Anda di halaman 1dari 11

Al-IMAM ABU IBRAHIM ISMAIL IBNU YAHYA AL-MUZANNI

Analisis Pemikiran Imam Al-Muzanni


Oleh :
IMAM RIFAI ( 1910102002 )
Prodi Perbandingan Madzhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang
Uraian Ini Dibuat Dalam Rangka Forum Kajian Diskusi Yang Diadakan Prodi Perbandingan
Madzhab.

Abstrak

Dalam kehidupan disiplin ilmu Syariah pasti tidak akan jauh pembahasannnya mengenai
Madzhab, Madzhab sendiri adalah pola pikir atau jalan yang ditempuh oleh seseorang. Tidak
jarang juga kita temukan banyak perbedaan pendapat bahkan bisa menimbulkan perdebatan
dikalangan Imam Mujtahid, perbedaan pendapat atau Ikhtilaf memang bukan sesuatu yang
rahasia lagi dalam kajian bermadzhab. Karena perbedaan dalam berpendapat tersebut seperti
sudah digariskan bahwa harus terjadi, dengan demikian akan menambah wawasan keilmuan
bagi para penerus. Namun bagaimana sikap para penuntut ilmu dalam menyikapi perbedaan
yang terjadi tersebut, sebagai penuntut ilmu haruslah bijak dalam menyikapi situasi yang
demikian.

Perbedaan madzhab itu terjadi karena adanya perbedaan cara pandnag Ulama’ Mujtahid
yang berbeda-beda, cara menganalisis terhadap Nash teks baik bagaimana menganilisis Nash
Al-Qur’an ataupun As-sunnah. Dan munculnya perbedaan tersebut bisa dianggap wajar karena
perbedaan tempat tinggal dan zaman dimana Ulama’ tersebut hidup.

Dalam sejarah banyak sekali Madzhab-madzhab yang bermunculan, namun yang


masyhur dan murid-muridnya menyebarkannya sampai sekarang ada empat madzhab, yakni
Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafi’I, dan Madzhab Hambali. Salah satu murid
Imam Syafi’I yaitu Al-Imam Abu Ibrahim Ibn Yahya al-Muzanni. Al-Imam al-Muzanni adalah
salah satu murid spesial karena kuat mempertahankan dengan argumennya dalam membela
madzhab gurunya (Imam Syafi’i). Al-Muzanni juga termasuk ulama’ syafi’iyyah, atau ulama
yang cara penggalian hukum dan pola ijtihad serta istinbath nya sama seperti Imam Asy-
Syafi’i.

Kata Kunci: Madzhab Syafi’I, Al-Imam Abu Ibrahim ismail Ibn Yahya al-Muzanni.
PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Imam Abu Ibrahim ismail Ibn Yahya al-Muzanni.


