiqah. Abangnya yang kedua bernama Muhammad bin Al-
Hasan, riwayat hidupnya hanya sedikit yang diketahui, namun ada yang mengatakan
bahwa Muhammad menjadi Qadhi di Damsyik , mempunyai anak yang ramai dan
berkebolehan menjadi pengajar serta penyebar ilmu hadith. .

Sedangkan saudara perempuannya (tidak disebutkan namanya) pandai dalam bidang


agama dan dunia, yang dinikahi Muhammad bin Ali bin al-Fath Al-Salami.

Imam Ibnu Asakir dibesarkan dalam keluarga yang berpendidikan tinggi. Beliau mula
belajar ketika berumur 6 tahun kepada abangnya (Al-Sha’in) dalam bidang fiqh, dan
dalam bidang bahasa dan sastera Arab di bawah bimbingan datuknya sendiri, Abu Al-
Mufaddhal Al-Qurashi. Kedua-dua pakciknya iaitu Abu Al-Ma’ali Muhammad bin Yahya
bin Ali Al-Qurashi (w.537 H), Abu Al-Makarim Sulthan bin Yahya (w. 530 H) sangat
berpengaruh terhadap keilmuan Imam Ibnu Asakir.

Imam al-Hafiz Ibnu Asakir meriwayatkan hadith dari 1300 guru lelaki dan 80 guru
wanita yang tersebar di Baghdad, Mekah, Madinah, Naisabur, Tibriz, Baihaq, Heart,
Azerbaijan, Ray, Sarkhas, Kufah, Hamadhan, dan tempat yang lain.

Tidak dapat diketahui berapa tahun beliau mengembara di tempat-tempat itu, namun
tercatat bahawa beliau mengembara sehingga tahun 533 H. Beliau tergolong sebagai
orang yang rajin menuntut ilmu hadith, walaupun setelah mendapat anak yang
bernama al-Qasim, beliau tetap pergi mencari ilmu.

Imam Ibnu ‘Asakir meninggal dunia pada tahun 571H bersamaan dengan masa awal
pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi ketika beliau berusia 72 tahun. Salahuddin juga
turut serta menguruskan jenazah Imam Ibnu Asakir yang menjadi gurunya. 3

3
https://maktabahalbakri.com/2656-imam-ibnu-asakir-dan-karyanya/
B. Sejarah dan kehidupan imam ibn assakir

Ia adalah Abu al_Qasim bin Asakir dianggap sebagai kepala mazhab Syafi’i- Asy’ari di
Syam pada pertengahan kedua abad keenam Hijriah/ Dua belas Miladiah. Ia adalah
salah satu sejarawan Damaskus paling terkenal dalam islam. Beliau dikenal dengan
banyak gelar dalam bidang ilmu, pemikiran , pengetahuan, dan teologi. Dan dari
demikian itu, semuanya menegaskan Abu Al-Qasim ibnu Asakir sebagai salah satu
ulama besar Syafi’i Asy’ari, dan ulama kontemporerpun memujinya karena hadis dan
riwayatnya.

Ibunya berasal dari keluarga al-Qurashi, dan ayahnya bernama Yahya bin Ali bin Abdul
Aziz al-Qurashi beliau juga dikenal dengan Ibn Ashhoig, Ayahnya adalah seorang
sarjana arab yang dapat dipercaya dan fasih.

Adapun pamannya adalah seorang Hakim Damaskus yaitu Abu Al-ma’ali Muhammad
bin Al-Qodi Abu al-Fadl Yahya bin Ali. Yang menggantikan ayahnya dibidang keadilan
karena dikenal jujur dan solid dalam memerintah.4

Guru guru imam ibn asakir

Bahwasanya imam ibnu asakir mempunyai guru yang sangat banyak sebagai mana yang
tellah di sebutkan dalam kitab mu’jam 1300 guru didengar olehnya, 46 yang disya’irkan
olehnya, dan 290 syekh dengan ijazah dan lainya.

Dan yang didengarnya antara lain:

1. Abi Qosim An-Nasibi


2. Abi Tohir Al-Hanani
3. Abi Al-Hasan Bin Mawazini
4. Abi Al-Fadhoil Masih
5. Abdul Karim Bin Hamzah

dan masih banyak lagi di Damaskus sana.

Dan guru dari Bagdad antara lain:

1. Hibbatullah Bin Hashin

4
http://www.aafu.journals.ekb.eg/ buku adab universitas ain As-syams jild 47, hal 284.
2. Ali Bin Abdul Wahid Ad-Dinuri
3. Abi Al-Gholin Bin Al-Buna
dll.

