Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 12
Khaerunnisa Wildana
105271102921
St Rahma Nur Rukman
105271102121
Adel Fina
105271109720
1444 H/2023 M
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah Ta’ala yang telah
Islam, Iman, sehat dan nikmat pendidikan, yang dengan nikmat tersebut
sempurnalah segala upaya untuk mencapai kebaikan yang buahnya tertuang pada
kepada manusia yang menjadi rujukan akademik dan keilmuan seluruh sivitas
akademika sedunia dan lintas masa yakni Baginda Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, pengikut dan siapa saja yang senantiasa merujuk baik
makalah ini sebagai tugas mata kuliah tidak bisa lepas dari bantuan berbagai
pihak. Tanpa bantuan, arahan, motivasi dan semangat dari semuanya, rasanya
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 11
B. Saran …………………………………………………………………... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur segala tingkah laku
akhirat. Sejak turunnya agama Islam, kehidupan manusia lebih terarah dan teratur.
Agama Islam telah mampu mengubah tingkah laku masyarakat jahiliah menjadi
datangnya dari Allah karena itulah kebenaran yang ada harus selalu
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, Islam menjadi agama dakwah. Sebagai
telah meyakini kebenaran dalam agamanya, maka mereka pasti akan berusaha
agar ajaran agama yang mereka yakini tersebar luas. Begitu juga para penganut
agamanya.
Jika kita melihat keadaan zaman globalisasi seperti sekarang ini, yang arus
dakwah Islam pun akan semakin kompleks. Jalan dakwah akan terasa semakin
sulit dan berliku. Oleh karena itu, diperlukan orang-orang yang benar-benar siap
1
2
untuk menjalankan tugas mulia ini. Orang yang menjalanklan tugas dakwah ini
sering disebut dengan dai atau juru dakwah. Para dai harus orang yang benar-
benar mampu untuk menjalankan aktivitas dakwah ini. Seorang dai ibarat seorang
umat. Seorang juru dakwah harus memiliki kepandaian dan kesiapan, serta
dakwah.
Apabila seorang juru dakwah tidak memiliki kesiapan dan kemampuan untuk
efektif. Kemampuan seperti apakah yang diperlukan oleh seorang juru dakwah?
Dalam makalah ini, akan diuraikan kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki juru dakwah agar mereka mampu melakukan tugasnya dengan baik dan
efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Dai atau Juru Dakwah ?
2. Siapa saja yang Berkewajiban untuk Berdakwah ?
3. Apa Pentingnya Juru Dakwah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan siapa itu Dai atau Juru Dakwah
2. Untuk mengetahui siapa saja yang berkewajiban untuk berdakwah
3. Untuk mengetahui apa saja pentingnya juru dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dai
Kata Da’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak.
Dalam pengertian yang khusus (pengertian Islam), Da’i adalah orang yang
mengajak orang lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan
kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih
tersebut Da’i identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi
munkar.1
da ‘wah2 menjelaskan bahwa kata dai menurut bahasa adalah orang yang
melakukan proses dakwah. Dai adalah isim fail dari daa’a, yad’u ditambahkannya
ha pada akhirnya untuk muballaghoh atau yang menunjukkan arti sangat. Oleh
karena itu, orang yang sering berdakwah disebut sebagai dai, sedangkan menurut
istilah adalah orang yang menyampaikan ajaran Islam, orang yang mengajarkan
Islam, dan orang yang menuntun pada ajaran yang sesuai dengan Islam.
b. Menurut M. Natsir yang dikutip oleh Tohir Luth, dai atau juru
1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, 69
2
Abu Fatah al Bayanuni, Al Madhol ila ‘Ilmi Da’wah(Madinah: Muassasah al Risalah,
TT), hal. 40.
3
4
pribadi dan membangun umat sehingga pribadi dan umat itu berkembang
c. Jum’ah Amin Abdul Aziz, dai Ilallah adalah orang yang berusaha
syari’at-Nya.4
yang dinamakan dai bukan hanya orang yang sering memberikan ceramah
agama, orang yang mengisi pengajian atau orang yang berkhutbah saja.
Akan tetapi, pengertian dai lebih luas dari pada itu, yaitu semua orang
diridhai oleh Allah, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Dalam
merupakan suatu komunikasi yang bersifat oral maupun tulisan saja. Akan
tetapi, semua kegiatan serta sarana yang secara hukum adalah sah, dapat
saja dijadikan alat untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan diri mad’u
masing-masing.
dalam rangka mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan mission sacre dari ajaran-ajaran Islam tersebut. 5 Oleh karena
3
Thohir Luth, Muhamad Natsir dan Pemikirannya(Jakarta: Gema Insani, 1999), hal. 74.
4
Jum’ah Amin Aziz, Fiqh Dakwah(Solo: Inter Media, 1997), hal. 28.
5
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 39.
