Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DA’I ATAU KARAKTERISTIK JURU DAKWAH


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Dakwah

Dosen Pengampu : Dr. Yasril Yazid, MIS

OLEH:

1. Mita Sri Deliani (12140224704)


2. Rahmah (12140223815)
3. Silvia Nofianti (12140224436)
4. Tiara Ramadhan Lubis (12140222711)

KELAS 1B
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SULTAN SYARIF KASIM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Da’i Atau Karakteristik Juru
Dakwah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
mata kuliah Ilmu Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Karakteristik Juru Dakwah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Yasril Yazid, MIS, selaku dosen Ilmu
Dakwah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI
Latar Belakang………………………………………………………………………..I

Bab I Pendahuluan

a.Latar belakang ……………………………………………………………………1

b. Rumusan masalah ………………………………………………………………..1

c. Tujuan penelitian …………………………………………………………………1

Bab II Pembahasan

a. Pengertian da’I ………………………………………………………………...2


b. Tugas dan fungsi da’i………………………………………………………….3
c. Kriteria da’I ……………………………………………………………………3
d. Karakteristik……………………………………………………………………4
e. Materi dakwah .………………………………………………………………...5
f. Metode dakwah. …………………………………………………………….…6
g. Cara komunikasi juru dakwah…………………………………………………8

Bab III Penutup

a.Kesimpulan……………………………………………………………………….9
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dakwah itu bermula sejak zaman Nabi Muhammad yang pada masa itu dakwah nabi
dimulai dengan cara sembunyi-sembunyi dan hanya kepada kerabat dekat. Seiring
berjalannya waktu Nabi Muhammad pun mulai berdakwah secara terang-terangan. Meski
dakwah beliau ditolak namun nabi tetap berusaha hinggah dakwah beliau diterima di
masyarakat dan terus berkembang sampai saat ini.

Islam masuk ke Indonesia dengan damai sebagaimana yang selalu diajarkan oleh ulama-
ulama kita, Islam agama yang rahmata lil alamin. Hal ini sesuai dengan karakteristik bangsa
Indonesia yang terkenal ramah. Mungkin inilah salah satu apa itu pendukung pesatnya
perkembangan agama Islam di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :


1. Apa pengertian dari da’i?
2. Apa fungsi dan tujuan da’i?
3. Bagaimana kriteria da’i?
4. Bagaimana karakteristik da’i?
5. Apa saja materi dakwah yang sering disampaikan oleh juru dakwah?
6. Apa saja metode yang di gunakan para juru dakwah?
7. Bagaimana cara komunikasi para juru dakwah?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui arti dari da’i.
2. Mengetahui tugas dan fungsi da’i.
3. Mengetahui kriteria da’i.
4. Mengetahui karakteristik da’i.
5. Mengetahui materi dakwah yang sering disampaikan para juru dakwah.
6. Mencari tahu metode yang digunakan para juru dakwah.
7. Mengetahui cara komunikasi juru dakwah
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Da’i

Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti orang yang
mengajak, kalau muanas (perempuan) disebut da’iyah 1. Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia, Da’i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah: melalui
kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain, da’i adalah
orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, melalui
lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan
ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.

Kata Da’i/da’iyah menurut bahasa adalah isim fail berwazan fa’ilah dari kata da’aa,
yad’uu, daa’in. Kata da’iyah bermakna suara kuda dalam suatu peperangan karena ia
menjawab orang yang berteriak-teriak memanggilnya2.

Da’I secara istilah3 adalah orang Islam yang secara syariat mendapat beban dakwah
mengajak kepada agama Allah. Tidak diragukan lagi bahwa defginisi ini mencakup seluruh
lapisan dari rasul, ulama, penguasa setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Da’i
dapat diibaratkan sebagai seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin
mendapat keselamatan hidup dunia dan akhirat. Dalam hal ini da’i adalah seorang petunjuk
jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan
yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberipetunjuk jalan kepada
orang lain. Ini yang menyebabkan kedudukan seorang da’i di tengah masyarakat menempati
posisi penting, ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat di
sekitarnya.

Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru dakwah,
artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah. Maka,
yang dikenal sebagai da’i atau komunikator itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) dimana
bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisah dari
misinya sebagai penganut Islam.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama
Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.

1
Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis Dan Praktis, (Bandung:
Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 73.
2
Al Qamus al Muhith, Fairuz-abadi 4/329
3
Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011 hal. 1
3

B. Fungsi dan dan tujuan da'i

Adalah merealisasikan ajaran-ajaran al-quran dan as-sunah ditengah masyarakat


sehingga al-quran dan assunah dijadikan pedoman hidup dan penuntun hidupnya.
Kehidupan da’i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan.
a. Meluruskan akidah.
b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
c. Menegakan amar ma’ruf nahi munkar4.

Disamping fungsi diatas, seorang da’i dalam penyampaian komunikasi


persuasive kepada mad’unya mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Menguatkan dang mengkokohkan keimanan


b. Memberikan harapan
c. Menumbuhkan semangat untuk beramal
d. Menghilangkan sifat-sifat keraguan5.

Tujuan tujuan diatas diharapkan menjadi sebuah motivasi dalam melaksanakan ajaran-
ajaran agama.

C. Kriteria Da’i

Untuk menjadi seorang da’i yang baik tentu ada beberapa kriteria yang harus
dimiliki oleh seorang da’i jika dakwahnya ingin berhasil antara lain sebagai berikut:

1. Seorang da’i hendaknya memahami kondisi orang-orang yang didakwahi. Karena


objek dakwah itu bermacam-macam keadaannya. Di antara mereka ada yang
memiliki ilmu sehingga da’i membutuhkan kekuatan ilmu dalam debat dan diskusi.
Di antara mereka ada yang tidak berilmu. Di antara mereka ada yang keras kepala,
dan ada pula yang tidak keras kepala. Intinya keadaan mereka berbeda-beda, bahkan
penerapan hukumnya juga akan berbeda karena perbedaan kondisinya.

2. Dai harus memiki wawasan yang luas, baik yang terkait dengan ajaran Islam itu
sendiri yang memang menjadi tema utama dalam dakwah yang dilakukan maupun
wawasan kekinian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa
menjadi penunjang dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah

4
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta : Kencana, 2009), h. 2009
5
Ibid, h.260
3. Seorang da’i juga harus mempunyai kemampuan atau keterampilan (skill) dakwah
sehingga bila ia berdakwah dengan cara berkhotbah atau berceramah, khotbah dan
ceramahnya itu menarik, enak di dengar dan jamaah antusias untuk
mendengarkannya, karena memang mudah dipahami.

4. Hendaknya seoarang da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan
penampilan yang baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan yang
layak untuk seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak untuk seorang
da’i. Yaitu hendaknya ia berhati-hati dan tenang dalam berkata dan berbuat, memiliki
pandangan yang mendalam. Sehingga ia tidak mengesankan bahwa agama itu sulit,
selama masih bisa untuk dihindari kesan tersebut. Dan hendaknya ia tidak mengambil
sikap yang keras selama masih bisa berlemah lembut.

5. Seorang da’i haruslah memiliki sifat sabar dalam berdakwah, jangan sampai ia
berhenti atau jenuh, namun ia harus tetap terus berdakwah di jalan Allah dengan
segenap kemampuannya. Karena seseorang telah dihinggapi kejenuhan maka ia akan
letih dan meninggalkan (dakwah). Akan tetapi, apabila ia menetapi kesabaran diatas
dakwahnya, maka ia akan meraih pahala sebagai orang-orang yang sabar disatu sisi,
dan disisi lain ia akan mendapatkan kesudahan yang baik.

D. Karakteristik da'i

a. Kredebilitas

Latar belakang Pendidikan kepercayaan nilai, etika dan praduga, kesemuanya


mempengaruhi cara berkomunikasi satu sama lain. Sukses atau tidaknya suatu kegiatan
dakwah banyak ditentukan oleh da’i maka dibutuhkan seorang da’i yang mampu
mempengaruhi sikap anggota masyarakat (komunikan). Komunikator dalam hal ini
disebut sebagai da’i harus memiliki sifat/atau karakteristik sendiri seperti kredebelitas.
Maka kredebilitas da’i harus diperhatikan agar mampu mempengaruhi komunikan
untuk menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan.

b. Daya Tarik da’i

Daya Tarik merupakan salah satu kekuatan untuk menarik perhatian komunikan
atau mad’u. Effendi mengatakan.“seorang komunikator akan mempunyai kemampuan
untuk melakukan perubahan sikap dan tingkah laku melalui mekanisme daya Tarik jika
komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubunganya
dengan opini secara memuaskan.Dalam pendapat lain dikemukakan pendapat menurut
tan alexix ia mengungkapkan “dimensi daya Tarik diukur dengan kesamaan (similitary).
Keakraban (fimilarity) dan kesukuan (liking). Kesamaan disini dimaksudkan kesamaan
demografi dan kesamaan ideologi yang berhubngan dengan usia, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pendapatan, agama, ras, tempat tinggal, pandangan, pengetahuan, dan ide
gagasan antara komunikator dengan komunikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
keakraban adalah kedekatan, yaitu yang berhungan dengan perasaan empati simpati, dan
kedewasaan yang dimiliki oleh komunikator.