Dan guru dari Mekkah antara lain:

1. Abdullah Bin Muhammad Almashri, yang disebut dengan Al-Ghozal

Dan guru dari Madinah antar lain :

1. Abdul Kholaq Bin Abdul Wasi Al-Huri

Dan dari guru Naisabur antara lain:

1. abi Abdullah al-farawi


2. abi Muhammad as-sayyidi
3. Zahir asy-syahami
4. Abdul mun;im al-qusyairi
5. Fatimah binti za’bal
Dll.5

C.Karya karya imam ibn asakir

Diantara banyaknya karya-karya beliau adalah :

1. tarikh damaskh. Ini adalah buku terpenting dalam sejarah islam dan dianggap
sebagai karya besarnya.
2. Al-Muwaafaqaat `alaa Shuyukhu-lA'immati ath-Thiqaawt

3. Al-Ishraf `ala Ma`rifatu-l-Atraf.

4. Tabyin Kadhib al-Muftari fima Nusiba ila al-Imam Abi al-Hasan al-Ash'ari

5. mu’jam assyekh an-Nubla

6. mu’jam al-quro wal amshor

7. Attali lihadis malik alali

5
Kitab tabyin al-imtinan bil amr al-iktitan,. Hal. 14-15
8. Tahdzib almultamas min ‘awali malik

9. Manaqib Assyubban

10. Fadl ashab al-hadis.6

D. Manhaj imam ibn asakir didalam kitab At-tabyin

Kitab ini merupakan tentang Ilmu Kalam atau Ilmu ketuhanan agama nasroni yang
ditulis oleh imam ibn asakir dalam pembelaan kepada keyakinan Asy’ari.

Dan kitab ini dikhususkan untuk membela imam Al-Asy’ari setelah berpindah dari
muktazilah ke ahl sunnah wal jamaah setelah adanya penyelewengan tentang syekh
Al-Jabbai, ia adalah Imam kaum muktazilah yang sangat jauh dari logika syariat dan
tujuannya. Dan imam ibn asakir juga tertarik atau berpegang untuk menerjemahkan
Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan menjelaskan mazhab Asy’ari tentang tauhid dan
sifat-sifat. Dan beliau berbicara menentang dari perbedaan dan ahl bid’ah atas setiap
kritikannya terhadap imam Asy’ari, kemudian beliau mencatat keutaman keutamannya
dan apa yang terkenal dari ilmu dan pemahaman dan cara -caranya dan apa yang
menyinggung tentang karangannya.

Dan bahwasanya pengarang kitab Tabyin Kadhib al-Muftari fima Nusiba ila al-Imam
Abi al-Hasan al-Ash'ari ini merupakan kitab yang sangat besar manfaatnya, karena
didalamnya terdapat golongan dari ulama sunni dari mazhab Syafi’I Asy’ari yang
menyebarkan mazhab tersebut tapi menolaknya.

Dan kitab ini merupakan karya ibnu asakir yang paling kaya dalam ilmu dasar-dasar
dan perdebatan, karena berkaitan dengan mazhab Asy’ari dan keyakinanya serta
penyerangannya terhadap kaum muktazilah dan melaknat atas apa yang mereka ikuti
didalam ushul mereka dan filsafat mereka, akan tetapi pengarang ini berasal dari segi
pandang Asy’ari . dan sudah tidak diragukan lagi, buku ini ditulis untuk memperjelas
keutamaan orang-orang yang menganut Asy’ari dan pendirinya, dan Ibnu asakir
membangun tokoh-tokoh Asy’ari seperti di Nishapur,Khurasan dan Bagdad.

6
Kitab Tabyin Kadhib al-Muftari fima Nusiba ila al-Imam Abi al-Hasan al-Ash'ari,hal 23,24
Dan kitab ibn asakir ini yang merujuk kepada Abu Ali Al-Ahwazi, yang didalamnya
mendukung Asy’ari dan menjelaskan silsilah dan keutamaanya. Dan Abu Ali Al-Ahwazi
menulis sebuah buku yang dimana didalamnya menyebutkan kesalahan-kesalahan
Asy’ari, dan dia menamainya masalib ibnu Abi Basyar.

Dan imam Az-Zahabi menyebutkan bahwasanya al-Ahwazi karangan kitabnya sangat


banayk yang mengandung kebohongan dan kepalsuan, seperti hadis yang menyebutkan
al-Ahwazi tentang pacuan kuda dan yang lainnya dari apa yang tidak dibolehkan untuk
meriwayatkan, oleh karena itu para ulama mengkritiknya. Maka Az-Zahabi mengatakan
kalaulah ia tidak menerbitkannya atau menjadikan buku maka itu lebih baik baginya,
karena mengandung kebohongan dan meremehkan Al-Asy’ari.

Adapun imam Al-Khatib Al-Bagdadi berpendapat bahwasanya Abu Ali Al-Ahwazi


adalah pembohong dalam periwayatan hadis dan bacaannya, sebagaimana contohnya
yang ada didalam kitab At-Tabyin.7

7
http://www.aafu.journals.ekb.eg/ buku adab universitas ain As-syams jild 47, hal 287-288

Anda mungkin juga menyukai