HAKIKAT PESAN
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja puji beserta syukur ke hadiat-Nya yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta kesehatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Hakikat Pesan” ini tepat pada waktunya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
Daftar Pustaka.........................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah Islam Secara kualitatif bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentransformasikan sikap batin dan prilaku manusia menuju tatanan suatu
kesalehan Individu dan kesalihan sosial. Dakwah dengan pesan- pesan keagamaan
dan pesan sosialnya merupakan kesadaran untuk senantiasa memiliki komitmen
(istiqomah) di jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk
membebaskan individu manusia dari pengaruh eksternal nilai-nilai kejahatan
menuju internalisasi nilai-nilai ketuhanan.
Di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, kegiatan berdakwah
disampaikan dengan berbagai macam cara. Banyak media yang dapat digunakan
untuk melaksanakan aktifitas dakwah, seperti melalui media TV, radio, artikel dan
lain lain. Walaupun dalam berdakwah sudah dapat dilakukan dengan berbagai
media, pendakwah harus tetap memerhatikan pesan dakwah yang disampaikan,
jangan sampai dengan mudahnya penyampaian dakwah pada zaman ini membuat
pendakwah kurang memerhatikan isi/pesan yang Ia sampaikan.
Pesan merupakan salah satu unsur utama dalam dakwah. Tanpa ada pesan
kegiatan dakwah tidak memiliki arti apa-apa. Pesan memiliki kekuatan yang luar
biasa. Seseorang bisa menangis, tertawa, marah dan bahkan bisa melakukan
tindakan yang radikal sekalipun akibat dari pesan yang yang disampaikan oleh
seseorang.
Dalam hal ini pesan dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Inti ajaran agama
Islam adalah meliputi akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan pondasi
utama dalam beragama, yang didalamnya memuat sistem keyakinan atau iman.
Syariah meliputi sistem peribadatan makhluk dengan khaliqnya, sedangkan
akhlak meliputi sistem relasi antar makhluk.
Dalam kajian akademik, pesan yang di sampaikan oleh da'i menarik untuk di
kritisi dan di kaji ulang. Apakah pesan dakwah yang disampaikannya efektif
diterima oleh audiens, mengapa pesan pesan dakwah cenderung pada pesan
bersifat verbal, apakah pesan dakwah hanya bersifat verbal saja,apa sesungguhnya
yang menjadi pesan dalam dakwah, seperti apa kategori pesan dalam dakwah,
seperti apa ciri-ciri pesan dakwah,bagaimana kedudukan islam sebagai pesan
dakwah, apa saja jenis pesan dalam dakwah, seperti apa pesan dakwah di era
milenial ini, apa yang menjadi indikator keberhasilan dalam menyampaikan pesan
dakwah. dan seperti apa contoh pengemasan dakwah di media Pertanyaan
pertanyaan tersebut merupakan sebagian dari upaya untuk mengkritisi dan
mengkaji ulang hakikat pesan dari dakwah. Untuk itulah pada pembahasan berikut
akan di uraikan tentang hakikat dari pesan dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pesan dakwah?
2. Bagaimana pengkategorian pesan dakwah?
3. Apa saja ciri-ciri pesan dakwah?
4. Apa saja jenis-jenis dakwah?
5. Bagaimana kedudukan islam sebagai pesan dakwah?
6. Seperti apa pesan dakwah milenial?
7. Apa saja yang menjadi indikator keberhasilan dalam penyampaian pesan
dakwah?
8. Seperti apa contoh pengemasan dakwah di media?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pesan dakwah
2. Untuk mengetahui pengkategorian pesan dakwah
3. Untuk mengetahui ciri-ciri pesan dakwah
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pesan dakwah
5. Untuk mengetahui kedudukan islam sebagai pesan dakwah
6. Untuk mengetahui pesan dakwah milenial
7. Untik mengetahui indikator-indikator keberhasilan dalam penyampaian
pesan dakwah
8. Untuk mengetahui contoh pengemasan dakwah milenial
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Basit, Filsafat Dakwah.(Jakarta: Rajawali Pers,2013), hal 140
2
(https://journal.uniga.ac.id/indeks.php/JK./article/download/253/295
kebimbangan dan keraguan. Prof. DR.TM. Hasbi Ashsiddieqy dalam bukunya
kuliah ibadah berpendapat bahwa aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan
terhujam kuat di dalam lubuk jiwa, dan tak dapat beralih dari padanya. Prof. DR.
