Anda di halaman 1dari 7

1.

Pernikahan beda agama

Melalui film tersebut, pikiran umat Islam dibentuk untuk


terbiasa menyaksikan pernikahan beda agama.
Padahal dalam Islam, laki-laki muslim hanya halal menikah
dengan wanita muslimah dan ahli kitab. Ahli kitab yang
maksudnya adalah yahudi dan nasrani pun diperselisihkan
oleh para ulama, apakah yahudi dan kristiani di zaman
sekarang masih tergolong sebagai ahli kitab.
Seperti diketahui, dalam film Jodha Akbar, Raja Jalal yang
muslim menikah dengan Jodha yang beragama Hindu. Dan
mereka berdualah tokoh utama dalam film tersebut. Jika
pun nantinya di akhir film tersebut Jodha masuk Islam, itu
adalah persoalan lain.
2. Muslimah jahat

Dalam film Jodha Akbar, Jodha tampil sebagai wanita


yang lembut dan baik hati. Sementara istri Raja Jalal
yang lain terutama Ratu Ruqayyah tampil sebagai
muslimah pendendam. Belum lagi wanita-wanita
muslimah lainnya yang tak jauh dari intrik dan kesan
jahat.
Secara tak sadar, tampilan karakter seperti ini bisa
meracuni pemikiran penonton dengan hanya
memasukkan dua sosok dalam perbandingan:
muslimah jahat dan non muslim baik hati.
3. Jilbab syari tak terpuji

Secara tampilan pakaian, perdana menteri Maham Anga


tampak paling islami. Berpakaian jubah putih dan
berjilbab. Menutup aurat. Namun, ia selalu memiliki
karakter tak terpuji. Licik, penuh intrik, dan sangat
jahat.
Dengan peran pradoks seperti itu, pikiran penonton
bisa terbentuk bahwa orang berjilbab hatinya jahat.
Atau setidaknya akan muncul kesimpulan
perbandingan: lebih baik tidak berjilbab tapi hatinya
baik daripada berjilbab tapi hatinya jahat.
4. Cerita palsu menyudutkan Islam

Meskipun ditulis sebagai cerika fiktif di akhir film, banyak


orang yang terpengaruh dan menganggap apa yang terjadi
dalam film Jodha Akbar semuanya diangkat dari sejarah
atau kisah nyata. Padahal, banyak cerita palsu dalam film
tersebut. Meskipun kerajaan Mughol tidak sepenuhnya
islami, tetapi gambaran dalam film Jodha Akbar terlalu
menyudutkan Islam.

Sejumlah pembaca telah menyampaikan pengaduan kepada


Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentang film ini. KPI
juga telah meminta ANTV memperhatikan aduan tersebut
pada September 2014 lalu.
5. Lupa waktu

Film Jodha Akbar membuat banyak orang terutama kaum


perempuan- lupa waktu. Mereka asyik menonton film
tersebut dan tetap mengikutinya meskipun jam tayang
dipindah lebih larut malam.

Lupa waktu ini akan lebih terlihat ketika penonton


mengikuti tayangan ulang pada hari Ahad sejak siang
hingga malam. Adzan yang berkumandang seperti tidak
dihiraukan dan waktu shalat pun ditunda demi film Jodha
Akbar. Bahkan, sebagian orang mempercepat shalat sesuai
durasi iklan agar tidak ketinggalan cerita dalam film
tersebut

Anda mungkin juga menyukai