1. Kelahiran Serta Keluarga Imam Al-Muzanni

Nama asli Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani.
Beliau dilahirkan pada tahun 175 Hijriyyah dan menuntut ilmu kepada Al Imam Asy
syafi’i sejak masuknya Al imam ke mesir di akhir tahun 199 Hijriyyah. Al Imam Al
Muzani merupakan salah satu murid spesial, seorang yang sangat faqih, kuat dalam
berhujjah terutama ketika berdebat dan membela madzhab gurunya. Seorang yang
sangat zuhud, wara’ dan banyak beribadah.
Al hafidz Ibnu Abdil Barr berkata tentang Al Imam Al Muzani: “ Adalah beliau
(Al Muzani) termasuk murid Asy syafi’i yang paling alim, dalam pemahamannya lagi
cerdas. Kitab-kitab dan mukhtashor (ringkasan fiqh asy syafi’i) nya tersebar ke
seluruh penjuru dunia, timur dan barat. Seorang yang sangat bertaqwa, wara’, dan
zuhud”. Al-Muzani dianggap orang yang paling pandai, serdas serta yang paling
banyak menyusun kitab untuk mazhabnya. 1 Beliau meninggal pada tahun 264 H pada
bulan Ramadhan, diperkirakan beliau wafat ketika pada usia 89 tahun.
Ibnu Khallikan mengatakan bahwa :”Ia (Imam Al-Muzanni) meninggal pada
enam hari yang tersisa dari bulan Ramadhon pada tahun 264 hijriyyah, di Mesir.
Imam Al-Muzanni dikuburkan dekat dengan kuburan Al-Imam Asy-Syafi’I di Qarafah
Sugra”. Ibnu Zulaq mengatakan bahwa Imam Al-Muzanni meninggal pada usia 89
tahun, dan ketika meninggal disholatkan oleh Rabi’ bin Sulaiman.
Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Isma’il bin ‘Amr bin Muslim Al-Muzani Al-
Mishri, beliau adalah murid dari Imam Asy-Syafi’I. Nama Al-Muzani adalah nama
yang disandarkan pada Muzainah bin Add bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan. Nama asli dari Muzainah adalah ‘Amr. Ia memakai
nama ibunya yaitu Muzainah binti Kalb bin Wabrah. Muzainah adalah ibu dari qabilah
yang sangat masyhur dan terkenal. 2
Ketika Beliau Al-imam Al-muzanni lahir pada tahun 175 Hijriyah di Mesir, pada
tahun itu juga bertepatan dengan tahun saat Al-Laits bin Sa’ad meninggal dunia.

1
Ismail Salim, Abd al-Ali, Al-Bahs al-Fiqh, Kairo: Maktabah Zahra, h. 136
2
Syarh As-Sunnah oleh Dr. Jamal ‘Azzun, Hal. 17.
Dimana Al-Laits Bin Sa’ad adalah salah seorang Ulama besar mesir yang dipuji oleh
Al-imam Asy-Syafii.
Maka buisa dikatakan bahwa kelahiran al-Imam al-Muzanni di tahun wafatnya
Imam Al-Laits adalah bukti ucapan pepatah yaitu: “Tatkala mati satu tumbuh seribu”.
Al-Imam Al-Muzanni lahir serta tumbuh dalam keluarga yang kental dengan dunia
ilmu agama serta para Ulama’.
Ada pula kerabat dekat Al-Imam Al-Muzanni yakni Imam Rabi’ bin Sulaiman Al-
Muradi yang juga salah murid senior Imam Syafi’i. Imam Rabi’ bin Sulaiman dengan
Imam Al-Muzanni adalah saudara sepersususan, seperti yang disebutkan oleh Imam
Dzahabi :”Al-Muzanni meninggal pada tahun 264 hijriyyah, sedangkan Imam Rabi’
meninggal pada tahun 270 hijriyyah. Keduannya adalah saudara sepersusuan dengan
selisih umur antara keduanya 6 bulan.”
Termasuk juga keluarga AL-Imam Al-muzanni yaitu Imam Abu JA’far Ath-
Thahawi, penulis kitab Akidah terkenal, yaitu kitab Aqidah Ath-Thahawiyyah.

2. Pendidikan Serta Sanad Keilmuan Al-Imam Abu Ibrahim ismail Ibn Yahya al-
Muzanni.

Dalam perkembangan sejarahnya, Imam Al-Muzanni adalah pengganti Al-Imam


Al-Buwaithi di halaqoh beliau, namun sebelum jauh beliau menjadi seorang ulama’
yang begitu luar biasa pastilah didapatkan dari Pendidikan-pendidikan yang pernah
beliau pelajari.
Al-Muzani belajar langsung kepada Imam Syafi’i dan meriwayatkan hadis
darinya. Suatu ketika Imam Syafi’i mengarahkan al-Muzani untuk menekuni ilmu
fikih. Imam Syafi’i berkata, “Apa tidak sebaiknya kamu mempelajari ilmu yang jika
kamu benar menadapat pahala, dan jika salah (dalam berijtihan), kamu tidak
berdosa?” Al-Muzani bertanya, “Ilmu apa itu?” Imam Syafi’i menjawab, “Ilmu
Fikih.” Sejak saat itu, al-Muzani belajar fikih secara intensif kepada Imam Syafi’i.
Selain kepada Imam Syafi’i, dia juga belajar kepada ulama lain.
Berikut ini adalah daftar guru-guru al-Muzani:
a. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (w: 204 H). Suatu ketika imam Al-
3
Muzanni pernah berkata: “Aku membaca kitab Ar-Risalah milik Imam Syafi’i

3
Ta’liqah ‘Ala Syarhi As-Sunnah Lil Imam Al-Muzani. Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr.
I’tina’ Khalid bin Abdillah Al-Kandari. Dar Al-‘Alamiyah. Cetakan pertama. Hal. 29.
sebanyak 500 kali. Setiap kali selesai membaca, pasti aku mendapatkan faidah
yang baru dari kitab tersebut.”
b. Ibnu Al Qadhi Ibnu Suraij
c. Ibnu Mundzir
d. bnul Qoshi
e. Abu Ishaq Al Marwazi
f. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, guru dari Imam al-
Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Hibban.
g. Abu Ja’far ath-Thahawi; penulis kitab Aqidah ath-Thahawiyyah.
h. Abdurrahman bin Abu Hatim ar-Razi; penulis kitab tafsir berdasarkan atsar yang
berjudul Tafsir Abi Hatim.
i. Zakaria as-Saji.
j. Ibnu Jaushan.
k. Abu Bakar bin Ziyad.
l. Ibnu Al Qadhi Ibnu Suraij
m. Ibnu Mundzir
n. Ibnul Qoshi
o. Abu Ishaq Al Marwazi
p. Al Mas'udi
q. Abu Ali At-Thabari
r. Al Qaffal Al Kabir Asy-Syasyi
s. Ibnu Abi Hatim

Dr. Jamal Azzun mengatakan: “Sebab sedikitnya guru-guru Imam Al-Muzani


sepertinya kembali ke dua hal, yaitu: Pertama, kesungguhan beliau yang sangat dalam
bermulazamah dengan Imam Syafi’I. Kedua, beliau tidak melakukan perjalanan ke
negeri-negeri Islam karena mencukupkan diri dengan ulama-ulama yang ada di Mesir,
yang terdepan dari mereka yaitu Imam Syafi’i. Pada waktu itu para ulama yang
mendatangi Mesir -ulama yang bukan orang Mesir- sudah mencukupi beliau
(jumlahnya banyak) sehingga beliau tidak perlu melakukan rihlah.” 4

4
Syarh As-Sunnah oleh Dr. Jamal ‘Azzun hal. 19.
Namun meskipun guru-guru beliau terbilang sedikit, namun kenyataannya beliau
Al-Muzanni adlah orang yang sngat fakih dalam bidang fikih. Bahkan saking dalamnya
keluasan ilmu yang Beliau punya bahkan sebenarnya beliau sudah mencapai derajat
Mujtahid Mutlak. Dan memiliki madzhab sendiri di akhir hayatnya. Begitulah yang
pernah diungkapkan oleh Asy syeikh Dr. Muhammad Hasan Hitu :” kesimpulannya,
bahwa apa saja dari perkataannya bersesuaian dengan pendapat Asy Syafi’i dan
berjalan di atas kaidah-kaidah Asy Syafi’i maka itu termasuk dalam madzhab (Asy
Syafi’i) adapun jika menyelisihi perkataan Asy Syafi’i maka itu termasuk madzhabnya
sendiri. Dan beliau memang pantas memiliki madzhabnya sendiri.”

3. Murid-murid Imam Al-Muzani

Walaupun Imam Al-Muzani sedikit guru, akan tetapi murid-murid beliau


sangatlah banyak. Di antara murid-murid Imam Al-Muzani yang paling terkenal, yaitu:
a. Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, penulis kitab Shahih Ibnu
Khuzaimah, wafat tahun 311 H.
b. Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah Ath-Thahawi, wafat tahun 321 H.
c. Abul Qasim ‘Utsman bin Bassyar Al-Anmathi, gurunya Ibnu Suraij, wafat tahun
288 H.
d. Abu Yahya Zakariyya bin Yahya As-Saji, guru di Bashrah, wafat tahun 307 H. Al-
Anmathi dan As-Saji adalah di antara murid-murid terbaik Al-Muzani.
e. Abul Hasan Ahmad bin ‘Umair bin Jausha’ Ad-Dimasyqi, wafat tahun 320 H.
f. Abu Nu’aim ‘Abdul Malik bin Muhammad ‘Adi Al-Jarjani, wafat tahun 251 H.
g. Abu Muhammad ‘Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, penulis kitab Al-Jarh wa
At-Ta’dil. wafat tahun 327 H.

4. Sanjungan Ulama dan Kehidupan Imam Al-Muzani

Imam Al-Muzani adalah di antara murid Imam Syafi’i yang paling besar
pengaruhnya dalam menyebarkan dan membela mazhab Syafi’i. Sampai-sampai Imam
Syafi’i sendiri pernah mengatakan:

‫َاص ُر َمذْهَبِ ي‬
ِ ‫ين‬ْ ِ‫ال ُمزَ ن‬

Al-Muzani adalah penolong madzhabku.


Imam Muzani termasuk ulama rabbani, yaitu ulama yang beramal dengan ilmunya.
Ilmu yang ada pada beliau betul-betul bermanfaat untuk diri beliau sendiri dan untuk
orang lain. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan:
ُ ‫علَ ُم‬
ِ‫الزهااد‬ ِ ُ‫ فَ ِقيْه‬, ُ‫اإل َما ُم العَ اَّل َمة‬
َ , ‫الملا ِة‬ ِ
Al-Muzani adalah Imam, al-‘allamah, orang yang fakih dalam agama, dan orang
yang zuhud.
Beliau adalah pribadi yang mengumpulkan ilmu dan ibadah dalam dirinya,
menghormati ilmu dan para ulama, sangat wara’ dan betul-betul zuhud terhadap dunia.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Amr bin Utsman Al-Makki rahimahullah:”
Aku tidak pernah melihat seorangpun dari ahli ibadah yang sangat bersungguh-
sungguh dan paling kontinu dalam beribadah selain dari Al-Muzani. Dan aku tidak
pernah melihat orang yang sangat besar pengagungannya terhadap ilmu dan
pemiliknya selain dia. Dan dia juga merupakan orang yang sangat wara’.

B. Analisis Pemikiran Serta Kitab-Kitab Al-Imam Al-Muzanni


1. Analisis Pemikiran Imam Al-Muzani dalam kitab-kitabnya

Sebagai gambaran akan kepakaran dan kedalaman ilmu Al Muzani, disebutkan


dalam sebuah risalah doctoral tentang Al Imam Abu Ibrahim Al muzani dan
pengaruhnya di dalam fiqh Asy-Syafi’iyyah karya dari Asy syaikh Dr. Mahmud Ali As
Sarthowi, bahwa ada 340 masalah fiqh yang merupakan ikhtiyaroot (pilihan/pendapat
fiqh) Al Muzani yang keluar dari pendapat Asy Syafi’i, ditambah ada 73 masalah yang
dikeluarkan (takhrij) oleh Al Muzani dari ushul imamnya (yakni Asy Syafi’i) dan
bahkan ada 13 masalah yang Al Muzani terang-terangan menyatakan bahwa Asy
Syafi’i keliru.
Bentuk pemikiran-pemikiran Imam Al-Muzani tertuang dalam karya-karya beliau
berupa kitab-kitab yang sangat fenomenal. Semasa hidupnya, al-Muzani telah
menghasilkan beberapa karya tulis yang bermanfaat, di antaranya:
a. Ahkaamul Qur’aan
b. Ifsaadut Taqliid (kerusakan perbuatan taqlid). Az-Zarkasyi kadang menyebut kitab
ini dengan sebutan Fasaadut taqliid, kadang disebut Dzammut Taqliid
c. Al-Amru wan Nahyu ala Ma’na asy-Syafi’i
d. atTarghiib fil ‘ilmi
e. al-Jaami’ul Kabiir
f. al-Jaami’us Shoghiir
g. ad-Daqoo-iq wal ‘Aqoorib
h. Syarhus Sunnah,
i. al-Mabsuuth fil furuu’.
j. Al-Mukhtasharul Kabiir.
k. Mukhtasharul mukhtashar, yang dikenal dengan mukhtashar al-Muzani

2. Latar Belakang Penulisan Kitab Syarhus Sunnah lil Muzani

Kemunculan kitab-kitab beliau tidaklah muncul dengans endirinya, melainkan


karena juga dilatar belakangi oleh beberapa keadaan yang mengharuskannya menyusun
kitab tersebut.
Seperti halnya ketika Beliau mendapat ujian dari orang-orang yang hasad
kepadanya sehingga beliau dituduh berpaham Mu’tazilah dengan mengatakan bahwa
Al-Qur’an adalah makhluk. Inilah yang nanti menjadi salah satu sebab munculnya kitab
Syarhus Sunnah.
Sekelompok orang berkumpul dan membicarakan tentang Ulama’-Ulama’
Ahlussunnah di antaranya Malik, asy-Syafi’i, Sufyan ats-Tsaury, dan lain-lain hingga
menyinggung tentang al-Muzani. Salah seorang menyangkal bahwa al-Muzani adalah
termasuk Ulama’ (Ahlussunnah), karena (menurut dia) al-Muzani memiliki
pemahaman yang menyimpang tentang taqdir dan bahwasanya al-Muzani suka
berdebat dengan menggunakan qiyas. Maka salah seorang yang hadir di majelis tersebut
kemudian mengirim surat kepada al-Muzani agar dituliskan tentang akidahnya. Al-
Muzani kemudian membalas surat itu dengan risalah Syarhus Sunnah. 5
Disebutkan oleh Imam Al-Lalika’i rahimahullah dengan sanadnya dari Ibrahim bin
Abi Dawud Al-Burullusiy Al-Mishri, ia berkata: “Kami pernah duduk bermajelis
bersama Nu’aim bin Hammad. Lalu Nu’aim pun berkata kepada Al-Muzani: Apa
pendapatmu tentang Al-Qur’an? Al-Muzani menjawab: Aku mengatakan bahwasanya
Al-Qur’an itu adalah kalamullah. Nu’aim berkata: Bukan makhluk? Al-Muzani
menjawab: Bukan makhluk. Nu’aim kembali berkata kepadanya: Engkau mengatakan
bahwasanya sesungguhnya Allah akan dilihat nanti di hari kiamat? Al-Muzani

5
Ismail bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu Syarhus Sunnah karya Doktor Jamal
‘Azzun hal. 77.
menjawab: ya. Ketika orang-orang telah bubar maka Al-Muzani pun bangkit seraya
berkata kepadanya: Wahai Abu Abdillah, engkau menjadikanku terkenal di hadapan
orang banyak? Nu’aim menjawab: Sesungguhnya orang-orang telah banyak
membicarakanmu (menuduhmu) Aku hanya ingin membersihkanmu dari tunduhan-
tuduhan itu.”

3. Keterangan Dalam Kitab Mukhtashor Al-Muzani

Kandungan atau ketengan yang terkandung dalam kitab ini adalah kitab yang
berisikan pengajaran Imam Syafi’I ketika sedang mengajar, saat berada di Mesir.
Ucapan dan kata-kata Imam Syafi’I dicatat dan diolah kembali oleh Imam Al-Muazni
sehingga menjadi sebuah kitab yang sangat besar manfaatnya bagi generasi setelahnya,
Imam Al-Murzani menyelesaikannya dalam tempo dua puluh tahun, beliau ketika
hendak menyusunnya beliau berpuasa tiga hari terlebih dahulu dan sholat sunnah
beberapa rakaat.

“Jika ada seorang perawan yang dinikahi seorang lelaki kemudian diboyong untuk
ikut suami, maka di antara barang yang dibawa perawan tersebut adalah
kitab Mukhtashor Al-Muzani!” Demikian kira-kira yang ditulis oleh Adz-Dzahabi
dalam kitab Siyaru A’lami An-Nubala’ untuk menunjukkan popularitas dan betapa
berharganya Mukhtashor Al-Muzani.

Mukhtashor Al-Muzani muncul dan menjelma menjadi salah satu kitab terpenting
dalam madzhab Asy-Syafi’i. Nama resminya menurut Ar-Ruyani adalah “Al-Jami’ Al-
Mukhtashor” (‫)الجامع المختصر‬. Julukan yang diberikan Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini
adalah As-Sawad (‫)السواد‬.

Mukhtashor Al-Muzani secara kasar bisa dikatakan bermakna “ringkasan dari


kitab Al-Umm karya Asy-Syafi’i”. Hanya saja, maksud ringkasan di sini bukan
bermakna bahwa Al-Muzani membaca Al-Umm kemudian meringkasnya. Yang terjadi
adalah, Al-Muzani memahami ajaran fikih Asy-Syafi’i baik yang tertulis maupun yang
disampaikan secara lisan, lalu menyerap semuanya kemudian meringkasnya. Oleh
karena Al-Umm adalah ilmu fikih tertulis Asy-Syafi’i, maka bisa dikatakan bahwa apa
yang disampaikan Asy-Syafi’i dalam majelis secara lisan adalah sama dengan yang
ditulis, bahkan lebih luas. Dengan demikian bisa dikatakan secara majasi
bahwa Mukhtashor al-Muzani adalah ringkasan dari Al-Umm.
Hanya saja yang lebih akurat jika menurut informasi Ar-Ruyani dalam kitab beliau
yang bernama Bahrul Madzhab, Mukhtashor Al-Muzani adalah ringkasan dari kitab
besar Al-Muzani yang berjudul “Al-Jami’ Al-Kabir” (‫)الجامع الكبير‬.

Kitab ini merupakan mukhtashor pertama yang ditulis dalam madzhab Asy-Syafi’i.
Ia juga menjadi karya tertua sekaligus karya perintis kitab-kitab fikih bermadzhab Asy-
Syafi’i. Lebih dari itu, kitab ini bisa dikatakan sebagai kitab pertama dalam madzhab
Asy-Syafi’i setelah Al-Umm. Tidak heran jika di masa selanjutnya kitab ini menjelma
menjadi salah satu kitab induk madzhab Asy-Syafi’i.

Kitab ini -sebagaimana diinformasikan oleh Al-Mawardi- menjadi tumpuan murid-


murid Asy-Syafi’i yang lain karena bentuknya yang ringkas sehingga memudahkan
penguasaan madzhab Asy-Syafi’i.

Kitab ini juga menjadi salah satu dari 5 kitab masyhur di kalangan Asy-Syafi’iyyah
sampai zaman An-Nawawi . Lima kitab populer itu adalah; Mukhatshor Al-Muzani, Al-
Wasith, Al-Wajiz, Al-Muhadz-dzab, dan At-Tanbih.

Mutu dan kualitas kitab ini tidak bisa diremehkan. Kata Abu Zaid Al-Marwazi,
siapapun yang menguasai Mukhtashor Al-Muzani maka dia akan menguasai fikih dan
ushul fikih. Dia tidak hanya akan mendapatkan ilmu furu’ Asy-Syafi’i tetapi juga ushul
fikihnya. Hal itu dikarenakan semua masalah fikih yang disajikan Al-Muzani selalu
disertai isyarat ushul fikih Asy-Syafi’i yang berhubungan.

Abu Al-‘Abbas bin Suraij mengatakan bahwa setiap kali beliau membaca
mukhtashor Al-Muzani, beliau merasa selalu mendapatkan ilmu baru. Oleh karena itu,
jika ingin mendapatkan banyak faidah tentu saja sudah semestinya kitab ini dibaca
berkali-kali.