Gustave Lebonn, pujangga Prancis dan seorang ahli sosiologi, dalam bukunya
mendifinisikan aqidah sebagai keimanan yang tumbuh dari sumber yang dapat
dirasakan, yang memaksa manusia mempercayai sesuatu ketentuan tanpa dalil.
Ajaran pokok dalam akidah mencakup enam elemen yang disebut rukun
iman. Yaitu:
1. Iman kepada Allah dan sifat-sifat Nya
2.lman kepada Nabi dan rasul- Nya
3. Iman kepada malaikat-malaikat Allah,
4. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasuNya
5.Iman pada hari akhir (kiamat)
6. Iman pada qodha' serta qadar.
Di dalam rukun iman, pembahasannya tidak hanya tertuju pada masalah-
masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah yang harus disampaikan
juga meliputi masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik
(menyekutukan Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.
2. Syariah
Istilah syariah dalam konteks kajian Islam menggambarkan kumpulan norma-
norrna hukum yang merupakan hasil tasyri'. Kata tasyri' merupakan bentuk
mashdar dari syara'a, yang berarti menciptakan dan menetapkan syariah.
Sedangkan dalam istilah para ulama fikih
bermakna menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan
manusia baik dalam hubungannya dengan tuhan, maupun dengan umat manusia
yang lain.
Pesan dakwah dalam bidang syariah sangat luas, akan tetapi secara rinci dapat
dikategorikan menjadi dua bidang, yaitu :
l) Ibadah
Bidang ini meliputi :
a) Thaharoh (bersuci)
b) Shalat
c) Zakat
d) Shaum (puasa)
e) Haji
2) Muamalah
Bidang ini meliputi :
a) Al-qununul Khas (hukum perdata)
1) Muamalah (hukum niaga)
2) Munakahat (hukum nikah)
3) Waratsah (hukum waris)
4) Dan lain sebagainya
b) Alqununul'Am (hukum publik)
l) Hinayah (hukum pidana)
2) Khilafah (hukum negara)
3) Jihad (hukum perang dan damai)
4) Dan lain sebagainya
3) Akhlak
Secara etimologi, aktrlak berasal dari bahasa Arab yang artinya budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata ini berakar dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan.Secara terminologi akhlak berarti kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa,yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang
dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian melakukan atau
meninggalkannya.Secara epistimologi para ulama ilmu akhlak merumuskan
definisinya dengan berbagai ungkapan di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Ibnu Maskaweh (w. 421H/|030) menyatakan: Akhlak ialah kondisi jiwa yang
senantiasa bertingkah laku tanpa pemikiran dan pertimbangan.
b. Sidi Ghazalba, menurutnya: Akhlak adalah sikap keperibadian yang melahirkan
perbuatan manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri dan makhluk lain,
sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Qur'an dan Hadits
Pesan dakwah pada aspek akhlak meliputi :
1. Akhlak kepada Allah, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadasaran
bahwa tiada Tuhan selain Allah.
2. Akhlak terhadap sesama manusia, termasuk diri sendiri.
3. Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-
benda yang bernyawa.3
Secara etimologi Islam merupakan kata jadian yang berasal dari kata Al Islam
yang berarti ketundukan dan kepatuhan. Seseorang dikatakan sebagai Muslim
karena ketundukan dan kepatuhan pada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Secara istilah menurut Sidi gazalba Islam diartikan patuh dan berserah diri
kepada Allah. Kepatuhan dan penyerahan diri secara menyeluruh itu terwujudlah
kesejahteraan dalam kehidupan sedangkan menurut Al Bayan Uni Islam diartikan
sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang mencakup aqidah
syariah dan akhlak.