5
itu, semua orang yang menyeru ke jalan Allah atau melakukan kegiatan
mempengaruhi orang lain agar melakukan ajaran agama Islam bisa disebut
sebagai dai. Walaupun demikian, kita bisa membagi dai menjadi dua yaitu:
ayat”.
khusus dalam bidang dakwah Islam yang dikenal dengan panggilan ulama,
bidang dakwah baginya ada dua syarat utama yang harus dimiliki oleh
mendalam ilmunya tentang ushul (pokok) dan furu’ (cabang) Islam sehingga
apabila dia mengajari atau mendakwahkan manusia lain, benar-benar dia bisa
b. Juru dakwah jiwa kebenaran; para juru dakwah haruslah menjadi “ruh” yang
penuh kebenaran, kegiatan, kesadaran, dan kemauan. Yang penting, juru dakwah
haruslah memandang kehidupan ini dengan mata menyala dan pandangan besi
6
Ibid., hal. 42.
6
berteriak meluruskannya.
B. Kewajiban Dakwah
Nahl ayat 125, yang artinya, “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang
hukum dakwah adalah wajib. Dalam hal ini, masih menjadi perdebatan
atau kewajiban itu hanya dibebankan kepada sekelompok orang saja dari
Hadis.
dan kiat kita dalam mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu, perlu
tentu harus dipercayakan kepada korps juru dakwah yang telah menjadi
ahli dalam hal ini. Hanya saja beban untuk menjalankanya wajib dipikul
fardu ‘ain, suatu kewajiban yang tidak seorang muslim dan muslimah pun
semakin kompleks dan berat sebagai akibat dari semakin derasnya arus
globalisasi, maka kiranya tidak memadai lagi jika dakwah masih dilakukan
8
Abdul Basit, Wacana Dahwah Kontemporer(Purwokerto: STAIN Press, 2005), hal. 58.
9
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi, hal. 53.
8
dakwahnya itu sendiri. Dengan kepribadian yang baik serta beramal shaleh
yang memancar pada diri da’i, jama’ah akan lebih percaya apa yang telah
Qur’an yang juz 30 atau 114 surat. Sebagai pewaris Nabi ia juga harus
Allah Swt, dari masyarakat gemar berjudi dan minum arak menjadi
dakwah Rasulullah Saw adalah dakwah etis, Ali Mufrodi dalam tulisannya
Sejarah dan Dakwah Nabi Saw, sekurang-kurangnya ada dua nilai etis
10
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983, hlm. 34.
11
Ibid., hlm. 74.
9
yang terpancar dari dakwah Nabi Saw, yaitu nilai konsistensi dan nilai
ilmu pengetahuan.13
Disamping itu pula kondisi jasmani dan penampilan fisik seseorang akan
keseluruhan tentang batin yang kemudian tersermin dalam sikap, sifat dan
12
Ibid., hlm.71-73
13
Ibid, hlm. 105.
10
tingkah laku yang dihiasi oleh akhlaqul karimah atau budi pekerti yang
luhur. Persyaratan ini penting karena ada kaitannya dengan subjek itu
pengajian, ada status yang sangat penting dari seorang da’i diantaranya
ialah :
kepada mereka. Semua itu dilakukan semata-mata mengharapr ridho Allah Swt.
3. Da’i sebagai objek, seorang da’i hendaknya selalu menyadari bahwa apa
yang diberikan kepada orang lain pada hakikatnya bukan untuk orang lain saja,
tetapi juga untuk dirinya.disinilah tanggung jawab moral seorang da’i, disamping
4. Da’i sebagai pembawa misi, dalam artian seorang da’i perlu menyadari
bahwa amanah Allah selalu berada dipundaknya, kapan dan dimana pun ia berada.
Amanah Allah harus selalu dijaga dan disampaikan kepada yang berhak
menerimanya.
11
ma’ruf nahi mungkar. Jadi tidak hanya sekedar membina yang baik saja,
sedangkan yang tidak baik dibiarkan tumbuh dan berkembang. Keduanya harus
PENUTUP
A. Kesimpulan
dinamakan dai bukan hanya orang yang sering memberikan ceramah agama,
orang yang mengisi pengajian atau orang yang berkhutbah saja. Akan tetapi,
pengertian dai lebih luas dari pada itu, yaitu semua orang yang melakukan
aktivitas dakwah atau mengajak manusia ke jalan yang diridhai oleh Allah, baik
ayat 125, yang artinya, “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Ayat tersebut
jalan Allah. Seluruh ulama sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib.
kepada pribadi dari pembawa dakwahnya itu sendiri. Dengan kepribadian yang
baik serta beramal shaleh yang memancar pada diri da’i, jama’ah akan lebih
percaya apa yang telah disampaikan serta materi dakwahnya pun akan lebih
mudah diterima.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
28.
Ibid., hlm.71-73
13