Kesukaan antara lain frekuensi kehadiran, ketepatan waktu, keteladanan, dan


kesopanan yang dimiliki oleh komunikator”.

Dari dua pengertian daya Tarik diatas, dapat dipahami bahwa komunikator yang
memiliki daya Tarik tertentu yang cukup kuat akan membawa komunikan untuk
melakukan identifikasi. Daya Tarik tersebut bisa dalam bentuk penampilan fisik, karakter
yang ingin dicitrakan, metode pemaparan pesan, dan intonasi.Identifikasi dapat terjadi
bila komunikan menempatkan diri dalam suatu definisi yang memuaskan dirinya. Setiap
komunikator memiliki daya Tarik khusus, terutama bagi da’i yang akan berdakwah.

E. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh
subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah
maupun Sunnah Rasul Nya. Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan
dakwah yang hendak dicapai. Namun secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi tiga hal pokok (Anshari, 1993: 146), yaitu:

1. Masalah aqidah

Akidah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap umat
Islam berdasarkan dalil aqli dan naqli (nash dan akal)4. Akidah disebut tauhid dan
merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah inti kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam Islam, Akidah merupakan I’tiqad bathiniyyah yang mencakup
masalahmasalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah akidah ini secara
garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah Saw, yang artinya: “Iman ialah engkau percaya
kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir
dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk”. (HR. Muslim)
Dalam bidang akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah
yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah juga meliputi masalah-masalah yang
dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar
dengan adanya Tuhan dan sebagainya.

Secara istilah dapat dilihat dari pandangan tokoh berikut ini yaitu: Menurut Hasan
Al Banna, akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya dari hati,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keraguan. Menurut Al Jazairi, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara mudah oleh sejumlah manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah.

Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan menolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu. Menurut Yusuf Al Qardhawi, akidah Islam bersifat sumuliyah
(sempurna) karena mampu menginterpretasikan semua masalah besar dalam wujud ini,
tidak pernah membagi manusia diantara dua Tuhan (Tuhan kebaikan dan Tuhan
kejahatan) bersandar pada akal, hati dan kelengkapan manusia lainnya5.

2. Masalah syariah

Yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia muslim di dalam


semua aspek hidup dan kehidupannya, mana yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan, mana yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya.
Dalam hal ini juga menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan sesamanya. Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan
mengikat seluruh ummat islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan ummat islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang
patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah islam antara lain, adalah bahwa ia
tidak dimiliki oleh ummat-ummat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang
menjelaskan hak-hak ummat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh ummat
manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan
sempurna.

3. Masalah akhlaq

Masalah akhlak dalam materi dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk
melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai
pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan
keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurnaan keimanan
dan keislaman. Hal ini menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertical dengan
Allah SWT, maupun secara horizontal dengan sesame manusia dan seluruh makhluk-
makhluk Allah.

F. METODE DAKWAH

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ”meta” (melalui) dan ”hodos”
(jalan, acara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah Cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasaYunani metode berasal dari kata
methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arabdisebut thariq. Metode berarti cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan dakwah
adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa,
metode dakwahadalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator)
kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.

7
Menurut Asmuni Syukir untuk mecapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien,
beberapa metode dakwah yang dapat digunakan oleh juru dakwah antara lain:
a) Metode Ceramah (Retorika)
Ceramah adala suatu metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri
karakteristik bicara seorang da’i atau mubaligh pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah
dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato (retorika), khutbah, sambutan,
mengajar, dan sebagainya.
b) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian mmateri dakwah dengan cara
mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang
dirasa belum mengerti dan da’ i atau mubaligh sebagai penjawabnya.
c) Metode Debat (Mujadalah)
Debat adalah mempertahankan pendapat dan idiologinya agar pendapat
dan idiologinya itu diakui kebenaran dan kehebatannya oleh musuh ( orang lain).
d) Metode Percakapan Antar Pribadi (Percakapan Bebas)
Percakapan antar pribadi atau individu conference adalah percakapan bebas
antara seseorang da’i atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran
dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untukmenggunakan kesempatan yang
baik di dalam percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.
e) Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda,
peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’i yang
bersangkutan menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah,
dimana seorang da’i memperlihatkan sesuatu terhadap sasarannya (massa),
dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.
f) Metode Mengunjungi Rumah (Silaturrahmi)
Metode dakwah yang dirasa efektif juga untuk melaksanakan dalam rangka
mengembangkan maupun membina umat Islam ialah metode dakwah dengan
mengunjungi rumah obyek dakwah atau disebut dengan metode silaturrahmi
atau home visit