Dalam hal ini Islam tidak hanya membicarakan tentang hubungan manusia
dengan Tuhan tetapi Islam juga dapat memberikan berbagai solusi dan petunjuk
dalam menjalani kehidupan modern. Fenomena yang ada di masyarakat Islam
dikaji dalam forum-forum ilmiah, dipelajari di majelis majelis taklim,
dipraktikkan di masjid-masjid, dan ditransformasikan melalui pendidikan anak-
anak. Islam belum diwujudkan dalam berpolitik, praktik-praktik perdagangan,
penegakan hukum, pemberdayaan masyarakat dan dalam kehidupan nyata lainnya
fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Islam pernah memiliki peradaban yang
maju ketika masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Kemajuan yang
dicapai tentunya berkat kerja keras dan pemahaman yang komprehensif terhadap
ajaran Islam.
Islam menurut Hasan Hanafi dapat menjadi kode etik universal secara garis besar
inti dari ajaran Islam adalah berpihak terhadap prinsip universal dan manifestasi
kebaikan dengan pengertian demikian Islam dapat dipahami sebagai etika Global
untuk solidaritas kemanusiaan. Universal adalah basis teori etis bagi etika Global
3
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3138/06bab2_Arief%20Rifqoh
%20Budiman_10020207010_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y
sedangkan amal kebaikan adalah substratum praktis bagi solidaritas kemanusiaan
kebaikan bukan hanya perbuatan individual yang didasari niat baik namun harus
dapat mengekspresikan aksi kolektif berdasarkan tujuan universal sesuai yang
dinyatakan dalam Wahyu dan sejalan dengan asas positif kehidupan.
4
Basit, Op.Cit., 142
1. Al-Qur’an
Al-Quran merupakan landasan utama bagi para pendakwah, karena ayat-
ayat suci al-Qur’an merupakan penguat dari apa yang kita sampaikan. Selain itu,
nilai-nilai yang terdapat di dalam ayat suci al-Quran merupakan nilai yang
tertinggi yang ditetapkan oleh Allah Swt, dan merupakan nilai-nilai yang resmi
serta tidak bisa dipungkiri akan kebenarannya. Seluruh ayat yang ada di dalam Al-
Qur’an tidak ada yang dipermasalahkan akan kebenarannya, setiap ayat yang ada
di dalam Al-Qur’an sejak zaman nabi sampai sekarang tidak ada yang
merubahnya. Karena Allah sudah berjanji akan menjaga kesuciannya. Beragam
ilmu dapat kita peroleh dari Al-Qur’an, karena di dalam al-Qur’an merupakan
lautan ilmu bagi umat muslim. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para
pendakwah, untuk mempelajari Al-Qur’an sebelum kita menjadi pendakwah.
Selain mempelajari Al-Qur’an kita harus memperhatikan hukum-hukum bacaan
yang ada di dalam Al-Qur’an atau yang sering kita sebut dengan llmu tajwid. Oleh
sebab itu sebagai seorang pendakwah kita harus benar-benar memahami sedetail
mungkin tentang Al-Qur’an. Agar apa yang kita sampaikan dapat dipercaya akan
kebenarannya.
2. Al-Hadits
Al-Qur’an dan Al-Hadits bagi umat muslim sudah dianggap jelas akan
nilai-nilai kebenarannya karena sumber dan tujuannya sudah sangat jelas, Al-
Qur’an berasal dari Allah dan Al-Hadits dari Nabi Muhammad SAW. Al-hadits
juga merupakan pedoman hidup yang harus diikuti oleh segenap umat islam.
Oleh karena itu wajib bagi seorang pendakwah selain belajar Al-Qur’an dia juga
harus belajar hadits. Hal yang paling terpenting bagi pendakwah harus bisa
mengetahui yang namanya hadits palsu, karena hadits-hadits yang disampaikan
kepada para jamaah haruslah hadits-hadits yang shohih, dan terbukti akan
kebenarannya karena sangatlah berbahaya bagi para pendakwah jika ia berdakwah
menggunakan hadis palsu, karena itu berhubungan dan dipertanggungjawabkan di
akhirat kelak karena berhubungan dengan manusia di dunia dalam amalan-
amalannya pada Allah SWT.
Diantara tanda-tanda hadits palsu adalah sebagai berikut :
a. Susunan redaksinya kacau.
b. Matannya bertentangan dengan ketetapan agama.
c. Ada beberapa tanda yang sah, yang menunjukkan atas kepalsuannya.
d. Matannya nyata-nyata bertentangan dengan ayat Al-Quran.
e. Matannya berlawanan dengan keutamaan ajaran islam.
f. Matannya bertentangan dengan hal keimanan.
g. Matannya bertentangan dengan akal sehat.
h. Lafadz Haditsnya lemah dan tidak baik.
3. Pendapat Para Sahabat
Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW pernah bertemu dan beriman
kepadanya adalah sahabat Nabi SAW. Pendapat sahabat Nabi SAW memiliki nilai
tinggi, karena kedekatan mereka dengan Nabi SAW dan proses belajarnya yang
langsung dari beliau. Sama dengan kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip
pendapat sahabat juga harus mengikuti etika sebagai berikut :
a. Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
b. Menyebutkan nama sahabat yang dikutip.
c. Menyebut sumber rujukan.
d. Membaca doa dengan kata radliyallahu ‘anha atau menulis dengan
singkatan r.a dibelakang nama sahabat.
4. Pendapat Para Ulama
Pendapat para ulama dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapat
yang telah disepakati dan pendapat yang masih diperselisihkan. Terhadap
pendapat ulama yang tampaknya berseberangan, kita dapat mencoba melakukan
kompromi atau memilih yang lebih kuat argumentasinya atau memilih yang
paling baik dari nilai manfaatnya.
Adapun etika mengutip pendapat ulama adalah sebagai berikut :
a. Tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits.
b. Menyebut nama ulama yang dikutip.
c. Mengetahui argumentasinya, agar terhindar dari kepengikutan
yang tidak cerdas.
d. Memilih pendapat ulama yang paling kuat dasarnya dan paling
besar manfaatnya untuk masyarakat.
5. Hasil Penelitian Ilmiah
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa dipahami lebih mendalam dan luas
sebelum dibantu oleh penelitian ilmiah. Inilah hasil penelitian yang menjadi salah
satu sumber pesan dakwah. Sifat dari hasil penelitian ilmiah adalah relatif dan
reflektif. Relatif, karena nilai kebenarannya dapat berubah. Reflektif, karena
mencerminkan realitasnya. Hasil penelitian bisa berubah oleh penelitian
berikutnya atau penelitian dalam medan yang berbeda. Oleh sebab itu, pengutipan
hasil penelitian ilmiah untuk pesan dakwah harus berpegang pada etika berikut:
a. Menyebut nama penelitinya, atau lembaga bila melibatkan suatu lembaga.
b. Menyebutkan objek penelitian yang sesuai dengan topik dakwah.
c. Disajikan dengan kalimat yang singkat dan jelas.
d. Disampaikan kepada mitra dakwah.
e. Disampaikan untuk menguatkan pesan utama dakwah.
6. Kisah dan Pengalaman Teladan
Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna konsep-konsep
yang kita sampaikan, kita mencari upaya-upaya yang memudahkannya. Ketika
mitra dakwah kurang antusias dan kurang yakin terhadap pesan dakwah, kita
mencari keterangan yang menguatkan argumentasi atau bisa juga dengan
menunjukkan bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Ketika membicarakan
pengalaman apalagi yang menyangkut keteladanan, pendakwah harus berhati-hati.
Ia boleh saja berharap mitra dakwah meniru keteladanan dari dirinya. Hanya saja,
keteladanan pribadi bisa menimbulkan prasangka buruk pada pendakwah sebagai
orang yang membanggakan diri (‘ujub), menonjolkan diri (riya’), atau membuat
diri terkenal (sum’ah). Jika demikian yang ditakutkan, pendakwah bisa
menceritakan pengalaman oranglain. Kita bisa melakukan ini jika orang yang kita
ceritakan tidak berada di depan kita.
7. Berita dan Peristiwa
Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwanya
lebih ditonjolkan daripada pelakunya seperti uraian di atas. Berita (kalam khabar)
menurut istilah ‘Ilmu al-Balaghah dapat benar atau dusta. Berita dikatakan benar
jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita bohong. Hanya berita
yag diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan dakwah. Dalam Al-Qur’an,
berita sering diistilahkan dengan kata al-naba’, yakni berita yang penting,
terjadinya sudah pasti, dan membawa manfaat yang besar.
Dalam menjadikan berita sebagai penunjang pesan dakwah, terdapat
beberapa etika yang harus diperhatikan:
a. Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenaran berita
tersebut. Dalam Al-Qur’an kita diperintahkan untuk melakukan
pengecekan informasi (tabayun) atau kesesuaiannya dengan fakta (QS. Al-
Hujarat ayat 6).
b. Dampak dari suatu berita juga harus dikaji. Jika ada kemungkinan
mambahayakan bagi mitra dakwah, berita itu tidak boleh diceritakan,
meskipun benar-benar terjadi.
c. Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan (to inform).
d. Berita yang disajikan harus mengandung hikmah.
8. Karya Sastra
Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang
bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair,
puisi, pantun, nasyid atau lagu, dll. Tidak sedikit para pendakwah yang
menyisipkan karya sastra dalam pesan dakwahnya. Hampir setiap sastranya
memuat pesan-pesan bijak.
Tidak semua karya sastra bisa menjadi pesan dakwah, sebab ada karya
sastra yang digunakan untuk pemujaan berhala, mengungkapkan cinta asmara,
menggambarkan keindahan dunia, dll. Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah
harus berlandaskan etika sebagai berikut:
a. Isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada islam atau mendorong
berbuat kebaikan.
b. Dibentuk dengan kalimat yang indah.
c. Ketika pendakwah mengungkapkan sebuah sastra secara lisan, kedalaman
perasaan harus menyertainya, agar sisi keindahannya dapat dirasakan.
d. Jika diiringi musik, maka penyampaian karya sastra tidak dengan alat
musik yang berlebihan.
9. Karya Seni
Karya seni juga mamuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya sastra
menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak mengutarakan
komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah jenis ini mengacu pada
lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa pun. Jadi, bersifat subjektif.
Untuk menjadikan karya seni sebagai pesan dakwah, ada beberapa etika yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Diupayakan sedemikian rupa agar karya seni tidak ditafsirkan secara salah
oleh mitra dakwah.
b. Menurut ulama yang berpaham tekstualis (memahami ayat atau hadits
sesuai dengan teksnya), tidak dibenarkan karya seni dengan objek
makhluk hidup.
c. Karya seni tidak bernuansa pornografi. Tidak menghina simbol-simbol
agama, melecehkan orang lain, atau menimbulkan dampak-dampak negatif
lainnya baik langsung maupun tidak langsung.5
Milenial adalah sebutan satu generasi berdasarkan demografi dan disebut juga
generasi Y. Mereka terlahir pada saat revolusi teknologi informasi dan
komunikasi serta jumlah populasinya yang cukup besar, yaitu sekira 34 persen
dari penduduk Indonesia.
Umumnya, generasi milenial lahir dalam rentang tahun 1981 sampai 1994.
Dengan demikian generasi ini adalah mereka yang berumur 15 hingga 35 tahun.
Generasi ini sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games,
smartphone, dan ketergantungan dengan internet.
5
http://regitafarani.blogspot.com/2016/11/makalah-ilmu-dakwah-jenis-jenis-
pesan_2.html?m=1
Generasi ini melihat dunia secara tidak langsung, mereka berselancar di dunia
maya. Mulai dari berkomunikasi, berbelanja online dan mendapatkan informasi
dan kegiatan lainnya. Banyak dari kalangan millennial melakukan semua
komunikasi melalui text messaging atau chatting dunia maya dengan membuat
akun media sosial seperti twitter, facebook, line dan sebagainya.
Berdakwah di era milenial mau tak mau berhadapan dengan itu semua. Konten
dakwah dituntut untuk dapat diakses dengan cepat dengan konten menarik dalam
bentuk digital. Karenanya, kajian tentang dakwah era millenial secara khusus
penting untuk dikaji demi mengetahui pendekatan dalam berdakwah dikalangan
mereka.
Ada dua hal setidaknya, yang dapat dilakukan. Pertama, terkait dengan
penggunaan media dakwah. Pesan dakwah harus dikemas melalui konten-konten
yang akrab dengan generasi kekinian. Penggunaan portal dakwah dengan konten
tidak selalu berupa tulisan, namun juga dapat dikemas dalam bentuk vlog,
soundcloud, infografis, dan juga meme, dimuat di YouTube agar dakwah makin
meluas. Dakwah juga dapat dilakukan secara online dengan memanfaatkan
YouTube, Instagram, dan sebagainya, sebelum akhirnya bisa fenomenal secara
offline.
Posisi seorang mubaligh atau da’i pada dasarnya adalah seorang komunikator,
yang mengharapkan adanya partisipasi dari komunikator dan kemudian berharap
agar komunikannya dapat bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang
disampaikannya. Sejatinya dakwah adalah sebuah proses komunikasi, namun
tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.
Ciri khas yang membedakan adalah terletak pada pendekatannya, bersifat
persuasif, dan pada tujuannya, yaitu mengharap terealisasikannya perubahan
ataupun pembentukan sikap dan tingkahlaku sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Peran teknologi dalam sampainya pesan setidaknya dalam empat hal, yaitu
efektivitas, efisiensi, konkrit, dan motivatif.
Hadirnya akses internet kini sudah menjadi semacam peradaban baru dalam dunia
informasi dan komunikasi tingkat global. Implikasi dari maraknya akses
internet,banyak informasi yang dapat oleh masyarakat, baik pribadi, pendidikan,
bisnis dan lain-lain.
Dengan perkembangan ini kita bisa melakukan pemanfaatan dalam dakwah secara
maksimal. Dakwah melalui jaringan internet dan media sosial dinilai sangat
efektif dan potensial alasannya;
Pertama; mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan
prosentase biaya dan energi yang relatif terjangkau.
Kedua; pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini menunjukan
bahwa berpengaruh juga pada jumlah penyerap misi dakwah.
Ketiga; para pakar dan ulam yang berada dibalik layar media dakwah via internet
bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang
menuntut status hukum syar’i.
Keempat; cara penyempaian yang variatif dengan segal model dan kreatifitas telah
membuat dakwah Islamiyah menggunakan media sosial mampu menjangkau
segmen secara luas dan global.
Kelima; Internet merupakan sarana yang never turn-off (tidak pernah dimatikan)
dan unlimited access (akses tanpa batas). Internet memberi keleluasaan kepada
pengguna untuk mengakses dalam kondisi dan situasi apapun.
Keenam; Internet merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang berkeinginan
untuk melakukan diskusi dan obrolan tentang pengalaman spiritual yang mungkin
saja tidak rasional dan bila dibawa pada forum biasa akan mengurangi
keterbukaannya.
Namun disebalik segala kelebihannya ada catatan penting yang harus diingat;
bahwa kefektifan media ini pastilah tergantung pada pribadi masing-masing.
Artinya, kecakapan dan keikhlassan seseorang dalam berdakwah (dalam hal ini
dakwah dengan memanfaatkan fasilitas internet) serta kesungguhan mereka dalam
meredam segala bentuk perpecahan dan perselisihan intern dalam diri umat
sangatlah memberikan pengaruh dalam kesuksesan atau tidaknya misi dakwah
yang diemban.
Semangat dakwah itu harus senantiasa tertanam dalam diri setiap muslim,
terkhusus generasi muda muslim millennial, inilah saat kita untuk berkarya,
berkarya dalam dakwah demi mengharap ridha Allah.
Pahami apa kebutuhan umat. Jika kita mengerti apa yang menjadi kebutuhan
umat, maka kita mampu menyampaikan dakwah yang sesuai dan mengena dengan
apa yang menjadi keresahan umat.
Tetapkan tujuan yang jelas. Tentukan tujuan yang telah terprogram dan
terorganisir agar tidak terombang ambing.
Itu beberapa tips yang bisa kita lakukan ketika terjun dalam dakwah millenial
yang memanfaatkan fasilitas internet.
Singkatnya, teknologi hari ini telah mengalami kemajuan super cepat, maka
pendekatan dakwah kini tidak lagi cukup dengan cara-cara konvensional. Dakwah
harus mampu menyesuaikan diri. Harus bisa berjalan lebih optimal dan merambah
wilayah-wilayah yang mungkin belum pernah terfikir sebelumnya (termasuk
sosial media didalamnya).
Atas dasar itu pula, para da’i sangat disarankan untuk bisa memanfaatkan media
sosial secara maksimal, untuk menjangkau mad’u yang lebih luas; sehingga pesan
dakwah terserap lebih banyak, agar lebih banyak lagi orang yang kenal dengan
RabbNya.
6
Basit, Op.Cit., 161
7
https://www.neliti.com.jurnaldalamkemasandakwah.
media yang memberika perhatian besar terhadap penyiaran berita-berita
keagamaan (Islam).
Sebagai satu konsekuensi dari sebuah kemajuan ilmu pengetahuan yang telah
diraih manusia, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi satu
bukti yang tak terbantahkan keberadaannya. Akibatnya, tidak ada lagi wilayah
yang tertutup dari kemajuan teknologi tersebut, sebagaimana setiap bangsa dan
negara di dunia ini mendambakannya.
Sebagai salah satu media massa Islam yang berskala nasional, Republika
terus memperbaiki kualitas terbitan, mengembangkan jangkauannya. Hal ini
tampak dengan hadirnya Republika Online (ROL), situs berita yang dapat diakses
secara online melalui internet. Dengan bentuk online, media ini tentunya lebih up
to date dan tak terbatas jangkauannya dibandingkan dengan versi cetak fisik.
Melalui media online ini setiap orang dapat mengakses beritanya. Melalui media
ini pula misi Islam (keagamaan dan dakwah) dapat disebar-luaskan kepada
khalayak melebihi luas jangkauan versi cetak. Melalui media ini pula umat Islam
dapat mengambil peran penting dalam perkembangan media yang booming saat
ini. Persoalannya adalah, adakah momen ini dapat diambil secara maksimal oleh
para aktivis dakwah hari ini? siapkah para aktivis dakwah kita hari ini (terutama
para sarjana dakwah) untuk mengambil peran yang lebih besar dalam dakwah bi
al-qalam melalui media online seperti ini?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan syiar untuk menyembah Allah SWT. dengan cara berdakwah ada
banyak hal yang perlu diperhatikan. Berdakwah hendaklah dilakukan dengan
cara yang benar dan metode yang tepat agar mudah diterima dan dipahami
oleh pendengar salah satunya dengan cara memilih jenis pesan dan tema
dakwah yang baik serta karakteristik dalam pesan dakwah, agar dalam
berdakwah nilai-nilai keyakinan kepada Allah SWT. akan tetap terjaga dan
tidak terlepas sebagai mana pengertian dakwah itu sendiri yang artinya adalah
mengajak untuk mengimani dan menyembah Allah SWT.
Karakteristik pesan dakwah ada 5, yaitu: Orisinal dari Allah SWT, mudah
dan membawa kebaikan, seimbang, lengkap dan Universal, dan masuk akal.
Pesan dakwah juga dapat di kemas dengan beberapa teknik media, seperi
film, media massa seperti (Koran, surat kabar, dan republika online).
B. Saran
8
Journal.uin-alauddin.ac.id
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak sesuai
dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar
kekurangan-kekurangan makalah ini dapat penulis perbaiki
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Basit,Abdul.2013.Filsafat Dakwah, Jakarta: PT Raja Grafindo Perasada.
Munir Muhammad.2015.Manajemen Dakwah ,Bandung:Pernada Media
Group.
Jurnal
https://www.neliti.com.jurnaldalamkemasandakwah
Journal.uin-alauddin.ac.id
Website
https://www.nu.or.id/post/read/100059/memberi-peran-lebih-generasi-
milenial-untuk-berdakwah
http://regitafarani.blogspot.com/2016/11/makalah-ilmu-dakwah-jenis-
jenis-pesan_2.html?m=1
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3138/06bab2_A
rief%20Rifqoh%20Budiman_10020207010_skr_2016.pdf?
sequence=6&isAllowed=y