Anda di halaman 1dari 12

SHAHIH MUSLIM

Husna
Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol
Email: husna16478@gmail.com

Abstract

Hadith is the main source of teaching after the Koran. Hadith was narrated and
conveyed at the time of the Prophet orally, but there are some of the companions of
the Prophet who wrote the hadith personally for the purpose of personal interest.
Hadith writing was officially carried out during the reign of Caliph Umar ibn Abdul
Aziz. Over time, in the process of recording hadith, there were many upheavals,
namely the emergence of false hadiths to achieve certain goals for certain people or
certain groups. From this fact, the hadith scholars made efforts to collect and record
the traditions of the Prophet by traveling to regions and conducting research on the
transmission of hadith and others. The result we can get up to now is the Sahih
Muslim book by Imam Muslim.

Keyword: Shahih Muslim, Imam Muslim

Abstract
Hadis adalah sumber ajaran utama setelah al-Quran. Hadis diriwayatkan dan
disampaikan pada masa Nabi secara lisan, namun ada sebagian dari sahabat Nabi
yang menulis hadis dilakukan secara pribadi dengan tujuan kepentingan pribadi.
Penulisan hadis secara resmi dilakukan pada masa kepemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz. Seiring berjalannya waktu, dalam proses pembukuan hadis banyak terjadi
pergolakan yaitu munculnya hadis-hadis palsu untuk mencapai suatu tujuan tertentu
bagi orang tertentu atau kelompok tertentu. Dari kenyataan tersebut para ulama hadis
melakukan usaha untuk mengumpulkan dan membukukan hadis-hadis Nabi dengan
melakukan perjalanan kedaerah-daerah serta mengadakan penelitian terhadap
periwayatan hadis dan lainnya. Hal hasil dapat kita peroleh sampai pada saat sekarang
ini yaitu kitab shahih muslim karya Imam Muslim.
PENDAHULUAN

Imam muslim memiliki banyak karya yang berguna dalam khazanah keilmuan
Islam. Salah satu karya yang paling utama adalah kitab Shahih Muslim. Kitab Shahih
Muslim ini merupakan kitab yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu dari segi
metode penyusunan kitab dan mengemukakan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Beliau
meriwayatkan hadis pada tiap-tiap tempat yang layak serta menghimpun jalur-jalur
sanadnya.

Dalam pembahasan ini difokuskan kepada kitab al-Musnad al-Shahih al-


Mukhtasar min al-Sunan bi al-Naql al-Adl ‘an Rasulillah SAW yang dikenal dengan
kitab Shahih Muslim. Dengan mengkaji historical background penulis kitab,manhaj
yang digunakan dalam kritik sanad dan matn hadis, dan deskripsi singkat serta analisa
terhadap buku atau penelitian yang muncul dan terkait dengan pembahasan ini.

1. Biografi Imam Muslim

Imam Muslim merupakan ulama besar kedua, ia dilahirkan pada tahun 204 H
atau 833 M, beliau memiliki nama lengkap yaitu Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj
bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi.1 Nama an-Naisaburi dinisbatkan
kepada Imam Muslim karena merupakan tempat lahirnya, daerah tersebut lebih
tepatnya di kota kecil di bagian timur laut. Imam Muslim juga dinisbatkan kepada
kabilahnya yakni Qusairi bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Sa’sa’ah yang merupakan
keturunan dari keluarga bangsawan.2 Keturunan bangsawan tersebut berasal dari Bani
Qushayr.3

Pada umur kurang dari 12 tahun yaitu abad ke 218 H atau 833 M Imam
Muslim telah belajar hadits. Dan pada saat itulah seorang Imam Muslim bersemangat
dan mempelajari hadits dengan cara menuntut ilmu ke daerah-daerah seperti Negara
Iraq, Syam, Hijaz, Khurasan, dan Negara lainnya. Ia merupakan sosok yang hafidz
terpercaya, dan seorang muhaddis. Dan beliau juga pernah mendapatkan pengakuan
serta pujian dari ulama-ulama fuqaha lainnya. Beliau juga dikenal sebagai seorang
saudagar dermawan, beruntung, ramah, serta memiliki reputasi yang tinggi. Al-Zahabi
1
Al Hafidz Abi Fadl Muhammad Bin Thahir Al Muqaddi, Syurutul Imah Assittah Al Bukhari Wa Muslim Wa Abi
Daud Wa Tirmidzi Wa Nasai’ Wa ibnu Majah (Bairut Libanon: Darul Kitab Al A’lamah, 1984).
2
Muhammad Asrori Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim: Peran Penting Kitab Hadits Shahih Muslim
dalam Mendefinisikan Pendidikan,” Didaktika Religia 4, no. 1 (2016): 107–34.
3
Ad-Daktur Sa’id bin Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin (Ar-Riyadh: Darul Ayyunah, 1999).
memberikan sebuah julukan kepada Imam Muslim sebagai seorang Muhsin Naisabur.
Beliau dalam kehidupan sehari-harinya dikenal dengan sesosok yang ramah, toleran,
tidak malu serta menerima pendapat atau kebenaran dari orang lain.4

Pada akhir hayatnya dalam usia 55 tahun tepatnya pada sore hari Ahad tanggal
24 Rajab 261 H, ia menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan keesokan
harinya di sebuah kampong yaitu di pemakaman Nasr Abad, di luar daerah naisabur.5

1. Rihlah Ilmiah

Kesungguhan Imam Muslim dalam menuntut ilmu terutama dalam bidang


ilmu hadis, ia berguru kepada beberapa guru hadis di tempat domisilinya sendiri. Ke
daerah Riyadh.6 Setelah itu ia menambah wawasan serta memperdalam keilmuannya
di daerah Khurasan. Adapun guru-gurunya adalah Yahya ibn Yahya al-Dalusi dan
Ishakibn Rahawaih. Kemudian ke kota Rayy yakni Muhammad ibn Mahram,abu
Hasan, serta lainnya. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa guru imam Bukhari
sama dengan Imam Muslim, namun Imam Muslim juga pernah berguru kepada Imam
bukhari teritama Imam Bukhari pergi ke Naisabur. 7 Didaerah Irak beliau mendapatkan
ilmu pengetahuan dan terkhusus kepada pembelajaran hadits Syaikh Muhammad bin
Mahran, Imam Ahmad bin Hanbal, Syaikh Abdullah bin maslamah. Dan gurunya
didaerah hijaz adalah Syaikh Sa’id bin Mansyur, Syaikh Abu Mas’ab dan lain
seterusnya.8

Dengan kegigihannya ia dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu


pengetahuan dalam bidang hadis dan menjadi guru pada masanya.

2. Murid-Murid Imam Muslim


Diantara murid dari Imam Muslim yang meriwayatkan hadis adalah:
a. Abu Hatim ar-Razi
b. Musa bin Harun
c. Ahmad bin Salamah

4
Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim.”
5
Ma’sum.
6
Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin.
7
Abdul Wahid Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH
BUKHARI,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 17, no. 2 (14 September 2019): 312–26,
https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
8
Ma’sum, “Histori Hadits Karya Imam Muslim.”
d. Yahya bin Said
e. Abu Isa at-Tirmidzi
f. Abu Bakar bin Khuzaimah
g. Abu Isa at-Tirmidzi
h. Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli
i. Abul Abbas Muhammad bin Ishaq bin Sarraj
j. Abu Awanah al-Isfarayini
k. Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih az-Zahid

3. Karya-Karya Imam Muslim

Sebagai seorang keilmuan Imam Muslim memiliki Karya tidak hanya dalam
bidang hadis namun dalam bidang ilmu lain seperti fiqh. Diantara karya-karyanya
adalah:

a. Al-Jami’ al-Shahih
b. Al-Musnad al-Kabir ala al-Rijal
c. Al-asma’ wa al-Kuna
d. Al-I’lilal
e. Awham alMuhaddisin
f. At-Tamyiz
g. Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
h. Al-Tabaqat al-tabi’in
i. Al-Mukhadramin
j. Awlad al Sahabah
k. Intifa’ bi Uhud (julud) al-Siba’
l. Al-Aqran
m. Sualatihi Ahmad bin Hambal
n. Al-Afrad wa al-Wihdan
o. Masyayikh al-Sauri
p. Masyaikh Syu’bah
q. Al-Shahih al-Musnad
r. Hadists ‘amr bin Syu’aib
s. Rujal ‘Urwah
t. Al-Tarikh.9

Dari beberapa karya-karya tersebut yang popular adalah al-Sahih singkatan dari
al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min al-Sunnan bi Naql ‘an Rasulullah.10

4. Metodologi dan Sistematika Shahih Muslim


Imam Muslim dalam menyusun kitabnya dilakukan dalam kurun waktu lebih
kurang 15 tahun. Beliau mengumpulkan hadis-hadis yang berstatus shahih sebanyak
4.000 dari 300.000 penyeleksian hadis yang telah didengarnya. 11 Dalam kitab Shahih
Muslim, menurut Fuad Abdul Baqiter dapat 3.033 hadis, metode yang digunakan
dalam hitungan tersebut berdasarkan kepada subjek bukan berdasarkan kepada sistem
Isnad. Dan para Muhadditsin menghitung hadis dalam Shahih Muslim berdasarkan
kepada isnad, jumlahnya yaitu 4.000 hadis tanpa adanya pengulangan, sedangkan
jumlah hadis yang dihitung dengan menggunakan pengulangan yaitu sebanyak 7.275
hadis, hal ini senada dengan pendapat yang dinyatakan oleh seorang ulama yang
berasal dari mesir yakni Amin al-Khauli.
Imam Muslim menilai hadis yang dimuat dalam kitab Shahihnya dengan
menggunakan kriteria yang sama dengan kitab Shahih Bukhari. Kriteria umum
tersebut adalah hadis yang disampaikan oleh perawi tersebut bersambung sanadnya,
perawi merupakan orang yang tsiqah atau terpercaya, terhindar dari syuzuz atau hadis
yang shahih, tidak terdapatnya ‘illat. Dalam hal persambungan sanad menurut Imam
Muslim perawi tersebut memperoleh hadis cukup dengan syarat sezaman atau disebut
juga dengan mua’sharah.
Shahih Muslim terbagi atas beberapa bagian yaitu 54 kitab atau pokok bahasan.
Pembahasan dalam kitab tersebut dimulai dari kitab al-iman, kitab al-ibadah yang
terdapat dalam kitab yang ke 2 dan ke 15, kitab nikah, kitab mu’amalat, kitab jihad,
kitab makanan, kitab minuman, kitab pakaian adab, dan di akhiri dengan kitab tafsir.
Kitab tafsir yang terdiri dari 34 hadis. Dalam pembagian kitab-kitab tersebut yang
menjadi perhatian adalah:
a. Memisahkan antara hadis-hadis qadar dan iman
b. Imam Muslim memisahkan sifat-sifat munafiqin dari iman

9
Ma’sum.
10
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
11
Marzuki, Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep dan Permasalahan Hukum
Islam di Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2017).
c. Mengenai hadis-hadis adab dirincikan kepada beberapa kitab, sehingga terdapat
juga kitab al-salam, dan juga terdapat kitab al-birri wa al-sahihah wa al-adab.

Imam Muslim merupakan seorang yang teliti termasuk menyeleksi rawi serta yang
diriwayatkan, membandingkan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, meneliti
susunan hadis yaitu lafaznya. Dari hasil tersebut sehingga Imam Muslim memiliki
karya yang besar yang masih digunakan umat sebagai sumber syariat Islam sampai
saat sekarang ini. Imam muslim tidak menetapkan syarat tertentu yang dijadikan
sebagai pedoman dalam penulisan kitab. Syarat dan kriteria dalam penulisan kitab
tersebut ditemukan oleh para ilmuan melalui analisis langsung terhadap kitab tersebut.
Dari analisis tersebut, para ulama dapat menemukan beberapa syarat dalam penulisan
kitab Shahih Muslim, yaitu:

a. Imam Muslim meriwayatkan hadis dari perawi yang adil, jujur, kuat hafalan,
amanah, dan tidak pelupa.
b. Imam Muslim meriwayatkan hadis musnad atau sanadnya lengkap, muttasil.
Marfu’.

Dalam kitab Shahih Muslim yang terdapat dalam muqaddimah menjelaskan bahwa
syarat yang ditetapkan dalam kitab tersebut terbagi atas tiga macam yaitu:

a. Hadis diriwayatkan oleh perawi adil serta kuat hafalannya


b. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang mastur, serta kekuatan hafalannyapun
dipertengahan
c. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang yang memiliki hafalan yang lemah
serta banyak lemahnya.12

Hadist menurut muslim terbagi tiga yaitu:

a. Hadist yang diriwayatkan oleh Hufazh yang mutqin


b. Hadis yang diriwayatkan oleh mastur yang mutawassit
c. Hadis yang diriwayatkan oleh para dhaif yang ditinggalkan.13

5. Penilaian Terhadap Shahih Muslim


12
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
13
Muhammad Bin Thahir Al Muqaddi, Syurutul Imah Assittah Al Bukhari Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi
Wa Nasai’ Wa ibnu Majah.
Banyak Ulama yang mengagumi Imam Muslim karena susunan dan metode yang
digunakan dalam kitab shahih muslim. Imam Muslim meriwayatkan tiga ratus ribu
hadist dengan sanad yang shahih secara mendengar sebagaimana Al-Khatib dan Az-
Zahabi menukilkannya. Menukilkan maksudnya adalah memasukkan ke kitab
shahihnya karena kesepakatan terhadap hadist itu, bukan karena shahih menurut
pendapatnya sendiri. Menurut imam Nawawi banyak hadist muslim yang bertikai
tentang ke shahihannya. Menurut Syekh Abu umaru bin Shalah menyampaikan dua
metode yaitu:

a. Imam muslim hanya mencatat hadist yang cukup syarat shahihnya


b. Perbedaan hadist yang Imam Muslim catat hanya pada tsiqah saja bukan pada
sanadnya.

Menurut Dahlawi yaitu semua hadist yang dicatat oleh Imam Muslim shahih
karena mereka telah menyepakati. Dan menurut Balqini yang dimaksud dengan
mereka yang menyepakati tersebut yaitu: Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Mu’in, usman
bin Abi Syaibah, dan Sa’id bin Mansyur. Penyusunan kitab Imam Muslim tersebut
dilakukan selama 15 tahun lamanya.14

6. Ciri Khusus yang Terdapat didalam Kitab Shahih Muslim


Setiap kitab tentu memiliki ciri khasnya masing-masing yang tidak dimiliki oleh
kitab lainnya. Diantara ciri khas tersebut adalah:
a. Setiap matan hadis yang memiliki makna yang sama dan sanadnya ditempatkan
dalam satu tempat, tidak diletakkan dalam bab yang berbeda, serta tidak
mengulang hadis kecuali dilakukan pada saat perlu diulang untuk kepentingan
sanad dan hadis.
b. Ketelitian terhadap kata-kata pada seorang perawi dengan perawi yang lain
terdapat perbedaan lafaz, padahal memiliki makna yang sama, Imam Muslim
memberikan keterangan dan mencantumkan matan-matan hadis yang memiliki
lafaz yang berbeda tersebut. Dan apa bila suatu hadis diriwayatkan oleh banyak
perawi namun terdapat perbedaan lafaz, maka Imam Muslim akan memberikan
penjelasan atau keterangan terhadap perbedaan tersebut.

14
Yasir Al Syamali, al Wadhih Fi Manahij Al Muhaditsin (Urdun: Darul Maktabah Alhamid, 2006).
Dalam kitab Shahih Muslim memuat hadis-hadis yang musnad dan marfu’. Dan
Imam Muslim tidak meriwayatkan hadis-hadis muallaq, namun dalam kitabnya
terdapat hadis muallaq sebanyak 12 hadis yang menjadi penguat, bukan menjadi hadis
yang utama.15 Salah satu yang menjadikan Imam Muslim untuk membuat dan
menyusun kitab shahih muslim adalah karena terdorong dan termotivasi dari gurunya
sendiri yaitu ImamBukhari dalam melakukan penulisan hadis serta pemeliharaan dan
kecintaannya terhadap hadis Nabi Muhammad Shalallau Alaihi Wasallam.16

7. Kitab Syarah dan Mukhtasar Shahih Muslim


Para ulama memberikan perhatian besar terhadap keilmuan hadis termasuk kepada
kitab Shahih Muslim dengan melakukan penyalinan, pensyarahan, membuat iktisar,
indeks, penulisan terhadap rijal , dan menggali hukum fiqih. Kitab syarah dari Shahih
Muslim yang terkenal adalah:
a. Al-Mua’llimu bi fawa’idi kitab Muslim, yang disusun oleh Imam Abu Abdillah
Muhammad ibn Ali al-Maziri. Wafat pada tahun 536 h. kitab tersebut disimpan di
Dar al-Kutub Misriyah
b. Ilma al-Mu’alimi fi Syarhi Shahih Muslim, yang disusun oleh Imam Qadi Iyad ibn
Musa al-Yahsabi al-Maliki, yang wafat pada tahun 544 H. kitab ini masih belum
dicetak dan hanya berjumlah 6 jilid serta tempatnya di Dar al-Kutub al-Misriyah.
c. Al-Minhaj fi Syarhi Shahih Muslim ibn Hajjaj, karya Imam al-Hafiz Abu Zakaria
Muhyiddin ibn Syaraf al-Nawawi al-Syafi’iy, lahir pada tahun 631 H pada bulan
Muharram, dan wafat pada tahun 676 H bulan Rajab di kampong Nawa. Imam
Nawawi merupakan seorang tokoh yang memiliki banyak karya serta memiliki
nilai tinggi.

Dalam kitab syarah ini, disertai dengan muqaddimah yang memberikan


penjelasan tentang ilmu hadis untuk memberikan penjelasan, kemudahan dalam
memahami kandungan yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim. Bagian awal
dari kitab syarah ini memberikan penjelasan yang panjang serta jelas namun
dalam beberapa penjelasan di tempat lain hanya memberikan penjelasan yang
singkat, sulit dipahami, kadang menggunakan kalimat yang global sehingga
menyulitkan para pembaca untuk memahami syarah tersebut. Namun syarah ini
merupakan kitab yang sangat berharga dengan pengaturan dari bab-babnya yang

15
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
16
Abdussal Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin.
sempurna, dan kitab ini telah diterbitkan secara berulang-ulang di daerah india dan
Kairo.

d. Ikmalu Ikmalu Mu’alim, yang disusun oleh Imam Abu Abdillah Muhammad ibn
Khalifah al-Wasyanani al-maliki. Beliau wafat pada tahun 837 H. kitab syarah ini
merupakan kitab syarah berjilid besar. Sebagaimana yang terdapat dalam
muqaddimah yang dijelaskan oleh al-Wasyanani, kitab syarah ini merupakan
muatan dari empat kitab syarah shahih Muslim yaitu: al-maziri, Qadi Iyad, al-
Qurtubi, dan al-Nawawi, serta ditambahkan dengan beberapa penjelasan dan
penyempurnaan dari kitab-kitab syarah sebelumnya. Pembahasan yang paling
menonjol dalam kitab syarah ini adalah tentang pembahasan fiqh, terutama
mazhab maliki.

e. Kitab syarah yang disusun oleh Imam Abu Abdullah Muhammad ibn Muhammad
ibn Yusuf al-Sanuri al-Hasani. Wafat pada tahun 895 H. kitab syarah ini
merupakan ringkasan dari syarah Ikmal yang disusun oleh waysanani. Kitab
syarah yang dibuat oleh Hasani merupakan tambahan serta pengulangan dari kitab
yang dibuat oleh waysanani. Dan kedua kitab tersebut telah diterbitkan kedalam
satu kitab oleh Sultan Maghribal-Aqsa, Abdul Hafiz tahun 1328 H.17

8. Buku yang terkait dengan pembahasan


Banyak penelitian dan buku yang membahas tentang shahih muslim, diantaranya
adalah:
a. “Hadis-Hadis Bermasalah dalam Shahih Muslim”, karya Asrar Mabrur Fazra,
beliau merupakan seorang sarjana tafsir hadis di Fakultas Ushuluddin di Institut
Agama islam Negeri, Sumatera Medan. Dan program pascasarjana Pengkajian
Islam. Dan program doctor Dirasah Islamiyah, konsentrasi Hadis di Universitas
Islam Negeri Alaudin Makassar tahun 2013. Dalam salah satu karya dalam kajian
hadis adalah buku tentang “Hadis-Hadis Bermasalah dalam Shahih Muslim”.

Dalam bukunya berisi tentang analisis terhadap hadis-hadis yang berasal


dari kitab Shahih Muslim, analisis tersebut tidak hanya dikaji oleh ulama klasik
tetapi juga kontemporer, sebagai hadis yang bermasalah. Permasalahannya
terletak di matan maupun sanad. Dari segi sanad adalah terindikasi adanya hadis
17
Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.”
mursal, mauquf, maupun majhul. Dan sanadnya diduga kontradiksi terhadap
Quran, hadis shahih lain, sejarah serta akal. Dalam hal tersebut, untuk menjawab
permasalahan yang muncul penulis buku tersebut menjawabnya dengan
menggunakan pendekatan ilmu mukhtalif hadis, fiqhul hadis, pendekatan bahasa,
dan sejarah.18

b. Buku tentang Hadis-Hadis Kontroversial dalam Kitab Sahih Muslim karya DR.
Asrar Mabrur Faza
c. Jurnal Histori Hadist Karya imam Muslim: Peran Penting Kitab Hadist Shahih
Muslim dalam Mendefenisikan Pendidikan karya MA Ma’sum
d. Kritik Terhadap Kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim karya M Marzuki

KESIMPULAN

18
Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003).
Imam Muslim, nama lengkapnya adalah Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj
al-Qusayri. Imam muslim adalah salah satu muhaditsin, hafidh lagi terpercaya
terkenal sebagai ulama yang gemar berpergian mencari hadits. Beliau salah satu
seorang ahli hadis terkemuka dan murid al-Bukhari. Dan merupakan karangan
kitabnya yang paling baik susunannya dan sistetematis isinya.

Di antara guru besar hadits tempat Imam Muslim menimba ilmu termasuk Imam
Ahmad Ibnu Hanbal dan Abdullah Ibnu Maslamah al-Ka’nabi di Irak, Ishaq bin
Rahwaih dan Yahya Ibn Yahya di Khurasan, Sa’id bin Mansur dan Abu Mus’ab di
Hijaz serta Amru bin sawad dan Harmalah bin Yahya di Mesir. Oleh karenanya tak
heran bila sebagian hadits shahih Muslim menyerupai hadits-hadits koleksi al-
Jami’ al-Bukhari.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussal Hamid, Ad-Daktur Sa’id bin. Manhaj Al-Muhadditsin. Ar-Riyadh: Darul Ayyunah,
1999.
Al Syamali, Yasir. al Wadhih Fi Manahij Al Muhaditsin. Urdun: Darul Maktabah Alhamid,
2006.
Arsyad, Abdul Wahid. “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB SAHIH
MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.” Jurnal Ilmiah Islam Futura 17, no. 2
(14 September 2019): 312–26. https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
Marzuki. Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep dan
Permasalahan Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak, 2017.
Ma’sum, Muhammad Asrori. “Histori Hadits Karya Imam Muslim: Peran Penting Kitab
Hadits Shahih Muslim dalam Mendefinisikan Pendidikan.” Didaktika Religia 4, no. 1
(2016): 107–34.
Muhammad Bin Thahir Al Muqaddi, Al Hafidz Abi Fadl. Syurutul Imah Assittah Al Bukhari
Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi Wa Nasai’ Wa ibnu Majah. Bairut Libanon:
Darul Kitab Al A’lamah, 1984.
Yaqub, Ali Mustafa. Hadis hadis bermasalah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

Anda mungkin juga menyukai