Al-Qoffal juga memberi resensi bahwa siapapun yang serius mengkaji mukhtashor
Al-Muzani, maka secara otamatis dan sekaligus dia akan menguasui ushul fikih Asy-
Syafi’i, bukan hanya produk fikihnya.

Abu Al-‘Abbas bin Suraij menulis dalam nazhomnya yang mengungkapkan


perasaan beliau bagaimana beliau merasa sayang meminjamkan kitab itu karena sangat
berharganya.
Demikian tinggi isi dan kedudukan kitab ini sampai-sampai Abu Zur’ah
Muhammad bin ‘Utsman Ad-Dimasyqi (302 H) yang membawa madzhab Asy-Syafi’i
ke Damaskus memberi hadiah 100 dinar bagi siapapun yang mampu menghafal
Mukhtashor Al-Muzani. Jika 1 dinar secara kasar setara dengan 2 juta, maka 100 dinar
kira-kira setara dengan 200 juta! Karena itu menurut saya pribadi, muslim-muslim kaya
zaman sekarang itu semestinya memanfaatkan sebagaian uangnya seperti ini untuk
mendorong lahirnya para ulama besar dan mujtahid yang bermanfaat untuk seluruh
kaum muslimin. Tidak akan rugi, bahkan Insya Allah akan menjadi amal jariyah.

Sistematika kitab ini juga istimewa. Hal yang menunjukkannya adalah ulama-
ulama Asy-Syafi’iyyah masa sesudahnya secara umum meniru dalam hal sistematika,
yakni mengawali dengan bab thoharoh dan mengakhiri dengan bab ‘itqu ummahatil
aulad.

Al-Muzani sangat serius dalam menulis kitab ini. 20 tahun kira-kira beliau
habiskan untuk menuntaskannya. Proses editingnya sampai 8 kali. Sebelum mengarang,
beliau berpuasa terlebih dahulu selama 3 hari dan salat sekian rakaat. Kata Ibnu
Khollikan, setiap selesai menulis satu masalah beliau juga menyusulnya dengan salat
dua rakaat sebagai tanda syukur. Dengan cara penulisan yang “sangat berbau-bau
akhirat” ini, tidak heran jika Al-Baihaqi menyebut Mukhtashor Al-Muzani sebagai
kitab yang paling besar manfaatnya, paling luas berkahnya dan paling banyak buahnya.
Sehingga Jangan pernah disamakan dengan orang yang menulis tulisan karya ilmiah
mengenai ilmu agama disamakan dengan orang yang sambil buang angin, merokok dan
ngemil dan lain sebagainya.

Perhatian ulama-ulama Asy-Syafi’iyyah sangat tinggi terhadap kitab ini. Ada yang
membuat mukhtashornya, mensyarahnya dengan syarah-syarah ringan maupun tebal
dan membuatkan manzhumah.

Di antara muktashornya adalah “Khulashotu Al-Mukhtashor Wa Naqowatu Al-


Mu’tashor” (‫ )خَّلصة المختصر ونقاوة المعتصر‬karya Al-Ghozzali dan “Al-Mukhtashor”
(‫ )المختصر‬karya Abu Muhammad Al-Juwaini. Karya yang berupa nazhom adalah
Manzhumah karya Abu Roja’ Al-Aswani.
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis sementara, didapatkan bahwasannya Al-Imam Al-Muzani adalah


murid Imam Syafi’I yang arif, cerdik, serta bijaksana dalam menyampaiakn risalah-risalah
yang beliau dengar lalu beliau sampaikan dalam bentuk pemikirannya yang tertuang dalam
kitab-kitab beliau.
Keluasan keilmuan Imam Al-Muzani tidak bisa diragukan lagi, bahkan beliau bisa
digolongkan kepada Mujtahid Mutlaq. Meskipun beliau berguru kepada Imam Syafi’I, tidak,
menutup kemungkinan cara ijtihad serta istinbath hokum beliau sedikit berbeda dengan
gurunya (Imam Syafi’i).

Anda mungkin juga menyukai