Dalil yang menerangkan tentang metode dakwah rasulullah :

Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan kepada
yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar” (H.R Muslim)

Artinya : “Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia akan
membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu, kecuali
akan memburukkannya” (H.R Muslim)
Artinya ; “Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan.
Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena
sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan.”
(H.R Muslim)

8
Hadits ini menjelaskan bahwa kelembutan akan menjadi penghias bagi sesuatu,
sedangkan hilangnya kelembutan membuat suatu perkara menjadi tidak lagi indah. Di antara
perkara yang membutuhkan kelembuatan adalah dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah contoh terbaik dalam berdakwah, beliaulah manusia yang memiliki
kelembutan kepada setiap orang yang didakwahinya. Hari ini banyak di antara manusia yang
menolak dakwah Islam, salah satu sebabnya adalah hilangnya kelembutan dalam dakwah
tersebut. Islam ibarat mutiara sedangkan kelembutan adalah bak bungkusnya. Ketika
bungkusnya tak lagi indah dan kotor, maka jangan pernah berharap manusia mau
membukanya. Membuka saja tidak, apalagi menerima mutiara yang ada di dalamnya.
Seseorang ketika berdakwah hendaknya memperhatikan akhlak yang mulia ini, janganlah ia
sampai gegabah dan bertindak kasar dalam dakwahnya. Allah Ta’ala telah menjelaskan tiga
metode dasar dakwah yang salah satu diantaranya adalah dengan hikmah.

G . CARA KOMUNIKASI JURU DAKWAH

Juru Dakwah harus memiliki kredibilitas yang “tinggi” untuk dapat mengajak umat
manusia melakukan kebajikan dan menjauhi larangan-Nya. Tinggi rendahnya kredibilitas
seorang juru dakwah yang memerankan dirinya sebagai seorang komunikator sangat
bergantung pada persepsi masyarakat dan kondisi dimana masyarakat (sasaran dakwah)
berada. Dalam kaitan ini, ada banyak komponen penilaian yang menjadi indikator dimana
seorang juru dakwah dianggap atau telah memiliki kredibilitas yang tinggi dimata
masyarakatnya. Salah seorang juru dakwah mungkin dianggap memiliki kredibilitas yang
tinggi, ketika penilaian tersebut dilihat dari kacamata masyarakat yang lebih menitik beratkan
pendidikan formal misalnya, atau bagi sebagian masyarakat yang lain, yang penting juru
dakwah tersebut berbasis pesantren dan sebagainya, tentu saja penilaian tersebut didukung
pula dengan komponen lain yang mengikutinya, sehingga dapat dikatakan kredibilitas juru
dakwah itu bersifat relatif, namun hendaknya harus komprehensif. Dengan demikian tinggi
rendahnya kredibilitas yang dimiliki seorang juru dakwah tidak dapat dilihat dari satusisi saja
tetapi dapat dilihat dari berbagai komponen terkait lainnya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak
langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau
menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik
menurut Islam.
Tugas dan fungsi da'i adalah merealisasikan ajaran-ajaran al-quran dan as-sunah ditengah
masyarakat sehingga al-quran dan assunah dijadikan pedoman hidup dan penuntun hidupnya.
Seorang da’i hendaknya memahami kondisi orang-orang yang didakwahi. Dai harus
memiki wawasan yang luas, seorang da’i juga harus mempunyai kemampuan atau
keterampilan (skill) dakwah, hendaknya seoarang da’i memiliki akhlak yang baik dalam
perkataan, perbuatan, dan penampilan yang baik. Seorang da’i haruslah memiliki sifat sabar
dalam berdakwah.
Karakteristik dapat dipahami bahwa komunikator yang memiliki daya Tarik tertentu
yang cukup kuat akan membawa komunikan untuk melakukan identifikasi. Daya Tarik
tersebut bisa dalam bentuk penampilan fisik, karakter yang ingin dicitrakan, metode
pemaparan pesan, dan intonasi.Identifikasi dapat terjadi bila komunikan menempatkan diri
dalam suatu definisi yang memuaskan dirinya. Setiap komunikator memiliki daya Tarik
khusus, terutama bagi da’i yang akan berdakwah.
Materi dakwah yaitu pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh
subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah
maupun Sunnah Rasul Nya.
Metode dakwah yang dapat digunakan oleh juru dakwah antara lain: Metode ceramah,
metode tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar pribadi, metode demonstrasi,
metode mengunjungi rumah (silaturrahmi).

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qamus al Muhith, Fairuz-abadi 4/329

Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011 hal. 1

Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis Dan


Praktis, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 73.

M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta : Kencana, 2009), h. 2009

Anda mungkin juga menyukai