Oleh :
Najma Nurazizah (2224052)
Ansori (2224083)
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Dakwah, dengan judul materi,
“islam agama dakwah”.
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dan tidak lupa pemakalah mengucapkan terimaksih kepada bapak Dr.
Iqrom Faldiansyah, MA selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu dakwah.
Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di
karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang pemakalah miliki. Oleh karna itu,
pemakalah mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya pemakalah berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...3
BAB I…………………………………………………………………………………………4
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………4
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………4
C. TUJUAN……………………………………………………………………………...4
BAB II………………………………………………………………………………………...5
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………..5
A. MAKNA ISLAM SEBAGAI AGAMA DAKWAH………………………………...5
B. DAKWAH DAN UNIVERSALISME
ISLAM……………………………………...5
C. HAKIKAT DAKWAH ISLAM……………………………………………………...6
D. TUJUAN DAN FUNGSI DAKWAH………………………………………………..7
E. PRINSIP-PRINSIP DAKWAH ISLAM ……………………………………………8
5
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, ( Jakarta:
Prenada Media Group, 2011), hlm. 28
6
Dr. A. Ilyas Ismail M.A., Filsafat Dakwah Jakarta: prenada media group, 2011 hal 12-14
7
M. Legenhausen, Pluralitas dan Pluralisme Agama (Keniscayaan Pluralistas Agama dan Kerancuan Konsep
Pluralisme Agama dalam Liberalisme, (Jakarta: Shadra Press, 2010), hlm. 42-43.
8
Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, (Jakarta: Bualan Bintang, 1980), hlm. 183.
9
Dr. A. Ilyas Ismail M.A., Filsafat Dakwah, Jakarta: prenada media group, 2011 hal 15-17
C. Hakikat dakwah islam
Hakikat dakwah berdasarkan al-Qur'an sebagai kitab dakwah, antara lain dapat
dijumpai dalam surat al-nahl 125. Berdasarkan isyarat ayat tersebut, maka hakikat dakwah
dapat dirumuskan sebagai suatu kewajiban mengajak manusia ke jalan Tuhan dengan cara
hikmah, memberi nasehat dan memberi ingat (memperingati) kepada orang lain dengan
bahasa yang baik yang dapat mengunggah hatinya sehingga pendengar mau menerima
nasehat tersebut (mau'idzah hasanah), dan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi, atau
berdebat dengan cara yang terbaik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak arogan
(mujadalah al-ahsan). Adapun respons manusia terhadap ajakan ke jalan Tuhan tadi bisa
positif atau sebaliknya negatif. Hakikat dakwah juga dapat dijumpai dalam surat Fushilat,
41:33. Mengacu kepada ayat tersebut, hakikat dakwah adalah mengajak kepada Allah dengan
cara ahsan qawla dan ahsanu 'amala dengan terlebih dahulu membuktikan qirinya (qa'i)
sebagai pelaksana pesan dakwah.10 Hakikat dakwah islamiah meliputi tiga hal yaitu,
kebebasan, rasionalitas dan universal. Hakikat dakwah islam dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebebasan
Seperti yang kita ketahui dakwah yakni mengajak dan mengimbau pada agama islam
serta kebaikan. Maka sangat diperhatikan bahwa dakwah tidak menuntut atau
mengancam. Dakwah islam pada hakikatnya membiarkan umat manusia untuk
menilai dengan pemikirannya sendiri tentang sebuah kebenaran yang diberikan
padanya. Tidak dengan ancaman atau tindak kekerasan, tapi dengan kelemah
lembutan dan sopan santun yang membuat umat menjadi simpati terhadap agama
islam karna hati mereka sendiri. sasaran utama dalam dakwah ialah kesadaran pribadi,
sehingga pendekatan dan watak dari kegiatan dakwah adalah melalui pencerahan
pikiran; penyejukan jiwa tanpa harus menggunakan cara kekerasan dan kekuatan.
Artinya, penyampaian dakwah Islam dilakukan dengan cara persuasif, tanpa paksaan,
penuh damai, kasih sayang, toleran dan lain-lain.
2. Rasionalitas
Allah swt. menciptakan manusia dengan kelebihan yang membedakannya dengan
makhluk lainnya yaitu dengan diberikan akal yang bisa digunakan untuk berfikir.
Dakwah islam ini sendiri merupakan ajaran untuk berfikir, berdebat dan berargumen.
Saat ini dakwa islam tidak bisa apabila hanya disampaikan begitu saja tanpa ada
argumen yang rasional. Karna semakin berkembang zaman manusia semakin kritis
dalam penerimaan informasi.
3. Universal
Ajaran agama islam tidak hanya berfokus pada umat islam saja. Tetapi, ajaran agama
islam juga menyebarkan kebaikan bagi umat manusia secara menyeluruh. Tidak
memandang ras, suku atau perbedaan lainnya. Beberapa bentuk ajaran islam yang
universal yaitu etika, moral, tauhid, sosial, politik, ekonomi.11
Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya mewujudkan masyarakat muslim yang ideal,
yakni masyarakat yang adil, makmur, damai dan sejahtera di bawah limpahan rahmat,
10
Syeikh Ali Mahfudz (tt:17)
11
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,( Jakarta:
Prenada Media Group, 2011), hlm. 27-38
karunia dan ampunan Allah swt. Masyarakat Saba’ yang tercantum dalam al Qur’an surat
Saba’ adalah contoh sebuah masyarakat yang ideal dengan limpahan rizqi dan ampunan Allah
swt. Berkat rasa syukur mereka dan kemurahan Allah dengan memberi maaf atas segala
kesalahan mereka, Dengan demikian, dakwah berusaha mewujudkan sikap beragama yang
benar bagi masyarakat.12 Jadi, dakwah pada hakekatnya merupakan kendaraan untuk
menyampaikan pesan agama, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan
memberdayakan nya dalam format kehidupan yang bermoral-kemanusiaan.13
12
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir ak-Maraghi (Kairo : Musthafa al-Halaby, 1339 H/ 1974M), Jilid XIII, Juz
22, hlm.69 dalam Ilyas Supena, Filsafat Ilmu Dakwah, (Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2013) hlm.105
13
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,( Jakarta:
Prenada Media Group, 2011), hlm.38
14
Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Pers, 1997), hlm. 15.
Adapun untuk muslim dakwah berfungsi sebagai proses peningkatan kualitas
penerapan ajaran agama Islam sedangkan untuk non-muslim fungsi dakwah adalah
memperkenalkan dan mengajak mereka secara sukarela. Pada dasarnya dakwah mempunyai
dua fungsi utama yakni, fungsi risalah dan fungsi kerahmatan. secara kerisalahan dakwah
islamiyah dapat dipahami sebagai proses pembangunan dan perubahan sosial menuju
kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dakwah dalam fungsi kerahmatan adalah upaya
menjadi Islam sebagai konsep bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Pada fungsi
tersebut dikembangkan beberpa fungsi lainnya, yakni:
1. Fungsi informatif
Yaitu menyampaikan suatu informasi kepada objek yang diinginkan
2. Fungsi Tabyin
Yaitu merupakan fungsi kedua setelah syari'at Al-Qur'an itu diinformasikan kepada
publik. Seorang da'i harus bertindak sebagai narasumber yang berfungsi menjelaskan
hakikat Islam kepada audien Karena itu tabyin merupakan salah satu konsep dakwah
yang diperkenalkan oleh Al-Qur'an.
3. Fungsi Tabsyir
Yaitu gembira bagi para penerima dakwah dan sebaliknya menginformasikan tentang
ancaman yang akan menimpa orang-orang yang menolak kehadiran dakwah Islam.
4. Sebagai sebuah petunjuk, dakwah Islam mutlak dilakukan agar Islam menjadi rahmat
penyejuk bagi kehidupan manusia.
5. Menjaga Orisional pesan dakwah dari Nabi SAW, dan menyebarkannya kepada lintas
generasi.
6. Mencegah laknat Allah, yakni siksaan untuk keseluruhan manusia di dunia
7. Dengan dakwah umat Islam dapat menjadi saudara. Dakwah Islam mutlak diperlukan
agar Islam menjadi penyejuk bagi kehidupan mannusia melalui dakwah, islam
tersebar keseluruh penjuru dunia. Jadi dakwah Islam berfungsi sebagai tongkat estafet
peradaban manusia. Dakwah berfungsi menjaga orisinalitas pesan dakwah Nabi SAW
dakwah berfungsi mencegah laknat allah swt.15
Dari penjelasan yang diatas fungsi dakwah sangatlah penting dan sangat mutlak dilakukan
oleh umat manusia karena dengan adanya dakwah manusia dapat terarah kejalan allah swt,
apabila tidak adanya dakwah umat islam bisa kehilangan arah.
15
Samsul Munir Amin, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, hlm 62-64
16
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta:Kencana, 2009), 175-190
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. Al-Nahl :125)17.
1. Bi al-Hikmah
Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Dalam beberapa kamus, kata al-
hikmah diartikan: al-adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), alNubuwah
(kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), alQuran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakan sesuatu pada tempatnya,
kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling
utama. AlZamakhsari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang sudah
pasti benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan
atau kesamaran. kesimpulan bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan
penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan
dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwwah dan
ajaran al-Quran atau wahyu Illahi. Dakwah bi al-hikmah, yang berarti dakwah bijak,
mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u
(muqtadha al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis
sebagaimana tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan kadar pemikiran dan
intelektual,suasana psikologis, serta situasi sosial kultural mad’u
2. Al-Mauidzah al-Hasanah
menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir, memiliki pengertian sebagai berikut:
Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan jelek melalui tarhib
dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa,
peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan
cara halus.
Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan, dengan gaya bahasa
yang mengesankan, atau menyentuh dan terpatri dalam naluri
Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang
memuaskan melalui al-qaul alrafiq (ucapan lembut dengan penuh kasih
sayang);
Prinsip-prinsip metode ini diarahkan kepada mad’u yang kapasitas intelektual dan
pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan
juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi dan
memberikannya segala hal yang bermanfaat serta membahagiakan mad’unya
3. Al-mujadalah al-ahsan
Al-mujadalah al-ahsan merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi, atau
berdebat dengan cara yang terbaik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak
arogan. Dalam pandangan Muhammad Husain Yusuf, cara dakwah ini diperuntukan
bagi manusia jenis ketiga. Mereka adalah orang-orang yang hatinya dikungkung
secara kuat oleh tradisi jahiliyah, yang dengan sombong dan angkuh melakukan
kebatilan, serta mengambil posisi arogan dalam menghadapi dakwah.
Kesombongannya yang transparan mendorongnya untuk berkata: “Mengapakah al-
Quran ini tidak diturunkan kepada orang-orang yang besar dari salah satu dari dua
negeri (Mekah dan Thaif) ini”. Mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan
orang-orang terdahulu, sebagaimana direkam dalam al-Quran yang terjemahnya:
17
Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 15 Januari-Juni 2010
”Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan menjadi tanah serta
tulang belulang akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah
diberi ancaman (dengan) ini dahulu kala”. Bagi manusia semacam itu, keindahan
balaghah alQuran dan nasihat yang baik tidak berarti apa-apa. Mereka harus
dihadapkan pada perdebatan yang baik dengan cara menegakan berbagai argumentasi
yang dapat mematahkan mereka, dengan tetap menjaga sikap arif dan lembut kepada
mereka. Sebab, cara demikian sangat kondusif untuk memadamkan api jahiliyah. 18
Prinsip metode ini ditujukan sebagai reaksi alternatif dalam menjawab tantangan
respon negatif dari mad’u, khususnya bagi sasaran yang menolak, tidak peduli, atau
bahkan melecehkan seruan. Walaupun dalam aplikasi metode ini ada watak dan
suasana yang khas, yakni bersifat terbuka atau transpran, konfrontatif, dan reaksioner,
juru dakwah harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip umum dari watak dan
karateristik dakwah itu sendiri; yaitu:
Menghargai kebebasan dan hak asasi tiap-tiap individu.
Menghindari kesulitan dan kepicikan.
Bertahap, terprogram, dan sistematis.
18
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), cet.
I, h. 78-82
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada fungsi media massa untuk memberi informasi pada khalayak,
tentunya sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri, di mana dakwah adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pengalaman keislaman seseorang maka tindakan dakwah dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan media sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan kaidah
Islam. Namun demikian, karena sifat khusus tindakan dakwah, maka tindakan yang hanya
berisikan tentang ajakan, seruan panggilan dan penyampaian pesan seseorang atau
sekelompok orang sehingga orang lain dan masyarakat menjadi muslim yang dapat disebut
sebagai tindakan dakwah dalam pengertian yang luas. Dakwah merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia terutama dalam menyiarkan suatu
ajaran dalam masyarakat. Ajaran yang baik tidak mustahil akan hilang apabila tidak
didakwahkan, dan sebaliknya ajaran yang sesat dapat tersiar dan membudaya dalam
masyarakat jika didakwahkan secara berkesinambungan. Dengan aktivitas dakwah yang
berkesinambungan maka akan mendorong kemaslahatan hidup manusia baik di dunia
maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA