Anda di halaman 1dari 17

MUSNAD IMAM SYAFI’I

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

(Studi Naskh Hadis)


OLEH

HAFISUDDIN
NIM. 3006203001

DOSEN PENGAMPU:
DR. ARDIANSYAH, M. A.
DR. MUHAMMAD TOHIR RITONGA, M. A

PROGRAM MAGISTIR ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Sebagian besar pengamat dari hadits setuju bahwa penulisan hadits

dimulai pada abad ke-2 H mayoritas. Selama Nabi, penulisan hadits cenderung

dilarang karena ada rasa takut akan dicampur hadits dengan Al-quran. Namun,

setelah Islam menyebar dan berkembang keseluruh penjuru jazirah Arab,

kebutuhan akan tulis menulis semakin tinggi, salah satunya adalah adanya hadis

yang mulai menyebar.1

Salah satu karya monumental hadis yang dapat dikatakan sebagai generasi

awal kitab hadis adalah musnad al-syafi’i. Kitab tersebut dalam hemat penulis

adalah sebagai jawaban dari Imam Syafi’I terhadap liarnya penyebaran hadis-

hadis yang tidak bersumber kepada Nabi. Meski dia dikenal sebagai ahli hukum

islam (fiqh dan ushul al-fiqh), namun jerih payahnya dalam mempertahankan

otoritas dan autentisitas hadis, beliau kemudian mendapatkan kunyah nashir al-

hadis.

Buku Hadis (Kod Hadis, Merah), serta menghidupkan semula hadis Nabi

yang mula mengganggu penyebaran hadis palsu, Buku Hadis juga menghidupkan

semula khazanah Islam, memperluas pengetahuan dan mempermudah

penyelidikan hadis dari Nabi. Oleh karena itu, karena kodifikasi yang dimulai

1
Hal tersebut dikuatkan dengan HR. Muslim dalam karyanya. ‫الَ تَ ْكتُبُوا َعنِّى َو َمنْ َكت ََب َعنِّى َغ ْي َر‬
‫آن فَ ْليَ ْم ُحه‬
ِ ْ ‫ا ْل‬ (Janganlah menulis dariku dan barangsiapa menulis dariku selain al-Quran maka
‫ر‬D
D ُ ‫ق‬
hapuslah). Selengkapnya lih. Imam Muslim, “Shahih Muslim, Hadis No. 7702, Juz VII”, hlm. 229
dalam Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Tsani.

1
pada abad ke-2 H sejauh ini, lahir ribuan buku hadis. Namun, penelitian atau studi

tentang buku-buku itu minim hingga sekarang.

Berangkat dari hal diatas, kajian dan penelitian singkat berupa makalah

mengenai kitab Musnad al-Syafi’i ini dalam hemat penulis masih relevan dan

perlu dilakukan. Tulisan singkat ini, setidaknya dapat menambah wawasan

pemerhati hadis tentang kitab-kitab hadis, terutama kitab musnad. Semuga

bermanfaat.

A. BIOGRAFI

Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H. Namun ulama berbeda pendapat

mengenai tempat lahirnya. Akan tetapi, pendapat ulama yang disepakati adalah

Kota Ghazzah (sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam menuju

Mesir).2

Imam Syafi’i bernama asli Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Usman

bin Syafi’i bin al-Sya’ib bin Ubaid bin Abu Zayd bin Hasyim bin Muthalib bin

Abdu Manaf bin Qushay.

Ketika berumur dua tahun, Syafii dibawa oleh ibunya ke negeri Hijaz dan

berbaur dengan penduduk negeri itu. Ketika berumur 10 tahun, ia dibawa ke

Mekkah dan tinggal di dekat Syi’bu al-Khaif. Perpindahan tersebut telah

mempertemukan Syafii dengan seorang guru yang mengajarinya al-Quran, selain

itu, dia juga berkesempatan untuk menghafalnya. Bahkan dikatakan sebagian

ulama, Syafii telah menghafal al-Quran sebelum usia 10 tahun, yaitu di usia 7

2
Imam Syafii, Musnad al-Imam al-Syafii (Haramain:Ttp n Th), hlm. 5

2
tahun. Kelebihan lainnya adalah ia sudah menghafal kitab Muwaththa’ karya

Imam Malik pada usia 12 tahun.

Imam Syafi’i mengambil ilmu dari para ulama di berbagai tempat

misalnya di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Yaman, Syam dan Mesir. Imam

AL-Baihaqi menyebutkan beberapa orang guru Imam Asy-Syafi’i di antaranya

sebagai berikut:

1. Di Makkkah

· Imam Sufyan bi Uyainah.

· Abdurrahman bin Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah.

· Ismail bin Abdullah Al-Muqri.

· Muslim bin Khalid Az-Zanji.

2. Di Madinah

·Imam Malik bin Anas.

· Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawirdi.

· Ibrahim bin Sa’ad bin Abdurrahman.

· Muhammad bin Ismail Abu Fudaik.

3. Di tempat-tempat yang lain

· Hisyam bin Yusuf Al-Shan’ani.

· Mutharrif bin Mazin Al-Shan’ani.

· Waki’ bin Jarrah

· Muhammad bin Hasan Al-Syaibani.

Adapun murid-murid beliau yang terkenal adalah;

1. Rabi’ bin Sulaiman bin Abdul Jabbar tokoh hadits dan fiqih, menjadi

syaikh muazzin di masjid Fusthath.

3
2. Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Ismail bin Amr bin Muslim Al-Muzani

Al-Mishri.

3. Abu Yaqub Yusuf bin Yahya Al-Mishri Al-Buwaithi. Beliau juga bertemu

dengan Imam Ahmad bin Hambal dan saling mengambil ilmu antara

keduanya.3

Imam Syafi’i meski tergolong ulama yang hidupnya sebentar, 54 tahun,

tetapi beliau adalah seorang penuli produktif. 174 karya kurang lebih telah

dihasilkannya semasa hidupnya. Di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut.

-          Al-Risālah

-          Ikhtilāf al-Haīs

-          Al-Sunan al-Ma’surah

-          Al-Fiqh al-Akbar

-          Musnad

-          Ahkām al-Quran

-          Al-Umm

Imam Syafii wafat pada malam jumat bulan Rajab 204 H dalam usia 54

tahun di kota Mesir dan di kota itu lah, beliau disemayamkan.

B. IMAM SYAFI’I DAN HADIS

Meski terjadi perselisihan riwayat tentang masa kedatangan Al-Syafii ke

Mekah untuk pertama kali, namun semua sepakat bahwa ia datang ke Mekah

ketika kota ini dipenuhi ulama-ulama hadits yang ternama. Di antara sekian

banyak ulama pada saat itu, Sufyan bin ‘Uyainah menempati posisi yang paling

terhormat karena keluasan ilmu dan banyak haditsnya. Oleh karena itu, sejak

remaja Al-Syafii telah bersungguh-sungguh menghadiri majlis riwayatnya


3
Nurul Mukhlisin, Aqidah dan Manhaj Imam al-Syafi’i (Tk:Abu Salmah. 2007), hlm. 2-4

4
sehingga terjalin hubungan personal yang sangat kuat antara guru dan murid ini.

Selain dari Ibn ‘Uyainah, Al-Syafii menimba ilmu dari ulama-ulama lain di

Mekah seperti Muslim Al-Zinji, Sa’id Al-Qaddah dan lain-lain. 

Perjalanan ilmiah Al-Syafii menuntut hadits dilanjutkan ke Madinah

ketika pada usia 23 tahun (sesuai pendapat Al-Dzahabi) ia datang ke kota ini dan

berjumpa dengan Malik bin Anas, Ibrahim bin Muhammad Ibn Abi Yahya, Abd

Al-'Aziz bin Muhammad Al-Darawardi, Ibrahim bin Sa'ad, Anas bin 'Iyadh dan

lain-lain. Semua orang ini boleh dikata merupakan tiang-tiang penyangga hadits

dan fiqh di Madinah kala itu.  Al-Syafii melanjutkan perjalanan intelektualnya

dengan pergi ke Yaman, Baghdad dan Mesir untuk mengumpulkan hadits-hadits

yang terdapat di semua kota ini dan berdiskusi dengan para tokoh ulamanya.

Semua guru-guru tersebut adalah ulama hadis beraliran hijaz. Mereka

setidaknya pernah memberikan pengaruh terhadap pandangan Syafii terhadap

hadis,terutama kepada para perawinya. Salah satunya adalah ucapannya beliau

“Demi Allah, jika sanad hadits yang berasal dari Irak sesahih apapun, namun jika

aku tidak menemukan hadits yang mendukung maknanya di negeri kami (Hijaz),

maka aku tidak mengindahkan hadits tersebut.”

Namun, penilaian Syafii terhadap ulama Irak mulai berubah dan

cenderung obyektif kemudian dalam penilaian setelah bertemu dengan tokoh-

tokoh hadis Irak, seperti Ismail bin ‘Ulayyah dan Waki’ bin Al-Jarrah, juga

pemuda-pemuda cerdas seperti Ahmad bin Hanbal dan ‘Ali bin Al-Madini. Hal

tersebut terceminkan dari ucapannya, “Kalian lebih menguasai hadits dan rijal

(nama-nama perawi) daripada diriku. Maka jika ada sebuah hadits yang sahih,

5
maka beritahulah aku. Aku akan menerimanya walaupun hadits itu berasal dari

Kufah, Basrah atau Syam jika ia benar-benar sahih.”

Latar belakang keilmuan hadis seperti demikian sehingga penilaian Al-

Syafii kepada perawi hadits tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan

sesuai dengan sebuah mekanisme penelitian yang sangat teliti. Ia berkata “Dinilai

hafalan seorang perawi hadits dengan (cara): jika beberapa orang meriwayatkan

(sebuah hadits yang sama) dari seorang guru, jika salah seorang dari mereka

sesuai riwayatnya dengan riwayat mereka maka ia dinilai hafal. Dan ia tidak

dinilai hafal jika riwayatnya tidak sesuai dengan riwayat mereka."4

C. TELAAH KITAB MUSNAD AL-SYAFI’I

Kitab Musnad  adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama

sahabat yang meriwayatkan hadis. Biasanya dimulai dengan nama sahabat yang

pertama kali masuk Islam atau disesuaikan dengan urutan abjad.5

No Kitab/Bab No Kitab/Bab
1 ‫ما خرج من كتاب الوضوء‬ 36 ‫العدد_ إال ما كان منه معادا‬
2 ‫استقبال القبلة في الصالة‬ 37 ‫القرعة والنفقة على األقارب‬
3 ‫اإلمامة‬ 38 ‫الرضاع‬
39 ‫ذكر هللا تعالى على غير وضوء‬
4 ‫إيجاب الجمعة‬
‫والحيض‬
5 _‫العيدين‬ 40 ‫قتال أهل البغي‬
‫ الصوم والصالة والعيدين واالستسقاء‬41
6 ‫قتال المشركين‬
‫وغيرها‬
7 ‫ الزكاة من أوله إال ما كان معادا‬42 ‫األسارى والغلول وغيره‬
8 ‫إباحة الطالق‬ 43 ‫قسم الفيء‬
44 ‫صفة نهى النبي صلى هللا عليه و‬
9 ‫الصيام الكبير‬
‫سلم وكتاب المدبر‬
4
Sub bab ini adalah sebuah resume dari artikel yang bersumber dari penelitian Thesis
yang di lakukan oleh Umar, selengkapnya lih. Umar Muhammad Noor, Antara Al-Bukhari dan
Syafii, dalam http://umarmnoor.blogspot.com/2011/03/antara-al-bukhari-dan-al-syafii.html.diakses
pada 29 Oktober 2021

5
Dzulmani, Mengenal Kitab-kitab Hadis (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani. 2008), hlm.
XI

6
‫‪10‬‬ ‫المناسك‬ ‫‪45‬‬ ‫التفليس‬
‫‪11‬‬ ‫البيوع‬ ‫‪46‬‬ ‫الدعوى والبينات‬
‫صفة أمر النبي صلى هللا عليه و ‪47‬‬
‫‪12‬‬ ‫الرهن‬ ‫سلم والوالء الصغير وخطأ‬
‫الطبيب وغيره‬
‫‪13‬‬ ‫اليمين مع الشاهد الواحد‬ ‫‪48‬‬ ‫المزارعة وكراء األرضي‬
‫‪14‬‬ ‫القطع في السرقة وأبواب كثيرة ‪ 49‬اختالف الحديث وترك المعاد منها‬
‫‪ 50‬الجزء الثاني من اختالف الحديث من‬
‫‪15‬‬ ‫البحيرة والسائبة‬
‫األصل العتيق‬
‫‪16‬‬ ‫الطالق‬ ‫‪51‬‬ ‫الصيد والذبائح‬
‫‪17‬‬ ‫العتق‬ ‫‪52‬‬ ‫الديات والقصاص‬
‫‪18‬‬ ‫جراح العمد‬ ‫‪53‬‬ ‫جراح الخطأ‬
‫‪54‬‬ ‫السبق والقسامة والرمي‬
‫‪19‬‬ ‫المكاتب‬
‫والكسوف‬
‫‪20‬‬ ‫المكاتب‬ ‫‪55‬‬ ‫الكسوف‬
‫‪ 56‬اختالف مالك والشافعي رضي هللا‬
‫‪21‬‬ ‫الكفارات والنذور واأليمان‬
‫عنهما‬
‫‪22‬‬ ‫الرسالة إال ما كان معادا‬ ‫‪57‬‬ ‫السير على سير الواقدي‬
‫‪23‬‬ ‫الصداق واإليالء‬ ‫‪58‬‬ ‫السير على سير الواقدي‬
‫‪24‬‬ ‫الصرف‬ ‫‪59‬‬ ‫الجنائز والحدود‬
‫‪25‬‬ ‫الرهون واإلجارات‬ ‫‪60‬‬ ‫الحج من األمال‬
‫‪26‬‬ ‫الشغار‬ ‫‪61‬‬ ‫مختصر الحج الكبير‬
‫‪27‬‬ ‫الظهار واللعان‬ ‫‪62‬‬ ‫النكاح من اإلمالء‬
‫‪28‬‬ ‫الخلع والنشوز‬ ‫‪63‬‬ ‫الوصايا الذي لم يسمع منه‬
‫‪29‬‬ ‫إبطال االستحسان‬ ‫‪64‬‬ ‫أدب القاضي‬
‫‪65‬‬ ‫الطعام والشراب وعمارة‬
‫‪30‬‬ ‫أحكام القرآن‬ ‫األرضين مما لم يسمع الربيع‬
‫من الشافعي‬
‫‪66‬‬ ‫الوصايا الذي لم يسمع من‬
‫‪31‬‬ ‫األشربة وفضائل قريش وغيره‬
‫الشافعي رضي هللا عنه‬
‫اختالف علي وعبد هللا مما لم ‪67‬‬
‫‪32‬‬ ‫األشربة‬
‫يسمع الربيع من الشافعي‬
‫‪33‬‬ ‫عشرة النساء‬ ‫‪68‬‬
‫‪34‬‬ ‫التعريض بالخطبة‬ ‫‪69‬‬
‫‪35‬‬ ‫الطالق والرجعة‬ ‫‪70‬‬

‫‪Sistematika‬‬ ‫‪penulisan‬‬ ‫‪diatas,6‬‬ ‫‪jika‬‬ ‫‪dibandingkan‬‬ ‫‪dengan‬‬

‫‪kitab musnad lainnya berbeda sama sekali, dalam artian bahwa kitab-kitab lainnya‬‬

‫‪6‬‬
‫‪Sistematika tersebut berbeda dengan hasil kajian yang dilakukan oleh Dzulmani dalam‬‬
‫‪karyanya. Dia mencantumkan bab atau kitab dalam Musnad al-Syafii hanya berjumlah 52 bab.‬‬
‫‪Selengkapnya lih. Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab…hlm. 155-157. Sedangkan penulis sendiri‬‬
‫‪data berdasarkan versi digital  al-Maktabah al-Syamilah dan Versi cetak terbitan Kharamain,‬‬

‫‪7‬‬
‫‪disusun berdasarkan abjad sahabat, terutama sahabat nabi yang pertama kali‬‬

‫‪masuk Islam. Untuk lebih jelasnya, perhatikan sistematika penulisan beberapa‬‬

‫‪kitab musnad lainnya sebagai berikut.‬‬

‫‪Musnad Ahmad ibn Hanbal‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪Bab/Kitab‬‬ ‫‪Sub Bab‬‬


‫مسند أبي بكر الصديق رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫مسند عمر بن الخطاب رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫‪1‬‬ ‫مسند العشرة المبسرين بالجنة‬
‫مسند عثمان بن عفان رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫‪-          Dst‬‬
‫عبد الرحمن بن أبي بكر رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫زيد بن خارجة رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫‪2‬‬ ‫مسند الصحابة بعد العشرة‬
‫الحرث بن خزمة رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫‪-          Dst‬‬
‫حديث الحسن بن علي رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫حديث الحسين بن علي رضي هللا عنه‪-          ‬‬
‫‪3‬‬ ‫مسند اهل البيت‬
‫‪-          dst‬‬

‫‪Musnad Abi Ya’la‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪Bab/Kitab‬‬
‫‪1‬‬ ‫مسند أبي بكر الصديق رضي هللا عنه‬
‫‪2‬‬ ‫مسند عمر بن الخطاب رضي هللا عنه‬
‫‪3‬‬ ‫مسند علي بن أبي طالب رضي هللا عنه‬

‫‪Musnad Alhumaidy‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪Bab/Kitab‬‬
‫‪1‬‬ ‫أحاديث أبي بكر الصديق رضي هللا عنه عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬

‫‪2‬‬ ‫أحاديث عمر بن الخطاب رضي هللا عنه عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫‪3‬‬ ‫أحاديث عثمان بن عفان رضي هللا عنه‬

‫‪Musnad Syafii adalah kumpulan hadis-hadis yang diriwayatkan dari Imam‬‬

‫‪Syafii. Secara redaksi shighat tahammaul wa al-ada’, sebagian besar hadis-hadis‬‬

‫‪tersebut bersifat sima’i. Yakni hadis-hadis yang tercantum di dalamnya‬‬

‫‪8‬‬
menggunakan lafal seperti ‫حدثني‬/‫حدثنا‬ , ‫اخبرني‬/‫اخبرنا‬, dan sedikit memakai shighat

al-ijazah seperti ‫انبـأني‬/‫انبأنا‬.7

Secara kualitas hadis, sebuah penelitian yang memfokuskan pada bab jual

beli berkesimpulan bahwa hadis-hadis tersebut berstatus sahih li dzati jumlahnya

delapan hadis, satu hadis berstatus sahih li ghairi dan satu hadis berstatus dhaif.8

Sehingga apa yang pernah diucapkan oleh Syafii, “hadis sahih adalah

mazhabku” masih dipegang dalam penyusunan kitab tersebut.

Secara sumber refrensi, hadis-hadis yang termuat dalam kitab Musnad

Syafii bersumber kepada kitab lainnya yang fenomenal, al-umm. Meski al-

umm sendiri tidak hanya memuat kitab musnad saja. Ada beberapa karya Syafii

yang terlahir dari kitab al-umm, antara lain:

1. Al-Musnad

2. Khilafu Malik

3. Al-Radd ‘ala Muhammad bin Hasan

4. Al-Khilafu Ali wa Ibnu Mas’ud

5. Ikhtilaf al-hadis

6. Jami’ al-Ilm9

7
Meski shighat tersebut masih menjadi perdebatan sampai sekarang, seperti  , ‫اخبرني‬/‫اخبرنا‬
‫حدثني‬/‫حدثنا‬, karena ada sebagian ulama yang berpendapat shighat tersebut juga digunakan untuk
metode qira’ah dan ijazah. Syuhudi Isma’il, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis dan
Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta:Bulan Bintang. 1995), hlm. 72
8
Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab…hlm. 154
9
Ibid  …

9
‫‪Secara sanad, hadis-hadis dalam kitab musnad syafii mengutamakan jalur‬‬

‫‪periwayatan melalui Malik bin Anas. Hal tersebut tidak lain karena sikap‬‬

‫‪penghormatan Syafii terhadap guru hadis tersebut dimana karyanya juga sudah‬‬

‫‪dihafalkan di usia 12 tahun dan sebelum bertemu langsung dengan Imam Malik.‬‬

‫‪Hal tersebut dibuktikan oleh penulis dengan cross-reference bab wudlu, bab‬‬

‫‪tersebut memuat 79 hadis dan yang bersumber dari Imam Malik sebanyak 25‬‬

‫‪hadis.‬‬

‫‪Sebagai tambahan wawasan mengenai kitab Musnad al-Syafii, berikut ini‬‬

‫‪beberapa contoh redaksi hadis yang ada dalam kitab tersebut.‬‬

‫‪ - 1‬أخبرنا اإلمام أبو عبد هللا محمد بن إدريس الش_افعي رض_ي هللا عن_ه أخبرن_ا مال_ك بن أنس عن‬
‫صفوان بن سليم عن سعيد بن سلمة رجل من آل بن األزرق أن المغيرة بن أبي بردة وهو من بني عب__د ال__دار‬
‫أخبره أنه سمع أبا هريرة رضي هللا عنه يقول سأل رجل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فقال ‪ :‬يا رسول هللا‬
‫انا نركب البحر ونحمل معنا القليل من الماء ف_إن توض_أنا ب_ه عطش_نا أفنتوض_أ بم_اء البح_ر فق_ال رس_ول هللا‬
‫صلى هللا عليه و سلم هو الطهور ماؤه الحل ميتته‬

‫‪ - 2 ‬أنبأنا الثقة عن الوليد بن كثير عن محمد بن عب__اد بن جعف__ر عن عب__د هللا بن عب__د هللا بن عم__ر‬
‫عن أبيه ‪ :‬أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إذا كان الماء قلتين لم يحمل نجسا أو خبثا‬
‫‪  ‬‬
‫‪ - 3‬أخبرنا مالك عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه و سلم قال ‪ :‬إذا شرب الكلب من إناء أحدكم فليغسله سبع مرات‬

‫‪ - 4‬أخبرنا سفيان بن عيينة عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هري_رة رض_ي هللا عن_ه أن رس_ول‬
‫هللا صلى هللا عليه و سلم قال ‪ :‬إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرات‬

‫‪-5 ‬أنبأنا بن عيينة عن أيوب بن أبي تميمة عن بن سيرين عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول‬
‫هللا صلى هللا عليه و سلم قال ‪ :‬إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرات أوالهن أو أخراهن بالتراب‬

‫‪10‬‬
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Meski musnad syafii tidak termasuk kutub al-tis’ah, namun kehadiran

kitab tersebut dapat dijadikan alternativ dalam kajian hadis, hal tersebut tidak lain

karena syarat yang telah ditetapkan oleh Syafii telah menjadi inspirasi dari Imam

pioneer hadis, Bukhari, yaitu dalam persambungan sanad harus disyaratkan

adanya pertemuan. Untuk menjadi pengingat, bahwa kitab musnad Syafii  adalah

bukan karya Imam Syafii, namun kitab ini adalah kitab yang disandarkan kepada

Imam Syafii.

11
12
13
14
15
DAFTAR PUSTAKA

Dzulmani, Mengenal Kitab-kitab Hadis Yogyakarta:Pustaka Insan

Madani. 2008

Isma’il, Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis dan

Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta:Bulan Bintang. 1995), hlm.

72

Mukhlisin,Nurul, Aqidah dan Manhaj Imam al-Syafi’i Tk:Abu Salmah.

2007

Syafii,Imam, Musnad al-Imam al-Syafii Haramain:Ttp n Th

 Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Tsani.

dalam http://umarmnoor.blogspot.com/2011/03/antara-al-bukhari-dan-al-

syafii.html.diakses pada 29 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai