Husna
Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol
Email: husna16478@gmail.com
Abstract
Hadith is the main source of teaching after the Koran. Hadith was narrated and
conveyed at the time of the Prophet orally, but there are some of the companions of
the Prophet who wrote the hadith personally for the purpose of personal interest.
Hadith writing was officially carried out during the reign of Caliph Umar ibn Abdul
Aziz. Over time, in the process of recording hadith, there were many upheavals,
namely the emergence of false hadiths to achieve certain goals for certain people or
certain groups. From this fact, the hadith scholars made efforts to collect and record
the traditions of the Prophet by traveling to regions and conducting research on the
transmission of hadith and others. The result we can get up to now is the Sahih
Muslim book by Imam Muslim.
Abstract
Hadis adalah sumber ajaran utama setelah al-Quran. Hadis diriwayatkan dan
disampaikan pada masa Nabi secara lisan, namun ada sebagian dari sahabat Nabi
yang menulis hadis dilakukan secara pribadi dengan tujuan kepentingan pribadi.
Penulisan hadis secara resmi dilakukan pada masa kepemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz. Seiring berjalannya waktu, dalam proses pembukuan hadis banyak terjadi
pergolakan yaitu munculnya hadis-hadis palsu untuk mencapai suatu tujuan tertentu
bagi orang tertentu atau kelompok tertentu. Dari kenyataan tersebut para ulama hadis
melakukan usaha untuk mengumpulkan dan membukukan hadis-hadis Nabi dengan
melakukan perjalanan kedaerah-daerah serta mengadakan penelitian terhadap
periwayatan hadis dan lainnya. Hal hasil dapat kita peroleh sampai pada saat sekarang
ini yaitu kitab shahih muslim karya Imam Muslim.
PENDAHULUAN
Imam muslim memiliki banyak karya yang berguna dalam khazanah keilmuan
Islam. Salah satu karya yang paling utama adalah kitab Shahih Muslim. Kitab Shahih
Muslim ini merupakan kitab yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu dari segi
metode penyusunan kitab dan mengemukakan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Beliau
meriwayatkan hadis pada tiap-tiap tempat yang layak serta menghimpun jalur-jalur
sanadnya.
Imam Muslim merupakan ulama besar kedua, ia dilahirkan pada tahun 204 H
atau 833 M, beliau memiliki nama lengkap yaitu Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj
bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi.1 Nama an-Naisaburi dinisbatkan
kepada Imam Muslim karena merupakan tempat lahirnya, daerah tersebut lebih
tepatnya di kota kecil di bagian timur laut. Imam Muslim juga dinisbatkan kepada
kabilahnya yakni Qusairi bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Sa’sa’ah yang merupakan
keturunan dari keluarga bangsawan.2 Keturunan bangsawan tersebut berasal dari Bani
Qushayr.3
Pada umur kurang dari 12 tahun yaitu abad ke 218 H atau 833 M Imam
Muslim telah belajar hadits. Dan pada saat itulah seorang Imam Muslim bersemangat
dan mempelajari hadits dengan cara menuntut ilmu ke daerah-daerah seperti Negara
Iraq, Syam, Hijaz, Khurasan, dan Negara lainnya. Ia merupakan sosok yang hafidz
terpercaya, dan seorang muhaddis. Dan beliau juga pernah mendapatkan pengakuan
serta pujian dari ulama-ulama fuqaha lainnya. Beliau juga dikenal sebagai seorang
saudagar dermawan, beruntung, ramah, serta memiliki reputasi yang tinggi. Al-Zahabi
1
Al Hafidz Abi Fadl Muhammad Bin Thahir Al Muqaddi, Syurutul Imah Assittah Al Bukhari Wa Muslim Wa Abi
Daud Wa Tirmidzi Wa Nasai’ Wa ibnu Majah (Bairut Libanon: Darul Kitab Al A’lamah, 1984).
2
Muhammad Asrori Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim: Peran Penting Kitab Hadits Shahih Muslim
dalam Mendefinisikan Pendidikan,” Didaktika Religia 4, no. 1 (2016): 107–34.
3
Ad-Daktur Sa’id bin Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin (Ar-Riyadh: Darul Ayyunah, 1999).
memberikan sebuah julukan kepada Imam Muslim sebagai seorang Muhsin Naisabur.
Beliau dalam kehidupan sehari-harinya dikenal dengan sesosok yang ramah, toleran,
tidak malu serta menerima pendapat atau kebenaran dari orang lain.4
Pada akhir hayatnya dalam usia 55 tahun tepatnya pada sore hari Ahad tanggal
24 Rajab 261 H, ia menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan keesokan
harinya di sebuah kampong yaitu di pemakaman Nasr Abad, di luar daerah naisabur.5
1. Rihlah Ilmiah
4
Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim.”
5
Ma’sum.
6
Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin.
7
Abdul Wahid Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH
BUKHARI,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 17, no. 2 (14 September 2019): 312–26,
https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
8
Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim.”
d. Yahya bin Said
e. Abu Isa at-Tirmidzi
f. Abu Bakar bin Khuzaimah
g. Abu Isa at-Tirmidzi
h. Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli
i. Abul Abbas Muhammad bin Ishaq bin Sarraj
j. Abu Awanah al-Isfarayini
k. Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih az-Zahid
Sebagai seorang keilmuan Imam Muslim memiliki Karya tidak hanya dalam
bidang hadis namun dalam bidang ilmu lain seperti fiqh. Diantara karya-karyanya
adalah:
a. Al-Jami’ al-Shahih
b. Al-Musnad al-Kabir ala al-Rijal
c. Al-asma’ wa al-Kuna
d. Al-I’lilal
e. Awham alMuhaddisin
f. At-Tamyiz
g. Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
h. Al-Tabaqat al-tabi’in
i. Al-Mukhadramin
j. Awlad al Sahabah
k. Intifa’ bi Uhud (julud) al-Siba’
l. Al-Aqran
m. Sualatihi Ahmad bin Hambal
n. Al-Afrad wa al-Wihdan
o. Masyayikh al-Sauri
p. Masyaikh Syu’bah
q. Al-Shahih al-Musnad
r. Hadists ‘amr bin Syu’aib
s. Rujal ‘Urwah
t. Al-Tarikh.9
Dari beberapa karya-karya tersebut yang popular adalah al-Sahih singkatan dari
al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min al-Sunnan bi Naql ‘an Rasulullah.10
9
Ma’sum.
10
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
11
Marzuki, Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep dan Permasalahan Hukum
Islam di Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2017).
c. Mengenai hadis-hadis adab dirincikan kepada beberapa kitab, sehingga terdapat
juga kitab al-salam, dan juga terdapat kitab al-birri wa al-sahihah wa al-adab.
Imam Muslim merupakan seorang yang teliti termasuk menyeleksi rawi serta yang
diriwayatkan, membandingkan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, meneliti
susunan hadis yaitu lafaznya. Dari hasil tersebut sehingga Imam Muslim memiliki
karya yang besar yang masih digunakan umat sebagai sumber syariat Islam sampai
saat sekarang ini. Imam muslim tidak menetapkan syarat tertentu yang dijadikan
sebagai pedoman dalam penulisan kitab. Syarat dan kriteria dalam penulisan kitab
tersebut ditemukan oleh para ilmuan melalui analisis langsung terhadap kitab tersebut.
Dari analisis tersebut, para ulama dapat menemukan beberapa syarat dalam penulisan
kitab Shahih Muslim, yaitu:
a. Imam Muslim meriwayatkan hadis dari perawi yang adil, jujur, kuat hafalan,
amanah, dan tidak pelupa.
b. Imam Muslim meriwayatkan hadis musnad atau sanadnya lengkap, muttasil.
Marfu’.
Dalam kitab Shahih Muslim yang terdapat dalam muqaddimah menjelaskan bahwa
syarat yang ditetapkan dalam kitab tersebut terbagi atas tiga macam yaitu:
Menurut Dahlawi yaitu semua hadist yang dicatat oleh Imam Muslim shahih
karena mereka telah menyepakati. Dan menurut Balqini yang dimaksud dengan
mereka yang menyepakati tersebut yaitu: Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Mu’in, usman
bin Abi Syaibah, dan Sa’id bin Mansyur. Penyusunan kitab Imam Muslim tersebut
dilakukan selama 15 tahun lamanya.14
14
Yasir Al Syamali, al Wadhih Fi Manahij Al Muhaditsin (Urdun: Darul Maktabah Alhamid, 2006).
Dalam kitab Shahih Muslim memuat hadis-hadis yang musnad dan marfu’. Dan
Imam Muslim tidak meriwayatkan hadis-hadis muallaq, namun dalam kitabnya
terdapat hadis muallaq sebanyak 12 hadis yang menjadi penguat, bukan menjadi hadis
yang utama.15 Salah satu yang menjadikan Imam Muslim untuk membuat dan
menyusun kitab shahih muslim adalah karena terdorong dan termotivasi dari gurunya
sendiri yaitu ImamBukhari dalam melakukan penulisan hadis serta pemeliharaan dan
kecintaannya terhadap hadis Nabi Muhammad Shalallau Alaihi Wasallam.16
15
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
16
Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin.
sempurna, dan kitab ini telah diterbitkan secara berulang-ulang di daerah india dan
Kairo.
d. Ikmalu Ikmalu Mu’alim, yang disusun oleh Imam Abu Abdillah Muhammad ibn
Khalifah al-Wasyanani al-maliki. Beliau wafat pada tahun 837 H. kitab syarah ini
merupakan kitab syarah berjilid besar. Sebagaimana yang terdapat dalam
muqaddimah yang dijelaskan oleh al-Wasyanani, kitab syarah ini merupakan
muatan dari empat kitab syarah shahih Muslim yaitu: al-maziri, Qadi Iyad, al-
Qurtubi, dan al-Nawawi, serta ditambahkan dengan beberapa penjelasan dan
penyempurnaan dari kitab-kitab syarah sebelumnya. Pembahasan yang paling
menonjol dalam kitab syarah ini adalah tentang pembahasan fiqh, terutama
mazhab maliki.
e. Kitab syarah yang disusun oleh Imam Abu Abdullah Muhammad ibn Muhammad
ibn Yusuf al-Sanuri al-Hasani. Wafat pada tahun 895 H. kitab syarah ini
merupakan ringkasan dari syarah Ikmal yang disusun oleh waysanani. Kitab
syarah yang dibuat oleh Hasani merupakan tambahan serta pengulangan dari kitab
yang dibuat oleh waysanani. Dan kedua kitab tersebut telah diterbitkan kedalam
satu kitab oleh Sultan Maghribal-Aqsa, Abdul Hafiz tahun 1328 H.17
b. Buku tentang Hadis-Hadis Kontroversial dalam Kitab Sahih Muslim karya DR.
Asrar Mabrur Faza
c. Jurnal Histori Hadist Karya imam Muslim: Peran Penting Kitab Hadist Shahih
Muslim dalam Mendefenisikan Pendidikan karya MA Ma’sum
d. Kritik Terhadap Kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim karya M Marzuki
KESIMPULAN
18
Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003).
Imam Muslim, nama lengkapnya adalah Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj
al-Qusayri. Imam muslim adalah salah satu muhaditsin, hafidh lagi terpercaya
terkenal sebagai ulama yang gemar berpergian mencari hadits. Beliau salah satu
seorang ahli hadis terkemuka dan murid al-Bukhari. Dan merupakan karangan
kitabnya yang paling baik susunannya dan sistetematis isinya.
Di antara guru besar hadits tempat Imam Muslim menimba ilmu termasuk Imam
Ahmad Ibnu Hanbal dan Abdullah Ibnu Maslamah al-Ka’nabi di Irak, Ishaq bin
Rahwaih dan Yahya Ibn Yahya di Khurasan, Sa’id bin Mansur dan Abu Mus’ab di
Hijaz serta Amru bin sawad dan Harmalah bin Yahya di Mesir. Oleh karenanya tak
heran bila sebagian hadits shahih Muslim menyerupai hadits-hadits koleksi al-
Jami’ al-Bukhari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussal Hamid, Ad-Daktur Sa’id bin. Manhaj Al-Muhadditsin. Ar-Riyadh: Darul Ayyunah,
1999.
Al Syamali, Yasir. al Wadhih Fi Manahij Al Muhaditsin. Urdun: Darul Maktabah Alhamid,
2006.
Arsyad, Abdul Wahid. “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH
MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.” Jurnal Ilmiah Islam Futura 17, no. 2
(14 September 2019): 312–26. https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
Marzuki. Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep dan
Permasalahan Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak, 2017.
Ma’sum, Muhammad Asrori. “Histori Hadits Karya Imam Muslim: Peran Penting Kitab
Hadits Shahih Muslim dalam Mendefinisikan Pendidikan.” Didaktika Religia 4, no. 1
(2016): 107–34.
Muhammad Bin Thahir Al Muqaddi, Al Hafidz Abi Fadl. Syurutul Imah Assittah Al Bukhari
Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi Wa Nasai’ Wa ibnu Majah. Bairut Libanon:
Darul Kitab Al A’lamah, 1984.
Yaqub, Ali Mustafa. Hadis hadis bermasalah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.