Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“ TENTANG UPACARA ADAT LABUH SESAJI “

Di Susun Oleh :

Nama : Zeni Fitria


Kelas : XI-IPS 1
Mapel : Bahasa Jawa

SMA NEGERI 1 MONTONG


Tahun Pelajaran 2020/2021
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada
Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “ UPACARA ADAT LABUH SESAJI ”

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG

Kebudayaan di budaya sunda sudah tiduk diragukan lagi, tentunya sangat beragam
dengan cirikhas masing- masing. Biasanya kebudayaan ini terlahir dari kebiasaan masyarakat
dan adat istiadat di tempat tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bahwa masyarakat sunda yang
dalam pergaulan mudah bergaul menjadikan kebudayaan suku sunda sangat beragam dan banyak
pula percampuran kebudayaannya.

Seperti halnya pada upacara adat tradisional, di budaya sunda upacara adat tradisional
sangat beragam dan sangat bermacam- macam tujuan upacara tersebut. Mulai dari upacara adat
pernikahan, dan ada juga upacara adat syukuran. Salah satu yang menjadi upacara dalam rangka
sykuruan atau bersyukur adalah upacara Labuh Saji di Sukabumi, Jawa Barat. Upacara ini
merupakan perwujudan  nyata perilaku masyarakat yang menjujung tinggi leluhur mereka.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk mencermati dan
mendapat dukungan dari pihak yang peduli tentang upacara adat tradisional.

1.2    RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud Labuh Saji?


2. Kapan dan apa maksud dari upacara labuh saji?
3. Apa saja yang disajikan dalam upacara labuh saji?
4. Mitos apa yang berkembang dalam upacara labuh saji?

1.3    TUJUAN PENULISAN

1. Memperkenalkan upacara tradisional labuh saji.


2. Menjelaskan apa itu labuh saji.
3. Memberi informasi waktu dan maksud upacara labuh saji.
4. Menginformasikan sajian dalam upacara labuh saji.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Labuh Saji

Masyarakat Jawa memiliki berbagai cara dalam mengungkapkan rasa syukur mereka
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah dengan menggelar upacara atau ritual labuh
saji atau larung sesaji. Ritual ini merupakan bentuk sedekah alam yang dilakukan sebagai
perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rejeki terutama
dalam bentuk hasil bumi bagi masyarakat. Selain itu, upacara ini juga dimaksudkan sebagai
bentuk permohonan rejeki dan keselamatan.

Upacara labuh saji ini dapat ditemukan di berbagai daerah di pulau Jawa terutama di
daerah yang berdekatan dengan pantai, misalnya daerah Blitar, Pacitan, Banyuwangi dan
Madura. Waktu pelaksanaannya sendiri berbeda-beda, tergantung dari kepercayaan masyarakat
sekitar. Sebagai contoh, di daerah Banyuwangi, Jawa Timur, ritual larung saji (masyarakat
Banyuwangi menyebutnya sebagai upacara petik laut) dilakukan pada hari rabu terakhir pada
bulan Sapar. Masyarakat mempercayai bahwa hari tersebut merupakan hari turunnya wabah
penyakit dan bencana, sehingga diharapkan ritual petik laut yang dilakukan akan menghalau
bencana yang ada.

Di beberapa daerah lain, upacara larung saji ini lebih sering dilaksanakan pada tanggal
Satu Suro yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram tahun baru Hijriah. Pelaksanaan ritual ini
menjadi salah satu dari sekian banyak ritual yang dilakukan masyarakat Jawa dalam rangka
memperingati datangnya tahun baru Hijriah.

kata labuh yang menurut kamus umum Indonesia berarti membuang atau mencampakan
ke air. Arti ini hampir sama dengan kata labuh dalam bahasa Jawa yang berarti ngudunake. ).
Labuh (melabuh/menjatuhkan ) sesajen ke laut dengan harapan agar hasil tangkapan berlimpah
setiap tahun Dalam hubungannya dengan upacara tradisional, yaitu upacara tradisional labuh
saji, berarti memberi sesaji kepada penguasa Laut Selatan, yang menurut kepercayaan sebagian
warga masyarakat setempat ialah Kanjeng Ratu Kidul.

Labuh saji dapat juga diartikan sebagai sebuah upacara pesta laut masyarakat nelayan
sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan-
Nya lewat hasil laut yang selama ini didapat.
2.2    Waktu dan maksud labuh saji

Upacara ini rutin diadakan setiap Hari Nelayan yang jatuh pada tanggal 6 April, dimana
maksud dari ritual ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan kepada Sang Hyang
Widi yang telah memberikan kesejahteraan pada kehidupan mereka.

Labuh Saji merupakan tradisi turun temurun sebagai bentuk penghormatan kepada
seorang putri bernama Nyi Putri Mayangsagara atas perhatiannya kepada masyarakat nelayan.
Konon, upacara ini telah dilakukan sejak abad ke-15 yang awal mulanya dilakukan oleh
Mayangsagara untuk memberikan bingkisan kepada penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul.

2.3       Sesaji dalam labuh saji

Dahulu sesajen yang digunakan berupa kepala kerbau/kambing, namun sekarang diganti
dengan menaburkan benih ikan, benur (bibit udang), dan tukik (anak penyu) ke tengah teluk
Pelabuhanratu.

Tukik dan sidad adalah wujud kesuburan laut. Untuk itulah, nelayan menebarnya ke laut
dengan harapan laut Palabuhanratu tetap subur dan memberikan banyak ikan bagi setiap nelayan
yang turun ke laut.

2.4    Mitos dalam labuh saji

Mitos yang berkembang menyatakan Nyi Putri Mayangsagara merupakan keturunan putri
Raden Kumbang Bagus Setra dan Ratu Puun Purnamasari yang berkuasa di Kerajaan Dadap
Malang (sekarang termasuk wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi).
Bagus Setra adalah keturunan Kerajaan Pakuan (Bogor) yang meninggalkan kerajaan dan
memilih berdiam di Dadap Malang karena konflik internal.
Didalam acara syukuran hari nelayan, ada sepasang ayah dan putrinya yang digambarkan
sebagai Mayangsagara dan Bagus Setra diarak dari Pendapa Kabupaten Sukabumi ke dermaga
Palabuhan ratu.

Dalam upacara labuh saji segala makanan khas daerah di sediakan, termasuk ayam yang
di sembelih dan darahnya mengucur ke laut, kemenyan, dan hasil alam lainnya.

Bahkan asal usul Nyai Roro Kidul pun beragam, ada yang menyebut ia merupakan
seorang putri raja yang memutuskan bunuh diri menceburkan diri ke laut karena cintanya
ditentang ayahnya. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa Nyai Roro Kidul memang berasal dari
bangsa jin yang mempunyai kerajaan jin di dalam laut selatan jawa.

 
BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Upacara adat di daerah dataran sunda memang sangat beragam, upacara- upacara adatpun
ada berbagai macam nya, mulai dari dalam rangka bersyukur karena limpahan rizky yang mereka
dapat, maupun upacara adat dalam perkawinan. Upacara adat- upacara adat inipun tidak terlepas
dari cerita cerita mistis daerah tersebut, yang di turunkan dari nenek moyang nenek moyang
tempat tersebut sehingga sampai sekarang masih bisa berjalan upacara tersebut.

Terlepas dari kisah-kisah mistis yang tergandung dalam upacara adat, upacara adatpun
telah menjadi salah satu budaya di negara ini, yang tentunya harus kita jaga kelestariannya
dengan cara, terus melakukan dan menjalankan upacara adat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://bager.blog.ugm.ac.id/2010/11/04/upacara-labuhan-di-pantai-baron/   (Sabtu, 27 April


2013, 17.05)

http://id.wikipedia.org/wiki/Nadran  (Sabtu, 27 April 2013, 17.15)

http://www.pesonajabar.com/sejarahbudaya/upacaraadat/upacaralabuhsaji/113-
upacaralabuhsaji/257-upacaralabuhsaji.html  (Sabtu, 27 April 2013, 17.26)

http://wisata-palabuhanratu.blogspot.com/2012/09/upacara-adat-labuh-saji.html  (Sabtu, 27 April


2013, 17.45)

http://www.anneahira.com/cerita-misteri-hantu.htm    (Minggu, 28 April 2013, 19.08)

Anda mungkin juga menyukai